Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : lemah
Vital Sign :
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 105x/mnt
RR : 20x/mnt
Temp : 37,2 C
BB : 56 kg
TB : 152 cm
Head to toe:
• Kepala leher :
Oedeme kelopak mata -/-,
konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterus -/-, pembesaran KGB -/-
• Thorax :
I : Bentuk normal, simetris, iktus
kordis tidak tampak, pergerakan
dinding dada simetris.
P : ekspansi simetris, iktus di MCL
S ICS V tidak kuat angkat
P : Sonor/sonor, batas jantung N
A:
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh
-/-, Wh -/-
Cor : S1S2 tunggal, murmur -,
gallop -
• Abdomen:
I = membesar kesan hamil, linea
nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas operasi (+)
P = soefle
P = timpani
A = BU dalam batas normal
• Extremitas :
Akral hangat kering merah
Edema ekstremitas (-), ikterik (-),
Spoon nail (-), Ulkus (-), eritema
palmaris (-)
Status Obstetri :
LI : TFU 27 cm, bulat, lunak
LII : Punggung kanan, DJJ : 156x/
menit
LIII : keras, bulat, belum masuk
PAP
LIV : konvergen
His : -
VT Obs : -
Status ginekologi:
- Vulva/vagina: tampak cairan di
vulva, banyak fluor (+) amis
- Portio: (-)
- Corpus uteri: AF~ membesar,
TFU : 3 jari atas pusat, kontraksi
berkurang
- Adnexa d/s : massa (-) nyeri (-)
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11,2 g/dl
RBC : 3,6 x 106 /µl
Hct : 32,8 %
MCV : 89,6 fL
MCHC : 34,1 g/dl
MCH : 30,6 pg
WBC : 18,70 x 103/µl
PLT : 345 x 103/µl
Kimia Darah :
Glu : 99,4 mg/dl
Alb : 3,3 g/dl
Faal Hemostasis :
PPT 12,5 detik
APTT : 32,6 detik
HbsAg :-
UL : -
Ureum : 16,1
Creatinin : 0,42
Swab antigen : -
Poliklinik :
PEMBAHASAN POMR
2.1 Definisi
KPP adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya. Ketuban pecah
prematur adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
2.2 Epidemiologi
Terdapat 8-10% wanita hamil yang datang dengan ketuban pecah prematur pada usia kehamilan yang aterm. Pada wanita hamil ini, risiko infeksi
intrauterin meningkat apabila jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan persalinan meningkat. Preterm premature rupture of the membranes
(PPROM) terjadi ki-kira dalam 1% dari semua kehamilan dan berhubungan dengan 30-40% persalinan yang preterm. Secara tidak langsung,
PPROM adalah penyebab utama persalinan preterm dan komplikasinya, termasuk sindrom respiratori distress, infeksi neonatal, dan perdarahan
intraventrikular.
2.3 Etiologi
Penyebab KPP masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan
erat dengan KPP, namun faktor mana yang berperat sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya, meliputi:
a. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan trauma. Trauma berupa hubungan sksual, pemeriksaan dalam, dan
amniosintesis.
b. Serviks inkompeten, adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks inkompeten dapat
disebabkan oleh laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks.
d. Multipara, grandemultipara. Pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang
terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda-tanda inpartu.
e. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda dan sefalopelvik disproporsi. Hidramnion atau kadang-kadang disebut polihidramnion
adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli
dan ibu yang mengalami diabetes mellitus gestasional (DMG). Ibu dengan DMG akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan pada
semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
g. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda.
h. Riwayat KPP sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah prematur kembali. Wanita yang pernah mengalami KPP pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami
KPP sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya
1.4 Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban bagian inferior rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ektraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah prematur adalah:
b) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakhibat pertumbuhan struktur abnormal karena antaralain merokok.
Degenerasi kolagen dimediasi oleh matriks Metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor proteinase.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degenerasi proteolitik dari matriks ektraseluller dari
membran janin. Aktfitas degenerasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Penelitian terbaru mengatakan KPP terjadi karena
meningkatnya apoptosis dari komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu. Kekuatan membran fetal adalah
dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan III yang dihasilkan oleh sel mesenkim juga penting dalam
1.5 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion.
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba- tiba dari jalan lahir.
b) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
Pemeriksaan inspekulo
Merupakan langkah pertama dalam mendiagnosis KPP karena pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan risiko infeksi.
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH-nya. Yang dinilai adalah :
1. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks. Dilihat juga dari prolaps dari tali pusat atau ekstremitas bayi.
2. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosis KPP. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien batuk
3. Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. Kertas nitrazin akan berubah menjadi biru jika pH cairan diatas 6.0 –
6.5. Sekret vagina ibu hamil memiliki pH 4 –5, dengan kertas nitrazin tidak memberikan perubahan warna. Tes nitrazin ini bisa
memberikan hasil positif palsu bila tersamarkan dengan cairan seperti darah, semen atau vaginitis seperti trichomoniasis.
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin masih samar dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang
diambil dari forniks posterior. Cairan di swab kemudian dikeringkan di atas gelas objek dan dilihat dibawah mikroskop. Gambaran
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan group B Streptococcus.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemerksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP). Konsentrasinya tinggi di dalam cairan amnion tetapi tidak di semen dan urin.
NAMA DM : TTD DOKTER :
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD
c. Tes pakis (mikroskopik), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
d. Tes lakmus (Nitrazine test), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru, menunjukkan adanya air ketuban.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPP terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit (oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan anamnesis dari pasien bisa membantu diagnosis tetapi
bukan menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai Amniotic Fluid Index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia
janin. Ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi kantong cairan amnion pada
amniosentesis dan sering digunakan dalam mengevaluasi janin. Pemeriksaan USG berguna untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah
prematur.
1.6 Tatalaksana
Diberikan antibiotik
Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu, dilakukan terminasi
Ampiciline 1gr/hr tiap 6 jam, im/iv selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap 12 jam selama 2 hari
Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru. (Betamethasone 12mg IM, 2 x selang 24 jam, atau dexamethasone 6mg IM, 4 x
selang 12 jam)
Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat > 37.6oC segera terminasi
Observasi 2 x 24 jam
Pemberian antibiotik (Ampiciline 1gr/hr tiap 6 jam, im/iv selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap 12 jam selama 2 hari) /
- Bila jumlah air ketuban cukup, dilanjutkan perawatan diruangan s/d 5 hari
- Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam, atau keluar cairan lagi
1. Induksi persalinan dengan memakai drip oxytocin (5u/500cc D5%), bila persyaratan klinis memenuhi
2. Sektio Sesar : bila persyaratan untuk drip oxytoxin tidak terpenuhi (ada kontra indikasi), atau drip oxytocin gagal.
1. Bila 12 jam belum ada tanda-tanda awal persalinan dengan atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan
2. Bila dengan 2 botol (5u/500cc D5%) dengan tetesan maksimum, belum ada tanda-tanda inpartu atau belum keluar dari fase laten, induksi
DAFTAR PUSTAKA
Allahyar Jazayeri, 2016. Premature Rupture of Membrane. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/261137, tanggal 20 Agustus 2016.
American College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG Practice Bulletin No. 80. Premature rupture of membranes. Obstet Gynecol.
2007;109:1007–1019.
Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary diagnosis and management of preterm ruptures of membranes. Rev Obstet Gynecol.
2008;1(1):11-22.
Cunningham, leveno, bloom et al, Abortion, 2010. Williams Obstetrics 23th edition,. Mc Graw Hill.
Manuaba Chandranita Ida Ayu et all, 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan, Cetakan pertama. Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
Morgan Geri, Hamilton Carole, 2009. Panduan Praktik Obstetri dan Ginekologi. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.