Anda di halaman 1dari 47

HALAMAN JUDUL

TUGAS EPIDEMIOLOGI

Oleh:
Frilla Adhany Marsya, S. Ked 04054822022104
Wiena Nadella Praja, S. Ked 04054822022110

Pembimbing:
dr. Achmad Ridwan MO, M.Sc

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Tugas Epidemiologi Oktober 2020

1. Riwayat Alamiah dan Spektrum Penyakit Covid-19


a. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)

Tahap pre patogenesis disebut juga stage of susceptibility atau tahap


awal proses etiologis. Pada tahap ini terjadi interaksi antar agen (agent),
penjamu (host), & lingkungan (environment).1 Pada kasus COVID-19, agen
infeksiusnya adalah SARS-CoV-2 dan penjamunya adalah manusia. Tahapan
ini dimulai saat terjadinya stimulus penyakit sampai terjadi respon pada
tubuh.2

b. Tahap Inkubasi (Stage of Presymptomatic Disease)

Pada tahap ini sumber penyakit telah menginfeksi pejamu, namun


belum menimbulkan gejala. Masa inkubasi COVID-19, yaitu waktu antara
terpapar virus (terinfeksi) hingga munculnya gejala, rata-rata 5-14 hari. 3
Penularan dari kasus pra-gejala dapat terjadi sebelum timbulnya gejala.
Dalam beberapa laporan kasus, terdapat kemungkinan orang yang terinfeksi
COVID-19 dapat menularkan virus sebelum gejala yang signifikan
berkembang. Penting untuk disadari bahwa penularan pra-gejala masih
memerlukan virus untuk disebarkan melalui droplet infeksius atau melalui
sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi.4,5

Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host


yaitu enzim ACE-2 (angiotensin converting enzyme 2). ACE-2 dapat
ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus
halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel
epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Kemudian terjadi proses translasi gen dari RNA genom virus.
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
Setelah itu dapat pula menyebar ke saluran napas bawah.1

2
3

c. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)


Pada tahap ini pejamu sudah terinfeksi dan menunjukkan gejala ringan.
Penularan gejala mengacu pada penularan dari seseorang saat mereka
mengalami gejala. COVID-19 ditularkan dari orang yang bergejala kepada
orang lain yang melakukan kontak dekat melalui droplet, kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan benda dan
permukaan yang terkontaminasi.6,7
Stage of clinical disease COVID-19 disebabkan oleh jejas pada paru
akibat replikasi virus di parenkim paru. Tahap ini memiliki karakteristik yaitu
awitan gejala umum COVID-19. Gejala COVID-19 antara lain demam,
dyspnea, batuk, anosmia, myalgia, dan gejala gastrointestinal. Gejala umum
infeksi saluran napas atas seperti nyeri tenggorok, hidung tersumbat, dan
rhinorrhea terjadi pada sebagian kecil pasien. Prevalensi dyspnea yang tinggi
pada pasien menggambarkan keterlibatan saluran napas berat yang terjadi
secara progresif, yang berhubungan dengan pencitraan CT thorax berupa
gambaran ground-glass opacities serta mixed konsolidasi, penebalan pleura
serta septa interlobular, dan air bronchogram.3
d. Tahap Penyakit Lanjut

Tahap ini ditandai dengan gejala memberat yang menganggu


akitivitas penderita. Pada tahap ini faktor virus dan pejamu memiliki peran
dalam infeksi SARS-CoV.3,5 Tahap penyakit lanjut pada COVID-19
disebabkan oleh reaksi berlebihan host terhadap patogen, atau disebut juga
cytokine storm. Efek sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan
respons imun menentukan derajat keparahan infeksi. Pada kasus COVID-19
tahap penyakit lanjut atau gejala yang makin memberat ditandai dengan
adanya pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari
gejala:

 frekuensi pernapasan >30x/menit


 distress pernapasan berat, atau
 saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
4

Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan jaringan


pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat menyebabkan
replikasi virus dan kerusakan jaringan yang memperberat gejala.6

e. Tahap Akhir Penyakit

Apabila indivitu tidak diberikan pengobatan yang adekuat maka


individu tersebut akan masuk ke dalam tahap akhir penyakit, dimana
gangguan patologis tersebut dimanifestasikan menjadi kondisi yang lebih
berat, seperti kecacatan, komplikasi, bahkan kematian.

Pada kasus COVID-19 fase ini dapat terjadi apabila inflamasi terjadi
semakin tak terkontrol, terjadi cytokin storm yang mengakibatkan ARDS,
sepsis, miokarditis dan komplikasi kegagalan multiorgan hingga berakhir
pada kematian.Respons imun yang berlebihan juga dapat menyebabkan
kerusakan paru dan fibrosis sehingga terjadi disabilitas fungsional.6

2. Membuat Rantai Penularan Penyakit Covid-19


a. Penyebab
Patogen penyebab Covid-19 adalah virus SARS-CoV-2.1
b. Reservoir

Reservoirnya meliputi kelelawar, tikus, dan manusia meliputi orang sakit


dengan manifestasi gejala klinis maupun orang yang terinfeksi dan tidak
menunjukkan gejala klinis (carrier).1,2
c. Pintu Keluar
Sentuhan pada mukosa mata, hidung, atau rongga mulut.1

d. Cara Transmisi
SARS-CoV-2 ditransmisikan melalui percikan droplet dari saluran
pernapasan yang keluar saat penderita COVID-19 batuk, bersin atau
berbicara. Selain itu, virus ini dapat bertahan pada benda dalam jangka waktu
yang bervariasi.1
e. Pintu Masuk
5

Dapat melalui mukosa mulut, hidung, mata baik kontak langsung maupun
percikan.3
f. Kerentanan Host
 Kelompok dengan imunitas yang rendah
 Kelompok pasien dengan riwayat memiliki penyakit tidak menular (PTM)
 Kelompok lanjut usia
g. Patogenesis

Hingga saat ini pathogenesis infeksi COVID-19 belum diketahui


secara pasti. Pada awalnya diketahui virus ini mungkin memiliki kesamaan
dengan SARS dan MERS CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomic isolasi dari
10 pasien, didapatkan kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu
virus baru.8

Pada awal infeksi, SARS-CoV-2 menargetkan sel, seperti sel epitel


hidung, bronkial serta pneumosit melalui struktural virus protein Spike (S)
yang mengikat reseptor (ACE2). Tipe 2 transmembrane serine protease
(TMPRSS2), yang ada dalam sel inang, mendorong virus dengan membelah
ACE2 dan mengaktifkan protein SARS-CoV-2 S, yang memediasi masuknya
virus corona ke dalam sel inang. ACE2 dan TMPRSS2 diekspresikan dalam
host sel target, terutama sel epitel alveolar tipe II.8
6

Gambar 1. Fase Awal Infeksi10

Pada tahap infeksi selanjutnya, integritas penghalang epitel-endotel


terganggu. Selain sel epitel, SARS-CoV-2 menginfeksi sel endotel kapiler
paru, terutama respons inflamasi dan memicu masuknya monosit dan
neutrofil. Studi otopsi telah menunjukkan penebalan dinding alveolar yang
menyebar dengan sel mononuklear dan makrofag.8

Infiltrat inflamasi mononuklear interstisial dan edema berkembang


dan muncul sebagai kekeruhan kaca dasar pada pencitraan tomografi
terkomputasi. Edema paru mengisi ruang alveolar dengan pembentukan
membran hialin berikut, kompatibel dengan sindrom gangguan pernapasan
akut (ARDS) fase awal. Secara kolektif, gangguan penghalang endotel,
transmisi oksigen alveolar-kapiler disfungsional, dan gangguan kapasitas
difusi oksigen adalah ciri khas COVID-19.8

Pada kasus yang berat aktivasi koagulasi fulminan dan konsumsi


faktor pembekuan terjadi. Jaringan paru-paru yang meradang dan sel endotel
paru dapat menyebabkan pembentukan mikrotrombi dan berkontribusi pada
tingginya insiden komplikasi trombotik, seperti trombosis vena dalam, emboli
paru, dan komplikasi arteri trombotik (misalnya, iskemia tungkai, stroke
iskemik, infark miokard) pada sakit kritis pasien. Perkembangan sepsis virus,
yang didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
disebabkan oleh respon host yang tidak teratur terhadap infeksi, selanjutnya
dapat berkontribusi pada kegagalan multiorgan.8
7

Gambar 2. Immunopatogenesis COVID-19 8

3. Jelaskan Agent, Host, dan Lingkungan Kejadian Covid-19


a. Agent

Agen utama Covid-19 adalah SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory


Syndrome Coronavirus 2). Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel
120-160 nm.Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe
Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas
dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama
SARS-CoV-2. Berdasarkan full-genome sequencing dan analisis filogenik, SARS-
CoV-2 memiliki struktur regio gen receptor-binding yang mirip dengan virus
SARS dan menggunakan reseptor yang sama untuk menginfeksi sel, Angiotensin
Converting Enzyme 2 (ACE2).10
Secara umum, virus korona memiliki struktur sampul yang melingkupi
materi genetik. Pada sampul terdapat berbagai protein dengan berbagai fungsi,
salah satunya berikatan dengan reseptor membran sel sehingga dapat masuk sel.
Struktur sampul dan protein ini menyerupai mahkota atau crown sehingga virus ini
dinamai virus korona atau coronavirus. Karena struktur sampul yang bersifat
hidrofobik ini pulalah ketika diperlukan sabun atau handrub dengan kandungan
alkohol minimal 60%, sabun atau alkohol 60% dapat berikatan dengan virus dan
memecahkan struktur virus.10
8

Gambar 3. Struktur virus COVID-1910

b. Host

Host utama dari virus Corona ini pada awalnya disinyalir dari kelelawar
oleh para ahli, tetapi sejak 2019 kemarin di Wuhan terjadi penularan ke manusia
yang menyebabkan Pandemi di seluruh dunia. Berbagai faktor risiko yang dapat
dari infeksi SARS-CoV-2 adalah memiliki penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif. Distribusi jenis kelamin
yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif
yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2.11

Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah
dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam
satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai
risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi
tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih
dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%.11

c. Lingkungan
 Lingkungan fisik
Coronavirus dapat bertahan selama berjam-jam atau berhari-hari sesuai
dengan karakteristik fisik permukaan: permukaan plastik 6,8 jam (waktu
paruh = 15,9 jam), tembaga (3,4 jam), karton (8,45 jam) dan baja tahan
karat 5,6 jam ( waktu paruh = 13.1 jam) dan lebih pendek dalam bentuk
aerosol 1.1–1.2 jam (2.7 jam). Virus COVID-19 tidak tahan terhadap suhu
di atas 26 ° C, tetapi dapat bertahan sekitar 5–10 menit pada kulit, 6- 12
jam pada bahan plastik, 12 jam pada logam. Demikian juga, jalur fekal-
oral.4.5
 Biologi
Sanitasi lingkungan buruk dan kepadatan penduduk.4
9

 Sosial Ekonomi:
Kelompok dengan status social ekonomi yang lebih rendah telah
diindikasikan dapat lebih berisiko dari penyebaran COVID-19,
berdasarkan analisis di New York yang menunjukkan bahwa lingkungan
yang miskin sangat terpengaruh.6

4. Cara Pencegahan Covid-19


a. Health Promotion
 Melakukan penyuluhan penyakit COVID-19 yang meliputi definisi,
cara penularan, faktor risiko, gejala, dan cara memutus rantai penularan
secara intensif melalui media elektronik.
 Memberikan edukasi kepada mengenai pentingnya menerapkan
protokol kesehatan (Etika batuk dan bersin, penggunaan masker, cuci
tangan dengan handrub atau dengan sabun dan air mengalir, physical
distancing minimal 1 meter meskipun telah memakai masker, stay at
home bila tidak ada keperluan yang mendesak, serta tidak berkumpul di
tempat yang ramai).
 Melakukan advokasi pemerintah pusat dan daerah dalam membuat
kebijakan menanggulangi infeksi COVID-19.
 Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya melalukan pola hidup
sehat dengan melakukan olahraga dan makanan yang bergizi guna
meningkatkan sistem imun.
b. General and Spesific Protection

 Rutin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sesuai dengan 6
langkah cuci tangan minimal 20 detik.
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut.
 Menggunakan masker saat batuk dan bersin, bila tidak ada masker,
tutup hidung dan mulut menggunakan lengan bagian dalam, tisu, atau
saputangan.
10

 Bila merasa sakit atau tidak enak badan sebaiknya berdiam di rumah.
Jika mengalami demam, batuk, dan sesak, segera datang ke fasilitas
kesehatan. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyebaran virus.
 Menjaga jarak satu sama lain minimal 1 meter (Physical and social
distancing).
 Bila tinggal di daerah zona merah, hindari bepergian agar virus tidak
menyebar ketempat baru. Anda bisa terinfeksi dan menjadi carrier atau
pembawa virus dan menyebarkannya ke orang lain.
 Melakukan karantina jika terdapat riwayat bepergian ke daerah
terjangkit dalam waktu 14 hari terakhir, , terlebih bila terdapat sakit
kepala atau demam hingga benar-benar pulih.
 Jangan berjabat tangan, hindari interaksi fisik.

 Segera ganti baju dan mandi sesampainya di rumah sehabis berpergian.

 Bersihkan barang-barang yang sering disentuh


menggunakan desinfektan.
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment
 Melakukan pemeriksaan dalam menunjang diagnosis seperti
laboratorium (Rapid Test atau swab) pada masyarakat terutama individu
yang pernah kontak dengan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan
pemeriksaan rontgen.
 Memberikan tatalaksana awal pada pasien yang diduga mengalami
COVID-19
 Melakukan untuk isolasi mandiri selama 14 hari pada pasien yang
suspek atau jika melakukan kontak dengan pasien yang terkonfirmasi
positif
 Pasien suspek COVID-19 jika mengalami gejala memberat seperti
demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti sakit
tenggorokan/batuk/sesak napas/pneumonia berat segera dibawa ke
fasilitas kesehatan.
d. Disability Limitation
11

 Menghindari diri dari kerumunan dengan menerapkan protokol


kesehatan seperti physical distancing dan stay at home
 Melakukan pengobatan secara tuntas dan adekuat untuk mencegah
timbulnya komplikasi.
 Mengurangi lamanya penggunaan ventilator untuk mencegah terjadinya
VAP.
 Memaksimalkan pelayanan fasilitas kesehatan.
e. Rehabilitation
 Melakukan dukungan dan dampingan secara psikologis pada pasien
 Melakukan tatalaksana secara adekuat agar pasien benar-benar sembuh
dan tidak mengalami infeksi COVID-19 yang berulang.
 Mengedukasi masyarakat bahwa pasien yang pernah terkonfirmasi
positif tidak sepatutnya dikucilkan sehingga pasien harus dapat diterima
kembali di lingkungan masyarakat.
 Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan protokol
kesehatan untuk rangka mencegah rantai.

5. SKD KLB DBD (Interpretasi dilihat dari Sistem Kewaspadaan KLB)


a. PWS SKD Penyakit DBD di Puskesmas X Tahun 2020
 Minggu ke-21

100

90
Target 
80 85 %
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-21

 Minggu ke-22
12

100

90
Target 85
80
%
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-22

 Minggu ke-23

100

90
Target85
80
%
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-23

 Minggu ke-24
13

100

90 Target85
80 %
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-24

 Minggu ke-25
100

90
Target 85
80
%
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-25

 Minggu ke-26
100

90 Target85
80 %
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-26

 Minggu ke-27
14

100

90 Target 85
80 %
70

60

50 Desa A
Desa B
40

30

20

10

0
Minggu ke-27

b. PWS SKD Kondisi Rentan KLP Penyakit DBD (ABJ) di Puskesmas X


Tahun 2020

PWS ABJ PUSKESMAS X TAHUN 2020


100
100
90 91 91 92
90 85
90
86 Target
85 %
80 75 73
70 64 65
60 60
60
50
40
30
20
10
0
21 22 23 24 25 26 27

Desa A Desa B

Interpretasi:
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa di Desa A Angka Bebas Jentik
(ABJ) telah memenuhi target yaitu 85% dimulai dari minggu ke-22 dan
mengalami kenaikan signifikan dari minggu ke-21 hingga minggu ke-22 di
minggu ke-22, dan trend/kecenderungan grafik meningkat tiap minggu dari
minggu ke-22.
15

Upaya-upaya intervensi yang dilakukan dalam mencari dan memberantas jentik


nyamuk dianggap telah dilakukan dengan baik, dengan didapatkannya presentase
ABJ konsisten dalam memenuhi target ABJ yang ditetapkan yaitu 85% sehingga
tindakan lanjutan berupa kegiatan rutin pemberantasan jentik nyamuk
dapat dipertahankan.

Sementara pada desa B, sistem kewaspadaan dini kondisi rentan KLB penyakit
DBD (ABJ) terlihat persentase tingkat ABJ masih sangat rendah dan tidak
mengalami kenaikan yang signifikan dari minggu ke-21 hingga minggu ke-23.

Di minggu ke-24, persentase ABJ sudah mengalami kenaikan sebesar 10% namun
masih belum memenuhi target. Peningkatan drastis persentase ABJ di desa B
mulai terlihat saat minggu ke-26 dimana persentase ABJ menjadi 90% (naik
sebesar 17%) dan minggu selanjutnya naik 1% menjadi 91%. Grafik tersebut
menunjukkan intervensi sistem kewaspadaan dini (pencarian dan pemberantasan
jentik nyamuk) mulai dilakukan secara efektif di minggu ke-24, dilihat dari
tingkat ABJ yang meningkat sehingga perlu dilakukan upaya diluar rutin dan
pengawasan yang ketat, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di
Puskesmas hingga memenuhi target setiap minggunya.

6. Tugas Investigasi Wabah

KLB (OUTBREAK) ENTERITIS


PERJALANAN HAJI KE MEKKAH

Bagian I

Di pagi tanggal 1 November, 1979, selama perjalanan haji ke Mekkah,


epidemiologist ditugaskan untuk menyelidiki kasus sakit perut dan diare yang dialami
misi Kuwaiti medical di holy masjid sebelum mengelilingi Ka’bah. Dia telah
mempelajari bahwa kejadian yang sama telah berkembang ke anggota misi. Pada malam
ke Mina dia berinisiatif untuk melakukan penyelidikan.

Pertanyaan 1. Informasi apa anda butuhkan untuk memutuskan apakah ini sebuah
epidemik?
16

 Sejak kapan penyakit ini muncul?


 Apakah merupakan kasus yang baru atau kasus yang sudah pernah terjadi
sebelumnya?
 Apakah ini merupakan penyakit yang menular?
 Apakah kasus ini menyerang banyak anggota misi? Berapa jumlahnya?
 Apa kesamaan dari anggota misi yang terkena penyakit yang memungkinkan
sebagai faktor penyebab penyakit?
 Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kasus ini?
Dalam menentukan jumlah kasus dilakukan dengan membandingkan jumlah yang
ada saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya atau
beberapa tahun sebelumnya. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari
wilayah di dekatnya atau data nasional, atau alternatif lain menyelenggarakan
survei lewat telpon kepada dokter-dokter untuk menentukan apakah mereka
mengetahui banyaknya kasus yang luar biasa

--------------------------------------------------------------------------------------------

Epidemiologist telah menginterviu beberapa anggota misi yang sakit untuk


menegetahui karakteristik yang sakit. Berdasarkan interviu ini, epidemiologist
secara cepat menyiapkan sebuah kuesioner dan mengadakan interviu dengan 112
anggota misi.

Total dari 66 kasus yang sakit tadi diidentifikasi, 2 telah sakit di Kuwait sebelum
dimulai perjalanan haji dan 64 telah mengalami sakit sejak sore 31 Oktober.

Pertanyaan 2. Adakah ini sebuah epidemik? Jelaskan jawaban anda.

Ya, kasus ini merupakan sebuah epidemik/wabah. Hal ini dilihat dari
kemunculan kasus yang melebihi dari perkiraan di suatu tempat dan waktu pada
populasi yang diteliti. Pada kasus ini didapatkan dari 112 anggota tanpa tanda dan
gejala gastroenteritis (GE) di rombongan didapatkan 64 (58%) anggota yang
menunjukkan tanda dan gejala GE ketika perjalanan ini berlangsung sehingga dapat
dinyatakan kejadian kasus melebihi dari yang diharapkan waktu dan daerah pada
populasi yang diteliti. Pada epidemi menggunakan skala yang lebih besar dan
17

menyebar sedangkan outbreak, yang awalnya pada 1 wilayahh, sekarang bisa


terjadi di luar dari wilayah tersebut. Contohnya, pada saat virus corona sudah keluar
dari Wuhan dan menyebar ke wilayah selain Wuhan, maka kita bisa sebut epidemi
virus corona.

Deskripsi perjalanan haji

Misi Kuwait medical, terdiri dari 112 anggota, menempuh perjalanan


dengan bus dari Kuwait ke Mekkah. Pada 30 Oktober semua anggota missi telah
menginap di Mina. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober mereka telah berangkat
ke Arafah, dimana pada pukul 8.00 a.m. mereka telah minum teh dengan atau tanpa
susu untuk minum pagi. Susu tadi telah disiapkan segera sebelum dikonsumsi
dengan mencampur bubuk susu dengan air panas. Sisa hari mereka tadi telah
digunakan untuk melaksanakan ibadah. Pada jam 2.00 p.m., makan siang disajikan
untuk semua anggota misi yang ingin makan. Makanan khas Kuwait terdiri dari tiga
jenis: nasi, daging dan saus tomat. Sebagain besar anggota misi mengkonsumsi
semua jenis makan tadi. Makan siang telah disiapkan di Mina pada 30 Oktober dan
diantar ke Arafah oleh truk pagi 31 Oktober. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober
anggota missi kembali ke Mina.

Deskripsi klinis

Investigator mengidentifikasi total 66 kasus GE. Onset (Waktu timbulnya) kasus


tadi akut, ditandai kebnyakan oleh diare dan nyeri perut. Nausea, vomitus dan darah
dalam tinja terjadi tidak sering. Tidak ada kasus pasien yang dilaporkan dengan
demam. Semua pulih dalam 12-24 jam. Kira-kira 20% telah meminta pertolongan
medis. Investigator tidak memperoleh spesimen tinja untuk pemeriksaan.

Pertanyaan 3. Kembangkan sebuah definisi kasus awal (preliminary).

- Definisi kasus
Gastroenteritis adalah radang selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai
dengan diare, mual, atau muntah. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi
pangan yang tidak higienis.
- Waktu kejadian
18

31 Oktober 1979.
- Tempat/orang
Tempat kejadian: Arafah.
Orang: 66 dari 112 anggota.

Pertanyaan 4. Buat daftar kategri penyakit secara garis besar yang harus
dipertimbangkan sebagai diagnosa banding dari outbreak penyakit gastrointestinal.
(Ingat agent penyakit).

- Diagnosis banding
1. Gastroenteritis akut e.c infeksi bakteri
2. Gastroenteritis akut e.c infeksi parasit
3. Keracunan makanan yang terkontaminasi logam berat (arsenic, timbal,
cadmium, dan merkuri)
4. Demam tifoid
- Menurut agent penyakit
Berdasarkan penyebab penyakit bisa dibedakan menjadi penyebab bakteri,
parasit, virus.
a. Virus:
 Rotavirus
Diare akibat rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi. Pada anak-
anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur
tersering dari infeksi virus ini.
 Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang
disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab
tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan sering menimbulkan
wabah dan menginfeksi semua umur.
 Adenovirus
19

Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada


sistem respiratori. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus,
Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus.
b. Bakteri:
 Diarrheagenic Escherichia-coli: Enterotoxigenic E. coli (ETEC),
Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
 Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare
yang sangat cair dan menimbulkan disentri.
 Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya seperti S.
Sonnei, S. Flexneri, S. Dysenteriae
 Vibrio cholera
Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan panas
dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak
terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam
12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal.
 Salmonella
Dapat menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Pada
onset akut gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair
dan terkadang disentri pada beberapa kasus.
c. Parasit
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and
Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah
jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya
sering tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari
20

cacing seperti Stongiloide stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma


Mansoni, S. Japonicum juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.

Pertanyaan 5. Apa informasi klinis dan epidemiologi yang dapat menolong menentukan
etiologi agent penyakit?

- Tanda dan gejala


Diare, mual, muntah, nyeri abdomen. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang
sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau
perubahan status mental.
- Usia
Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak. Anak-anak di negara berkembang lebih
beresiko baik dari segi morbiditas maupun mortalitasnya.
- Jenis Makanan
Makanan beracun atau mengandung logam, makanan basi, makan makanan yang
tidak biasa misalnya makanan siap saji, makanan mentah, makanan laut.
- Tempat
Pada daerah yang kumuh dapat menyebabkan peningkatan pada penyakit ini
- Waktu
Terjadinya masa inkubasi saat terinfeksi sampai munculnya gejala.
- Perilaku
Tidak menerapkan perilaku hygiene yang baik seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan, setelah buang air besar, dan setelah melakukan aktivitas dapat meningkatkan
terjadinya penyakit ini.

Pertanyaan 6. Investigator Kuwait membagikan kuesioner ke semua anggota missi.


Informasi apa yang harus dimasukkan dalam kuesioner tersebut?

a. Informasi identitas responden mencakup nama lengkap, tanggal lahir/usia, jenis


kelamin dan tempat tinggal
b. Informasi mengenai faktor risiko (Penyebab penyakit)
21

- Kapan Anda mengkonsumsi makanan yang disediakan? (tanggal dan


waktu)
- Apa saja jenis makanan yang Anda konsumsi?
- Bagaimana cara Anda mengonsumsi makanan tersebut?
- Apakah Anda mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi
makanan tersebut?
- Apakah Anda ada mengkonsumsi makanan lain selain makanan yang
disediakan?
- Apakah saat Anda makan, Anda merasakan sesuatu yang aneh dengan
makanan yang Anda konsumsi? (bau, tekstur, dll)
- Apakah anda minum obat-obatan tertentu?
c. Informasi mengenai keluhan (klinis)
- Sejak kapan keluhan muncul?
- Berapa lama Anda mengalami keluhan tersebut?
- Apa saja keluhan yang Anda alami setelah mengkonsumsi makanan
tersebut?
- Apa saja tindakan yang Anda lakukan setelah mengalami keluhan tersebut?
Adakah upaya menangani sendiri?
- Apakah gejala tersebut dapat membaik dengan sendirinya?
--------------------------------------------------------------------------------------------

Bagian II

Investigator menentukan bahwa 64 kasus mulai sakit selama perjalanan haji,


semua yang telah makan siang di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober. 15
anggota missi tidak makan siang: tidak ada yang sakit.

Pertanyaan 7. Hitung attack rate yang makan dan yang tidak makan. Apa yang anda
simpulkan?

Pada kasus ini terdapat 112 anggota mission, 15 orang tidak makan siang, 2 orang telah
sakit sebelum keberangkatan sehingga 112-15-2 = 95 orang yang berisiko sakit, 64 orang
sakit di antara yang makan siang, dan 0 orang sakit di antara yang tidak makan siang.
22

64
 Attack rate (anggota misi yang makan) : X 100% = 67,36%
95
0
 Attack rate (anggota misi yang tidak makan) : X100% = 0%
15

Makanan Anggota misi Total Attack Anggota misi Total Attack


yang makan Rate yang tidak Rate
makan
Sakit Sehat Sakit Sehat
Nasi 62 31 93 66,7% 2 0 2 100%
Daging 63 25 88 71,6% 1 6 7 14,3%
Saus tomat 51 26 77 66,2% 13 5 18 72,2%
Attack rate yang makan yaitu 66,7% dan yang tidak makan 0%, yang artinya
gejala/penyakit ini disebabkan oleh makanan.

Tabel 1 informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang sakit
sebelum 31 Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak termasuk
dalam tabel tersebut.

Tabel 1. Selected characteristics of Kuwait medical mission members who ate lunch at
Arafat, Saudi Arabia, October 31, 1979

Id # Age Onset of Illness Foods Signs/symptoms*


Sex Date Hour Rice Meat TS* D C BS N V F
31 36 M Oct,31 5 p.m x x X D C BS
77 28 M Oct,31 5 p.m x x D C
81 33 M Oct,31 10p.m x x X D C
86 29 M Oct,31 10p.m x x x D C
15 38 M Oct,31 10p.m x D BS N
17 48 M Oct,31 10p.m x x D C
18 35 M Oct,31 10p.m x x x D C
35 30 M Oct,31 11p.m x x x D C
88 27 M Oct,31 11p.m x x x D C
76 29 M Oct,31 11p.m x x x D C BS
71 50 M Oct,31 12 mn x x x D
1 39 M Nov.1 1a.m x x x D C V
27 36 M Nov.1 1a.m x x x D C N
28 44 M Nov.1 1a.m x x x D C
29 48 M Nov.1 1a.m x x x D C BS
30 35 M Nov.1 2a.m x x x D C
50 29 M Nov.1 2a.m x x x D C
59 51 M Nov.1 2a.m x x x D C
23

67 40 M Nov.1 2a.m x x D
72 58 M Nov.1 3a.m x x x D C
73 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
60 31 M Nov.1 3a.m x x x D C
61 38 M Nov.1 3a.m x x x D BS
51 32 M Nov.1 3a.m x x x D C V
52 37 M Nov.1 3a.m x x D
58 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
22 35 M Nov.1 3a.m x x x D C
25 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
32 50 M Nov.1 3a.m x x x D C
38 26 M Nov.1 3a.m x x x D C
79 29 M Nov.1 3a.m x x x D C
80 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
37 30 M Nov.1 4a.m x x x D
65 34 M Nov.1 4a.m x x D
66 45 M Nov.1 4a.m x x D C BS
87 41 M Nov.1 4a.m x x x D C
89 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
90 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
91 38 M Nov.1 4a.m x x x D C
92 37 M Nov.1 4a.m x x x D C
70 31 M Nov.1 5a.m x x x D C
2 34 M Nov.1 5a.m x x x D C
21 38 M Nov.1 5a.m x x x D C
40 38 M Nov.1 5a.m x x x D
78 27 M Nov.1 5a.m x x x D C
82 39 M Nov.1 5a.m x x x D C
83 40 M Nov.1 5a.m x x x D C
84 34 M Nov.1 5a.m x x D C

Id # Age Onset of Foods Signs/symptoms*


Sex Illness
Date Hour Rice Meat TS* D C BS N V F
14 52 M Nov.1 6 am x x x D
16 40 M Nov.1 6 am x x x D BS
93 30 M Nov.1 6 am x x x D C
94 39 M Nov.1 6 am x x x D C
33 55 M Nov.1 7 am x x x D C
34 28 M Nov.1 7 am x x x D C
85 38 M Nov.1 7 am x x D C
43 38 M Nov.1 9 am x x D C
69 30 M Nov.1 9 am x x x D C
4 30 F Nov.1 10am x D C
5 45 F Nov.1 10am x C
3 29 F Nov.1 1 pm x x D C
12 22 F Nov.1 2 pm x x X C
74 44 M Nov.1 2 pm x x X D
75 45 M Nov.1 5 pm x x X D BS
95 40 M Nov.1 11pm x x X D C
6 38 F Well x x
7 52 F Well x x X
24

8 35 F Well x X
9 27 F Well x x X
10 40 F Well x x X
11 40 F Well x x X
13 50 M Well x x X
19 38 M Well x x X
20 38 M Well x x X
23 29 M Well x x X
24 27 M Well x x X
26 47 M Well x x X
36 60 M Well x
39 27 M Well x x X
41 30 M Well x x X
42 38 M Well x x X
44 50 M Well x x X
45 27 M Well x x X
46 31 M Well x x X
47 46 M Well x x X
48 38 M Well x x
49 36 M Well x X
53 36 M Well x x X
54 27 M Well x x X
55 40 M Well x x X
56 30 M Well x x X
57 25 M Well x x X
62 50 M Well x
63 44 M Well x
64 47 M Well x X
68 31 M Well x x x
TS* Tomato Souce, D=Diarrhea; C=Cramps ; BS=Blood in stool ; N=Nausea;
V=Vomiting F=Fever.

Pertanyaan 8. Dengan menggunakan priode waktu yang tepat, gambar sebuah kurva
epidemiologik.
25

Berdasarkan gambaran kurva diatas, kurva membentuk gambaran common


source, adanya satu puncak yang timbul. Hal ini memberikan informasi bahwa
gejala timbul serentak akibat penularan dari satu sumber dalam waktu yang sama
dan singkat, pada kasus ini dicurigai akibat makanan yang dikonsumsi. Dari jenis
wabah tersebut, kurva yang common source tadi, memiliki jenis berupa point
source artinya pemaparan penyakit bersumbel tunggal dan waktunya singkat,
sehingga hasil dari semu kasus atau kejadian berkembang hanya dalam satu masa
inkubasi saja.

Pertanyaan 9. Adakah kasus yang waktu timbulnya sakit tampak tidak konsistent?
Jelaskan?

Pertanyaan 9. Adakah kasus yang waktu timbulnya sakit tampak tidak


konsistent? Jelaskan?

- Keluhan penderita muncul kurang dari 6 jam sejak makan siang


31 36 M Oct,31 5 p.m X X x D C BS

77 28 M Oct,31 5 p.m X X D C

- Keluhan penderita muncul lebih dari 6 jam sejak makan siang


75 45 M Nov.1 5 pm X x X D BS

95 40 M Nov.1 11pm X x X D C

Berdasarkan kurva epidemiologik di atas, dapat dilihat bahwa waktu


timbulnya sakit untuk sejumlah orang tidak konsisten. Kasus induk terjadi pertama
26

kali pada tanggal 31 Oktober 1979 pukul 05.00 pm yaitu sebanyak 2 kasus. Puncak
kasus terjadi pada tanggal yang sama pukul 03.00 am yaitu sebanyak 13 kasus.
Sedangkan kasus terakhir pada tanggal 1 November 1979 pukul 11.00 pm sebanyak
satu kasus. Pada kasus terakhir masa inkubasinya panjang yaitu 33 jam (dari
tanggal 31 Oktober 1979 jam 02.00 pm sampai 01 November 1979 11.00 pm)
dengan terdapat periode kasus yang hilang. Satu kasus ini wajib dicurigai apakah
berhubungan dengan kasus yang pertama muncul atau merupakan awal kasus baru
akibat sumber penularan yang lain contohnya seperti penularan dari orang ke orang.
Penderita yang makan 100% sakit dan tidak makan 100% tidak sakit, tetapi hal ini
terjadi tidak demikian, dikarenakan banyaknya makanan yang dikonsumsi dan tidak
semua ketiga jenis makanan meyebabkan sakit, ada yang mengonsumsi 1 makanan
lalu sakit, ada yang mengonsumsi 2 makanan juga sakit, begitu sebaliknya. Hal
tersebut bisa terjadi akibat imunitas seseorang individu, porsi makanan yang
dimakan tidak sama, distribusi organisme atau toksin pada makanan tidak sama,
sehingga kemungkinan ikutnya penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang diselidiki. Selain itu, kesalahan dapat juga terjadi pada pembuatan
kurva epidemik (Penetapan interval waktu). Pemilihan interval waktu yang terlalu
panjang akan menyembunyikan perbedaan kecil pada distribusi, sedangkan
pemilihan interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak palsu. Hal ini
berhubungan juga dengan masa inkubasi yang bisa mengarah pada diagnosis
etiologi (mencari agen penyebab dari outbreak ini).

Pertanyaan 10. Modifikasi grafik yang telah digambarkan (Pertanyaan 8) untuk


mengilustrasikan distribusi masa inkubasi.
27

Masa Inkubasi
14
13
12

10
Jumlah Kasus

8 8 8

6
5
4 4 4 4
3 3
22 2 2 2
1 1 1 1
0
3 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20 23 24 27 33
Periode Inkubasi (Jam)

Masa Inkubasi

Pertanyaan 11. Tentukan atau hitung minimum, maksimum, mean, median, mode, range
, standar deviasi priode inkubasi.

No. Waktu Inkubasi f f (x) ( xi  x) 2


f
(jam)
1 3 2 6 242
2 8 5 40 180
3 9 3 27 75
4 10 1 10 16
5 11 4 44 36
6 12 4 48 16
7 13 13 169 13
8 14 8 112 0
9 15 8 120 8
10 16 4 64 16
11 17 3 51 27
12 19 2 38 50
13 20 2 40 72
14 23 1 23 81
28

15 24 2 38 200
16 27 1 27 169
17 33 1 33 361

 64 900 1562

x
 f ( x) 14,0625
Mean, f
13  14
13,5
Median, 2
Modus 13
Range, (maksimum-minimum) 33 jam- 3 jam = 30 jam
Standar Deviasi
24,793 = 4,979
SD  s 2

Varians

1562
  f xi  x  2
63 = 24,793
s2 
n 1

Pertanyaan 12a. Hitung frekuensi masing-masing gejala klinis dari semua kasus.

- Diare : 62 orang = 96,9%


- Nyeri perut : 52 orang = 81,25%
- Nausea (mual) : 8 orang = 12,5%
- Muntah : 2 orang = 3,1%
- Darah pada feses : 2 orang = 3,1%
- Demam : 0 (tidak ada)
29

Total jumlah anggota misi ada 64 orang makan siang dengan sakit

Pertanyaan 12b.Bagaimana informasi gejala dan periode inkubasi menolong anda


mempersempit diagnosa banding? (Anda dapat merujuk ke Ringkasan Kompendium
Keracunanan makanan akut penyakit GE, appendix E).

Pada kasus ini didapatkan rata-rata masa inkubasi terjadi selama 14 jam dengan
standar deviasi 4,9 jam. Dari tabel dapat dilihat bahwa penyakit gastrointestinal yang
terjadi pada masa inkubasi tersebut adalah gastroenteritis akibat Salmonella, Shigella,
Staphylococcal Food Poisoning, dan keracunan makanan clostridium.

Kemudian dalam menyingkirkan diagnosis banding, dapat ditemukan dari gejala


yang didapatkan pada kasus yaitu diare, nyeri perut, BAB berdarah, mual, dan muntah.
Tidak terdapat laporan pasien yang mengalami demam, sehingga gangguan
gastrointestinal akibat infeksi dapat disingkirkan. Dari tabel, dapat dilihat bahwa penyakit
gastrointestinal dengan onset akut dan tanpa disertai demam adalah keracunan makan
clostridium dan botulism. Namun, pada botulism onset tercepatnya adalah 12 jam,
sedangkan pada kasus ini terjadi paling cepat 3 jam setelah paparan penyebab. Sehingga,
dari data informasi gejala dan masa inkubasi saja dapat menunjukkan arah diagnosis
tanpa melakukan pemeriksaan penunjang.
30
31

Pertanyaan 13a. Dengan mengunakan riwayat mengkonsumsi makanan pada tabel 1.


lengkapi item 7 dari form laporan appendix F ”Penyelidikan outbreak Keracunan
makanan”
32

Food specific attack rate (item 7 Form investigasi outbreak karena makanan)

Food item Jumlah orang yang makan Jumlah orang yang tidak makan spesifik
disajikan spesifik food food

Sakit Sehat Total Attack Sakit Sehat Total Attack


rate Rate

Nasi 62 31 93 66,7% 2 0 2 100%

Daging 63 25 88 71,6% 1 6 7 14,3%

Saus Tomat 51 26 77 66,2% 13 5 18 72,2%

 Nasi

Sakit Sehat Total


Ya 62 (a) 31 (b) 93 (a+b)
Tidak 2 (c) 0 (d) 2 (c+d)
Total 64 (a+c) 31 (b+d) 95 (a+b+c+d)

AR1 : a / (a+b) x 100 % = 62/93 x 100% = 66,7%

AR2 : c / (c+d) x 100 % = 2/2 x 100% = 100%

RR : AR1 / AR 2 = 66,7 / 100 = 0,67 (RR<1)

Kesimpulan : nasi bukan merupakan suatu faktor risiko terjadinya keracunan


makanan pada kasus.

 Daging

Sakit Sehat Total


Ya 63 (a) 25 (b) 88 (a+b)
Tidak 1 (c) 6 (d) 7 (c+d)
Total 64 (a+c) 31 (b+d) 95 (a+b+c+d)

AR1 : a / (a+b) x 100 % = 63/88 x 100% = 71,6%


33

AR2 : c/ (c+d) x 100 % = 1/7 x 100% = 14,3%

RR : AR1 / AR 2 = 71,6 / 14,3 = 5 (RR>1)

Kesimpulan : daging merupakan suatu faktor risiko terjadinya keracunan makanan


pada kasus.

 Saus Tomat

Sakit Sehat Total


Ya 51 (a) 26 (b) 77 (a+b)
Tidak 13 (c) 5 (d) 18 (c+d)
Total 64 (a+c) 31 (b+d) 95 (a+b+c+d)

AR1 : a / (a+b) x 100 % = 51/77 x 100% = 66,2%

AR2 : c / (c+d) x 100 % = 13/18 x 100% = 72,2%

RR : AR1 / AR 2 = 66,2 / 72,2 = 0,92 (RR<1)

Kesimpulan : saus tomat bukan merupakan suatu faktor risiko terjadinya


keracunan makanan pada kasus.

Pertanyaan 13b. Adakah perhitungan disini menolong anda untuk menentukan makanan
yang mana yang telah disajikan pada makan siang tsb. yang bertanggung jawab terjadinya
outbreak?

Ya, perhitungan RR didapatkan sebesar 5 (RR>1) pada konsumsi daging. Yang artinya
orang yang mengkonsumsi daging 5x lebih berisiko mengalami gastroenteritis.

Pertanyaan 14. Buat rencana penyelidikan lebih lanjut yang mana harus dilakukan. Buat
daftar satu atau beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kontaminasi makanan.

Jawab:

1. Rencana penyelidikan lebih lanjut:


34

a. Melakukan studi epidemiologi


b. Menyelidiki sumber penyebab dan faktor yang berperan
c. Mengambil sampel makanan dan spesimen (darah dan feses)
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap specimen
e. Melakukan surveilans terhadap penyakit
f. Menentukan pencegahan untuk masa akan dating
g. Mengkomunikasikan temuan
h. Evaluasi dan meneruskan surveilans
2. Beberapa hal khusus yang perlu ditanyakan:
a. Sumber makanan (daging)
b. Penyimpanan daging sebelum di masak (suhu, cara penyimpanan, dan tempat
penyimpanan)
c. Cara mengolah dan memasak daging, yang perlu ditanyakan adalah apakah
daging dicuci terlebih dahulu, mencuci dengan sumber air seperti apa, apakah
menggunakan bahan makanan tambahan, peralatan apa yang digunakan untuk
mengolah daging, suhu memasak daging, dan higienitas pengolahan daging.
d. Kemungkinan kontaminasi silang, dapat ditanyakan peralatan apa yang
digunakan untuk mengolah dan menyajikan daging untuk mengetahui
kemungkinan kontaminasi silang dengan bahan mentah. Kontaminasi silang
juga dapat diketahui dengan menanyakan tempat menyimpanan,
pengangkutan, dan penyajian daging.
e. Pengangkutan makanan. Perlu ditanyakan peralatan, cara, dan tempat
pengangkutan makanan.
f. Penyajian makanan, apakah makanan disajikan di tempat yang bersih dan alat
makan yang higienis.
g. Kebersihan tempat kerja (membuat atau memasak daging) dan prosedur kerja
apakah sudah baik dan terstandar atau belum.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagian III
35

Makan siang yang tadi disajikan di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober.
Disiapkan pada pukul 10.00 p.m. malam sebelum ke Mina. Makanan itu terdiri dari nasi
dimasak, sebongkah daging domba yang digoreng dengan minyak, dan saus tomato yang
telah disipkan dari tomato segar yang diiris. Nasi yang telah dimasak tadi ditempatkan
didalam dua pot besar dan daging dibagi diletakkan di atas pot. Saus tomato disimpan
dalam pot ketiga.

Pot dilapisi dengan tutup logam dan ditempatkan didalam tempat terbuka dinatara
beberapa batu dekat dapur sepanjang malam. Mereka beranggapan tidak ada yang akan
menjamah selama waktu itu. Pagi-gai tanggal 31 Oktober, pot-pot diantar oleh truk ke
Mina ke Arafah dimana makanan itu berada dalam truk sampai jam 2.00 p.m. tempratur
di Arafah pada waktu siang hari itu 35 derajat C. Makanan tidak didinginkan dari
perrsiapan sampai waktu dikonsumsi.

Juru masak dan orang lain yang menolong mempersiapkan makan tadi secara
intensif diinterviu berkaita dengan setiap kesakitan tadi sebelum atau pada waktu
persiapan. Semua orang yang diinterviu menyangkal ada yang sakit dan telah mengetahui
tidak ada yang sakit diantara semua anggota yang menuyiapkan makanan. Tidak ada
spesimen diperoleh dari juru masak untuk pemeriksaan laboratorium.

Berikut adalah kutipan/transkrip dalam disket dari laporan yang disiapkan oleh
epidemiologist yang menyelidiki outbreak.

“Gambaran klinis ini lebih mungkin menunjukkan sebuah infeksi oleh


Clostridium perfringens. Organisme ini dapat dideteksi pada elemen makanan
dikonsumsi dan juga di tinja pasien. Namun, tidak ada prosedur diagnostik
laboratarium tadi yang mungkin dilokasi terjadi outbreak. Semua
penyelidikan dilakukan tadi didasarkan seluruhnya pada latar epidemiologis.
Periode inkubasi dan juga data lain di ekstrapolasi dari analisis
epidemiologis menyarankan bahwa Clostridium perfringens sebagai agent
penyebab. Organisme ini terdistribusi luas di alam khususnya di tanah dan
debu. Jadi disini ada peluang kontaminasi ke makanan. Jika daging dimasak
dibiarkan dingin secara lambat dibawah kondisi anaerob yang cocok, spora
yang mana mungkin dapat bertahan hidup dalam masakan atau datang dari
debu yang berkembang dan dalam beberapa jam memproduksi sejumlah besar
basil vegetatif. Dalam kenyataan, kamp haji di Mina kurang fasilitas masak
yang saniter. Makanan biasanya disiapkan dalam sebuah tempat terbuka
36

berdebu sampai hembusan angin menciptakan situasi yang ideal untuk


kontaminasi Cl. perfringens.
Jenis organisme, jenis makanan dan perbedaan attack rate yang
mengkonsum daging dan orang yang tidak makan daging sebagai sumber
paling mungkin dari infeksi pada outbreak.
Kesimpulan: Sakit akut enteritis di Arafah yang telah menyerang banyak
orang adalah sebuah bentuk epidemi. Epidemi tadi adalah outbreak dengan
“common source”, sumber adalah daging yang sedang dikonsumsi pada waktu
makan siang di Arafah. Periode inkubasi kira-kira 13 jam. Kesakitan ditandai
oleh nyeri abdomen kolik dan diare dengan tidak ada peningkatan suhu.
Agent yang bertanggungjawab pada outbreak ini lebih mungkin Clostridium
perfringens.
Makan siang di Arafah sehrausnya disiapkan dihari yang sama di
konsumsi atau disimpan dalam refrigerator jika disiapkan hari sebelumnya.
Meskipun dapur tidak dilengkapi penuh untuk memenuhi tindakan
keselamatan yang esential di tempat seperti di Mina, mereka seharusnya
disuplai untuk melindungi makanan dari kontaminasi. Sisa makanan di Arafah
seharusnya dimusnahkan sesudah penyelidikan, tetapi tidak ada sisa pada
waktu itu.
Penyelidikan epidemiologik yang dilakukan pada epidemik ini dapat
mengeksplor alamiah dari epidemik ini dan menjawab sebagian besar
pertanyaan yang timbul. Penyelidikan laboratorium, meskipun menolong
untuk mendeteksi organisme penyebab, harus tidak menggantikan metode
epidemiologi yang leih efisien dalam menggali epidemik.Kekurangan fasilitas
laboratorium penting untuk mendeteksi organisme penyebab outbreak berasal
makanan seharusnya tidak melemahkan epidemiologist menyelidiki dan
membuatnya penuh keraguan dan kurang percaya pada tool
epidemiologiknya.”
Pertanyaan 15. Dalam konteks outbreak, apa tindakan pengendalian akan anda
rekomendasikan?

- Pengendalian awal pada agent, sumber atau reservoir dalam rangka diagnosis
dini dan pencegahan awal.

 Sumber infeksi: makanan, tinja, air, udara

 Sumber awal: kasuspenyakit

 Alat/cara penularan: jarum suntik, droplet, vektor, reservoir dsb.


37

- Dapat dilakukan pemeriksaan sampel sisa makanan, terutama daging yang


dicurigai sebagai penyebab munculnya outbreak untuk mengetahui lebih pasti
agen penyebabnya. Namun pada kasus ini tidak ada sisa makanan dan
kurangnya fasilitas laboratorium sehingga pemeriksaan laboratorium tidak
dapat dilakukan.
- Menghilangkan/memusnahkan makanan terinfeksi supaya tidak dikonsumsi
oleh orang lain
- Penanggulangan sedini mungkin dengan diagnosa dini (pengobatan/
pencegahan yang tepat)
- Perlu juga dilakukan pencarian apakah masih ada kasus baru lainnya. Setelah
dilakukan penanganan dan pengendalian awal, lakukan evaluasi mengenai
proses pengolahan, penyajian dan pendistribusian makanan.
- Melakukan penyuluhan kepada pihak penyedia jasa makanan dan para anggota
misi. Mengenai penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyajian, pendistribisian, pentingnya menjaga higenitas makanan.

Pertanyaan 16. Adakah penting untuk menyusun/menarik pelajaran dari outbreak ini?
Sebutkan alasan mengapa penting

Berdasarkan ilmu epidemiologi, outbreak ini dapat menjelaskan bahwa dengan


pencatatan, pelaporan, dan analisa data dengan tool epidemiologi yang tepat, dapat
membantu seorang klinisi mengatasi outbreak secara cepat dan tepat walaupun tanpa alat
diagnosis yang canggih (pemeriksaan tinja). Selain itu, perlu diperhatikan dalam menjaga
sanitasi makanan pada proses penyimpanan, pengolahan, dan penyediaan makanan untuk
populasi yang besar agar dapat menjadi suatu tindakan preventif suatu outbreak.
38

7. Pandemi Covid-19

MUSI RAWAS UTARA

a. Tabel Kasus
Terlampir di file excel
b. Suspek
1. Suspek Perhari

Kurva Suspek per Hari


70
60
50
40
30
20
10
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Suspek per Hari

Histogram Suspek per Hari


70
60
50
40
30
20
10
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Suspek per Hari

2. Kumulatif Suspek
39

Kurva Kumulatif Suspek


400
300
200
100
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kumulatif Suspek

Histogram Kumulatif Suspek


400
300
200
100
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kumulatif Suspek

c. Konfirmasi
1. Kasus per Hari
40

Kurva Penambahan Kasus per Hari


30
25
20
15
10
5
Jumlah 0

Tanggal

Kurva Penambahan Kasus per Hari

Histogram Penambahan Kasus per Hari


30
25
20
15
10
5
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Penambahan Kasus per Hari

Dari grafik histogram diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan kasus,


terutama dibulan September, dengan tren yang menanjak.
2. Kumulatif Kasus
41

Kurva Kumulatif Kasus Covid-19 di Muratara


250
200
150
100
50
Jumlah 0

Tanggal

Kurva Kumulatif Kasus

Histogram Kumulatif Kasus


250
200
150
100
50
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kumulatif Kasus

Dari kurva diatas, kasus kumulatif terus bertambah, dengan tren yang menanjak

d. Kontak Erat
1. Kontak Erat Perhari
42

Kurva Kontak Erat per Hari


120
100
80
60
40
20
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kontak Erat per Hari

Histogram Kontak Erat per Hari


120
100
80
60
40
20
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kontak Erat per Hari

2. Kumulatif Kontak Erat


43

Kurva Kumulatif Kontak Erat


700
600
500
400
300
200
100
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kumulatif Kontak Erat

Histogram Kumulatif Kontak Erat


700
600
500
400
300
200
100
0
Jumlah

Tanggal

Kurva Kumulatif Kontak Erat

e. Meninggal/Case Fatality Rate (CFR)

Case Fatality Rate Covid-19 di Musi Rawas Utara periode 1 April – 28


Oktober 2020

Jumlah kematian : 10

Jumlah penyakit : 193


44

Case Fataility Rate

Jumlah kematian akibat Covid periode1 April−28 Oktober 2020


¿ x 100 %
Jumlah Penyakit Covid periode 1 April−28 Oktober Tahun 2020

10
= x 100%
193

=5,18%

f. Angka Testing PCR per penduduk

Kurva Jumlah Tes PCR


400
300
200
100
Jumlah Tes PCR

Jumlah Tes PCR

Angka Testing PCR per penduduk di Musi Rawas Utara 1 April – 28


Oktober 2020

Jumlah test PCR : 418

Jumlah penduduk : 194.405

Total test PCR periode1 April−28 Oktober 2020


Angka Testing PCR :
Jumlah Penduduk Covid Musi Rawas Utara

418
: = 0,00215 per penduduk/2,15 per 1000
194405
penduduk
g. Incidence Kumulatif (Attact Rate)
45

Attact Rate Covid-19 di Musi Rawas Utara periode 1 April – 28 Oktober


2020

Jumlah kasus : 193

Jumlah penduduk : 194.405

Incidence Rate =

Total kasusCovid periode 1 April−28 Oktober 2020


x 100.000
Jumlah Penduduk Berisiko di Musi Rawas Utara Tahun 2020

193
= x 100.000
194405

= 99,3 kasus Covid-19 per 100.000 penduduk


DAFTAR PUSTAKA

1. Tong Z-D, Tang A, Li K-F, Li P, Wang H-L, Yi J-P, et al. Potential


presymptomatic transmission of SARS-CoV-2, Zhejiang Province, China,
2020. Emerg Infect Dis. doi: 10.3201/eid2605.20019816.
2. Liu J, Liao X, Qian S et al. Community transmission of severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2, Shenzhen, China, 2020. Emerg Infect
Dis. doi.org/10.3201/eid2606.200239
3. Yu P, Zhu J, Zhang Z, Han Y. A familial cluster of infection associated
with the 2019 novel coronavirus indicating possible person-to-person
transmission during the incubation period. J Infect doi: 10.1093/jiaa07713.
4. Kimball A, Hatfield KM, Arons M, James A, et al. Asymptomatic and
Presymptomatic SARS-CoV-2 Infections in Residents of a Long-Term
Care Skilled Nursing Facility —King County, Washington, March 2020.
MMWR, 3 April 2020, 69(13);377–381.
5. World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 16-24 February 2020 [Internet].
Geneva: World Health Organization; 2020 Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-
mission-on-covid-19-final-report.pdf
6. Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of patients infected with
2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet 2020; 395: 497–506.
7. Wolfel R, Corman V, Guggemos W et al Virological assessment of
hospitalized cases of coronavirus disease 2019. doi:
10.1101/2020.03.05.20030502
8. Jin, Yuefei et al. “Virology, Epidemiology, Pathogenesis, and Control of
COVID-19.” Viruses vol. 12,4 372. 27 Mar. 2020, doi:10.3390/v12040372
9. Saadat S, Rawtani D, Hussain CM. Environmental perspective of COVID-
19. Science of The Total Environment. 2020 Apr 22:138870.

46
47

10. Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku


Rancangan Pengajaran Tanggap Pandemi COVID-19. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2020. Hal 13-20.
11. Susilo A, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2020;7(1):45-67.

Anda mungkin juga menyukai