Anda di halaman 1dari 9

Refleksi Kasus September 2021

KONDILOMA AKUMINATA

Disusun Oleh:

Anita Magan
N 111 20 032

Pembimbing Klink
dr. Nur Hidayat, Sp.KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. MR
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Komodo
Agama : Islam
Pekerjaan : Distributor Sari Roti
Tanggal Pemeriksaan : 10 September 2021
Ruangan : Poli klinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

2. ALOANAMNESIS
1) Keluhan utama : Ada benjolan pada anus

2) Riwayat penyakit sekarang :


Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 10 September 2021
datang sendiri dengan keluhan terdapat benjolan pada bagian anus. Keluhan
sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien meraba adanya satu
benjolan padaa anus kemudian makin hari makin bertambah. Menurut
pengakuan pasien, satu tahun yang lalu ketika pasien bekerja di Morowali,
pasien berpacaran dengan seorang wanita dan sering melakukan hubungan
intim. Kemudian pasien putus dan pindah ke Palu untuk bekerja. Pasien
memiliki pacar seorang laki-laki dan sering berhubungan lewat anus bersama
dengan pacarnya.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
alergi makanan (-). Riwayat alergi obat (-)

1
4) Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 26 kali/menit
Suhu : 36,50 C

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit
Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Genitalia : Tampak lesi seperti kembang kol, berukuran ± 3 mm,
berwarna sama dengan kulit pada anus.
Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

2
GAMBAR

Gambar 1. Tampak lesi seperti kembang kol, berukuran ± 3 mm, berwarna sama
dengan kulit pada anus.

RESUME

Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 10 September 2021 datang
sendiri dengan keluhan terdapat benjolan pada bagian anus. Keluhan sudah dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien meraba adanya satu benjolan padaa anus
kemudian makin hari makin bertambah. Menurut pengakuan pasien, satu tahun yang
lalu ketika pasien bekerja di Morowali, pasien berpacaran dengan seorang wanita dan
sering melakukan hubungan intim. Kemudian pasien putus dan pindah ke Palu untuk
bekerja. Pasien memiliki pacar seorang laki-laki dan sering berhubungan lewat anus
bersama dengan pacarnya.
Tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
tampak lesi seperti kembang kol, berukuran ± 3 mm, berwarna sama dengan kulit
pada anus.

4. DIAGNOSIS KERJA
Kodiloma Akuminata

5. DIAGNOSIS BANDING
 Veruka Vulgaris

3
 Kondiloma Latum
 Karsinoma Sel Skuamosa

6. ANJURAN
1. Menjaga higenitas alat kelamin
2. Rutin melakukan pengobatan

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Asam Asetat
2. Pemeriksaan Histopatologi
3. Pemeriksaan Dermoskopi

8. PENATALAKSANAAN
1. Tinktuta Podofilin 25%
2. Larutan Trichloroacetic Acid (TCA) konsentrasi 80-95%
3. 5-Fluorourasil

9. PROGNOSIS
1. Qua ad vitam : ad bonam
2. Qua ad fungtionam : ad bonam
3. Qua ad sanationam : ad bonam
4. Qua ad cosmetikam : ad bonam

10. PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 10 September 2021
datang sendiri dengan keluhan terdapat benjolan pada bagian anus. Keluhan sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, awalnya pasien meraba adanya satu benjolan padaa
anus kemudian makin hari makin bertambah. Menurut pengakuan pasien, satu tahun
yang lalu ketika pasien bekerja di Morowali, pasien berpacaran dengan seorang
wanita dan sering melakukan hubungan intim. Kemudian pasien putus dan pindah ke
Palu untuk bekerja. Pasien memiliki pacar seorang laki-laki dan sering berhubungan
lewat anus bersama dengan pacarnya. Tanda vital dalam batas normal.

4
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, kesadaran
kompos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan tampak lesi seperti
kembang kol, berukuran ± 3 mm, berwarna sama dengan kulit pada anus.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan diatas sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa kondiloma Akuminata adalah kutil kelamin (venereal warts) dengan lesi
berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa, yang pada pria terdapat pada
perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, meatus uretra, korpus, dan
pangkal penis. Untuk wanita daerah yang paling sering terkena daerah vulva dan
sekitar, introitus vagina, porsio uteri.1
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS), karena 98%
penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui barang
(fomites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan
sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.Terdapat
sekitar 20 juta orang terinfeksi HPV dengan insiden sebesar 6,2 juta kasus setiap
tahunnya.1,2
Penularan Kondiloma Akuminata melalui transmisi HPV terjadi melalui
kontak dengan lesi epitel yang tampak maupun dalam bentuk subklinis, dan/atau
cairan genital yang mengandung HPV. Penularan infeksi HPV terutama melalui
hubungan seksual. Bila seseorang melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang telah terinfeksi HPV, maka kemungkinan akan tertular virus dan timbul KA
adalah sebesar 75%. Kontak langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui
benda-benda yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan,
meskipun jarang terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina saat
melahirkan dapat menimbulkan lesi disaluran nafas bayi.3
Patogenesis dari Kondiloma Akumina adalah infeksi HPV genital pada
umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan dengan epitel skuamosa
serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat berhubungan seksual memudahkan
pasangan yang terinfeksi HPV untuk menularkannya kepada pasangan yang belum
terinfeksi. Trauma berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus.
Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada
bersama sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya virus akan berada dalam
masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak nampak manifestasi
klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai
sekarang belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi infeksius, namun
5
dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan. Sistem imun seluler yang
kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan
untuk menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari
respon imun pejamu karena virus berlokasi didalam sel.3
Penyebab kondiloma akuminatum adalah human papillomavirus (HPV), yaitu
virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal
sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma
akuminatum, tersering, atau 70-100%, oleh tipe 6,11 . Selain itu pemah pula
ditemukan tipe 30, 42, 43,44, 45, 51, 54, 55,dan 70. Beberapa tipe HPV tertentu
berpotensi onkogenik tinggi, yaitu tipe 16 dan 18, yang paling sering dijumpai pada
kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan
neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.3
Gejala Klinis. Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan
keluhan, namun dapat disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat
menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak, dan mudah berdarah. Bentuk klinis yang
paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging
atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa millimeter sampai
beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung menjadi massa yang besar. Bentuk
lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan kasar dan tebal, biasanya ditemukan di
atas permukaan yang kering, misalnya batang penis. Lesi timbul sebagai papul atau
plak verukosa atau keratotik, soliter atau multipel. Lesi berbentuk kubah dengan
permukaan yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering, sama halnya dengan
lesi keratotik. Seringkali berkelompok dengan warna serperti mukosa sampai merah
jambu atau merah-kecokelatan.1
Diagnosis. Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena
bentuknya yang khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat.
Lesi dan kulit atau mukosa sekitamya dibungkus dengan kain kasa yang telah
dibasahi dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka,
seluruh area yang dibungkus tadi, diperiksa dengan kaca pembesar (pembesaran 4-8
kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai positif acetowhite, terjadi warna putih
akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian sel ini
mengandung banyak protein, dan warna putih terjadi sebagai akibat denaturasi
protein. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola kapillar (punctuated capillary

6
pattern) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil
positif namun dengan pola yang lebih difus dan tidak beraturan.1
Diagnosis Banding. (1) Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai,
kering dan berwama abu-abu atau sama dengan wama kulit. (2) Kondiloma lata:
merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II berupa plakat yang erosive dan
basah, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum. (3) Karsinoma sel skuamosa:
vegetasi berbentuk yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau.1
Pengobatan. (1) Tinktura podofilin 25% Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak
boleh oleh pasien sendiri. Kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin agar tidak
terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi
setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan
alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum
tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Obat ini jangan diberikan pada
wanita hamil karena dapat terjadi kematian fetus. Cara pengobatan dengan podofilin
ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada
lesi yang lama atau yang berbentuk pipih. (2) Asam triklorasetat (trichloroacetic acid
atau TCA) konsentrasi 80-90% Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan
setiap minggu. Pemberiannya harus berhati-hati, karena dapat menimbulkan iritasi
hingga ulkus yang dalam. Boleh diberikan pada ibu hamil. (3) 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra.
Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri sampai lesi hilang. Pasien dianjurkan
untuk tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.1
Prognosis. Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Perbaiki
faktor predisposisi misalnya higiene, fluor albus, atau kelembaban pada laki-laki
akibat tidak disirkumsisi, atau keadaan imunosupresi.1

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Sri LSWM, Kusmarinah B, Wresti I. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2016.
2. Nazarwin S. Karakteristik Kejadian Kasus Kondiloma Akuminata di Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah; 2020.
3. Diana TR. Kondiloma Akuminata. Surabaya: Fakultas Keokteran Universitas Wijaya
Kusuma; 2018

ii

Anda mungkin juga menyukai