Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA Februari 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

JENIS INSISI PADA OPERASI PAYUDARA

Disusun Oleh:

Mellybeth Indriani Louis

N 111 21 039

Pembimbing :

dr. Roberthy D Maelissa, Sp.B

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU BEDAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Mellybeth Indriani Louis


No. Stambuk : N 111 21 039
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Jenis Insisi pada Operasi Payudara
Bagian : Bagian Ilmu Bedah

Bagian Ilmu Bedah

RSUD UNDATA PALU

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Februari 2023

Pembimbing Mahasiswa

2
dr. Roberthy D Maelissa, Sp.B Mellybeth Indriani Louis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Embriologi Payudara.....................................................................................6
B. Anatomi Payudara.........................................................................................6
C. Fisiologi......................................................................................................10
D. Jenis Insisi pada Operasi Tumor Jinak Payudara........................................11
E. Jenis Insisi pada Modified Radical Mastectomy (MRM)...........................13
F. Jenis Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM).....................................19
BAB III KESIMPULAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbedaan Payudara Pria dan Wanita....................................................7
Gambar 2. Suplai Darah Payudara...........................................................................8
Gambar 3. Aliran Limfatik Payudara.......................................................................9
Gambar 4. Jenis Insisi Payudara............................................................................13
Gambar 5. Halsted Incision....................................................................................14
Gambar 6. Kocher Incision....................................................................................14
Gambar 7. Greenough Incision..............................................................................15
Gambar 8. Rodman-Patey Incision........................................................................16
Gambar 9. Classic Stewart Incision.......................................................................16
Gambar 10. Modified Stewart Incision..................................................................17
Gambar 11. Classic Orr Icision..............................................................................18
Gambar 12. Variation Orr Incision........................................................................18
Gambar 13. Gray Incision......................................................................................19
Gambar 14. Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM)....................................20

4
BAB I
PENDAHULUAN

Payudara merupakan organ kelenjar yang terletak di dada. Payudara terdiri


dari jaringan ikat, lemak, dan jaringan payudara yang mengandung kelenjar yang
dapat menghasilkan air susu, biasa disebut kelenjar susu.1

Kelainan payudara yang teraba adalah salah satu keluhan payudara yang
paling umum, kedua setelah nyeri payudara. Sebagian besar massa yang teraba
adalah jinak; namun, 4%–10% bersifat ganas, dengan kelainan yang teraba
menjadi salah satu gejala kanker payudara yang paling umum. Selain itu, kanker
payudara yang menunjukkan gejala cenderung lebih agresif dan memiliki
prognosis yang lebih buruk, sehingga penatalaksanaan kelainan yang teraba
dengan tepat sangat penting.2

Prosedur bedah biasanya menjadi pilihan untuk merekonstruksi payudara


yang cacat, terutama pada wanita yang operasi kanker payudara. Prosedur bedah
dengan tujuan kosmetik juga sering dilakukan untuk memperbesar atau
memperkecil ukuran payudara. Terkadang, rekonstruksi payudara dilakukan untuk
payudara yang asimetris.3

Pola insisi secara signifikan mempengaruhi hasil estetik pada rekonstruksi


payudara. Pemilihan pola insisi memiliki pengaruh besar pada tampilan akhir
payudara yang direkonstruksi.4 Maka dari itu, refarat ini bertujuan untuk
membahas tentang jenis insisi yang biasa digunakan pada operasi payudara.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Embriologi Payudara
Perkembangan payudara atau mastogenesis dimulai sekitar minggu
keenam kehamilan. Milk line, yang merupakan elevasi linier, muncul sekitar
minggu ketujuh. Pada akhir minggu kedelapan, payudara rudimenter
terbentuk dari garis putih yang menebal dan akhirnya menjadi payudara
dewasa. Sepanjang embriogenesis, ada proliferasi sel basal. Pada usia
kehamilan sekitar 30 minggu, oklusi kantung papiler menyebabkan
pembentukan kompleks areolar puting susu. Puting terakhir akan muncul
sekitar 38 hingga 40 minggu.3

Beberapa hari setelah kelahiran, dapat terjadi pembesaran payudara


unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang
disebut mastitis neonatorum disebabkan oleh berkembangnya system ductus
dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma, yang secara tidak
langsung dirangsang oleh tingginya kadar esterogen ibu dalam sirkulasi darah
bayi. Setelah lahir, terjadi penurunan kadar esterogen yang merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolaktin yang akan menimbulkan perubahan
pada payudara.5

B. Anatomi Payudara
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit karena secara
embriologis payudara berasal dari ectoderm. Batas payudara normal terletak
anatara iga 2 di superior dan iga 6 di inferior (pada usia tua atau mammae
yang besar dapat mencapai iga 7), serta antara sternocostal di medial dan
linea aksilaris anterior di lateral. Pada bagian atasnya, jaringan kelenjar ini
menonjol ke arah aksila. Dua pertiga atas mammae terletak di atas otot
pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bawahnya terletak di atas otot serratus
anterior, otot oblikus eksternus abdominis.5

6
Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar, masing-masing
mempunyai saluran bernama ductus laktiferu, yang akan bermuara ke papilla
mammae (NAC). Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara
kulit dan kelenjar tersebut, terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus,
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang membentuk
kerangka payudara.5

Payudara terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan kelenjar dan stroma.
Jaringan kelenjar terdiri dari kelenjar penghasil susu (lobulus) dan saluran
(saluran susu). Jaringan stroma termasuk jaringan ikat lemak dan fibrosa
payudara. Payudara dengan lebih banyak jaringan berserat daripada jaringan
lemak dianggap padat. Jaringan payudara wanita terdiri dari kelenjar
penghasil susu (lobulus), saluran yang membawa susu ke puting susu, dan
lemak. Payudara laki-laki terdiri dari struktur duktal di dalam stroma kolagen,
tanpa/jarang elemen lobular. Selama pubertas, wanita mulai mengembangkan
lebih banyak jaringan payudara, dan pria tidak.6

Gambar 1. Perbedaan Payudara Pria dan Wanita.6

Pasokan darah payudara adalah jaringan anastomosis yang berasal dari


ketiak, toraks internal (atau mammae internal dalam nomenklatur lama) dan

7
arteri interkostal. Pembuluh terbesar muncul dari arteri toraks interna, cabang
perforasi yang menembus dinding dada yang berdekatan dengan tepi sternum
di ruang interkostal pertama hingga keempat. Empat cabang dari arteri
aksilaris adalah: toraks superior, cabang dada acromiothoracic, toraks lateral,
subscapular.7

Gambar 2. Suplai Darah Payudara.7

Kelenjar getah bening aksila jumlahnya bervariasi dari 20 hingga 30 dan


dibagi menjadi lima kelompok anatomi. Eferen dari nodus apikal bersatu ke
dalam batang subklavia. Di sisi kiri, batang ini biasanya mengalir langsung ke
duktus toraks. Di sisi kanan, batang subklavia dapat mengalir langsung ke
sambungan jugulosubklavia atau ke saluran limfatik kanan. Beberapa saluran
eferen biasanya mencapai nodus servikal inferior dalam secara langsung.7

Kelenjar getah bening toraks internal (mammae internal) berukuran kecil,


seringkali hanya berdiameter 2-3 mm, dan terletak di sepanjang pembuluh
toraks internal yaitu 2-3 cm dari tepi sternum. Biasanya tiga sampai lima
simpul ini ditemukan di kedua sisi. Nodus ini mengaliri dinding dada

8
anterior, bagian anterior diafragma, bagian atas selubung dan otot rektus, dan
bagian superior hati, serta bagian dalam kelenjar susu.7

Nodus interkostal terletak di dekat kepala tulang rusuk. Mereka menerima


pembuluh getah bening yang dalam dari aspek posteromedial dada dan
beberapa drainase dari ekstremitas lateral kelenjar susu. Sekitar 75% dari
semua drainase limfatik payudara mengalir ke kelenjar aksila. Sisanya
terutama mengalir ke kelenjar toraks internal. Setiap bagian payudara dapat
mengalir ke salah satu kelompok, meskipun ada kecenderungan yang lebih
besar untuk tumor yang terletak di bagian medial payudara untuk menyebar
ke kelenjar toraks internal daripada tumor di bagian lateral payudara.7

Limfatik biasanya tidak mengalir ke limfatik di sisi berlawanan dari tubuh;


penyebaran tumor limfatik awal dari satu payudara ke payudara lainnya tidak
terjadi. Kasus bilateral seperti itu merupakan tumor primer ganda sinkron atau
awal metachronous. Dalam kasus yang sangat lanjut, penyumbatan saluran
limfatik yang luas memungkinkan permeasi limfatik subkutan terjadi ke sisi
yang berlawanan.7

Gambar 3. Aliran Limfatik Payudara.7

9
C. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak, kemudian masa pubertas,
masa fertilitas, sampai klimakterium lalu menopause. Sejak pubertas,
pengaruh esterogen dan progesterone yang diproduksi ovarium, serta
hormone hipofisis menyebabkan berkembangnya ductus dan timbulnya
asinus.5

Pola pelepasan GnRH dari hipotalamus memulai dan mengatur sekresi


FSH dan LH terlihat dengan pubertas. Ketidakmatangan awal aksis
hipotalamus-hipofisis menghasilkan siklus anovulasi selama 1 sampai 2 tahun
pertama setelah menstruasi dimulai, membuat payudara dan endometrium
terkena efek estrogen. Pengaruh hormonal utama pada payudara pada awal
pubertas adalah estrogen. Estrogen terutama merangsang pertumbuhan duktus
tetapi juga meningkatkan penumpukan lemak dan berkontribusi pada fase
perkembangan selanjutnya.8

Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8
siklus haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada
waktu itu, mamografi menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu haid mulai, semua hal tersebut berkurang.5

Selama siklus menstruasi manusia, payudara berkembang melalui lima


fase histologis: folikular awal, folikuler, luteal, sekretori, dan akhirnya fase
menstruasi. Estrogen meningkat sepanjang paruh pertama siklus menstruasi
dan memuncak pada pertengahan siklus. Setelah lonjakan LH, ovulasi terjadi
dengan produksi progesteron selanjutnya oleh korpus luteum pada paruh
kedua siklus menstruasi.8

10
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu yang dipicu oleh oksitosin.5

D. Jenis Insisi pada Operasi Tumor Jinak Payudara


1. Insisi radial
Insisi radial merupakan teknik insisi yang dimulai di sisi lateral
nipple-areolar complex (NAC), kemudian meluas ke aksila secara oblique.
Sayatan ini bisa berbatasan dengan areola tetapi tidak termasuk batas
areola.9
Insisi radial lateral jika dibandingkan dengan insisi radial vertikal
memiliki tingkat kejadian nekrosis flap mastektomi minor, nekrosis puting
parsial, dan infeksi minor yang lebih tinggi. Insisi radial lateral juga secara
signifikan memiliki tingkat kejadian nekrosis flap mastektomi minor,
nekrosis puting parsial, infeksi mayor, kegagalan rekonstruksi dan seroma
yang lebih tinggi dibanding dengan insisi inframammary fold.10
Sedangkan insisi radikal vertikal memiliki tingkat kejadian
hematoma yang lebih tinggi dibandingkan dengan insisi radial lateral.
Namun juga secara signifikan memiliki tingkat kejadian infeksi mayor,
kegagalan rekonstruksi, dan abses payudara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan insisi inframammary fold.10
Insisi radial lateral menawarkan akses bedah yang lebih baik untuk
mastektomi nipple-sparing dan rekonstruksi selanjutnya, menjadikannya
pilihan ideal untuk mastektomi nipple-sparing dengan semua ukuran
payudara. Insisi radial lateral juga menawarkan akses yang lebih baik
secara umum dan ke aksila untuk biopsi kelenjar getah bening, sehingga
mengurangi beban sayatan dalam kasus terapeutik.10

11
Sedangkan insisi radial vertikal pada mastektomi nipple-sparing
autologous mikro memiliki keuntungan akses yang lebih besar ke
pembuluh darah mammae internal dan cedera retraksi pada flap
mastektomi yang minimal jika dibandingkan dengan insisi inframammary
fold atau radial lateral. Namun, pada pasien dengan payudara lebih besar,
insisi radial vertikal hanya digunakan jika akses bedah untuk mastektomi
dan pengambilan sampel kelenjar getah bening dinilai memadai.10
2. Insisi Periareolar
Insisi periareolar mirip dengan insisi radial tetapi termasuk bagian
dari tepi atas atau bawah areola, yang biasanya ditentukan berdasarkan
lokasi tumor.9
Insisi inframammary fold memiliki tingkat infeksi minor yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan insisi radial. Keuntungan pengunaan
jenis insisi periareolar adalah dapat menyembunyikan sebagian atau
seluruh bekas luka di dalam batas areolar. Namun, teknik ini banyak
dikaitkan dengan peningkatan komplikasi. Oleh karena itu, sayatan
periareolar sangat jarang digunakan.10
3. Insisi inframammary fold
Insisi inframammary fold, yang mencakup area luar dan bawah
dari garis lingkaran area payudara ipsilateral, dibuat di sepanjang lipatan
kulit alami inframammary fold. Teknik ini sama sekali tidak melibatkan
area nipple-areolar complex (NAC).9
Insisi periareolar memiliki tingkat nekrosis flap mastektomi mayor
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan insisi radial lateral. Insisi
periareolar mengalami tingkat nekrosis flap mastektomi mayor, nekrosis
puting lengkap maupun parsial, dan infeksi minor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan insisi radial vertikal; dan tingkat nekrosis flap
mastektomi mayor serta nekrosis puting lengkap maupun parsial yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan insisi inframammary fold.10
Insisi inframammary fold memperlihatkan keuntungan yang
signifikan untuk meminimalkan beban bekas luka pasca operasi, terutama

12
pada tampilan frontal. Selain itu, bekas luka yang dihasilkan dengan teknik
insisi ini tidak terletak tepat di payudara, sehingga bentuk dan kontur
payudara tidak akan terlalu terpengaruh. Teknik insisi inframammary fold
merupakan pilihan paling baik yang dapat digunakan pada pasien dengan
payudara berukuran kecil hingga sedang.10

Gambar 4. Jenis Insisi Payudara (A:periareolar; B: radial; C:


inframammary fold).9

E. Jenis Insisi pada Modified Radical Mastectomy (MRM)


1. Hastled incision
Hastled incision adalah teknik pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot
pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini
dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoralis tanpa
adanya metastasis jauh.11
Teknik Halsted menyarankan reseksi primer payudara dan otot dada
dahulu sebelum diseksi isi aksila. Sebaliknya, teknik Meyer
(memodifikasi insisi Halsted) menyarankan diseksi aksila terlebih
dahulu, diikuti berturut-turut dengan reseksi payudara dan otot dada.

13
Kedua prosedur menggunakan sayatan vertikal untuk memfasilitasi
pelepasan pectoralis mayor dari klavikula dan humerus dan
pengangkatan pectoralis minor.11

Gambar 5. Halsted Incision.12


2. Kocher incision

Gambar 6. Kocher Incision.12

14
3. Greenough incision

Gambar 7. Greenough Incision.12


4. Rodman-Patey incision
Teknik ini merupakan mastektomi total bersama dengan pembersihan
semua tingkat kelenjar aksila dan pengangkatan otot pectoralis minor.
Sebuah sayatan elips dibuat dari aspek medial dari ruang interkostal
kedua dan ketiga menutupi puting susu, areola dan tumor meluas ke
lateral aksila sepanjang lipatan aksila anterior. Flap kulit atas dan
bawah diangkat. Payudara dengan tumor diangkat dari aspek medial
otot utama dada. Diseksi dilanjutkan secara lateral dengan ligasi
pembuluh darah dada. Setelah diseksi mencapai aksila, batas lateral
otot pektoralis mayor dibersihkan dengan nodus level I. Pectoralis
minor terbagi dari processus coracoid untuk membersihkan nodus level
II. Saraf dada medial dan lateral harus dipertahankan (jika tidak terjadi
atrofi otot pectoralis minor). Kemudian dari apeks nodus level III
aksila dibersihkan. Saraf ke serratus anterior, saraf ke latissimus dorsi,
saraf intercostobrachial, vena aksila, vena cephalic dan otot pectoralis
mayor dipertahankan. Luka ditutup dengan suction drain.

15
Gambar 8. Rodman-Patey Incision.11
5. Stewart incision
Desain klasik diperuntukkan untuk lesi primer sentral dan subareolar
pada payudara. Luas medial insisi berakhir di tepi sternum.
Perpanjangan lateral insisi kulit harus menutupi batas anterior
latissimus dorsi. Desain sayatan kulit harus menggabungkan
neoplasma dengan margin 1 sampai 2 cm dari tepi kranial dan kaudal
tumor.

Gambar 9. Classic Stewart Incision.11

16
Desain yang dimodifikasi dengan posisi miring diperuntukkan kanker
kuadran dalam payudara. Perluasan insisi medial seringkali harus
memasukkan kulit ke tengah tulang untuk memungkinkan margin 1
sampai 2 cm ke segala arah dari tepi tumor. Perpanjangan lateral dari
sayatan berakhir pada margin anterior latissimus.

Gambar 10. Modified Stewart Incision.11


6. Orr incision
Desain klasik Orr ditujukkan untuk karsinoma payudara kuadran luar
atas. Insisi kulit ditempatkan 1 sampai 2 cm dari tepi tumor pada
bidang miring yang diarahkan ke arah cephalad aksila ipsilateral.
Sayatan ini merupakan varian dari teknik asli Greenough, Kocher, dan
Rodman untuk pengembangan flap.

17
Gambar 11. Classic Orr Icision.11
Variasi desain Orr diperuntukkan pada lesi payudara bagian dalam dan
ditempatkan secara vertikal (jam 6). Margin 1 sampai 2 cm dari lesi.

Gambar 12. Variation Orr Incision.11

18
7. Gray incision
Teknik insisi ini melintasi garis tengah menuju sisi yang berlawanan.
Teknik ini biasanya digunakan pada kanker payudara yang tumornya
sampai ke sisi yang berlawanan.

Gambar 13. Gray Incision.12

F. Jenis Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM)


Insisi bisa berupa periareolar/tennis raquet/elips yang dimodifikasi.
Tennis raquet memiliki ekstensi lateral ke aksila. Insisi mamoplasti reduksi
juga digunakan dengan insisi periareolar yang memanjang secara vertikal
menjadi insisi horizontal inframammary. Situs biopsi sebelumnya harus
dimasukkan dalam sayatan mastektomi atau harus diangkat secara luas
melalui sayatan elips yang dimodifikasi.

Flap kulit diangkat antara parenkim payudara dan jaringan adiposa


subkutan sehingga memungkinkan flap kulit yang didapat setebal 5-10 mm.
Flap sirkumferensial dinaikkan menggunakan gunting/pisau bedah no. 15/
kauter. Kait kulit dan retraktor digunakan untuk memfasilitasi diseksi. Lampu
depan dapat digunakan untuk mendapatkan visualisasi yang lebih baik selama
pembedahan. Pembuluh perforasi parasternal dan infraklavikula
dipertahankan untuk mempertahankan suplai darah yang cukup pada kulit
yang tertahan. Diseksi superior dilakukan hingga costa kedua; medial ke
tulang dada; di bawah lipatan inframammary; lateral ke otot latissimus dorsi.
Seluruh jaringan payudara, kompleks puting areolar diangkat. Biasanya fasia
dada diangkat kecuali dalam kasus tumor superfisial. Payudara diangkat

19
mulai otot pectoralis mayor dari ujung medial menuju sisi lateral. Saat
diangkat, ia dikeluarkan dari luka untuk mencapai diseksi menuju axillary
tail. Spence pada Axillary tail dipisahkan dari otot pectoralis mayor, minor
dan serratus anterior. Persimpangan aksila dan jaringan aksila dijepit, diikat
dan dipotong. Diseksi aksila dapat ditambahkan sesuai keputusan. Luka
ditutup dengan suction drain.

Gambar 14. Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM).12

20
BAB III
KESIMPULAN

1. Payudara terdiri dari jaringan ikat, lemak, dan jaringan payudara yang
mengandung kelenjar yang dapat menghasilkan air susu, biasa disebut
kelenjar susu.
2. Prosedur bedah biasanya menjadi pilihan untuk merekonstruksi payudara
yang cacat, terutama pada wanita yang operasi kanker payudara. Pilihan
pola insisi secara signifikan mempengaruhi hasil estetik pada rekonstruksi
payudara.
3. Pola insisi pada operasi tumor jinak payudara yang paling sering
digunakan adalah insisi periareolar, radial, dan inframammary fold.
4. Pola insisi pada Modified Radical Mastectomy terdiri dari insisi Halsted,
Kocher, Greenough, Rodman-Paley, Stewart, Orr, dan Gray.
5. Pola insisi pada Skin Sparing Mastectomy terdiri dari insisi periareolar,
tennis racquet, mamoplasti reduksi, dan modifikasi elips tertutup.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Institute NC. Breast [Internet]. Available from:


https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/breast
2. Dodelzon K, Katzen JT. Evaluation of Palpable Breast Abnormalities. J
Breast Imaging. 2019;1(3):253–63.
3. Rivard AB, Galarza-Paez L, Peterson DC. Anatomy , Thorax , Breast.
2022. 1–4 p.
4. Lotan AM, Tongson KC, Police AM, Dec W. Mastectomy Incision Design
to Optimize Aesthetic Outcomes in Breast Reconstruction. Plast Reconstr
Surg Glob Open. 2020;8(9):1–6.
5. Sjamsuhidajat, Jong D. Buku Ajar Ilmu Bedah: Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya (1). Vol. 2. 2016. 248–253 p.
6. Sundararajan R, Camarillo I, Thulasidas JS, Poompavai S, Kalavathy G.
Male Breast Cancer: Another Look. Gaz Med Sci. 2021;2(2):15–29.
7. Ellis H. Anatomy and physiology of the breast [Internet]. Vol. 31, Surgery.
Elsevier; 2013. 11–14 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.mpsur.2012.10.018
8. Sun SX, Bostanci Z, Kass RB, Mancino AT, Rosenbloom AL, Klimberg
VS, et al. The Breast: Comprehensive Management of Benign and
Malignant Diseases [Internet]. Fifth Edit. The Breast. Elsevier Inc.; 2018.
37-56.e6 p. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-35955-
9.00003-9
9. Park S, Yoon C, June S, Cha C, Kim D, Lee J, et al. Comparison of
complications according to incision types in nipple- sparing mastectomy
and immediate reconstruction. The Breast [Internet]. 2020;53:85–91.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.breast.2020.06.009
10. Frey JD, Salibian AA, Levine JP, Karp NS, Choi M. Incision Choices in
Nipple-Sparing Mastectomy : Evolution of a Clinical Algorithm. The
Breast. 2018;142(6):826–35.
11. Bland KI, de la Torre JI, Copeland EM, Klimberg VS, Boneti C, Vasconez
LO. General principles of mastectomy: Evaluation and therapeutic options.
The Breast: Comprehensive Management of Benign and Malignant
Diseases. 2018. 386–421 p.
12. Bhat R. SRB’s Manual of Surgery. SRB’s Manual of Surgery. Jaypee;
2016.

22

Anda mungkin juga menyukai