HALAMAN JUDUL
Oleh:
Pembimbing:
DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Gambaran Radiologi Ca Mammae
Oleh :
Wiena Nadella Praja, S.Ked 04054822022110
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Radiologi Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 16 Desember – 23 Desember 2020.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah referat kami dengan judul “Gambaran
Radiologi Ca Mammae” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dr.
Muhammad Iqbal, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah menyempatkan waktu
untuk memberikan ilmu kepada kami pada saat referat. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan makalah ini,
semoga bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Anatomi Payudara.....................................................................................2
2.2 Definisi......................................................................................................3
2.3 Faktor Risiko.............................................................................................4
2.4 Diagnostik Keganasan Pada Payudara......................................................7
2.5 Gambaran Radiologi pada tumor payudara.............................................16
2.6 Gambaran Metastasis..............................................................................21
BAB III KESIMPULAN......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Anatomi Payudara..................................................................................2
Gambar 2. Suplai darah pada payudara...................................................................2
Gambar 3. Metode Pengambilan Gambar pada Mammografi.................................8
Gambar 4. Gambaran USG payudara....................................................................15
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,
menifestasi klinis, tatalaksana, prognosis dan komplikasi karsinoma payudara.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam
fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mammae,
namun pada pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar
ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan media dari sternum serta
lateral linea midaksilanis.3
Pada bagian mammae yang paling menonjol terdapat sebuah papilla,dikelilingi oleh
daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada kompleks nipple
(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini
signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.
Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari bebrapa
lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus laktiferus.
3
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan
ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.3
Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah satu cabang
dari arteri subclavia
Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri thoracoacromialis, yaitu
cabang dari arteri axillanis
Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatial
intercostales I,II, dan IV.
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastase sel kanker.
Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke kelompok pectoral, tetapi
4
ada juga yang disalurkan ke kelompok apical, subskapular, lateral, dan sentral. Terdapat enam
grup kelenjar getah bening axilla:
Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m. pectorals
mayor, sepanjang tepi medial aksila.
Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan
thorakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapularis sampai
ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.
Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak di pusat
ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan merupakan kelenjar getah
bening yang terbesar dan terbanyak.
Kelenjar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak diantara m. pektoralis
mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorakoakromialis.
Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral, mulai
dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai ke medial dan percabangan v. aksilanis
— v. thorako-akromalis.
Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v. aksilanis - v.
thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang dibawah tendon m.
subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial
letaknya. Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar getah bening aksila
masuk ke dalam kelenjar ini.
2.2 Definisi
Ca mammae merupakan keganasan pada jaringan pyudara yang dapat berasal dari epitel
ductus maupun lobulusnya. Ca mammae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Analisis mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ
atau invasive) dan ciri jenis penyakitnya.1
2.3 Faktor Risiko
Usia
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada
5
wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat
didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya
cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut,
sehingga survival rates-nya lebih rendah.4
Riwayat kanker payudara
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.4
Riwayat Keluarga
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat
bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker
payudara.4
Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan wanita
Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang tinggal di
daerah industrialisasi.4
Kepadatan jaringan payudara
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung
pada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil
akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani
selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara
dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama. 4
jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan
estrogen jangka panjang. 4
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan
berat badan dan obesitas. 4
Diet
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak
dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan
meningkatkan risiko kanker. 4
Pemeriksaan fisik payudara paling baik dilakukan 1 minggu setelah haid. Massa harus
bisa teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan
8
tidak dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum dan 1 minggu
setelah haid.4,5
Radiologis
Dalam pemeriksaan mammografi, 3 hal utama yang harus dilaporkan adalah Densitas
Payudara berdasarkan ACR-BIRADS, lesi ataupun massa yang ditemukan, serta
kalsifikasi.
Densitas Payudara
Untuk pelaporan densitas payudara didasarkan pada system ACR- BIRADS
ACR-BIRADS 1 : Almost entirely fat (< 25% glandular)
10
Ukuran tumor dapat digunakan sebagai acuan progresifitas pertumbuhan tumor, apabila
pertumbuhannya berlangsung cepat maka perlu dicurigai adanya keganasan. Bentukan tumor
juga diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Berikut tabel yang mengklasifikasikan bentuk
tumor.
Densitas tumor juga diperlukan dalam mendiagnosis tumor payudara. Secara umum,
kanker payudara biasanya tampak lebih dense (putih) dibandingkan parenkim payudara
sekitarnya yang normal .
Pengaruh terhadap jaringan sekitar yang biasanya terjadi adalah duktus yang melebar,
perubahan kulit, penebalan kulit, abnormalitas putting atau areola, dan lain lain.7
Kalsifikasi
Gambaran Kalsifikasi pada Mammae dibagi menjadi 2 jenis, yakni berdasarkan
distribusinya dan berdasarkan bentukannya. Berikut adalah tabel pembagian kalsifikasi pada
mammae berdasarkan distribusi terjadinya.
E
DIFFUS
R
LINEA
D
CLUSTERE
L
SEGMENTA
L
REGIONA
BENIGN
INTERMEDIATE
MALIGNANCY
14
Dalam menegakkan diagnosis terhadap tumor pada payudara, dokter harus melakukan
pendekatan diagnosis dengan menggunakan alur pemeriksaan yang terstruktur yang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.7,8
15
Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada kondisi klinis
tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil
mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau
core biopsy.8
Gambaran Normal Ultra Sonography Payudara : 1 = Kulit; 2 = Lemak Subkutan; 3 = Jaringan Kelenjar; 4 =
Lemak Retromammaria; 5 = Otot Pectoralis; 6 = Tulang Rusuk
Apabila terdapat sebuah massa dari pemeriksaan Ultra Sonography, maka perlu
dibedakan jenis massa tersebut merupakan massa ganas atau jinak. Berikut tabel yang
dapat digunakan untuk membedakan kategori massa yang terdapat di payudara dengan
menggunakan Ultra Sonography.7,8
Shape
Alignment
Margins
Variable to intense
Echotexture Low-level Marked hypoechogenicity
hyperechogenicity
Uniform Non-uniform
Homogeneity of
internal echoes
Lateral
Present Absent
shadowing
Tubular Carcinoma
Tubular Carcinoma adalah keganasan yang secara histologis berdiferensiasi baik,
merupakan subtipe dari varian Invasif Ductal Carcinoma dan menyumbang 1- 10% dari
semua kanker payudara. Kanker ini memiliki prognosis yang baik dan jarang
bermetastasis. Secara histologis, Tubular Carcinoma terdiri dari bulatan kecil atau
tubulus oval duktal epitel yang menyusup stroma dalam pola yang tidak beraturan.
lumen tubulus memiliki karakteristik yang terbuka dan sering menunjukkan angulasi.
tubulus dilapisi oleh selapis sel epitel ganas yang dapat langsung masuk ke stroma
terdekat tanpa terlindungi sel mioepitel.
Sebagian besar karsinoma telah terdeteksi sebagai massa yang kecil tak beraturan
dengan kepadatan sentral dan berbatas bertanduk pada skrining mamografi. Batas yang
berbentuk tanduk tersebut lebih panjang dari diameter lesi sentral, sebuah tanda yang
mungkin bisa diperhatikan adalah Radial Scar yang terlihat pada 53% dari Tubular
Carcinoma. Mikrokalsifikasi merupakan tanda yang jarang dari Tubular Carcinoma
pada mammogram.7,8
20
Pada Ultra Sonography, Tubular Carcinoma tampak sebagai massa hypoechoic dengan
batas yang tidak jelas dan tampak posterior Acoustic Shadow. Gambaran Ultra
Sonography Tubular Carcinoma sulit dibedakan dari Ductal Carcinoma Invasif, Radial
Scar dan sclerosing adenosis, sehingga perlu dilakukan biopsy.
Invasive Lobular Carcinoma
Hasil penampakan Invasif Lobular Carcinoma pada mamografi biasanya sangat halus
dan sering tidak tampak massnya fokal maupun mikrokalsifikasi berkerombol,
khususnya pada parenkim padat. 16% dari Invasif Lobular Carcinoma munjukkan
penampakan mammografi yang tersembunyi.
Invasif Lobular Carcinoma lebih sering terlihat pada posisi craniocaudal (CC),
dibandingkan dengan Medio-Lateral-Oblique (MLO). Sensitivitas mamografi untuk
mendeteksi Invasif Lobular Carcinoma dilaporkan berkisar antara 57 - 81%. Karena
keterbatasan mamografi dalam mendeteksi ILC, modalitas lain, seperti Ultra
Sonography dan MRI diperlukan dalam mengevaluasi temuan klinis mencurigakan.6,7
21
Medullary Carcinoma
Medulary Carcinoma adalah subtipe langka tumor ganas payudara invasif tetapi telah
dilaporkan memiliki prognosis yang baik. Tumor ini menyumbang 5-7% dari semua
kanker payudara, Tumor ini terjadi paling sering pada wanita berusia akhir 40-an dan
awal 50-an. Hal ini juga lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki mutasi
BRCA1.6,7
Phyllodes Tumor
Tumor Phyllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor ini
dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini disebut
“sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma) dibandingkan
jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara. Tumor phyllodes akan dirasakan
sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di dalam jaringan
payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat
saat disentuh.
Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas. Baik
dengan mammogram maupun Ultra Sonography payudara, keduanya menghasilkan citra
yang sangat jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan
tampak gambaran sebuah bentukan massa dengan macro kalsifikasi di tengah-tengah
payudara.
22
LIVER (RARE)
PANCREAS (RARE)
23
BAB III
KESIMPULAN
anatomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Narayan AK, Lee CI, Lehman CD. Screening for Breast Cancer. Medical
Clinics of North America. 2020.
2. Society AC. Breast Cancer What is breast cancer ? Am Cancer Soc Cancer
Facts Fig Atlanta, Ga Am Cancer Soc. 2016;
3. Bistoni G, Farhadi J. Anatomy and Physiology of the Breast. In: Plastic and
Reconstructive Surgery: Approaches and Techniques. 2015.
4. WHO position paper on mammography screening. Oncol Clin Pract. 2015;
5. Shumway DA, Sabolch A, Jagsi R. Breast Cancer. In: Medical Radiology.
2020.
6. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global
cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin. 2018;
7. Bernardi D, Macaskill P, Pellegrini M, Valentini M, Fantò C, Ostillio L, et
al. Breast cancer screening with tomosynthesis (3D mammography) with
acquired or synthetic 2D mammography compared with 2D mammography
alone (STORM-2): a population-based prospective study. Lancet Oncol.
2016;
8. Welch HG, Prorok PC, O’Malley AJ, Kramer BS. Breast-Cancer Tumor
Size, Overdiagnosis, and Mammography Screening Effectiveness. N Engl J
Med. 2016;