Disusun Oleh:
N 111 21 039
Pembimbing :
PALU
2023
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
2
dr. Roberthy D Maelissa, Sp.B Mellybeth Indriani Louis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Embriologi Payudara.....................................................................................6
B. Anatomi Payudara.........................................................................................6
C. Fisiologi......................................................................................................10
D. Jenis Insisi pada Operasi Tumor Jinak Payudara........................................11
E. Jenis Insisi pada Modified Radical Mastectomy (MRM)...........................13
F. Jenis Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM).....................................19
BAB III KESIMPULAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbedaan Payudara Pria dan Wanita....................................................7
Gambar 2. Suplai Darah Payudara...........................................................................8
Gambar 3. Aliran Limfatik Payudara.......................................................................9
Gambar 4. Jenis Insisi Payudara............................................................................13
Gambar 5. Halsted Incision....................................................................................14
Gambar 6. Kocher Incision....................................................................................14
Gambar 7. Greenough Incision..............................................................................15
Gambar 8. Rodman-Patey Incision........................................................................16
Gambar 9. Classic Stewart Incision.......................................................................16
Gambar 10. Modified Stewart Incision..................................................................17
Gambar 11. Classic Orr Icision..............................................................................18
Gambar 12. Variation Orr Incision........................................................................18
Gambar 13. Gray Incision......................................................................................19
Gambar 14. Insisi pada Skin Sparing Mastectomy (SSM)....................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan payudara yang teraba adalah salah satu keluhan payudara yang
paling umum, kedua setelah nyeri payudara. Sebagian besar massa yang teraba
adalah jinak; namun, 4%–10% bersifat ganas, dengan kelainan yang teraba
menjadi salah satu gejala kanker payudara yang paling umum. Selain itu, kanker
payudara yang menunjukkan gejala cenderung lebih agresif dan memiliki
prognosis yang lebih buruk, sehingga penatalaksanaan kelainan yang teraba
dengan tepat sangat penting.2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriologi Payudara
Perkembangan payudara atau mastogenesis dimulai sekitar minggu
keenam kehamilan. Milk line, yang merupakan elevasi linier, muncul sekitar
minggu ketujuh. Pada akhir minggu kedelapan, payudara rudimenter
terbentuk dari garis putih yang menebal dan akhirnya menjadi payudara
dewasa. Sepanjang embriogenesis, ada proliferasi sel basal. Pada usia
kehamilan sekitar 30 minggu, oklusi kantung papiler menyebabkan
pembentukan kompleks areolar puting susu. Puting terakhir akan muncul
sekitar 38 hingga 40 minggu.3
B. Anatomi Payudara
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit karena secara
embriologis payudara berasal dari ectoderm. Batas payudara normal terletak
anatara iga 2 di superior dan iga 6 di inferior (pada usia tua atau mammae
yang besar dapat mencapai iga 7), serta antara sternocostal di medial dan
linea aksilaris anterior di lateral. Pada bagian atasnya, jaringan kelenjar ini
menonjol ke arah aksila. Dua pertiga atas mammae terletak di atas otot
pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bawahnya terletak di atas otot serratus
anterior, otot oblikus eksternus abdominis.5
6
Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar, masing-masing
mempunyai saluran bernama ductus laktiferu, yang akan bermuara ke papilla
mammae (NAC). Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara
kulit dan kelenjar tersebut, terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus,
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang membentuk
kerangka payudara.5
Payudara terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan kelenjar dan stroma.
Jaringan kelenjar terdiri dari kelenjar penghasil susu (lobulus) dan saluran
(saluran susu). Jaringan stroma termasuk jaringan ikat lemak dan fibrosa
payudara. Payudara dengan lebih banyak jaringan berserat daripada jaringan
lemak dianggap padat. Jaringan payudara wanita terdiri dari kelenjar
penghasil susu (lobulus), saluran yang membawa susu ke puting susu, dan
lemak. Payudara laki-laki terdiri dari struktur duktal di dalam stroma kolagen,
tanpa/jarang elemen lobular. Selama pubertas, wanita mulai mengembangkan
lebih banyak jaringan payudara, dan pria tidak.6
7
arteri interkostal. Pembuluh terbesar muncul dari arteri toraks interna, cabang
perforasi yang menembus dinding dada yang berdekatan dengan tepi sternum
di ruang interkostal pertama hingga keempat. Empat cabang dari arteri
aksilaris adalah: toraks superior, cabang dada acromiothoracic, toraks lateral,
subscapular.7
8
anterior, bagian anterior diafragma, bagian atas selubung dan otot rektus, dan
bagian superior hati, serta bagian dalam kelenjar susu.7
9
C. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak, kemudian masa pubertas,
masa fertilitas, sampai klimakterium lalu menopause. Sejak pubertas,
pengaruh esterogen dan progesterone yang diproduksi ovarium, serta
hormone hipofisis menyebabkan berkembangnya ductus dan timbulnya
asinus.5
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8
siklus haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada
waktu itu, mamografi menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu haid mulai, semua hal tersebut berkurang.5
10
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu yang dipicu oleh oksitosin.5
11
Sedangkan insisi radial vertikal pada mastektomi nipple-sparing
autologous mikro memiliki keuntungan akses yang lebih besar ke
pembuluh darah mammae internal dan cedera retraksi pada flap
mastektomi yang minimal jika dibandingkan dengan insisi inframammary
fold atau radial lateral. Namun, pada pasien dengan payudara lebih besar,
insisi radial vertikal hanya digunakan jika akses bedah untuk mastektomi
dan pengambilan sampel kelenjar getah bening dinilai memadai.10
2. Insisi Periareolar
Insisi periareolar mirip dengan insisi radial tetapi termasuk bagian
dari tepi atas atau bawah areola, yang biasanya ditentukan berdasarkan
lokasi tumor.9
Insisi inframammary fold memiliki tingkat infeksi minor yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan insisi radial. Keuntungan pengunaan
jenis insisi periareolar adalah dapat menyembunyikan sebagian atau
seluruh bekas luka di dalam batas areolar. Namun, teknik ini banyak
dikaitkan dengan peningkatan komplikasi. Oleh karena itu, sayatan
periareolar sangat jarang digunakan.10
3. Insisi inframammary fold
Insisi inframammary fold, yang mencakup area luar dan bawah
dari garis lingkaran area payudara ipsilateral, dibuat di sepanjang lipatan
kulit alami inframammary fold. Teknik ini sama sekali tidak melibatkan
area nipple-areolar complex (NAC).9
Insisi periareolar memiliki tingkat nekrosis flap mastektomi mayor
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan insisi radial lateral. Insisi
periareolar mengalami tingkat nekrosis flap mastektomi mayor, nekrosis
puting lengkap maupun parsial, dan infeksi minor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan insisi radial vertikal; dan tingkat nekrosis flap
mastektomi mayor serta nekrosis puting lengkap maupun parsial yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan insisi inframammary fold.10
Insisi inframammary fold memperlihatkan keuntungan yang
signifikan untuk meminimalkan beban bekas luka pasca operasi, terutama
12
pada tampilan frontal. Selain itu, bekas luka yang dihasilkan dengan teknik
insisi ini tidak terletak tepat di payudara, sehingga bentuk dan kontur
payudara tidak akan terlalu terpengaruh. Teknik insisi inframammary fold
merupakan pilihan paling baik yang dapat digunakan pada pasien dengan
payudara berukuran kecil hingga sedang.10
13
Kedua prosedur menggunakan sayatan vertikal untuk memfasilitasi
pelepasan pectoralis mayor dari klavikula dan humerus dan
pengangkatan pectoralis minor.11
14
3. Greenough incision
15
Gambar 8. Rodman-Patey Incision.11
5. Stewart incision
Desain klasik diperuntukkan untuk lesi primer sentral dan subareolar
pada payudara. Luas medial insisi berakhir di tepi sternum.
Perpanjangan lateral insisi kulit harus menutupi batas anterior
latissimus dorsi. Desain sayatan kulit harus menggabungkan
neoplasma dengan margin 1 sampai 2 cm dari tepi kranial dan kaudal
tumor.
16
Desain yang dimodifikasi dengan posisi miring diperuntukkan kanker
kuadran dalam payudara. Perluasan insisi medial seringkali harus
memasukkan kulit ke tengah tulang untuk memungkinkan margin 1
sampai 2 cm ke segala arah dari tepi tumor. Perpanjangan lateral dari
sayatan berakhir pada margin anterior latissimus.
17
Gambar 11. Classic Orr Icision.11
Variasi desain Orr diperuntukkan pada lesi payudara bagian dalam dan
ditempatkan secara vertikal (jam 6). Margin 1 sampai 2 cm dari lesi.
18
7. Gray incision
Teknik insisi ini melintasi garis tengah menuju sisi yang berlawanan.
Teknik ini biasanya digunakan pada kanker payudara yang tumornya
sampai ke sisi yang berlawanan.
19
mulai otot pectoralis mayor dari ujung medial menuju sisi lateral. Saat
diangkat, ia dikeluarkan dari luka untuk mencapai diseksi menuju axillary
tail. Spence pada Axillary tail dipisahkan dari otot pectoralis mayor, minor
dan serratus anterior. Persimpangan aksila dan jaringan aksila dijepit, diikat
dan dipotong. Diseksi aksila dapat ditambahkan sesuai keputusan. Luka
ditutup dengan suction drain.
20
BAB III
KESIMPULAN
1. Payudara terdiri dari jaringan ikat, lemak, dan jaringan payudara yang
mengandung kelenjar yang dapat menghasilkan air susu, biasa disebut
kelenjar susu.
2. Prosedur bedah biasanya menjadi pilihan untuk merekonstruksi payudara
yang cacat, terutama pada wanita yang operasi kanker payudara. Pilihan
pola insisi secara signifikan mempengaruhi hasil estetik pada rekonstruksi
payudara.
3. Pola insisi pada operasi tumor jinak payudara yang paling sering
digunakan adalah insisi periareolar, radial, dan inframammary fold.
4. Pola insisi pada Modified Radical Mastectomy terdiri dari insisi Halsted,
Kocher, Greenough, Rodman-Paley, Stewart, Orr, dan Gray.
5. Pola insisi pada Skin Sparing Mastectomy terdiri dari insisi periareolar,
tennis racquet, mamoplasti reduksi, dan modifikasi elips tertutup.
21
DAFTAR PUSTAKA
22