Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P2002 Ab000 Post SC Hari Ke-0 Atas
Indikasi CPD+Floating Head+Bekas SC+Post Date Di Ruang Seruni RSUD
dr. Abdoer Rahem Situbondo telah dilaksanakan pada
tanggal.........................................di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdoer
Rahem Situbondo
Mengetahui
Kepala Ruangan,
1. Penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
perogesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila progesterone turun
2. Plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi Rahim.
3. Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkaniskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta
4. Iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. Patofisiologi masa Nifas
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehigga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
2. Lochea adalah cairan secret ysng berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
a. Lochea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari post partum.
b. Locheasanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lender, hari 3-
7 post partum.
c. Locheaserosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-
14 post partum.
d. Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Locheastasis : lochea tidak lancer keluarnya.
3. Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tengah, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
4. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
seelama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah partus
keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan-
lahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
5. Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekana
kepala bayi dan tampak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi yang
akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
6. Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara, air susu saat diproduksi disimpan di
alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi
untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi
B. Anatomi Panggul
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :
1) Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau dengan
diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada diameter
anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul
yang cukup luas.
2) Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3) Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina
iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.
4) Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan
arkus pubis yang luas.
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os
koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os
pubis. Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan
terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut
simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tulang
panggul) dan os koksigis (tulang tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya
memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu
persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung
koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.
Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada
saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os
koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis
mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang
terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian
yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-
organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan
otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung
kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis
juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator
ani dan muskulus koksigeus.
C. Komplikasi
1. Perdarahan
D. Penatalaksanaan
Sectio Caesareae
E. Pemeriksaan Penunjang
USG
USG dilakukan untuk mengetahui keadaan dan letak janin serta letas plasenta
TEORI POST DATE
B. Etiologi
Penyebab pasti post date belum diketahui, namun faktor risiko yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufiensi plasenta
Menurut Saifuddin (2014), seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan,
sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan post date belum jelas. Beberapa teori
diajukan antara lain sebagai berikut:
1) Pengaruh Progesteron
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post date memberi
kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan post date.
3) Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anencephalus,
hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat waktu.
4) Teori Syaraf Uterus
Seorang ibu yang mengalami kehamilan post date mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan lewat waktu pada kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post
date saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
akan mengalami kehamilan post date.
E. Penegakan Diagnosa
Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak
dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya.
Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan
naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu
diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis post
date dapat dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut (Mochtar, 1998).
1. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula
lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
2. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental
9,8 cm atau lebih.
3. USG: ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
4. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan amniosentesis,
baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak
dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel
yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila melebihi 10%, maka
kehamilan di atas 36 minggu dan bila melebihi 50%, maka kehamilan di atas
39 minggu.
5. Amnioskopi: melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena
dikeruhi mekonium.
6. Kardiotografi: mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
7. Uji Oksitosin (stress test): yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
8. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
9. Pemeriksaan PH darah kepala janin.
10. Pemeriksaan sitologi vagina.
F. Penatalaksanaan
Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan pemeriksaan dalam
untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi
persalinan dengan atau tanpa amniotomi. Jika terdapat indikasi, seperti riwayat
kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim; terdapat hipertensi, pre-
eklampsia; kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas; usia kehamilan >
40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi
plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan yang belum lengkap,
persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau pada primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas)
dan kesalahan letak janin. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa
partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan
kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan.
Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah
anestesi konduksi (Mochtar, 1998).
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti
sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang,
pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap
cahaya, nyeri ulu hati
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan
analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400
ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah
klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau
skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis
hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina,
dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua
kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak
dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam
kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga
ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan
kali.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya
7. Pengkajian Sistem Tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat
perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor
pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi
meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI.
Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG
juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang
dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi
cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi
keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan
pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan
kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat
diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan
pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati
dalam serum
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit
kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati.
Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural.
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut (00132) Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam Manajemen Nyeri (1400)
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria 1. Ajarkan penggunaan teknik non
hasil: farmakologi
Tingkat Nyeri (2102) 2. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
1. Nyeri yang dilaporkan ringan untuk membantu menurunkan nyeri
2. Ekspresi nyeri wajah ringan 3. Monitor kepuasan pasien terhadap
3. Bisa beristirahat manajemen nyeri dalam interval yang
4. Mual sedang spesifik
5. Tekanan darah Normal
Manajemen obat (2380)
1. Tentukan obat yang diperlukan
2. Monitor efek samping obat
Fasilitasi perubahan pengobatan dengan
dokter
2. Risiko Cedera ( 00035) Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam Identifikasi Risiko (6610)
diharapkan risiko cidera dapat berkurang dengan 1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa
kriteria hasil: lalu
2. Kaji ulang data yang didapatkan dari
Kontrol Risiko (1902)
pengkajian risiko
1. Mengenali faktor risiko individu 3. Identifikasi strategi koping yang
2. Memodifikasi gaya hidup untuk digunakan
mengurangi risiko 4. Implementasikan aktivitas
3. Mengenali perubahan status kesehatan pengurangan risiko
Perawatan Intrapartum : Risiko
Tinggi Melahirkan (6834)
1. Komunikasikan perubahan status ibu
atau janin kepada dokter primer
dengan tepat
2. Siapkan peralatan yang sesuai
3. Lanjutkan pemantauan elektronik
4. Catat waktu kelahiran
5. Bantu ibu untuk pulih dari anastesi
dengan baik
3. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam Monitor Cairan (4130)
(00026) diharapkan volume cairan dapat berkurang dengan 1. Monitor asupan dan pengeluaran
kriteria hasil: 2. Tentukan factor-faktor risiko
yang mungkin menyebabkan
Keseimbangan cairan (0601)
ketidakseimbangan cairan
1. Tekanan darah normal 3. Monitor TTV
2. Turgor kulit baik 4. Berikan cairan dengan tepat
3. Berat badan stabil 5. Monitor warna, kuantitas, dan
4. Edema perifer ringan berat jenis urin
5. Pusing ringan 6. Batasi dan alokasikan asupan
cairan
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, Bantuan perawatan diri : Eliminasi
(00092) diharapkan aktivitas sehari-hari pasien dapat (1804)
berjalan dengan baik, dengan kriteria hasil : 1. Sediakan alat bantu (kateter)
2. Beri privasi selama eliminasi
Perawatan diri : Eliminasi (0310) 3. Monitor integritas kulit pasien
1. Memposisikan diri di alat bantu eliminasi tidak
terganggu
2. Mengosongkan kandung kemih tidak terganggu
5. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, Monitor Pernafasan (3350)
nafas (00032) diharapkan pola napas klien efektif dengan kriteria 1. Kaji pola napas (irama napas,
hasil: frekuensi napas, kedalaman napas, suara
Respiratory status: ventilation (0403) napas tambahan)
1. Tidak ada sesak nafas 2. Monitor frekuensi napas.
2. Mampu mengontrol pernafasan
3. RR : 16-20x/menit Bantuan Ventilasi (3390)
1. Monitor tanda- tanda vital
2. Berikan terapi oksigen menggunakan
masker NRM
sesuai program atas kolaborasi dengan
dokter.
3. Monitor pernafasan dan status
oksigenasi
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari Dewi. 2017. Asuahan keperawatan pada ibu Nifas. Fakultas Ilmu
kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Veronika Y, dkk. 2015. Hubungan Kadar Albumin Serum dengan Morbiditas dan
Mortalitas Maternal Pasien Preeklamsia Berat dan Eklamsia di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 4(2).