Anda di halaman 1dari 32

Referat

HALAMAN JUDUL

GAMBARAN RADIOLOGI CA MAMMAE

Oleh:

Wiena Nadella Praja


04054822022110

Pembimbing:

dr. Muhammad Iqbal, Sp.Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
Gambaran Radiologi Ca Mammae

Oleh :
Wiena Nadella Praja, S.Ked 04054822022110

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Radiologi Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 16 Desember – 23 Desember 2020.

Palembang, Desember 2020

dr. Muhammad Iqbal, Sp.Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah referat kami dengan judul “Gambaran
Radiologi Ca Mammae” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dr.
Muhammad Iqbal, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah menyempatkan waktu
untuk memberikan ilmu kepada kami pada saat referat. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan makalah ini,
semoga bermanfaat.

Palembang, Desember 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Anatomi Payudara.....................................................................................2
2.2 Definisi......................................................................................................3
2.3 Faktor Risiko.............................................................................................4
2.4 Diagnostik Keganasan Pada Payudara......................................................7
2.5 Gambaran Radiologi pada tumor payudara.............................................16
2.6 Gambaran Metastasis..............................................................................21
BAB III KESIMPULAN......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Anatomi Payudara..................................................................................2
Gambar 2. Suplai darah pada payudara...................................................................2
Gambar 3. Metode Pengambilan Gambar pada Mammografi.................................8
Gambar 4. Gambaran USG payudara....................................................................15

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karsinoma mammae atau disebut juga dengan kanker payudara merupakan
keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun
lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, Ca
mammae menempati urutan pertama dengan frekuensi relative sebesar 18,6% dan
insidensinya per tahun terus mengalami peningkatan.1

Angka kejadian di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di


Amerika adalah sekitar 92/100.00 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi
yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di
Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan pada stadium yang lanjut, dimana
upaya pengobatan sulit dilakukan.1,2

Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh


dunia, mulai dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia, dan Jepang untuk
sekitar 60% di negara-negara berpenghasilan menengah dan bawah 40% di
negara-negara berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di
negara-negara kurang berkembang dapat terjadi oleh kurangnya program deteksi
dini, serta kurangnya kemampuan diagnosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
dengan mengetahui diagnosis dini sangat penting dalam upaya pelayanan pada
penderita dapat dilakukan secara optimal.2

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,
menifestasi klinis, tatalaksana, prognosis dan komplikasi karsinoma payudara.

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam
fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mammae,
namun pada pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar
ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan media dari sternum serta
lateral linea midaksilanis.3

Gambar 1. Anatomi Payudara

Pada bagian mammae yang paling menonjol terdapat sebuah papilla,dikelilingi oleh
daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada kompleks nipple
(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini
signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.
Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.

Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari bebrapa
lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus laktiferus.
3

Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan
ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.3

Gambar 2. Suplai Darah pada Payudara3

Payudara mendapat perdarahan dari:

 Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah satu cabang
dari arteri subclavia
 Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri thoracoacromialis, yaitu
cabang dari arteri axillanis
 Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatial
intercostales I,II, dan IV.

Pada payudara terdapat tiga grup vena:

 Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema


 Cabang-cabang v. aksilaris
 Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastase sel kanker.
Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke kelompok pectoral, tetapi
4

ada juga yang disalurkan ke kelompok apical, subskapular, lateral, dan sentral. Terdapat enam
grup kelenjar getah bening axilla:

 Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m. pectorals
mayor, sepanjang tepi medial aksila.
 Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan
thorakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapularis sampai
ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.
 Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak di pusat
ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan merupakan kelenjar getah
bening yang terbesar dan terbanyak.
 Kelenjar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak diantara m. pektoralis
mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorakoakromialis.
 Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral, mulai
dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai ke medial dan percabangan v. aksilanis
— v. thorako-akromalis.
 Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v. aksilanis - v.
thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang dibawah tendon m.
subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial
letaknya. Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar getah bening aksila
masuk ke dalam kelenjar ini.

2.2 Definisi
Ca mammae merupakan keganasan pada jaringan pyudara yang dapat berasal dari epitel
ductus maupun lobulusnya. Ca mammae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Analisis mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ
atau invasive) dan ciri jenis penyakitnya.1
2.3 Faktor Risiko
 Usia
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada
5

wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat
didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya
cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut,
sehingga survival rates-nya lebih rendah.4
 Riwayat kanker payudara
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.4
 Riwayat Keluarga

Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat
bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker
payudara.4

 Perubahan payudara tertentu


Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat abnormal
pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan meningkat bila memiliki tipe-tipe
sel abnormal tertentu, seperti atypical hyperplasia dan lobular carcinoma in situ
[LCIS].4
 Perubahan Genetik

Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker


payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2
termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan
invasive ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor
hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang
lebih well differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki
gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita
dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker
payudara pada usia yang lebih dini.4

 Riwayat reproduksi dan menstruasi


6

Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk


berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru memberikan
efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti
menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di
atas 55 tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir
dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif,
sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker
meningkat. Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,
atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan
risiko kanker.4

 Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan wanita
Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang tinggal di
daerah industrialisasi.4
 Kepadatan jaringan payudara

Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan


mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk
menjadi kanker payudaranya meningkat. 4

 Riwayat pemakaian kontrasepsi

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung
pada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil
akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani
selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara
dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama. 4

 Overweight atau Obese setelah menopause

Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause meningkat pada


wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama pada wanita
postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone yang berasal dari
7

jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan
estrogen jangka panjang. 4

 Kurangnya aktivitas fisik

Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan
berat badan dan obesitas. 4

 Diet
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak
dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan
meningkatkan risiko kanker. 4

2.4 Diagnostik Keganasan pada Payudara


 Klinis
Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara umum 2 hal yang harus dilakukan
ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Dalam anamnesis, yang harus ditanyakan
kepada pasien adalah letak benjolan, onset, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu, perlu
juga ditanya berbagai gejala penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah
cairan yang keluar dari puting, perubahan bentuk dan besar payudara, hubungannya
dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting susu. Selain itu, perlu ditanyakan
beberapa faktor risiko antara lain :
o riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium
o riwayat obstetri dan ginekologi
o terapi hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal)
o riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya

Pemeriksaan fisik payudara paling baik dilakukan 1 minggu setelah haid. Massa harus
bisa teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan
8

tidak dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum dan 1 minggu
setelah haid.4,5

Dicurigai ganas apabila konsistensi kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke


jaringan sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau
cairan sero-sanguinus dari puting susu. Perlu juga untuk dibandingkan dengan payudara
sisi lainnya.

 Radiologis

Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis keganasan payudara secara umum


dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun sekarang sudah mulai digunakan
MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis. Pemeriksaan
Mammografi dilakukan apabila terdapat satu atau lebih keadaan berikut, benjolan pada
payudara, rasa tidak nyaman pada payudara terus menerus, pengeluaran cairan
abnormal dari putting, kelainan kulit payudara, perbesaran kelenjar axilla, dan penderita
dengan “cancer phobia”. Mammografi sebaiknya dilakukan sebagai alat bantu
diagnostik utama, terutama pada usia di atas 30 tahun. Walaupun mamografi
sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus mamografi ulang. Pada
mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu atau beberapa
gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau ber-
spikula, terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya, Pencitrakan
mammografi dapat dilakukan dari berbagai sudut. Pencitraan medio-lateral-oblique
(MLO) adalah pencitraan yang paling penting dan paling umum diambil dan juga
pencitraan cranio-Caudal (CC).5,6
9

Gambar 3. Metode Pengambilan Gambar pada Mammografi6

Dalam pemeriksaan mammografi, 3 hal utama yang harus dilaporkan adalah Densitas
Payudara berdasarkan ACR-BIRADS, lesi ataupun massa yang ditemukan, serta
kalsifikasi.

 Densitas Payudara
Untuk pelaporan densitas payudara didasarkan pada system ACR- BIRADS
 ACR-BIRADS 1 : Almost entirely fat (< 25% glandular)
10

Gambar 4. Mammografi ACR-BIRADS 15

 ACR-BIRADS 2 : Scattered fibroglandular density (25% - 50% glandular)

Gambar 5. Mammografi ACR-BIRADS 2

 ACR-BIRADS 3 : Heterogeneously dense ( 50% – 75% glandular)

Gambar 6. Mammografi ACR-BIRADS 36

 BI-RADS 4 : Extremely dense ( > 75% dense)


11

Gambar 7. Mammografi ACR-BIRADS 47

Terdapat 6 indikator penting diperhatikan setiap ditemukannya Massa pada pemeriksaan


Mammografi yaitu, lokasi, ukuran. bentuk, tepi, densitas, dan pengaruh terhadap jaringan
sekitar. Lokasi tumor merupakan salah satu hal yang penting pada pemeriksaan tumor
payudara. Karena, kanker payudara biasanya tumbuh pada zona perifer dari parenkim
payudara. Jadi jika lokasi massa berada didalam dan lebih ke tepi maka perlu dicurigai bahwa
ada kemungkinan keganasan,

Ukuran tumor dapat digunakan sebagai acuan progresifitas pertumbuhan tumor, apabila
pertumbuhannya berlangsung cepat maka perlu dicurigai adanya keganasan. Bentukan tumor
juga diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Berikut tabel yang mengklasifikasikan bentuk
tumor.

Gambaran Bentuk Gambaran Pada Mammografi


12

Densitas tumor juga diperlukan dalam mendiagnosis tumor payudara. Secara umum,
kanker payudara biasanya tampak lebih dense (putih) dibandingkan parenkim payudara
sekitarnya yang normal .
Pengaruh terhadap jaringan sekitar yang biasanya terjadi adalah duktus yang melebar,
perubahan kulit, penebalan kulit, abnormalitas putting atau areola, dan lain lain.7
 Kalsifikasi
Gambaran Kalsifikasi pada Mammae dibagi menjadi 2 jenis, yakni berdasarkan
distribusinya dan berdasarkan bentukannya. Berikut adalah tabel pembagian kalsifikasi pada
mammae berdasarkan distribusi terjadinya.

E
DIFFUS
R
LINEA

D
CLUSTERE
L
SEGMENTA

L
REGIONA

Kalsifikasi berdasarkan Distribusi pada Tumor Payudara


13

BENIGN

SKIN DEPOSITS PUNCTATE

VASCULAR CALCIFICATION LUCENT CENTERED

POPCORN LIKE LARGE DYSTROPHIC

LARGE ROD LIKE


KNOT AND CURVELINER

INTERMEDIATE

AMORPHOUS COARSE HETEROGENEOUS

MALIGNANCY
14

FINE PLEOMORPHIC FINE LINIER BRANCHING

Dalam menegakkan diagnosis terhadap tumor pada payudara, dokter harus melakukan
pendekatan diagnosis dengan menggunakan alur pemeriksaan yang terstruktur yang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.7,8
15

Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada kondisi klinis
tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil
mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau
core biopsy.8

Berikut adalah contoh gambaran Ultra Sonography payudara yang normal.


16

Gambaran Normal Ultra Sonography Payudara : 1 = Kulit; 2 = Lemak Subkutan; 3 = Jaringan Kelenjar; 4 =
Lemak Retromammaria; 5 = Otot Pectoralis; 6 = Tulang Rusuk

Apabila terdapat sebuah massa dari pemeriksaan Ultra Sonography, maka perlu
dibedakan jenis massa tersebut merupakan massa ganas atau jinak. Berikut tabel yang
dapat digunakan untuk membedakan kategori massa yang terdapat di payudara dengan
menggunakan Ultra Sonography.7,8

Differences Benign Malignant


Oval/ellipso Variable
id

Shape

Wider than deep; Deeper than wide


aligned parallel to
tissue planes
17

Alignment

Smooth/thin echogenic Irregular or spiculated; echogenic


pseudocapsule with 2-3 'halo'
gentle lobulations

Margins

Variable to intense
Echotexture Low-level Marked hypoechogenicity
hyperechogenicity
Uniform Non-uniform

Homogeneity of
internal echoes

Lateral
Present Absent
shadowing

2.5 Gambaran Radiologi Tumor Ganas pada Payudara


 Ductal Carcinima In Situ

Karsinoma intraductal adalah proliferasi neoplastiken Ductal Carcinoma insitu (DCIS)


sel epitel duktus yang terbatas di dalam membran basalis. Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)
murni tidak bermetastasis, namun umumnya berhubungan dengan karsinoma duktus
infiltrat. Ductal Carcinoma Insitu (DCIS) sering multifokal dan bilateral pada 15-20%
kasus. Insiden Ductal Carcinoma Insitu (DCIS) ditemukan pada dekade kedua, 5%
ditemukan sebelum dilakukan mammografi dan 15-30% kasus dapat dilakukan setelah
skrining mammografi dengan gambaran kalsifikasi.7
18

 Ductal Carcinoma Invasif


Merupakan jenis yang paling sering ditemukan dan mencapai 80% dari kanker
payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat pada
permukaan ductus.
Secara makroskopik tumor berupa massa infiltratif berwarnaputih keabuan yang teraba
keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas
karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di sekitar
duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasis) dan menghasilkan
suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).7,8

 Ductal carcinoma multifocal invasive


Secara umum sangat mirip dengan jenis Ductal Carcinoma Invasif, namun memiliki
jumlah nodul atau tumor yang lebih dari satu. Namun gambaran bentuk dan tepi
benjolan ini dari sisi radiologis sama dengan Ductal Carcinoma Invasif.7
19

 Tubular Carcinoma
Tubular Carcinoma adalah keganasan yang secara histologis berdiferensiasi baik,
merupakan subtipe dari varian Invasif Ductal Carcinoma dan menyumbang 1- 10% dari
semua kanker payudara. Kanker ini memiliki prognosis yang baik dan jarang
bermetastasis. Secara histologis, Tubular Carcinoma terdiri dari bulatan kecil atau
tubulus oval duktal epitel yang menyusup stroma dalam pola yang tidak beraturan.
lumen tubulus memiliki karakteristik yang terbuka dan sering menunjukkan angulasi.
tubulus dilapisi oleh selapis sel epitel ganas yang dapat langsung masuk ke stroma
terdekat tanpa terlindungi sel mioepitel.
Sebagian besar karsinoma telah terdeteksi sebagai massa yang kecil tak beraturan
dengan kepadatan sentral dan berbatas bertanduk pada skrining mamografi. Batas yang
berbentuk tanduk tersebut lebih panjang dari diameter lesi sentral, sebuah tanda yang
mungkin bisa diperhatikan adalah Radial Scar yang terlihat pada 53% dari Tubular
Carcinoma. Mikrokalsifikasi merupakan tanda yang jarang dari Tubular Carcinoma
pada mammogram.7,8
20

Pada Ultra Sonography, Tubular Carcinoma tampak sebagai massa hypoechoic dengan
batas yang tidak jelas dan tampak posterior Acoustic Shadow. Gambaran Ultra
Sonography Tubular Carcinoma sulit dibedakan dari Ductal Carcinoma Invasif, Radial
Scar dan sclerosing adenosis, sehingga perlu dilakukan biopsy.
 Invasive Lobular Carcinoma
Hasil penampakan Invasif Lobular Carcinoma pada mamografi biasanya sangat halus
dan sering tidak tampak massnya fokal maupun mikrokalsifikasi berkerombol,
khususnya pada parenkim padat. 16% dari Invasif Lobular Carcinoma munjukkan
penampakan mammografi yang tersembunyi.
Invasif Lobular Carcinoma lebih sering terlihat pada posisi craniocaudal (CC),
dibandingkan dengan Medio-Lateral-Oblique (MLO). Sensitivitas mamografi untuk
mendeteksi Invasif Lobular Carcinoma dilaporkan berkisar antara 57 - 81%. Karena
keterbatasan mamografi dalam mendeteksi ILC, modalitas lain, seperti Ultra
Sonography dan MRI diperlukan dalam mengevaluasi temuan klinis mencurigakan.6,7
21

 Medullary Carcinoma

Medulary Carcinoma adalah subtipe langka tumor ganas payudara invasif tetapi telah
dilaporkan memiliki prognosis yang baik. Tumor ini menyumbang 5-7% dari semua
kanker payudara, Tumor ini terjadi paling sering pada wanita berusia akhir 40-an dan
awal 50-an. Hal ini juga lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki mutasi
BRCA1.6,7

 Phyllodes Tumor

Tumor Phyllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor ini
dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini disebut
“sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma) dibandingkan
jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara. Tumor phyllodes akan dirasakan
sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di dalam jaringan
payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat
saat disentuh.

Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas. Baik
dengan mammogram maupun Ultra Sonography payudara, keduanya menghasilkan citra
yang sangat jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan
tampak gambaran sebuah bentukan massa dengan macro kalsifikasi di tengah-tengah
payudara.
22

2.6 Gambaran Metastasis pada Kanker Payudara


GAMBARAN METASTASIS KANKER PAYUDARA
BONE (58%) LUNG AND PLEURA
(26%)

LYMPHONODES BRAIN (RARE)


(16%)

LIVER (RARE)
PANCREAS (RARE)
23

BAB III
KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan kanker tersering yang dijumpai, khususnya


pada wanita. Secara klinis kanker payudara dapat dideteksi secara dini melalui
tanda dan gejala yang timbul. Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara
umum 2 hal yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan radiologis, dalam hal ini Mammografi dan Ultra Sonography,
berperan dalam mendiagnosis keganasan payudara, namun sekarang sudah mulai
digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis,
sedangkan diagnosis pasti kanker payudara ialah dengan pemeriksaan patologi-
24

anatomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Narayan AK, Lee CI, Lehman CD. Screening for Breast Cancer. Medical
Clinics of North America. 2020.
2. Society AC. Breast Cancer What is breast cancer ? Am Cancer Soc Cancer
Facts Fig Atlanta, Ga Am Cancer Soc. 2016;
3. Bistoni G, Farhadi J. Anatomy and Physiology of the Breast. In: Plastic and
Reconstructive Surgery: Approaches and Techniques. 2015.
4. WHO position paper on mammography screening. Oncol Clin Pract. 2015;
5. Shumway DA, Sabolch A, Jagsi R. Breast Cancer. In: Medical Radiology.
2020.
6. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global
cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin. 2018;
7. Bernardi D, Macaskill P, Pellegrini M, Valentini M, Fantò C, Ostillio L, et
al. Breast cancer screening with tomosynthesis (3D mammography) with
acquired or synthetic 2D mammography compared with 2D mammography
alone (STORM-2): a population-based prospective study. Lancet Oncol.
2016;
8. Welch HG, Prorok PC, O’Malley AJ, Kramer BS. Breast-Cancer Tumor
Size, Overdiagnosis, and Mammography Screening Effectiveness. N Engl J
Med. 2016;

Anda mungkin juga menyukai