(Kelompok 3)
TINEA UNGUIUM
Oleh:
Preceptor:
dr. Yulisna, Sp.KK., FINSDDV
i
DAFTAR ISI
BAB I
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN........................................................................1
1.1 Identitas Pasien...............................................................................................1
1.2 Anamnesis.......................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................3
1.4 Status Dermatologis / Venerologis.................................................................3
1.5 Diagnosis Banding..........................................................................................4
1.6 Diagnosis Kerja...............................................................................................4
1.7 Pemeriksaan Anjuran......................................................................................4
1.8 Penatalaksanaan..............................................................................................4
1.9 Prognosis.........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
i
1
BAB I
Nama : Ny. U
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
1.2 Anamnesis
2
Bercak putih di bawah kuku tangan kanan dan kiri sejak 3 bulan lalu
Gatal
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSAM dengan keluhan terdapat
bercak putih di bawah kuku tangan kanan dan kiri sejak 3 bulan lalu.
berupa ujung kuku tangan kiri pasien timbul bercak putih dari arah
lainnya, termasuk seluruh kuku kaki pasien namun keluhan tidak seberat
kuku tangan.
Keluhan disertai dengan rasa gatal yang hilang timbul. Gatal muncul
puskesmas lalu diberikan obat tablet kecil berwarna kuning. Keluhan lain
dan pilek disangkal, munculnya penebalan pada kulit atau sisik ditempat
lain disangkal.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan kegiatan rutin menyuci
Pada regio kuku jari IV dan V tangan kiri pasien tampak hiperketarosis
lentikuler, batas tegas, bentuk ireguler, dengan permukaan tidak rata dan
menebal.
Pada regio kuku jari I-III tangan kiri pasien tampak hiperkeratosis di bagian
- Tinea Unguium
- Onikomikosis
- Psoriasis kuku
- KOH 20%
1.8 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
6
risikonya
- Gunakan sarung tangan dan alas kaki pada saat melakukan aktifitas yang
menggunakan gunting kuku yang sama untuk kuku yang terinfeksi dan
tidak
Medikamentosa
pulse selama 3-4 bulan. Evaluasi enzim hepar sebelum terapi jangka
panjang dimulai
1.9 Prognosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
2.2 Epidemiologi
berkisar 3 – 8 %.3 Infeksi jamur ini lebih sering terjadi pada kuku kaki
dibandingkan kuku tangan. Sebanyak 30% pasien infeksi jamur pada kulit, juga
pada anak di bawah usia 18 tahun, mencapai 90% pada usia lanjut. Sebanyak
70% infeksi jamur pada kuku disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan 20%
2.3 Etiopatogenesis
Onikomikosis primer disebabkan oleh karena infeksi jamur pada kuku yang
sehat. Probabilitas infeksi terjadi karena suplai vaskuler yang rusak (yaitu
9
setelah trauma (mis: patah tungkai bawah), atau gangguan persarafan (mis:
sekunder, pada kuku kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis. Pada kuku tangan
onikomikosis sekunder setelah tinea manum, tinea korporis atau tinea kapitis.
melalui dan diantara sel-sel, dan membangun respon pejamu. Perlekatan jamur
ultraviolet, variasi suhu, dan kelembaban, kompetisi dengan flora normal, dan
korneum lebih cepat daripada deskuamasi. Penetrasi dapat terjadi bila sekresi
proteinase, lipase, dan enzim mukolitik, yang memberikan nutrisi bagi jamur.
pada pasien dengan infeksi yang luas mungkin memiliki peningkatan titer
oleh sekresi interferon-γ dari tipe 1 limfosit Thelper. Ini merupakan hipotesis
mengalami proliferasi klonal dan migrasi pada tempat yang terinfeksi jamur.
Onikomikosis subungual distal dan lateral merupaka pola infeksi yang paling
terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka
permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku
kuning pada ujung bantalan kuku, paling sering terdapat di lipatan kuku
tangan, pada umumnya dengan pola dua kaki dan satu tangan (Budimulja,
2007).
Kelainan ini juga jarang ditemui. Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan
Trichophyton rubrum pada pasien yang terinfeksi HIV (James, Berger and
Elston, 2006).
kelanjutan dari DLSO. Jenis ini menyerang lempeng kuku, alas kuku, dan
matriks kuku yang menyebabkan distrofi kuku yang parah. Bisa terjadi
pembengkakan kronis pada falang distal dengan kuku yang terkena tampak
spesimen kerokan kuku atau melalui kultur jamur (Rizkya, Thaha and
standar dalam pemeriksaan Tinea unguium namun sangat baik digunakan untuk
1. Mikroskopis Langsung
pada kaca slide, ditutupi dengan kaca penutup, disuspensikan dengan larutan
epitel. Penambahan dimethyl sulfoxide dan atau tinta Parker Quink pada
(Kurniati, 2008).
2. Kultur Jamur
dalam media agar sabouroud atau modifikasinya pada suhu kamar 25-30ºC
diperhatikan ada tidaknya warna yang dibentuk in verso atau in recto, ada
tidaknya hifa aereal yang seperti kapas, beludru, bubuk, dan lain-lain. Juga
bentuknya menonjol seperti gunung kecil dengan batas yang tajam, ireguler
(Amiruddin, 2003).
2.6 Tatalaksana
- Terbinafin
Lebih dari 70% terbinafine diserap setelah pemberian oral, dan tidak
dengan dosis 250 mg per hari selama 6 bulan untuk infeksi jamur kuku
tangan dan 12 bulan untuk infeksi jamur kuku kaki. Terbinafine memiliki
efek fungisida yang luas dan kuat terhadap dermatofita, terutama T. rubrum
adalah gastrointestinal (4 - 9%) seperti mual, diare, atau gangguan rasa, dan
al., 2014).
- Itraconazole
optimal pada pemberian bersama makanan dan pH asam. Obat ini sangat
enzim ini. Seperti terbinafine, obat ini dikonsumsi sekali sehari (200 mg
per dosis) selama 6 bulan untuk infeksi jamur kuku tangan dan selama 9
- Fluconazole
oral yang tinggi. Diberikan sebagai pengobatan denyut dalam dosis antara
150 dan 450 mg sekali seminggu selama 6 (kuku tangan) sampai 9 (kuku
kaki) per bulan. Angka kesembuhan klinis berkisar antara 35 sampai 50%,
Arenas, 2017).
- Posaconazole
adalah triazol baru yang harus dibatasi sebagai pengobatan lini kedua pada
atau 400 mg sekali sehari selama 24 minggu atau 400 mg sekali sehari
DAFTAR PUSTAKA
Budimulja U. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th edn. Edited by A. Djuanda,
M. Hamzah, and S. Aisah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
James W, Berger T, Elston D. 2006. Disease Resulting from Fungi and Yeasts.
Andrew’s Disease of The Skin : Clinical Dermatology. 10th edn. Philadelphia:
17
Elsevier.