Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMAE


DI POLI BEDAH RUMAH SAKIT DAERAH
BALUNG KABUPATEN JEMBER

OLEH

Rohmatun Nazila
NIM 192311101034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Ca Mammae di Poli Bedah RSD


Balung Kabupaten Jember telah disetujui dan di sahkan pada :
Hari, Tanggal :
Tempat : Poli Bedah RSD Balung Jember

Jember ,................2019

Mahasiswa

Rohmatun Nazila, S.Kep.


NIM 192311101034

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Stase Keperawatan Bedah Poli Bedah
Fkep Universitas Jember RSD Balung Jember

Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep Ns. Nu Rohman, S.Kep


NIP. 19800412 200604 1 002 NIP.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Konsep Teori......................................................................................1
1. Anatomi Kelenjar Mammae ..............................................................1
2. Fisiologi Kelenjar Mammae ..............................................................3
3. Definisi Ca Mammae ......................................................................... 3
4. Epidemiologi Ca Mammae................................................................. 4
5. Etiologi Ca Mammae.......................................................................... 5
6. Klasifikasi Ca Mammae .................................................................... 6
7. Patofisiologi/ Patologi Ca Mammae................................................... 8
8. Manifestasi Klinis Ca Mammae ........................................................ 9
9. Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae................................................ 11
10. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi ...................... 11
B. Clinical Pathway ............................................................................... 13
C. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 14
a. Assessment/ Pengkajian .............................................................. 14
b. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES).................... 17
c. Perencanaan/ Nuursing Care Plan ............................................. 18
D. Discharge Planning ...........................................................................21
E. Daftar Pustaka .................................................................................... 22
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
1. Anatomi Kelenjar Mammae
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar
ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan
dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Payudara terdiri atas dua jenis
jaringan yaitu jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi
lobus dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan
jaringan ika (Haryono et al., 2011; Moore et al., 2009).

Gambar 1. Anatomi Mammae


Sumber : Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002

Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis
mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran
payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan
bukan pada jumlah glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus
(ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori.
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola. Secara umum payudara dibagi atas
korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya
terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian
yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar putting. Tuberkel–tuberkel
Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola (Price, 2012).
Bentuk putting ada 4 bentuk yaitu normal, pendek/datar, panjang, dan terbenam.

gambar 2. bentuk-bentuk payudara


Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena
supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Sloane dalam Riduan, 2016)

2. Fisiologi Kelenjar Mammae


Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas
sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan
daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran
maksimal, tegang, dan nyeri. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan
menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel
duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI
dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu
(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005). Selama kehamilan tua dan setelah
melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon
prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian
melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak
beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun
akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Price, 2012).
3. Definisi Ca. Mamae
Cancer adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian (Yayasan Kanker Indonesia, 2009). Kanker payudara merupakan tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara
(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).
Ca. Mamae bermula ketika sel-sel pada kelenjar mamae mulai tumbuh tidak
terkendali. Sel-sel ini biasanya membentuk tumor yang seringkali dapat terlihat
pada x-ray atau dirasakan sebagai sebuah benjolan. Tumor tersebut adalah
malignan (kanker) apabila sel-sel tersebut dan tumbuh (menginvasi) pada
jaringan-jaringan disekitar atau menyebar (bermetastase) pada daerah yang jauh
pada tubuh. Kanker payudara terjadi hampir seluruhnya pada wanita, namun pria
juga dapat mengalaminya. Sel-sel pada hampir bagian tubuh mana saja dapat
menjadi kanker dan menyebar ke daerah lain di tubuh. Kanker payudara dapat
bermula dari bagian yang berbeda pada payudara. Sebagian besar kanker payudara
bermula dari saluran yang membawa susu menuju puting susu (ductal cancer).
Beberapa bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu (lobular cancer).
Terdapat juga jenis-jenis lain kanker payudara yang lebih jarang terjadi
(American Cancer Society, 2016).
Kanker payudara dapat bermetastase pada organ sekitarnya seperti paru.
Metastase tersebut dapat menimbulkan hipoksia jaringan. Hipoksia pada tempat
metastase tersebut diakibatkan karena adanya hambatan pembuluh darah oleh
kumpulan trombosis yang disebabkan oleh penyebaran sel-sel tumor utama
sehingga dapat menyebabkan gangguan pola nafas dan terjadi intoleransi aktivitas
pada orang dengan Ca Mammae.
Gambar 2 Ca. Mammae
Sumber : Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002

4. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan kanker yang ada pada wanita baik di negara
maju dan negara berkembang. Berdasarkan data World Health Organization di
perkirakan bahwa lebih dari 508.000 wanita di seluruh dunia meninggal pada
tahun 2011 karena kanker payudara (WHO, 2015). American Cancer Society
memperkirakan di Amerika Serikat pada tahun 2015 terdapat sekitar 231.840
kasus baru kanker payudara invasif yang di diagnosis pada perempuan, 60.290
kasus baru karsinoma in situ (CIS) yang di diagnosis (CIS adalah non invasif dan
merupakan bentuk awal dari kanker payudara), serta sekitar 40.290 perempuan
meninggal dengan kanker payudara (American Cancer Society, 2015). Di Inggris,
insiden kanker payudara pada wanita telah meningkat sebesar 6% selama dekade
terakhir pada tahun 1999-2001 dan tahun 2008-2010, dengan perkiraan sekitar
550.000-570.000 orang hidup dengan kanker payudara atau sesudah di diagnosis
kanker payudara. Angka ini diperkirakan menjadi tiga kali lipat pada tahun 2040
di Inggris karena populasi yang bertambah tua dan meningkatnya usia harapan
hidup (Breast Cancer Research, 2013).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, penyakit kanker serviks dan
kanker payudara merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara sebesar
0,5% atau 61.682 jumlah kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Studi
epidemiologi telah mengidentifikasi sejumlah faktor risiko yang berhubungan
dengan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita. Beberapa faktor risiko
telah ditemukan secara klinis yang digunakan untuk menilai pasien dengan risiko
terkena kanker payudara. Bertambahnya usia dan jenis kelamin pada perempuan
ditetapkan sebagai salah satu faktor risiko untuk kanker payudara. Kanker
payudara relatif jarang ditemukan pada perempuan di bawah umur 40 tahun tetapi
meningkat secara signifikan pada umur di atas 40 tahun. Pengaruh usia di
ilustrasikan dalam SEER (Survaillance, Epidemiology and End Results) data
dimana insiden kanker payudara invasif untuk wanita berusia di bawah 50 tahun
sebesar 44/100.000 dibandingkan dengan 345/100.00 untuk perempuan berusia di
atas 50 tahun. Faktor risiko lain yang menyebabkan kanker payudara adalah
riwayat keluarga dengan kanker payudara, faktor reproduksi, hormon, riwayat
kesehatan payudara sebelumnya, gaya hidup, obesitas, dan lingkungan (Alison
ST, 2015).
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on
Cancer (IARC) tahun 2012 (Kemenkes RI, 2014), kanker payudara adalah jenis
kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian
tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan data dari Sistem
Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi
pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%)
(Kemenkes RI, 2014).

5. Etiologi
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
a. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara
daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
kanker payudara.
b. Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
sepuluh tahun, resiko kanker payudara meningkat dua kali lipat. Kejadian
puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c. Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko
terjadinya kanker payudara.
d. Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen
suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.
f. Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
g. Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan
resiko kanker payudara 3 %.
h. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
i. Nulipara/belum pernah melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara
sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.
j. Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan
adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik
selama menyusui.
k. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan
obesitas (Rasjidi, I., dan Hartanto, A., 2009).

6. Klasifikasi
Pentahapan Ca. Mammae mencakup pengklasifikasian Ca. Mammae
berdasarkan keluasan penyakit. Pentahapan klinik yang paling banyak digunakan
untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran
tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.
Sistem klasifikasi TNM diadaptasi oleh the American Joint Committee on Cancer
Staging and End Results Reporting adalah sebagai berikut,

Tabel 1 Pentahapan Kanker Ca. Mammae berdasarkan TNM


Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap I T1 N0 M0
Tahap II A To N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Tahap II B T2 N1 M0
T3 N1 M0
Tahap III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Tahap III B T4 Sembarang N M0
Sembarang T N3 M0
Tahap IV Sembarang T Sembarang N M1
Tumor Primer (T)
T0 : Tidak ada bukti tumor
Tis : Karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ, atau
penyakit paget’s putting susu dengan atau tanpa tumor
T1 : Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
T2 : Tumor > 2 cm tetapi tidak < 5 cm dalam dimensi terbesarnya
T3 : Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
T4 : Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit
Nodus Limfe Regional (N)
N0 : Tidak ada metastase nodus limfe regional
N1 : Metastase ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat digerakkan)
N2 : Metastase ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) terfiksasi pas satu sama
lain atau pada struktur lainnya
N3 : Metastase ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis yang jauh
M1 : Metastasis jauh (termasuk metastases ke nodus limfe supraklavikular
ipsilateral)
Sumber : Dikutip dari American Joint Commite on Cance. Manual for Staging of
Cancer. Dalam Buku Keperawatan Medikal-Bedah Vol. 2
Gambar 3 Tahap dari Ca. Mammae
Sumber : Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002
Selain kriteria pentahapan gambaran patologi lainnya dan tes prognostik
digunakan untuk mengidentifikasi kelompok pasien yang berbeda, adapun
pembagian tersebut antara lain,
a. Karsinoma Duktal Menginfiltrasi
Merupakan tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua
jenis kanker payudara. Keras saat dipalpasi, kanker jenis ini bermetastasis ke
nodus aksila. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau
otak.
b. Karsinoma Lobular Menginfilrasi
Merupakan salah satu jenis kanker Ca. Mammae yang jarang terjadi,
merupakan 5% sampai 10% Ca. Mammae. Tipe ini lebih umum multisentris,
sehingga terjadi penebalan dibeberapa area pada salah satu atau kedua payudara.
Karsinoma lobular biasanya bermetastase kepermukaan meningeal atau tempat-
tempat tidak lazim lainnya.
c. Karsinoma Medular
Merupakan salah satu jeni kanker yang menempati 6% dari Ca. Mammae
dan tumbuh dalam kapsul didalam duktus.
d. Kanker Musinus
Merupakan salah satu jeni kanker yang menempati 3% dari Ca. Mammae,
penghasil lender dan bermetastase sangat lambat.
e. Kanker Duktal-Tubular
Merupakan salah satu jenis kanker yang jarang terjadi dan menempati 2%
dari Ca. Mammae.
f. Karsinoma Inflamatory
Merupakan jenis tipe Ca. Mammae yang jarang ditemukan (1% sampai
dengan 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara
lainnya. Tanda klinis dari adanya tumor ini adalah adanya nyeri tekan, mammae
keras dan membesar, kulit diatas tumor merah dan agak hitam, sering terjadi
edema dan retraksi puting susu.
g. Penyakit paget
Merupakan tipe Ca. Mammae yang jarang terjadi, gejala yang sering timbul
adalah adanya rasa terbakar dan gatal pada payudara.
h. Karsinoma Ductal In Situ (DCIS)
Merupakan salah satu jenis kanker yang secara histologis dibagi menjadi
dua tipe yaitu subtype mayor : komedo dan nonkomedo. Pengobatan yang paling
umum adalah masektomi dengan angka kesembuhan 98% atau 99%.
i. Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)
Merupakan salah satu jenis Ca. Mammae yang ditandai dengan proliferasi sel-sel
di dalam lobus payudara.

7. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
a. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel disebabkan
oleh agen yang disebt karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, radiasi, virus,
atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel akan lebih rentan terhadap suatu karsinogen.
Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi, karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). Penyebab pasti belum
diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya
keganasan pada mammae, yaitu:
a) Mekanisme hormonal
Dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone yang
dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae
(Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang
pertumbuhan sel mammae. Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang
diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita
karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone
estrogenlah yang, menyebabkan kanker  mammae pada manusia. Namun
menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peningkatan resiko Ca.
Mammae dan resiko Ca. Mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak
pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
b) Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c) Genetik
1) Ca. Mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominan.
2) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom
17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
3) Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada pasien
dengan riwayat keluarga Ca. Mammae dan Ca. Ovarium.
d) Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi
tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan
paling sering pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan
perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah
sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker
yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa
nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah
dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut. Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa
menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah.
Dari saluran limfe akan sampai kelenjer limfe menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema
limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange).  Penyebaran yang terjadi secara
hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan  paru, pleura,
otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebra dan panggul). Pada tahap
terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh
dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan
anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai cachexis kanker.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase,


a. Fase induksi (15-30 tahun)
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampa bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
b. Fase in situ (1-5 tahun)
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiktrasi melalui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara
fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
d. Fase desiminasi (1-5 tahun)
Bila tumor membesar maka kemungkinan penyebaaran ke tempat-tempat
lain bertambah.

8. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kanker payudara menurut American Cancer Society tahun
2016, yaitu:
a. Terdapat benjolan baru
b. Bengkak pada sebagian atau seluruh payudara (bahkan jika tidak ada
benjolan yang diarasakan)
c. Iritasi kulit atau lesung kulit
d. Nyeri pada payudara atau puting susu
e. Retraksi puting susu
f. Kemerahan, bersisik, atau penebalan puting susu atau kulit payudara

g. Discharge/keluarnya cairan dari puting susu (selain ASI)


Kemenkes RI (2017) membagi tanda adanya kanker payudara menjadi dua,
yaitu tanda primer dan tanda sekunder. Berikut tanda primer dan sekunder kanker
payudara:
a. Tanda primer:
a) Densitas yang meninggi pada tumor
b) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnta atau batas yang tidak jelas (komet sign)
c) Gambaran translusen di sekitar tumor
d) Gambaran stelata
e) Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan (klasifikasi dengan lokasi
di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah dari 5, dan
bentuk stelata)
f) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
b. Tanda sekunder:
a) Retraksi kulit atau penebalan kulit
b) Bertambahnya vaskularisasi
c) Perubahan posisi putting
d) Kelenjar getah bening aksila (+)
e) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
f) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang
tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%
(Hemant Singhal, 2009). Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35
tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda primer yang dapat
dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor yang tidak teratur
oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak
jelas (komet sign), gambaran translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran
klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah
retraksi kulit atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk
utas.
b. MRI Mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal,
MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini (Hemant Singhal, 2009).
c. Pemeriksaan Biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di rumah sakit yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan
potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma
mammae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk
menghindari penyebaran iatrogenik tumor (Wan Desen, 2008).
d. Ultrasonografi
Ultrasonografi digunakan untuk membantu dalam membedakan antara
massa padat. Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang
suara, hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi
dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga
10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

10. Penatalaksanaan
a. Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut Ca. Mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
a) Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan
operasi radikal Ca. Mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak
minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor,
m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar
secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini,
dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae,
ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan
terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah
makin berkurang.
b) Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.
Pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.
Pektoralis mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola
operasi ini mempunyai kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi
pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
Dewasa ini, mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi
radikal standar, luas digunakan secara klinis.
c) Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan
kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau
pasien lanjut usia (Wan desen, 2008).
b. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
a) Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap Ca. Mammae hasilnya kurang ideal,
survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan
kontraindikasi atau menolak operasi.
b) Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut
pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi
terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian
kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae yang operabel.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu
ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca
mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis
terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi
irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio
supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik,
sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.
c) Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik (Wan desen,
2008).
c. Terapi Hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi
hormonal bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap
wanita pra-menopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah
ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang digunakan di klinis yang
terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat reseptor
estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara
kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek
terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis
vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan
dan diperiksa secara berkala (Wan desen, 2008).
d. Terapi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi (Kanker Payudara,
2010).
a) Adriamycin
Efek samping dapat mengubah hasil EKG, takikardi, mual, muntah,
stomatitis, kerontokan rambut, selulitis hebat jika terjadi infiltrasi.
b) Cytoxan
Efek samping dapat menyebabkan mual, muntah, anoreksia, abnormalitas
menstruasi, sistitis hemoragik.
c) Methotrexate
Efek samping menyebabkan stomatitis, perubahan SSP, kerontokkan
rambut.
d) 5-Fluorourasil
Efek samping menyebabkan perubahan SSP, kelemahan dan malaise
somatises.
e) Vinblastine (veiban)
Efek samping menyebabkan perubahan SSP, neurotoksisitas, mual,
muntah konstipasi, stomatitis
f) Vincristine
Efek samping kerontokkan rambut, neurototoksisitas disertai kehilangan
sensori (semutan, kedutan), depresi reflex, kelemahan.
e. Terapi kombinasi
CMF, CAF, CMFVP
f. Terapi Diet Pola Makan pada Pasien Ca. Mammae terhadap efek samping
terapi pengobatan puten kanker
1. Pada pasien anoreksia makanan yang diberikan adala makanan yang
segar, makanan yang disukai pasien dan makanan yang mencitakan
suasana nyaman ketika pasien makan,
2. Pada pasien yang mengalami diare intake makanan berserat dibatasi,
lactose intolerance dapat te rjadi akibat terapi radiasi dan obat. Pada
pasien diare makanan yang berlemak dikurangi, meningkatkan intake
cairan dan kalium, makanan dididangkan dalam suhu ruangan atau
dingin,
3. Pada pasien yang mengalami konstipasi diberikan makanan yang tinggi
serat dan cairan seperti mengkonsumis buah-uahan, sayuran, susu dan
biji-bijian,
4. Makanan atau minuman dingin dapat lebih diterima dibandingkan dengan
makanan yang panas, adapun contoh makanan atau minuman yang dapat
diberikan adalah minuman dingin, makanan berkuah bening, es krim,
gelatin, buah semangka, melon, anggur, ketimun, ataupun kacang asin,
5. Pada pasien yang mengalami malabsorbsi dapat diberikan minuman
berkalori, makanan porsi kecil dan sering,
6. Pada pasien kemoterapi hindari makan dan minum setelah 2 jam terapi
untuk mencegah mual, muntah, keracunan pada jantung, ginjal dan paru-
paru.
Penatalaksanaan Kanker Payudara yang diterapkan di Indonesia sesuai
stadium kanker payudara, yaitu:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi:
a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm
b) Kemoterapi adjuvant
c) Radiasi
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (III A)
1) Mastektomi simpel dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
b) Inoperabel (III B)
1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi
2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi,
radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target
3) Kemoradiasi preoperasi atau neoadjuvant, dengan atau tanpa operasi,
dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target.
4. Kanker payudara stadium lanjut
a) Sifat terapi paliatif
b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan

11. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke
paru,pleura, tulang dan hati. Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah
kapiler (penyebaran limfogen dan hematogen, penyebaran hematogen dan
limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang, otak, syaraf).
b. Gangguan neuro varkuler merupakan gangguan sirkulasi, sensasi atau
pergerakkan ekstermitas yang mengalami kelemahan
c. Faktor patologi
d. Fibrosis payudara merupakan terbentuknya jaringan ikat yang berlebihan
pada kelenjar payudara sehingga menyebabkan peradangan
e. Kematian
Faktor predisposisi dan risiko tingi hyperplasia pada sel mammae
B. Clinical Pathway

Pre-operasi Post-operasi

Mensuplai nutrisi ke Mendesak jaringan sekitar Mendesak sel saraf Mendesak pembuluh darah Luka terbuka
jaringan ca

Menekan jaringan pada mammae Interupsi sel saraf Aliran darah terhambat Jaringan terbuka
Hipermetabolis ke
jaringan
Nyeri Kronis Hipoksia
Peningkatan konsistensi mammae Invasi bakteri
Suplai nutrisi ke
jaringan lain turun
Mammae bengkak Nekrosis jaringan
Ukuran abnormal Risiko infeksi

BB turun
Massa tumor mendesak Bakteri patogen Mammae asimetrik
Mammae asimetrik
jaringan luar
Ketidakseimbangan Risiko infeksi
nutrisi : kurang dari Infiltrasi pleura Gangguan citra Defisien Gangguan citra
kebutuhan tubuh parietal tubuh pengetahuan tubuh

Ansietas
Perfusi jaringan terganggu Ekspansi paru Adanya rangsang
menurun snsorik

Ulkus
Ketidakefektifan Nyeri Kronis
pola nafas
Kerusakan integritas kulit/jaringan
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengakjian
a. Identitas Pasien
a) nama : merupakan identitas pasien
b) umur : paling banyak terjadi pada wanita diatas usia 40 keatas dan
paling banyak terjadi di negara maju dan berkembang)
c) jenis kelamin : perempuan lebih sering dari pada laki-laki dengan
perbandingan 99:1
d) pendidikan : merupakan tingkat pengetahuan pasien dalam
mengenyam pendidikan
e) alamat : merupakan alamat tempat tinggal pasien saat ini
f) pekerjaan : merupakan kegiatan pasien sehari-hari dalam
memenuhi kebutuhannya
g) agama : kepercayaan yang dianut pasien (islam, kristen, protestan
atau yang lainnya)
h) suku : merupakan asal daerah tempat tinggal pasien (jawa,
masudar, batak, toraja atau lainnya)
i) tanggal dan jam MRS : merupakan kapan pasien masuk kedalam
pelayanan kesehatan untuk menjalankan pengobatan
j) nomor registrasi : merupakan nomor pasien ketika menjalani
pengobatan pada pelayanan kesehatan dan
k) diagnosa medis : merupakan diagnosa medis dari dokter spesialis
dengan diagnose Ca. Mammae
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga dengan atau
tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul mual, kelemahan badan,
rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan, edema, kulit berwarna merah dan mengeras serta adanya ulkus.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering mengalami nafsu makan turun akibat perubahan citarasa
terhadap makanan tertentu, mual muntah akibat respon inflamasi dan efek
sistemik inflamasi, nyeri, bengkak akibat metastases el kanker dalam tubuh
yang berlebih.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat Ca. Mammae sebelumnya, atau kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun menderita penyakit kanker seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama
dari generasi sebelumnya.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pasien mengalami perubahan persepsi dan tata laksasna hidup
sehat dan akan mendapatkan pertolongan dari keluarga
b) Pola nutrisi dan metabolisme
1) Gejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak
dapat menerima makanan, mual dan muntah.
2) Tanda : Berat badan turun atau peningkatan cairan, edema,
kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas berbau, pendarahan
gusi
c) Pola eliminasi
1) Gejala : flatus
2) Tanda : distensi abdomen, penurunan atau tak adanya bising
usus, nyeri saat konstipasi, melena, urin gelap dan pekat
d) Pola aktivitas dan latihan (sulit beraktivitas, kehilangan sensasi
penglihatan, gangguan tonus otot, gangguan tingkat kesadaran)
e) Pola tidur dan istirahat
Tanda dan gejala : sulit tidur karena nyeri,
f) Pola hubungan dan peran
Hubungan dan peran terhadap pasien dan keluarga mengalami
perubahan akibat penyakit yang diderita klien.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita, kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat pasien tidak percaya diri,
malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h) Pola sensori dan kognitf
1) Gejala : adanya perubahan kepribadian, penurunan mental
2) Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat atau tidak jelas, asterik (ensefalopati hepatic)
i) Pola reproduksi seksual
1) Gejala : gangguan menstruasi, impoten
2) Tanda : kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis)
j) Pola penanggulangan stress
Pasien biasanya mengalami stress yang berlebihan, denial, dan
keputusasaan.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien dan keluarga meminta pertolongan melalui berdoa dan
meyakini akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa
g. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : komposmetis (sadar ataupun tidak sadar)
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : Hipo/Hiper tensi
2) Suhu : Normal
3) RR : Dispnea
4) Nadi : Bradikardi
c) Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : Kulit kering, telapak tangan berwarna merah,
rambut rontok
2) Muka : simetris
3) Mata :
(a) Lapang pandang : normal
(b) Conjungtiva : anemis
(c) Sclera : tidak icterus
(d) Reflek cahaya pupil : miosis
(e) Reflek kornea : normal
(f) Tidak ada nyeri tekan
4) Telinga : daun telinga simetris, tidak ada serum atau benda
asing, tidak ada infeksi, tidak ada nyeri tekan
5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan
6) Mulut : bibir kering, lidah bersih, tidak ada gangguan
perasa, tidak ada stomatitis
7) Leher
(a) Kelenjar tiroid : normal
(b) Kaku kuduk : normal
(c) Kelenjar limfa : nampak ada pembesaran
8) Dada
(a) Inspeksi
(1) Bentuk dada : tidak simetris (pengangkatan
mammae, adanya luka)
(2) Pernafasan
a. Tipe : takipnea
b. Irama : irregular
c. Frekuensi : >24x/menit
d. Retraksi intercose : otot bantu perut
e. Ictus cordis : pada ICS 5 (normal)
(b) Palpasi
(1) Taktil fremitus : normal
(2) Nyeri tekan : ada
(3) Masa : ada
(c) Perkusi
(1) Paru : sonor
(2) Jantung : pekak
(d) Auskultasi
(1) Paru : tidak ada suara tambahan
(2) Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi
(normal)
(3) Bronkovaskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan
dengan intesitas sedang (normal)
(4) Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah
(normal)
9) Abdomen
(a) Inspeksi : Kulit bersih,
(b) Auskultasi : Bising usus terdengar ataupun tidak
(c) Palpasi :
(1) Palpasi ringan : adanya nyeri tekan pada lumbalis
kanan
(2) Turgor kulit : kembali 2 deti (dehidrasi ringan)
(d) Perkusi : Sifting dullnes
10) Urogenitalia
(a) Genetalia
(1) Inspeksi : bersih, penyebaran pubis merata
(2) Palpasi : tidak ada benjolan di rectum
(b) Anus
(1) Inspeksi : warna coklat, bersih, tidak ada hemoroid
(2) Palpasi : tidak ada benjolan directum
11) Ekstermitas
(a) Kekuatan otot
(b) Ada edema
12) Kulit dan kuku
Capila Refill Time (CRT) kembali 2 detik, turgor kulit
elastis atau tidak, tekstur kulit lembap ataupun kering.
13) Keadaan lokal
Merupakan status kondisi klien yang dilihat dari GCS 
Eye : Verbal : Motorik = 4 : 5: 6
h. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara : memberikan diagnosa definitive terhadap massa
b) Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
c) CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara
khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras
dan sulit diperiksa dengan mammografi 
d) Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa yang
padat 
e) Mammografi : memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.

2. Diganosa Keperawatan
a. Pre-operasi
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungnan dengan turunnya suplai nutrisi kedalam jaringan
yang mengakibatkan turunnya berat badan.
b) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan terjadinya
perforasi jaringan akibat adanya desakan tumor atau sel kanker
yang mendesak jaringan diluarnya yang mengakibatkan ulkus.
c) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya infilrasi
pleura parietal yang yang terjadi akibat adanya desakan masaa oleh
tumor pada jaringan luar yang mengakibatkan ekspansi paru
menurun.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terjadinya ketidak
abnormalan kelenjar mammae akibat Ca.
e) Ansietas berhubungan dengan terjadinya Ca. Dan penatalaksanaan
tindakan invasif yang mengakibatkan pasien mengalami kecemasan
berlebih.
f) Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapatkan mengenai proses, dan penatalaksanaan Ca.
Mammae akibat terbatasnya ilmu dan sumberdaya pengetahuan.
g) Risiko infeksi berhubungan dengan terjadinya nekrosis jaringan
akibat kurangnya aliran oksigen dalam jaringan sehingga terjadi
luka dan bakteri patogen berkembang.
h) Nyeri kronis berhubungan dengan adanya perkembangan sel Ca.
yang abnormal sehingga menimbulkan interupsi sel saraf sehingga
timbul sensasi nyeri pada saraf sensorik..
b. Post-Operasi
a) Nyeri kronis berhubungan dengan adanya proses invasif yang
berhubungan dengan pengangkatan jaringan sehingga
menimbulkan sensasi nyeri pada area operasi.
b) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya jarigan terbuka akibat
tindakan invasif yang menimbulkan luka sehingga invasi bakteri
berkembang.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tindakan invasif yaitu
pengangkatan kelenjar mammae.
3. Intervensi Keperawatan
Pre-Operasi
DIAGNOSIS
NO. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Monitor Pernafasan (3350)
napas (00032) menunjukkan hasil: a. Monitor tingkat, irama kedalaman dan
kesulitan bernafas;
Status Pernafasan (0415) b. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, dan
Tujuan penggunaan otot bantu pernafasan;
No. Indikator Awal c. Monitor suara nafas tambahan;
1 2 3 4 5
1. Frekuensi pernafasan 3 √ d. Monitor pola nafas;
2. Irama pernafasan 3 √ e. Auskultasi suara nafas;
man f. Buka jalan napas;
inspir g. Berikan terapi oksigen.
3. Kedal √
asi
3 NIC: Terapi Oksigen (3320)
4 Kepatenan jalan nafas 2 √ a. Pertahankan kepatenan jalan nafas;
Penggunaan otot bantu b. Berikan oksigen seperti yang diperintahkan;
5. 3 √ c. Monitor aliran oksigen;
pernafasan
6. Dyspnea saat istirahat 4 √ d. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen
secara berkala untuk memastikan bahwa
Dyspnea dengan
7. 3 √ konsentrasi (yang telah) ditentukan telah
aktivitas ringan
diberikan;
Keterangan:
e. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan
1. Keluhan ekstrime
bahwa alat tersebut tidak mengganggu upaya
2. Keluhan berat
pasien untuk bernapas.
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)
5. Tidak ada keluhan
a. Posisikan pasien semi fowler;
b. Motivasi pasien untuk melakukan batuk
efektif;
c. Auskultasi suara nafas, mendengarkan ada atau
tidak ada adanya suara tambahan;
d. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
fisioterapi dada.
2. Nyeri kronis (00133) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Pengobatan (2380)
menunjukkan hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan
2. Identifikasi jumlah dan jenis obat yang
Tingkat Nyeri (2102) digunakan
Tujuan 3. Monitor tanda dan gejala toksitasi obat
No. Indikator Awal 4. Informasikan terhadap pasien dan keluarga
1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan √ mengenai cara pemberian obat yang sesuai
Panjangnya episode
2. √ NIC: Manajemen Nyeri (1400)
nyeri
Mengerang dan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. √ 2. Observasi tanda nonverbal mengenai
menangis
4. Ekspresi nyeri wajah √ ketidaknyamanan
istirah 3. Gali pengetahuan pasien tentang nyeri
5. Tidak bisa be at √ 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa lalu
5. Bantu keluarga mencari dukungan
6. Mengerinyit √ 6. Berikan informasi mengenai nyeri, sepert
penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan,
7. Mengeluarkan keringat √
dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
8. Berkeringat berlebihan √
prosedur
9. Mondar mandir √
7. Kurangi faktor yang menyebabkan nyeri
10. Fokus menyempit √ 8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
11. Ketegangan otot √
Kehilangan nafsu NIC: Terapi Relaksasi (6040)
12. √
makan 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
13. Mual √ serta jenis relaksasi
si √ 2. Pertimbangkan keinginan pasien untuk
makan berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
14. Intolera
an pilihan, pengalaman masa lalu dan
kontraindikasi sebelum memilih strategi
3. Dorong klien untuk mengambil posisi yang
Keterangan: nyaman dengan pakaian longgar dan mata
1. Tidak pernah tertutup
2. Jarang 4. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi
3. Kadang-kadang yang terjadi
4. Sering 5. Dorong klien untuk mengulangi
5. Selalu 6. Evaluasi dan dokumentasi respon pasien
terhadap terapi relaksasi

NIC: Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)


1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan
2. Catat gaya dan fluktuasi tekanan darah
3. Monitor nadi dan kekuatannya
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernafasan

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Penahapan Diet (1020)
nutrisi: kurang dari menunjukkan hasil: 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai
kebutuhan tubuh Status Nutrisi (1004) kebutuhan
(00002) Tujuan 2. Kolaborasikan dengan tenaga kese
No. Indikator Awal hatan lain untuk meningkatkan diet
1 2 3 4 5
1. Asupan Gizi √ secepat mungkin jika tidak ada
2. Asupan Makanan √ komplikasi
3. Asupan Cairan √ 3. Tawarkan makan 6x dengan porsi
4. Energi √ kecil
4. Tingkatkan diet dari cairan jernih,
Rasio berat badan atau cair dan lembut
5. √
tinggi badan 5. Tingkatkan diet dari air gula
6. Hidrasi √ atau cairan elektrolit oral
Keterangan ; 6. Monitor toleransi peningkatan
1. Sangat menyimpang dari rentang normal diet
2. Banyak menyimpang dari rentang normal 7. Ciptakan lingkungan yang me-
3. Cukup menyimpang dari rentang normal mungkinkan makanan disajikan
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal sebaik mungkin
5. Tidak menyimpang dari rentang normal 8. Monitor kesadaran pasien dan juga
reflek menelan
9. Tuliskan batasan diet pasien di
samping tempat tidur, pada papan
chart dan di catatan perencanaan
pasien

NIC : Terapi Nutrisi (11200


1. Lengkapi pengkajian nutrisi
2. Monitor intake makanan/cairan
dan hitung masukan kalori perhari
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
berkolaborasi dengan ahli gizi
4. Motivasi pasien untuk mengkon
sumsi makanan yang tinggi kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tinggi
kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet mengan
dung makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebu
tuhan
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
9. Sesuai batas diet yang dianjurkan

4. Ansietas (00146) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Pengurangan kccemasan (5820)
menunjukkan hasil: a. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
Status Pernafasan: Tingkat kecemasan (1211) perawatan dan prognosis
Tujuan b. Tingkatkan rasa aman dan kurangi ketakutan
No. Indikator Awal c. Berikan objek untuk memberikan rasa aman
1 2 3 4 5
1. Tidak dapat beristirahat √ d. Puji perilaku pasien dengan tepat
Berjalan mondar- e. Lakukan usapan punggung/leher dengan cara
2. √ tepat
mandir
3. Merenas –remas tangan √ f. Instruksikan klien menggunakan teknik
4 Perasaan gelisah √ relaksasi
5 Otot tegang √ g. Bantu klien mengidetifikasi situasi yang
6 Wajah tegang √ memicu kecemasan
NIC: Terapi relaksasi (6040)
7 Iritabilitas √
a. Ciptakan lingkungan yang tegang dan tanpa
8 Peningkatan TD √
distraksi
Peningkatan frekuensi
9 √ b. Dorong klin mengambil posisi nyaman
nadi
c. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi
Peningkatan frekuensi
10 √ pada pasien
pernapasan d. Dapatkan perilaku yang mnunjukkan relaksasi
11 Berkeringat dingin √ (bernafas dalam, menguap, pernafasan perut,
12 Pusing √ bayangan yang menenangkan)
13 Fatigue √ e. Minta pasien untuk rileks dan menikmati
14 Gangguan tidur √ sensasi yang terjadi
15 Perubahan pola makan √ f. Dorong pengulangan teknik praktik secara
Keterangan: berkala
1. Berat g. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap
2. Cukup berat terapi relaksasi
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
5 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Manajemen Elektrolit
jaringan menunjukkan hasil: 1. IV
Integritas jaringan : membran mukosa dan kulit (1101) 2. Berikan lingkungan yang aman pada pasien
Tujuan 3. Berikan suplemen cairn
No. Indikator Awal 4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai jenis,
1 2 3 4 5
1. Suhu kulit √ penyebab dan pengobatan apabila terdapat
2. Sensasi √ ketidakseimbangan elektrolit
3. Elastis √ 5. Konsultasi dengan dokter apabila terjadi
4 Hidrasi √ ketidakseimbangan cairan/elektrolit
5 Keringat √
6 Tekstrur √ Manajemen cairan
1 Monitor status pasien
7 Ketebalan √
2 Jaga intake / asupan yang akurat dan catat
8 Perfusi jaringan √
output
Pertumbuhan rambut
9 √ 3 Monitor status hidrasi (seperti, membrane
pada kulit
mukosa lembab, denyut nadi adekuat, tenan
10 Integritas kulit √ darah normal)
Keterangan: 4 Beri terapi IV sesuai dengan anjuran
1. Berat 5 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
2. Cukup berat dalam pemberian makan dengan baik
3. Sedang
4. Ringan Terapi Nutrisi
5. Tidak ada 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
2. Monitor intake makanan/cairan dan hitung
masukan kalori perhari
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
4. Motivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman yang tinggi kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet mengandung
makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
9. Sesuai batas diet yang dianjurkan

6 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Pengurangan kecemasan
menunjukkan hasil: 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Tujuan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 perubahan pasien
1. Gambaran internal diri √ 3. Pahami situasi krisis yang terjadi secara
Kepuasan dengan perspektif pada pasien
2. √ 4. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
fungsi tubuh
Kepuasan dengan 5. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
3. √ aman
fungsi tubuh
Sikap terhadap 6. Dengarkan klien
4 menyentuh anggota √ 7. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
tubuh kecemasan
Dukungan emosional
Keterangan 1. Diskusikan dengan pasien mengenai perasaan
1. Tidak pernah positif yang dialami
2. Jarang positif 2. Berikan pernyataan yang mendukung dan
3. Kadang-kadang positif empati
4. Sering positif 3. Dorong pasien untuk mengekspresikan
perasaan cemas, marah atau sedih
5. Konsistens positif 4. Temani pasien dan berikan jaminan
keselamatan dan keamanan selama periode
cemas
7 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Kontrol infeksi (6540)
menunjukkan hasil: 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
Tujuan dipakai setiap pasien
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 2. Ganti perawatan peralatan setiap pasien sesuai
1. Kemerahan √
SOP rumah sakit
2. Cairan luka √
3. Batasi jumlah pengunjung
3. Sputum perulen √
4 Demam √ 4. Ajarkan cara mencuci tangan
5 Hipotermia √ Perlindungan infeksi (6550)
6 Nyeri √ 5. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
7 Malaise √ 6. Berikan perawatan kulit yang tepat
8 Lethargy √ Manajemen nutrisi (1100)
9 Hilang nafsu makan √ 7. Tentukan status gizi pasien
10 Menggigil √ 8. Identifikasi adanya alergi
Keterangan: Identifikasi resiko (6610)
1. Berat
9. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
2. Cukup berat
3. Sedang 10. Identifikasi strategi koping yang digunakan
4. Ringan
5. Tidak ada
8 Defisien pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Pengajaran: Perioperatif (5610)
menunjukkan hasil: 1. informasikan kepada pasien dan keluarga
Tujuan untuk jadwal tanggal, waktu dan lokasi
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 operasi.
1. Proses penyakit √
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga
2. Definisi √
perkiraan lama operasi
3. Prosedur penanganan √
4 Tujuan prosedur √ 3. Kaji riwayat operasi sebelumnya, latar
Langkah-langkah belakang, budaya dan tingkat pengetahuan
5 √
prosedur terkait operasi
Tindakan yang sesuai 4. Fasilitasi kecemasan pasien dan keluarga
6 √
komplikasi
terkait kecemasannya
7 Efek samping prosedur √
5. Berikan kesemapatan untuk pasien bertanya
Kontraindikasi
8 √ 6. Jelaskan prosedur persiapan pre-operasi
prosedur
Keterangan: (misalnya jenis anestesi, diit yang sesuai,
6. Berat pengosongan saluran cerna, pemeriksaan lab
7. Cukup berat yang dibutuhkan, perisapan area operasi,
8. Sedang terapi intravena, pakaian operasi, ruang tunggu
9. Ringan keluarga, transportasi menuju ruang operasi
10. Tidak ada
dan lain-lain.
7. Berikan umpan balik terhadap kepercayaan
pasien kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses operasi
8. Diskusikan kemungkinan nyeri yang dirasakan
9. Intruksikan pasien mengenai teknik
mobilisasi, batuk dan nafas dalam
10. Evaluasi kemampuan pasien dan dokumentasi
Post-Operasi
DIAGNOSIS
NO. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Nyeri kronis (00133) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Manajemen Pengobatan (2380)
menunjukkan hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan
2. Identifikasi jumlah dan jenis obat yang
Tingkat Nyeri (2102) digunakan
Tujuan 3. Monitor tanda dan gejala toksitasi obat
No. Indikator Awal 4. Informasikan terhadap pasien dan keluarga
1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan √ mengenai cara pemberian obat yang sesuai
Panjangnya episode
2. √ Manajemen Nyeri (1400)
nyeri
Menggosok area sekitar 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. √ 2. Observasi tanda nonverbal mengenai
nyeri
Mengerang dan ketidaknyamanan
4. √ 3. Gali pengetahuan pasien tentang nyeri
menangis
5. Ekspresi nyeri wajah √ 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa lalu
6. Tidak bisa beristirahat √ 5. Bantu keluarga mencari dukungan
6. Berikan informasi mengenai nyeri, sepert
7. Agitasi √
penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan,
8. Iritabilitas √
dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
9. Mengerinyit √
prosedur
10. Mengeluarkan keringat √ 7. Kurangi faktor yang menyebabkan nyeri
11. Berkeringat berlebihan √ 8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
12. Mondar mandir √
13. Fokus menyempit √ Terapi Relaksasi (6040)
14. Ketegangan otot √ 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
Kehilangan nafsu serta jenis relaksasi
15. √
makan 2. Pertimbangkan keinginan pasien untuk
16. Mual √ berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
17. Intoleransi makanan √ pilihan, pengalaman masa lalu dan
Keterangan: kontraindikasi sebelum memilih strategi
1. Tidak pernah 3. Dorong klien untuk mengambil posisi yang
2. Jarang nyaman dengan pakaian longgar dan mata
3. Kadang-kadang tertutup
4. Sering 4. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi
5. Selalu yang terjadi
5. Dorong klien untuk mengulangi
6. Evaluasi dan dokumentasi respon pasien
terhadap terapi relaksasi

NIC: Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)


1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan
2. Catat gaya dan fluktuasi tekanan darah
3. Monitor nadi dan kekuatannya
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernafasan

2. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Pengurangan kecemasan
menunjukkan hasil: 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Tujuan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 perubahan pasien
1. Gambaran internal diri √ 3. Pahami situasi krisis yang terjadi secara
Kepuasan dengan perspektif pada pasien
2. √ 4. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
fungsi tubuh
Kepuasan dengan 5. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
3. √ aman
fungsi tubuh
Sikap terhadap 6. Dengarkan klien
4 menyentuh anggota √ 7. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
tubuh kecemasan
Dukungan emosional
1. Diskusikan dengan pasien mengenai perasaan
Keterangan yang dialami
1. Tidak pernah positif 2. Berikan pernyataan yang mendukung dan
2. Jarang positif empati
3. Kadang-kadang positif 3. Dorong pasien untuk mengekspresikan
4. Sering positif perasaan cemas, marah atau sedih
5. Konsistens positif 4. Temani pasien dan berikan jaminan
keselamatan dan keamanan selama periode
cemas
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Kontrol infeksi (6540)
menunjukkan hasil: 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
Tujuan dipakai setiap pasien
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 2. Ganti perawatan peralatan setiap pasien sesuai
1. Kemerahan √
SOP rumah sakit
2. Cairan luka √
3. Batasi jumlah pengunjung
3. Sputum perulen √
4 Demam √ 4. Ajarkan cara mencuci tangan
5 Hipotermia √ Perlindungan infeksi (6550)
6 Nyeri √ 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
7 Malaise √ 2. Berikan perawatan kulit yang tepat
8 Lethargy √ Manajemen nutrisi (1100)
9 Hilang nafsu makan √ 1. Tentukan status gizi pasien
10 Menggigil √ 2. Identifikasi adanya alergi
Keterangan: Identifikasi resiko (6610)
1. Berat
1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
2. Cukup berat
3. Sedang 2. Identifikasi strategi koping yang digunakan
4. Ringan
5. Tidak ada
D. Discharge Planning
Discharge planning merupakan perencanaan pulang yang akan diberikan
kepada pasien yang berada dirumah sakit. Discharge planning pada pasien Ca.
Mammae dapat diberikan melalui edukasi kepada pasien ataupun keluarganya,
adapun discharge planning tersebut adalah sebagai berikut,
1. terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
2. lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar (menggunakan sabun ringan
dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau berdeodoran
gunakan lotion hidrofilik untuk keringanan gunakan sabun aveno jika terjadi
pruritus dan hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan
suhu yang berlebihan atau cahaya ultraviolet
3. hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan shampo ringan untuk
menghindari kerontokan
4. biarkan rambut mengering secara alami dan jangan menyisir rambut terlalu
keras
5. konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. istirahat cukup dan olahraga secara teratur
7. makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh
8. jika mengingkan kehamilan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan
diminta menunggu selama 2 tahun
9. sadari

Tata cara sadari (periksa payudara sendiri)


1. berdirilah didepan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada
ketinggian yang sama. perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau
puting susu tertarik ke dalam. bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau
darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung tergantung ke
bawah, & periksa lagi.
3. berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan
sebuah bantal dibawah bahu kiri. rabalah payudara kiri dengan telapak jari-
jari kanan. periksalah apakah ada benjolan pada payudara. kemudian periksa
juga apakah ada benjolan atan pembengkakan pada ketiak kiri.
4. periksalah dan rabalah puting susu dan sekitarnya. pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). bila terasa ada sebuah
benjolan sebesar 1cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Alison ST. 2015. Breast Cancer. Medscape. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article.

American Cancer Society. 2015. Breast Cancer Facts and Figures. Atlanta:
American Cancer Society.

American Joint Commite on Cancer. Manual for Staging of Cancer. Edisi ke-4,
Philadelphia, JB Lippincolt, 1992, hlm 151-152 dalam buku Keperawatan
Medikal-Bedal Vol. 2. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Breast Cancer Research. 2013. Critical research gaps and translational priorities
for the successful prevention and treatment of breast cancer. BioMed
Central Ltd. Research article. 2013.

Bulechek, Gloria M. et all,. 2015. Nursing Intervenstions Classification. Edisi ke


enam. Elsevier.

Haryono SJ, Sukasah C, Swantari N. 2009. Payudara. Dalam: Sjamsuhidayat R,


De jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC..

Hemant Singhal, MD. 2009. Breast Cancer Evaluation. Serial Online


http://emedicine.com Diaksses pada tanggal 20 Januari 2018.

Kanker Payudara. 2010. Serial Online http://.wikipedia.com. Diaksses pada


tanggal 20 Januari 2018.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. “JKN Menjamin Pemeriksaan Deteksi Dini


Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara”, Available:
http://www.depkes.go.id/article/view/2014270003/jkn-menjamin-
pemeriksaan-deteksi-dini-kanker-leher-rahim-dan-payudara.html (Accessed:
Februari 02, 2015).

Kementerian Kesehatan RI. 2014b. “Hilangkan Mitos tentang Kanker”,


Available: http://www.depkes.go.id/article/view/201407070001/hilangkan-
mitos-tentangkanker.html.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi. Dalam Rondonuwu,
Israel A. 2016. Profil kanker payudara di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manadotahun 2013 – 2014. Jurnal e-Clinic (eCl),Volume 4, Nomor 1,
Januari-Juni 2016.
Kusuma, Hardhi, S. Kep.,Ns dan Amin Huda Nurarif, S. Kep.,Ns. Aplikasi
Asuhan Kperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc
Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Moohead, Sue., et all,. 2015. Nursing Outcomes Classification. Edisi ke lima.


Elsevier.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi


10. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Medikal-Bedah
Brunner dan Suddarth. Volume 2. Jakarta : EGC.

Wan Desen. 2008. Onkologi Klinis. Edisi 2. FK UI.

WHO. 2015. Breast cancer: prevention and control. Diakses 17 September 2015.
Available from:
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.

Yayasan Kanker Indonesia. 2009. Serial Online


http://yayasankankerindonesia.org/tentang-kanker.

Anda mungkin juga menyukai