Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

BAB I Laporan kasus 2

BAB II Tinjauan Pustaka 15

BAB III Pembahasan 28

BAB IV Kesimpulan 30

Daftar Pustaka 31

1
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. JR
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Alamat : Ohoitahit
Status Pernikahan : Menikah
MRS : 10 November 2020
No Rekam Medik :
1.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RSUD karel S dengan rujukan dari RS Maren pasien dirujukan dengan
diagnose gawat janin G3P2A0 hamil 20 minggu dengan kolik abdomen susp. Gemeli, menurut
pengakuan pasien awalnya pasien makan nasi kuning pagi hari dan pasien mengalami muntah 1
jam setelahnya muntah 2 kali berupa makanan yang dimakan dengan terasa sedikit nyeri pada
perut, kemudian 30 - 45 menit setelahnya pasien merasakan nyeri bertambah pada perut bagian
bawah yang dirasakan terus-menerus, pasien sempat mengira hamil kembar berdasarkan
penuturan dan pemeriksaan di RS sebelumnya, saat di RSUD Karel S dokter spesialis kebidanan
dan kandungan kemudian melakukan USG dan menemukan yang membesar pada perutnya ibu
dan terasa nyeri adalah dikarenakan adanya kista, demam , penurunan BB dan lemas disangkal
oleh pasien. Gangguan BAB dan BAK tidak dialami pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Keluhan serupa disangkal.
- Penyakit benjolan pada payudara disangkal.

2
- Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat anggota memiliki keluhan serupa disangkal. Riwayat anggota keluarga memiliki
penyakit keganasan disangkal.
Riwayat pengobatan : -
Riwayat menstruasi :
- Menarche : 13 tahun
- Siklus menstruasi : teratur, 1 bulan sekali.
- Banyaknya : sebelum muncul keluhan dan hamil pasien mengaku 2-3 kali ganti
pembalut.
- Lamanya : 5-6 hari
- Nyeri saat menstruasi : (-)
- Pernah Keluar darah diluar siklus haid : (-).
Riwayat Kontrasepsi :
- Pasien menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 3 tahun
Riwayat Perkawinan
- Pasien telah menikah selama ± 10 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.
Riwayat Obstetri :
- Pasien mengaku sedang hamil anak ketiga diketahui dari pemeriksaan kehamilan di
puskesmas, anak pertama perempuan (2011) dan kedua perempuan (2015) lahir normal
di puskesmas ditolong bidan
1.3 STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Compos Mentis/E4V5M6
c. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 90 x/menit
- Frekuensi napas : 22 x/menit
- Suhu : 36,9oC
d. Kepala/leher : konjungtiva anemis +/+; ikterik -/-
e. Thorax

3
- Inspeksi: retraksi (-)
- Palpasi: pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi: sonor +/+, batas jantung dbn
- Auskultasi: C S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-); P vesikuler +/+
wheezing -/-, rhonki -/-.
f. Abdomen: cembung, massa (+) regio hipogastric, konsistensi kenyal, batas tegas,
mobile, nyeri tekan massa (+), Bising usus (+),

g. Ekstremitas: hangat (+/+)/(+/+) ; edema (-/-)/(-/-)

1.4 STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Abdomen :
- Inspeksi : tidak ada tanda-tanda peradangan, striae gravidarum (-), bekas operasi (-)
tampak massa menonjol di regio kiri bawah.
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi: timpani diseluruh lapang abdomen, diatas tumor pekak
- Palpasi : defans muskular (-), undulasi tes (-), shifting dullnes (-). Teraba massa ±
15 cm di regio hipogastric hingga iliaka sinistra, permukaan licin, dapat digerakkan,
nyeri tekan (+), konsistensi kenyal.
- Tinggi fundus uteri : SDN

1. Genital Eksterna :
Inspeksi : perdarahan pervaginam (-), tanda peradangan (-)

4
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb : 8,1 g/dL
2. HCT : 23 %
3. RBC : 2,67
4. WBC : 8,74 /mm3
5. PLT : 137 /mm3
6. CT/BT : 6’/5’
7. SGOT/SGPT : 20/21
8. UR/CR : 28 / 0,7 (mg/dl)
9. Golongan darah : O
10. IgG/IgM COVID: NR
Pemeriksaan USG : Tampak massa kistik dengan ukuran diameter 20 cm
1.6 DIAGNOSIS KERJA
Pre Operasi : G3P2A0 Hamil 22 minggu + Kista Ovarium
Post Operasi : G3P2A0 Hamil 22 minggu + Torsi (3x) Kista Ovarium sinistra

1.7 PENATALAKSANAAN
 Pemberian O2 3 lpm, IVFD RL 21 tpm, depoproveva 2 x 50 mg/IM, Etabion 2 x 1 caps
Observasi KU, Vital Sign dan OBs BJA
 Cek laboratorium sebelum operasi: CT/BT,Gol darah, HbSAg, TPHA, HIV, SGOT, SGPT
 Konsultasi ke bagian Penyakit Dalam dan Anastesia sebelum operasi.
 Laparotomi eksplorasi SOS.

1.8 TEMUAN INTRAOPERASI


 Laparotomi dilakukan pukul 13.15, 13 November 2020

5
 Tampak massa kistik dari adenexa kiri ukuran 20 x 18 x 15 cm dengan berat 3000 gr,
tampak kehitaman, tidak lengket dengan jaringan sekitar. Ketika dibelah tampak serous
kekuningan
 Penatalaksanaan Post OP
- O2 4 Lpm
- IVFD Futrolit 1000cc/24 jam 18 tpm
- Paracetamol 3 x 1gr infus IV selama 24 jam dilanjutkan dengan paracetamol 3 x 2 tab
peroral
- Ranitidine 2 x 50 mg/24 jam
- Ondansentrom 4 mg IV bolus
- Ceftriaxone 1 gr dalam 100cc Nacl 0,9/12 jam
- Transfusi 1 bag WB/ hari total 3 bag

Pemeriksaan Laboratorium Post OP (14/11/20)


- Hb : 7,3 g/dL
- HCT : 23 %
- RBC : 2,67
- WBC : 11.900 /mm3
- PLT : 166.000 /mm3

CATATAN PERKEMBANGAN (FOLLOW UP)


Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana
11-11- Pasien KU : Baik G3P2A0 Pemeriksaan
2020 datang Kes/GCS : hamil 22 Lab
10.00 dengan CM/E4V5M6 W Kista Pendaftaran
rujukan dari Vital Sign ovarium
rencana
RSUD TD : 120/80
maren mmHg operasi
dengan N : 90 x/menit laparotomi
keluhan RR : 20 x/menit (13-11-2020)
o o
nyeri perut T : 36,7 C Konsultasi ke
bawah (+), DJJ : 136x/m bagian
mual/muntah Perdarahan Penyakit
(+) aktif (-)
Dalam dan
Pemeriksaan
abdomen : Anastesia

6
Inspeksi : sebelum
cembung, tanda operasi
peradangan (-), KIE ibu dan
bekas op (-) keluarga
Palpasi : TFU
tidak teraba,
Teraba massa
±15 cm di regio
hipogastric
hingga iliaka
sinistra,
permukaan
licin, dapat
digerakkan,
nyeri tekan (-),
konsistensi
kenyal
Inspekulo: dbn
. Darah (-)

USG : Kista
Ovarium
Sinistra uk 20
cm
Pemeriksaan
Lab 11-11-20 :
HB: 8,1 g/dl
RBC: 2,67 x
10^6/ µL
HCT: 23 %
WBC: 12.500
x 103/µL
PLT: 419 x
103/µL
12-11- Nyeri perut KU : Baik G3P2A0 Rencana
2020 bawah (+), Kes/GCS : hamil 22 operasi
sesak (-), CM/E4V5M6 W Kista laparotomi
13.00 perdarahan Vital Sign ovarium
(SO)
(-), nyeri TD : 110/80
perut (-), mmHg ACC Penyakit
gangguan N : 88 x/menit Dalam dan
BAK dan RR : 20 x/menit Anastesia
BAB (-). To : 36,5oC KIE :
DJJ : 140x/m

7
Perdarahan Menasehati
aktif (-) ibu agar
Pemeriksaan makan dan
EKG dbn minum yang
bergizi
Menganjurka
n ibu istirahat
cukup
Ibu berpuasa
mulai pukul
22.00 WIT

13-11- KU : Baik G3P2A0 Observasi


2020 Kes/GCS : hamil 22 KU, Obs DJJ,
12.00 CM/E4V5M6 W Kista VS,
Vital Sign ovarium perdarahan
TD : 130/80 Tindakan
mmHg operasi
N : 94 x/menit Laparotomi
RR : 20 x/menit (salphyngo-
To : 36,6oC ooforektomi)
DJJ : 135x/m
Perdarahan
aktif (-)
13.00 - - Operasi
Dimulai
13.15 - Terdapat massa G3P2A0 Dilakukan
kistik di hamil 22 tindakan
ovarium sinistra W Kista operasi
dengan ukuran ovarium
Laparotomi
20x18x15 cm,
septal (+), (salphyngo-
perlengketan ooforektomi
(-), uterus dbn.. sinistra)
Perdarahan ±
50 cc,
pemasangan
drain
intraabdomen
14.00 - - Operasi
Selesai
14.30 - KU : Baik 2 jam post Observasi
Kes/GCS : laparotomi KU, VS, Obs
CM/E4V5M6 (SOS) DJJ ,Perdarah
Vital Sign an dan UO
TD : 100/60 Terapi :

8
mmHg Ceftriaxone 1
N : 104 x/menit gr/ 12 jam
RR : 16 x/menit dalam 100cc
To : 36,1oC Nacl 0,9% 40
Perdarahan gtt
aktif (-) Paracetamol 3
Urine Output : x 1gr/IV
200 cc Ranitidine 50
Drain :- mg/12 jam
KIE :
Menganjurka
n ibu istirahat
total
14-11- Nyeri luka KU : Baik Hari Observasi
2020 operasi Kes/GCS : pertama KU, VS, Obs
08.00 CM/E4V5M6 post DJJ,
Vital Sign laparotomi Perdarahan
TD : 120/70 (SOS) dan UO
mmHg Terapi :
N : 80 x/menit Ceftriaxone
RR : 18 x/menit 1gr/12 jam
To : 37,1oC Paracetamol 3
DJJ : 146x/m x 1gr/IV
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) lancar n ibu istirahat
850 cc/24 jam cukup dan
cathter mobilisasi
Drain 100 cc

Pemeriksaan
lab
(14/11/20)
Hb : 7,3 g/dL
HCT: 23 %
RBC: 2,67
WBC:11.900 /
mm3
PLT:166.000 /
mm3

9
15-11- Nyeri luka KU : Baik Hari Observasi
2020 operasi Kes/GCS : kedua post KU, VS, Obs
08.00 berkurang CM/E4V5M6 laparotomi DJJ
Vital Sign (SOS) Perdarahan
TD : 120/80 dan UO
mmHg Terapi :
N : 92 x/menit Ceftriaxone 1
RR : 18 x/menit gr/12 jam
To : 36,5oC Paracetamol 3
DJJ : 156x/m x 1gr PO
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) lancer n ibu istirahat
1000 cc cukup dan
Drain 400 cc mobilisasi
16-11- Nyeri luka KU : Baik Hari Observasi
2020 operasi Kes/GCS : ketiga KU, VS, Obs
8.00 berkurang CM/E4V5M6 post DJJ
Vital Sign laparotomi Perdarahan
TD : 130/80 (SOS) dan UO
mmHg Terapi :
N : 96 x/menit Ceftriaxone 1
RR : 18 x/menit gr/12 jam
To : 36,8oC Paracetamol 3
DJJ : 151x/m x 1gr PO
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) n ibu istirahat
1200cc catether cukup dan
Drain 180 cc mobilisasi

17-11- Nyeri luka KU : Baik Hari ke Observasi


2020 operasi Kes/GCS : empat KU, VS, Obs
8.00 berkurang CM/E4V5M6 Post DJJ
Vital Sign laparatomi Perdarahan
TD : 130/80 (SOS) dan UO
mmHg Terapi :
N : 96 x/menit Ceftriaxone 1
RR : 18 x/menit gr/12 jam
To : 36,8oC Paracetamol 3
DJJ : 148x/m x 1gr PO

10
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) n ibu istirahat
1100cc catether cukup dan
Drain 200 cc mobilisasi
18-11- Nyeri luka KU : Baik Hari ke Observasi
2020 operasi Kes/GCS : lima Post KU, VS, Obs
8.00 berkurang CM/E4V5M6 laparatomi DJJ
Vital Sign (SOS) Perdarahan
TD : 130/80 dan UO
mmHg Terapi :
N : 96 x/menit Ceftriaxone 1
RR : 18 x/menit gr/12 jam
To : 36,8oC Paracetamol 3
DJJ : 147x/m x 1gr PO
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) n ibu istirahat
1050cc catether cukup dan
Drain 250 cc mobilisasi
18-11- Nyeri luka KU : Baik Hari ke Observasi
2020 operasi Kes/GCS : enam Post KU, VS, Obs
8.00 berkurang CM/E4V5M6 laparatomi DJJ
Vital Sign (SOS) Perdarahan
TD : 130/80 dan UO
mmHg Terapi :
N : 96 x/menit Ceftriaxone 1
RR : 18 x/menit gr/12 jam
To : 36,8oC Paracetamol 3
DJJ : 140x/m x 1gr PO
Perdarahan KIE :
aktif (-) Menganjurka
BAK (+) n ibu istirahat
1000cc catether cukup dan
Drain 120 cc mobilisasi

19-11- Nyeri luka KU : Baik Hari ke Observasi


2020 operasi Kes/GCS : tujuh Post KU, VS, Obs
8.00 berkurang CM/E4V5M6 laparatomi DJJ,
Vital Sign (SOS) Perdarahan
TD : 120/70 dan UO
mmHg Terapi :
N : 84 x/menit Cefadroxil 3 x
RR : 18 x/menit 500 mg
To : 36,7 oC Asam
DJJ : 136x/m mefenamat 3

11
Perdarahan x 500 mg
aktif (-) Tranfusi 1
BAK (+) bag/24 jam
1200cc catether Pasien boleh
Drain 70 cc pulang
KIE :
Menganjurka
n ibu istirahat
cukup
Menganjurka
n ibu untuk
melakukan
kontrol ke
poliklinik
RSUD Karel
S

26/11/20 Control KU : baik POST Amoxicillin 3


POLI sesudah OP Kes/GCS : Operasi x 500mg
KIA H-13 CM/E4V5M6 kista H-13 Rawat luka
Vital Sign dengan Control 3 hari
TD : 110/80 torsi + berikut
mmHg hamil 23
N : 87 x/menit mggu +
RR : 19 x/menit ILO
To : 36,7 oC
DJJ : 142x/m
Perdarahan (-)
Pada luka
masih keluar
Pus (+)

30/11/20 Control Post KU : baik POST Amoxicillin 3


POLI OP H-20 Kes/GCS : Operasi x 500mg
KIA CM/E4V5M6 kista H-20 Rawat luka
Vital Sign dengan Control 3 hari
TD : 120/80 torsi + berikut
mmHg hamil 24
N : 80 x/menit mggu +

12
RR : 19 x/menit ILO
To : 36,7 oC
DJJ : 144x/m
Perdarahan (-)
Pada sebagian
luka masih
keluar Pus (+)
Aff hecting
sebagian

10/12/20 Control Post KU : baik G3P2A0 Cefadroxil 2 x


POLI OP H-33 Kes/GCS : hamil 25 500 mg
KIA CM/E4V5M6 minggu Rawat luka
Vital Sign tunggal Control 2-3
TD : 130/80 kepala hari
mmHg hidup +
N : 77 x/menit post
RR : 18 x/menit laparotomi
To : 36,9 oC explorasi
DJJ : 144x/m SOS H-33
Perdarahan (-) + ILO
Pada sebagian
luka masih ada
sedikit Pus (+)
Aff hecting
sebagian tersisa

15/12/20 Control Post KU : baik G3P2A0 Boleh Mandi


POLI OP H-38 Kes/GCS : hamil 25
KIA CM/E4V5M6 minggu
Vital Sign tunggal
TD : 110/80 kepala
mmHg hidup +
N : 75 x/menit post
RR : 18 x/menit laparotomi
To : 36,8 oC explorasi
DJJ : 143x/m SOS H-38
Perdarahan (-)
Luka OP kering

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kista ovarium didefinisikan sebagai kantong yang berisi cairan yang sebagai akibat dapat
terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, dapat berupa kistik,
padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik. Kista
fungsional adalah kista ovarium yang sering terjadi pada wanita saat masa
reproduksinya.Terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Dua tipe kista fungsional yaitu kista folikuler dan
kista korpus luteum. Kista disfungsional yaitu yang luar dari fungsi normal siklus menstruasi
misalnya kista dermoid, endometrioma.1,2

14
2.2 Insiden
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di Indonesia dan
dimana dari angka insiden kista ovarium ini, hampir 85% merupakan kista yang bersifat jinak.
Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa
menjadi ganas jika tidak diobati.1,2

2.3 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari masih menjadi tanda tanya, namun terdapat beberapa teori yang
membahas tentang etiologi dari kista ovarium ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan
menjadi etiologi dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori
hormonal dan teori genetika.1

2.4 Klasifikasi
Tumor ovarium ada 2 jenis yaitu :
1. Tumor ovarium non neoplastik
2. Tumor ovarium neoplastik jinak

2.4.1 TUMOR OVARIUM NON NEOPLASTIK1,3,4


 Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial.
 Tumor lain :
a. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering
diketemukan secara kebetulan pada pememeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan
menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya
asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di
bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi
kista.

15
Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di
permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang
jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm. Tidak jarang
terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma
folikuler. Sebaian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid
berikutnya dan dapat menghilang spontan.

Kista Folikel

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista lutein labih besar
daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah
menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti
oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian bawah.
Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat
mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat. Rasa nyeri di dalam

16
perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam
diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,
biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada
trimester terakhir pada wanita hamil.

b. Kista Teka Lutein


Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan berisi
cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena
atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi
apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.1

c. Kista Inklusi Germinal


Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita lanjut
umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak
di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah
memberikan gejala-gejala yang berarti.
d. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut sebagai
kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang
berisi darah sehingga dapat berwarna merah sampai kecoklatan. Darah tersebut dapat keluar
sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara
permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.

e. Kista Stein Leventhal


Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral Ovarium dengan sifat polikistik, dengan

17
gejala amenorea atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita obesitas dan mengalami
hirsutisme tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun.
Ovarium pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh
estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan.

2.4.2.TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK 1


1. Kistik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih, serous,
dan berwarna kuning. Berhubung dengan adanya tangkai, maka dapat terjadi torsi (putaran
tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai
tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor
mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Paling sering pada
wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium
ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor
ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovaii musinosum
nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan lobulated dan
umumnya multitokular dan odematosa. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat
besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi
perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir
yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantungdari
percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista dilapisi

18
oleh epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam
satu lapisan bersifat odematus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur
kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi
multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat
operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan
sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan.
Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah
padat dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut harus diteliti karena kemungkinan
adanya tanda-tanda ganas (kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum).

Kistadenoma Ovarii Musinosum1

c. Kistadenoama Ovarii Serosum


Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering ditemukan
bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar
sehingga memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista
putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga
kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan
kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis

19
kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan
rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat
dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil
dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi
sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat
ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanva
psamoma menunjukkan hahwa kista adalah kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi
bukan ganas.
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatrif. Kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa
ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun
ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada
stadium terminal.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik digolongkan ke
dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor
tersebut mungkin jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap
sebagai neoplasma ovarium ganas (clinicallyy malignant).
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung
dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap
tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan
(frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu
operasi. 1,2,4,5

d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini yang ditemukan
oleh Sartesson pada tahun 1969, tidak ada hubungannva dengan endometriosis ovarii.

20
e. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,
lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor
ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan
kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat
(mesodemal) dan mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat
jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.

Kista Dermoid1

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma, tetapi tidak berarti bahwa semuanya

21
neoplasma ganas, meskipun semuanya memunyai potensi maligna.

a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%. Fibroma
ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten.
Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada
penderita menopause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90%
uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila
konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle.
Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila
terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang
besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan
sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).

b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada
wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa
kilogram. Lazimnva tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti
fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.
Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang
terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih
kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium.
Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada
histopatologi dan klinisnya.

c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)


Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara
0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas hirsutisme,

22
pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara. 1,2,4,5

2.5 Kista ovarium pada kehamilan


Kista ovarium biasanya terdiagnosa pada kehamilan karena penggunaan USG secara
rutin. Kista ini harus dievaluasi dengan cara yang sama dengan wanita yang tidak hamil, dengan
USG dan tes CA 125. MRI lebih dipilih daripada CT scan, namun keduanya harus dihindari pada
trimester pertama6,7.
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus,
partus prematurus. Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus, terjadi
torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut. Dapat juga
menyebabkan kelainan-kelainan letak janin. Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau
persalinan. Tumor besar dan berlokasi di bawah dapat menghalangi persalinan6.

2.6 Diagnosis Kista ovarium


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Kistoma ovarii dapat didefinisikan sebagai
terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, berupa kistik, padat
atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.6
Penegakan diagnosis kistoma ovarium dapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
hingga pemeriksaan penunjang yang cermat. Anamnesis dapat meliputi usia dan status
menopause pasien hingga gejala-gejala yang timbul yang dirasakan secara subyektif oleh pasien.
Berikutnya, melalui pemeriksaan penunjang, dapat berupa pemeriksaan USG guna menentukan
lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa,hingga tingkat serologik marker. 6,7
USG berfungsi untuk mengetahui massa yang terdapat dalam abdomen, darimana asal
massa tersebut apakah dari uterus atau dari indung telur.
Penatalaksanaan dari kista ovarium adalah dengan operasi pengangkatan kista untuk
menghilangkan penekanan yang ditimbulkan kista terhadap organ disekitarnya serta menghindari
komplikasi kista yang mungkin terjadi. Sebelum operasi pengangkatan kista dilakukan perlu
diperhatikan kondisi umum pasien, apabila pasien keadaan umumnya kurang baik maka perlu
diperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengangkatan kista.

2.7 Gejala Klinis

23
Gejala- gejala yang timbul sebagai akibat dari kista ovarium tergantung dari besarnya tumor,
lokasi dan ada atau tidak komplikasi. Namun secara umumnya tidak akan menimbulkan gejala.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut
mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal
dapat terjadi. Gejala yang sering timbul atau ditemukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah6,7:
a. adanya penekanan terhadap vesika atau rektum
b. perut terasa penuh
c. pembesaran perut
d. perdarahan (jarang)
e. Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
f. Sesak napas, oedem tungkai (pada tumor yang sangat besar)

2.8 Alur Diagnosis

Diagnosis dari kista ovarium tergantung dari kombinasi beberapa faktor termasuk usia dan status
menopause pasien, gejala-gejala, gambaran USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa,
dan tingkat serologik marker.6,7
1. Umur dan Status Menopause
Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan dan biasanya bersifat
jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma. Resiko menjadi keganasan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
2. Gejala-gejala
- Timbul benjolan di perut dalam waktu relatif
- Keluhan rasa berat dalam perut
- Kadang disertai gangguan BAK dan BAB, edema pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa serak, dan lain-lain
- Kadang disertai gangguan haid apabila tumor itu megeluarkan hormon
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah
3. Pemeriksaan Fisik
- Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran > 5 cm

24
- Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau mengisi
kavum douglasi
- Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
4. Pemeriksaan Penunjang.
- Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125)
adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan karsinoma
ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
- Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-sifat tumor.
- Ultasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut yang
bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium.
Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya
tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan
kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam lumen. Kista
seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma benigna. USG sulit
membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG
endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur pelvis.
Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG transabdominal
lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen
lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.

2.9 Penatalaksanaan Dan Komplikasi

Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista fungsional atau bukan,
sama halnya apakah golongan neoplastik atau non neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau
ovarium itu sendiri tergantung dari jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan

25
kistoma ovarii biasanya dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi
dan metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.5,6,7
Pengangkatan kista ovarium sangat membantu dalam menekan angka kematian akibat kista
ovarium yang bersifat ganas, karena jika kistoma ovarii jinak tidak diangkat maka besar
kemungkinan akan menjadi ganas sehingga mengancam nyawa pasien.6
Dengan pertimbangan bahwa hanya 4% tumor ovarium dalam kehamilan yang dieksisi
adalah ganas, reseksi tumor ovarium merupakan terapi terpilih, dimana dengan operasi
gambarannya konsisten dengan proses jinak. Pemeriksaan potong beku di perlukan untuk terapi
bedah tambahan. Bila tidak dijumpai neoplasia, defek ovarium atau peritonium pelvis diperbaiki
dan ovarium kontralateral diinspeksi. Kecuali dijumpai lesi yang nyata, para ahli lebih suka
tidak mereksi ovarium kontralateral dimana reseksi merupakan penyebab potensial akan
terjadinya infertil sekunder.7
Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak preoperatif atau
intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum abdomen dibersihkan dengan saline
normal. Para ahli lebih menyukai pencucian dengan saline hangat untuk membantu
mengeluarkan sebum dari komponen yang mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma
dan kista musinosum. Bila dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi dengan
menggunakan tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring elektrolit dianjurkan.
Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses infeksi dicurigai (khususnya selama
masa nifas). Spesimen dikirim untuk dilakukan kultur terhadap kuman aerob dan anaerob; dan
dilakukan drainase isap transperitoneal serta pemberian terapi anti mikroba.7
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus adanya masa
adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala akut yang sesuai daengan
tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila
hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat
adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium
difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi
(terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari
ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan
potensial emboli trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi
ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.7

26
Walaupun jarang, luteoma pada kehamilan adalah jinak, biasanya virilisasi, rata,
kekuningan, tumor ovarium berkapsul yang mengalami regresi spontan setelah melahirkan; ia
jarang kambuh. Kira-kira 30% pasien terjadi maskulinisasi dan 50% dari bayi perempuannya
menunjukkan virilisasi juga. Selain itu, hampir setengah dari wanita yang terpapar mempunyai
lesi bilateral dalam ukuran yang bervariasi. Kondisi ini biasanya didiagnosis selama prosedur
pembedahan selama kehamilan.6,7

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosa G3P2A0 hamil 22 minggu dengan kista ovarium sinistra
ditegakkan atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Didapatkan data pasien berusia 34 tahun, predisposisi penderita kista ovarium dengan
50% penderitanya berusia antara 30-50 tahun. Keluhan utama pasien adalah mual/muntah dan
nyeri perut bawah. Pasien juga merasakan kandungannya membesar lebih cepat dari biasa ketika
kandungan berusia 20 minggu karena pasien sempat mengira hamil kembar, dan ini merupakan
gejala kepada kista ovarium. Torsi pada pasien ini juga kemungkinan sudah terjadi karena
keluhan nyeri perut bagian bawahnya yang terjadi. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi

27
ialah kehamilan dan pada pasien ini sendiri hamil dengan uterus yang semakin besar yang
mendesak ruang abdomen ini bisa mengubah letak tumor. Torsi pada kista menimbulkan tarikan
melalui ligamentum infudibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini yang
menimbulkan rasa nyeri pada pasien 1.

Pemeriksaan fisik
Pada kasus ini juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda keganasan seperti penurunan
berat badan, asites, ataupun tanda-tanda metastase ke paru (sesak napas).
Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil ditemukan pasien anemia dan leukositosis. Anemia yang terjadi mungkin saja
disebabkan asupan makanan dari luar yang tidak mencukupi dan tidak menyingkir kemungkinan
disebabkan oleh kista sendiri, karena jika torsi terjadi vena lebih mudah tertekan, terjadilah
pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadilah perdarahan
didalamnya 1. Leukositosis yang terjadi adalah sesuai dengan fisiologi kehamilan dimana selama
kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000/μl dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000-16.000/μl 3. Penyebab
peningkatan ini belum diketahui.1.
Dari pemeriksaaan USG didapatkan penilaian kista ovarium sinistra. Penilaian diambil
berdasarkan temuan klinis berupa diameter kista yang lebih dari ±20 cm dan dapat ditemukan
massa kistik dengan besar yang tak terjangkau tranducer pada parametrium yang luas hingga
epigastrik. Pada pasien ini selepas dilakukan salphingovariektomi didapatkan ukuran kista 20 x
18 x 15 cm. Ukuran diameter kista yang besar tentu saja dapat memberikan ganguan bagi organ
sekitarnya. Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan miksi, namun
pada pasien tidak dikeluhkan2.
Operatif
Penatalaksanaan dari kista ovarium yang tepat adalah dengan operasi pengangkatan kista
untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan terhadap organ disekitar serta menghindari
komplikasi kista yang mungkin terjadi.
Jika ukuran kista lebih dari 10 cm dan asimptomatik 3:
- Jika terdeteksi pada trimester pertama, lakukan observasi untuk pertumbuhan atau
komplikasi yang terjadi

28
- Jika terdeteksi pada trimester kedua, lakukan pengangkatan kista dengan laparotomi
untuk mencegah komplikasi.
Jika ukuran kista antara 5-10 cm, lakukan follow up. Laparotomi mungkin diperlukan bila
ukuran kistanya membesar dan tidak mengecil. Jika ukuran kista kurang dari 5 cm. Pada
umumnya akan menghilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan lebih lanjut.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
jika tumornya besar dan dengan komplikasi seperti pada pasien ini perlu dilakukan pengangkatan
ovarium1, biasanya dengan disertai pengangkatan tuba. Tindak pada pasien ini ialah laparotomi
eksplorasi dengan salphingovariektomi sinistra.
Kista persisten yang lebih besar dari 10 cm atau kista yang berisiko ganas harus diangkat
secara bedah, lebih dipilih pada trimester kedua, terutama pada usia kehamilan 16-20 minggu.
Pada pasien ini, usia kehamilan 22 minggu kemudian dilakukan operasi karena pasien dirujuk ke
RSUD Karel S pada usia kehamilan 22 minggu, dan sepanjang pemeriksaan kehamilan
dilakukan di puskesmas, janin dan ibu dalam keadaan baik, sehingga keputusan dilakukan
operasi.
Untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan maka perlu dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi pada tumor.

BAB IV
KESIMPULAN

Penegakkan diagnosis kista ovarium pada kasus ini sudah benar yaitu berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
USG digunakan sebagai pemeriksaan penunjang yang membantu menegakkan diagnosis.
Prinsip penatalaksanaannya adalah bahwa kista ovarium membutuhkan operasi.
Komplikasi sekiranya kista tidak diangkat berupa puntiran pada kista yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan bisa membahayakan nyawa ibu. Pada kondisi tidak
terjadinya puntiran, kista yang berukuran besar dapat menganggu proses turunnya janin ke jalan

29
lahir. Kista yang terlalu besar juag berisiko pecah dan mengganggu rahim serta pertumbuhan
janin.
Prognosis pada kasus kista yamg jinak adalah baik, sedangkan pada yang ganas adalah
buruk karena biasanya ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo. Ilmu Kandungan.


Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawirohardjo. 2009. h. 346-351.
2. Ovarian Cyst Pain. January 7th 2015. Available at www.ovariancyst-relief.com/ovarian-
cyst-pain/. Accessed on 28 November 2020.
3. Sarwono P et al. Ilmu kebidanan. Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008.
H. 184, 215, 664-5.

30
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Haulth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams.Edisi ke 21. Vol 2. Jakarta. ECG.2009 p. 934, 1035-7
5. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 Maret 2014. (Available at
www.emedicine.com/topic1699.htm, Accessed on 3 Desember 2020.
6. Moeloek FA, Nuranna L. Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia ; 2008. P. 130-1
7. Ovarian Cysts by Mayo Clinic Staff. Mayo Foundation for Medical Education and
Research (MFMER). July 2009, 2011. Available at www.mayoclinic.com/health/ovarian-
cysts/DS00129, Accessed on 4 Desember 2020.

31

Anda mungkin juga menyukai