Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. A


DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE

NAMA : SURATMI
NIM : 2720190124

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
2021
2

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian

Tanggal 24 Mei 2021 jam 06.00

1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Betawi /Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SLTA

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jl. Kali Bungur, Harapan Jaya

Tgl MRS : 21 Mei 2021 jam 08.20

Diagnosa Medis : CKD on HD

1.2 Riwayat Kesehatan Perawatan

1.2.1 Keluhan Utama


Pasien mengatakan “Napas saya sesak”, “ Badan saya terasa
lemah” Istri pasien mengatakan “Suami saya hanya mampu makan
2-5 sendok saja”
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian pasien mengatakan seminggu yang lalu,
pasien mengeluh nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada saat
3

saya beraktifitas, skala nyeri 4 (mengganggu) dan sesak napas lalu


pasien diantar oleh istrinya ke RSCAM. Di IGD, pasien sudah
didiagnosa Gagal Ginjal Kronik sejak 3 tahun yang lalu, pasien
dipasang venplon tepat ditangan sebelah kanan, oksigen nasal
kanul 3 liter/menit dan mendapatkan terapi medis Furocemid 1 A,
Ceftriaxone 1A, dan Ranitidin 1 A melalui intravena serta
terpasang oksigen. Kemudian pasien dirawat inap di ruang A untuk
menjalani terapi lebih lanjut dan menjalani hemodialisa 2x dalam
seminggu. Saat dikaji pasien nyeri dada sudah berkurang.
1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya sering masuk Rumah Sakit
karena masalah ginjalnya dan menjalani terapi hemodialisa 2x
dalam 1 minggu. Pasien rutin kotrol di poli dalam sebulan sekali.
Pasien tidak memiliki riwayat operasi. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat ataupun makanan.
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga seperti DM, hipertensi, dan asma.
Secara spesifik hubungan anggota keluarga Tn.A dapat dilihat pada
Genogram keluarga 3 (tiga) generasi dibawah ini:
4

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal

: tinggal serumah

: pasien

: garis keturunan

Gambar 3.1 Genogram 3 generasi Tn. A

1.3 Pemeriksaan Fisik

1.3.1 Keadaan umum


Pada saat pengkajian yang diambil tanggal 24 Mei 2021,
keadaan pasien kesadaran compos mentis, terbaring di tempat tidur
dengan setengah duduk (Semifowler). Pasien tampak lemah,sesak,
terpasang venplon ditangan sebelah kanan dan terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
1.3.2 Status Mental
Pada saat pengkajian ekspresi wajah pasien tampak sedih ,
bentuk badan pasien sedang, pasien berbicara dengan jelas dan
lancar, suasana hati pasien sedih dan penampilan pasien rapi.
Fungsi kognitif pasien baik, pasien dapat membedakan antara pagi,
siang, dan malam. Pasien juga dapat membedakan antara perawat,
dokter, keluarga, serta pasien menyadari bahwa dirinya berada di
Rumah Sakit.
5

1.3.3 Tanda-tanda vital


Suhu : 36,7°C
Nadi : 124 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
1.3.4 Sistem pernapasan(Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok, tidak ada batuk atau pun batuk darah. Pasien mengalami
sesak napas, suara napas vesikuler dan suara napas tambahan
ronchi basah.
Masalah keperawatan: Ketidakefektifan pola napas.
1.3.5 Sistem kardiovaskuler (Bleeding)
Pasien tidak ada nyeri dada, pusing, sakit kepala. Capillary
refill >3 detik, pasien terlihat pucat, ictus cordis tak terlihat, vena
jugularis tidak meningkat dan suara jantung normal LUP/DUP.
Masalah keperawatan: Gangguan perfusi jaringan.
1.3.6 Sistem persarafan (Brain)
Tingkat kesadaran pasien compos menthis dengan nilai GCS
15 (normal), Eye: 4(dapat membuka mata spontan), Verbal:
5(berorientas dengan baik) dan Motorik: 6(dapat menurut perintah).
Keadaan pupil isokor, refleks cahaya pada mata kanan dan kiri
baik.
Pada penilaian uji saraf cranial didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Saraf kranial I (Olfaktorius): normal, pasien dapat mencium
bau-bauan dan dapat membedakan bau.
2) Saraf kranial II (Optikus): normal, pasien dapat membaca.
3) Saraf kranial III (Okulomotorius): normal, saat melihat cahaya
pupil mata pasien mengecil.
4) Saraf kranial IV (Trochlear): normal, pasien dapat
menggerakan bola matanya ke atas dan kebawah.
5) Saraf kranial V (Trigeminus): normal, pasien dapat mengunyah
makanan.
6

6) Saraf kranial VI (Obdusen): normal, pasien dapat menggerakan


bola matanya ke kanan dan ke kiri.
7) Saraf kranial VII (Fasialis): normal, pasien dapat tersenyum.
8) Saraf kranial VIII (Vestibulokokhlearis): normal, pasien dapat
mendengar perkataan perawat.
9) Saraf kranial IX (Glosofaringeus): normal, pasien dapat
membedakan rasa makanan.
10) Saraf kranial X (Vagus): normal, pasien dapat berbicara
dengan jelas.
11) Saraf kranial XI (Aksesorius): normal, pasien dapat
mengangkat bahunya.
12) Saraf kranial XII (Hipoglosus): normal, pasien dapat
menggerakan lidahnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
1.3.7 Sistem perkemihan (Eliminasi uri/bladder)
Kebersihan genetalia, bersih, tidak ada sekret. Sistem
perkemihan diperoleh hasil produksi urine pasien 150 ml 4x sehari,
warna kuning pekat dengan bau khas amoniak. BAK spontan.
Kandung kemih tidak membesar, tidak ada nyeri tekan.
1.3.8 Sistem pencernaan (Eliminasi alvi/bowel)
Sistem pencernaan diperoleh hasil kondisi bibir pasien
kering, gigi tidak lengkap, reflek mengunyah baik, gusi dan lidah
tidak ada peradangan, mukosa bibir kering, tonsil tidak ada
peradangan, rektum tidak ada benjolan, dan tidak terdapat
hemoroid. Pasien BAB 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek,
tidak ada masalah.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
1.3.9 Sistem muskuloskeletal (Tulang, otot, integumen/bone)
Sistem muskuloskeletal diperoleh hasil kemampuan
pergerakan sendi pasien tidak terbatas, tidak ada hemiparase, tidak
ada nyeri, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, ukuran otot
simetris, uji kekuatan otot
7

5 5, 5 5 pada ekstrimitas atas dan bawah didapatkan nilai skor 5


yaitu klien dapat melakukan gerakan Range of motion (ROM)
penuh, mampu melawan gravitasi dan menahan tahanan. Klien
mengatakan badannya masih lemah dan tiap beraktivitas selalu
dibantu oleh istrinya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
1.3.10 Sistem integumen (Kulit-kulit rambut)
Sistem integumen diperoleh hasil pasien mengatakan
“kulitnya kering, warnanya berubah dan gatal-gatal” tidak ada
alergi terhadap obat, makanan, kosmetik, dan lainnya. Suhu kulit
pasien hangat,warna kulit hitam, turgor kulit kurang, tekstur kulit
kasar, tidak ada lesi dan jaringan parut. Tekstur rambut kasar dan
bentuk kuku simetris. Penilaian resiko dekubitus : persepsi sensori
tdk ada gangguan(4), kelembabab jarang basah (4), aktifitas
kadang-kadang jalan (3), Mobilisasi ada keterbatasan ringan
(3),Nutrisi kemungkinan tidak adekuat (2) gesekan dan pergeseran
tidak menimbulkan masalah (3) , total nilai 19 (no risk dekubitus)
Masalah keperawatan: Gangguan integritas kulit.
1.3.11 Sistem penginderaan
Klien mengatakan fungsi penglihatannya masih bagus tidak
kabur, gerakan bola mata aktif bergerak secara normal. Sklera
tampak berwarna putih normal, konjungtiva pucat, tidak ada nyeri
dan keluhan lain pada mata. Telinga tampak bersih, tidak ada
sumbatan, pasien dapat mendengar dengan baik. Keadaan hidung
pasien juga tampak bersih, bentuk simetris, tidak ada kelainan, dan
hidung berfungsi dengan baik.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
1.3.12 Leher dan kelenjar limfe
Pada leher dan kelenjar limfe tidak ada massa, tidak ada
jaringan parut, kelenjar limfe dan kelenjar tyroid tidak teraba,
mobilitas leher secara bebas.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
8

1.3.13 Sistem reproduksi


Pada sistem reproduksi pasien mengatakan tidak ada
ditemukan kelainan pada penis, skrotum, dan testis.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

1.4 Pola fungsi kesehatan

1.4.1 Persepsi terhadap kesehatan penyakit


Pasien mengatakan “Kesehatan itu sangat penting, saya
berharap dengan perawa tan dan pengobatan yang diberikan
oleh dokter dan petugas kesehatan lainya, penyakit saya ini bisa
sembuh. Saya juga mengetahui tentang penyakit yang saya derita
dan proses penyembuhannya harus menjalani terapi hemodialisa”.
Ekspresi terhadap penyakit klien tampak sedih, reaksi saat interaksi
kooperatif. Merasa sedih karena tugas sebagai kepala keluarga dan
ayah menjadi kurang optimal karena kondisi sakitnya.
1.4.2 Nutrisidan metabolisme
TB : 165 Cm
BB sekarang : 47 Kg
BB sebelum sakit : 50 Kg

Tabel 3.1 Nutrisi dan Metabolisme Saat Sakit dan Sebelum Sakit.
Pola Makan Sehari-hari Saat Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi /hari 3x sehari 3x sehari
Porsi ¼ porsi 1 porsi
Nafsu Makan Kurang baik Baik
Jenis Makanan Bubur, lauk, sayur, buah Nasi, sayur, lauk
Jenis Minuman Air putih Kopi, air putih
Jumlah Minuman/cc/24 jam 500/600 cc/hari 1000 cc/hari
Kebiasaan Makanan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/Masalah Tidak nafsu makan Tidak ada

Masalah keperawatan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh.
1.4.3 Pola istirahat dan tidur
9

Pola istirahat dan tidur pasien baik, sebelum sakit pasien


tidur siang 1-2 jam dan malam 7-8 jam, untuk pola tidur saat sakit
pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
1.4.4 Kognitif
Pada saat pengkajian pasien mengatakan ”Saya mengerti
akan keadaan saya sekarang dan saya tau tentang penyakit yang
saya derita”.

1.4.5 Konsep diri


G: Pasien menerima keadaannya saat ini.
I: Pasien berharap agar cepat sembuh.
P: Pasien sadar bahwa dirinya adalah pekerja swasta.
I: Pasien sadar bahwa dirinya berperan sebagai ayah
H: Pasien tidak rendah diri dengan keadaannya.
1.4.6 Aktivitas sehari-hari
Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien hanya beristirahat
dan bercerita pada istrinya, aktivitasnya sebagian dibantu oleh
keluarga.
Masalah keperawatan: Intoleransi aktivitas.
1.4.7 Koping-toleransi terhadap stress
Pasien memiliki koping dan toleransi stress yang baik, pasien
mengatakan jika ada masalah ia selalu bercerita kepada istri dan
anak-anaknya.
1.4.8 Nilai pola keyakinan
Pasien mengatakan tidak ada tindakan keperawatan dan
pengobatan yang diberikan, tidak ada yang bertentangan dengan
keyakinannnya.
10

1.5 Sosial-spiritual

Pasien dapat berkomunikasi dengan baik pada semua orang. Bahasa


sehari-hari pasien adalah bahasa Betawi dan Indonesia. Hubungan pasien
dengan keluarganya harmonis, pasien selalu dijenguk oleh keluarganya.
Hubungan pasien dengan orang lain baik, pasien juga dapat bekerja sama
dengan petugas kesehatan. Orang terdekat pasien adalah istri dan anak-
anaknya. Biasanya pasien menggunakan waktu luang dengan bersantai dan
berkumpul dengan keluarga. Selama sakit pasien beribadah di tempat tidur.
11

1.6 Data penunjang (Radiologis, laboratorium, penunjang lainnya)


3.1.6.1 Radiologi: Tanggal 22/5/2021 pemeriksaan thorak, tampak
pelebaran atau penebalan hilus, corakan paru meningkat lebih dari
1/3 lateral, terdapat infiltrat di daerah basal (Edema basal paru).
Kesan: Edema Basal Paru.
3.1.6.2 EKG : Sinus ritme
3.1.6.3 Laboratorium tanggal 21/05/2021
Tabel 3.2 Hasil Laboratorium tanggal 21/05/2021
Pemeriksaan Hasil Hasil normal
WBC 8,68 x 10 ˆ3 /uL 4,00-10,00
RBC 2,92 x 10 ˆ6 /uL 3,50-5,50
HGB 8,5 g/dL 11,0-16,0
PLT 148 x 10 ˆ3/ uL 150-400
UREUM 172 21-53
CREATININ 10,6 0,17-1,5

1.7 Penatalaksanaan medis

P/O : Asam folat 3x1 Injeksi: Ranitidine 2x1A


Bicarbonat 3x1 Ceftriaxone 3x1gram
Ambroxol 3xc1 Furosemide 1x1A
CaCo3 3x1
Domperidone 3x1
Sucralfat 2xc1
Loratadine 3x1
Dilakukan tindakan hemodialisa rutin pada hari senin dan kamis.
12

ANALISIS DATA

Hari/ DATA ETIOLOGI MASALAH


Tgl/jam

Senin,24 DS: Pasien mengatakan “Napas saya Hambatan ekspansi pola nafas tidak
/5/2021 sesak”. paru; dema paru efektif
1. DO:
Jam 1) Pasien tampak lemah.
06.30 2) Type pernafasan dada dan perut.
3) Pasien tampak lelah.
4) Terpasang O2 nasal kanul 3
liter/menit nasal.
5) RR: 28 x/menit
6) Radiologi: tanggal 22/5/2021
pemeriksaan thorak, tampak
pelebaran atau penebalan hilus,
corakan paru meningkat lebih
dari 1/3 lateral, terdapat infiltrat
di daerah basal (Edema basal
paru). Kesan: Edema Basal Paru.
7) Posisi pasien Semifowler.
2.
Jam DS: Pasien mengatakan
06.35 “ Badan saya terasa lemah” Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak
DO: Hemoglobin efektif

1) Pasien tampak lemah.


2) Pasien tampak pucat.
3) CRT >3 detik.
4) Hasil lab Hemoglobin 8,5 g/dl.
5) TTV:Suhu : 36,7°
Nadi : 124 x/mnt
Pernapasan : 28 x/mnt
Tekanan Darah : 120/90 mmHg

3. DS: Istri pasien mengatakan “Suami Defisit nutrisi


Ketidakmampuan
saya hanya mampu makan 2-5
Jam sendok saja” mengabsorbsi nutrien
06.40 DO: .

1) Pasien tampak lemah


1) BB pasien sebelum sakit 50 kg,
sesudah sakit 47 kg.
13

2) Makanan yang di sediakan hanya


mampu di habiskan ¼ porsi oleh
pasien.
3) Mukosa bibir pasien kering.

DS:Pasien mengatakan ”Saya


4. melakukan tindakan hemodialisa
rutin pada hari senin dan kamis” Prosedur invasif, Resiko infeksi
Jam
DO: pemasangan infus dan
06.45
1) Hasil lab Leukosit 8,68 x 10 ˆ3 jarum
/uL cimino/hemodialisa
2) Pasien mengalami prosedur
invasif.
3) Terdapat luka bekas jarum
cimino (jarum hemodialisa) di
tangan kanan.
4) Suhu 36 7°C

DS: Pasien mengatakan “Saya


belum bisa beraktivitas seperti biasa
5.
karena badan saya lemah dan terasa Kelemahan mobilisasi Intolerasi aktivitas
Jam lelah”. fisik
06.50
DO:

1) Kemampuan pergerakan sendi


terbatas.
2) Pasien berbaring di tempat tidur.
3) Aktivitas di bantu keluarga,
makan, minum.
4) Posisi pasien setengah duduk.
5) Skala aktivitas 2.
6) Hasil lab Hemoglobin 8,5 g/dl.

DS: Pasien mengatakan “Kulitnya


kering, warnanya berubah dan gatal-
6.
gatal” Uremia yang Gangguan integritas
Jam DO: berlebihan kulit
06.55 1) Suhu kulit pasien hangat.
2) Warna kulit hitam.
3) Turgor kulit kurang.
14

4) Tekstur kulit kasar.


5) Pasien terlihat menggaruk-garuk
bagian yang gatal.
6) Hasil lab ureum 172
Creatinin 10,6
15

MASALAH KERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan ekspansi paru.


2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi;uremia.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan ekspansi paru.

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. A


Ruang Rawat : A

No Hari/tgl/jam DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Senin,24 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen jalan nafas
-05-2021 berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam maka Observasi :
Jam 07.00 hambatan ekspansi paru, diharapkan agar pola napas pasien 1) Monitor pola nafas R/ Distress pernafasan
ditandai dengan : efektif dengan frekuensi dan ( frekuensi, kedalaman, usaha dapat terjadi akibat
DS: Pasien mengatakan kedalaman dalam rentang normal nafas) stress fisiologi dan
“Napas saya sesak”. dan paru jelas/bersih dengan nyeri atau dapat
DO: kriteria hasil: menunjukkan
1) Pasien tampak 1) Dypsneu menurun. terjadinya syok akibat
lemah. 2) Frekuensi nafas membaik perdarahan
2) Type pernafasan 3) Penggunaan otot bantu nafas 2) Monitor bunyi nafas tambahan R/ Bunyi nafas
dada dan perut. menurun. (gurgling, mengi, wheezing, menurun/tidak ada bila
3) Pasien tampak lelah. 4) TTV dalam batas normal. ronchi) tjd obstruksi sekunder
4) Terpasang O2 nasal 3) Monitor sputum (jumlah, terhadap pendarahan,
kanul 3 liter/menit warna,aroma) bekuan atau kolaps
nasal. jalan nafas kecil
5) RR: 28 x/menit
17

6) Radiologi: tanggal Terapeutik :


22/5/2021 1) Pertahankan kepatenan jalan R/ memaksimalkan
pemeriksaan thorak, nafas patensi jalan nafas
tampak pelebaran 2) Posisikan semi fowler atau R/ merangsang fungsi
atau penebalan hilus, fowler pernafasan atau
corakan paru ekspansi paru
meningkat lebih dari 3) Beri minum hangat R/ Minum hangat
1/3 lateral, terdapat merangsang
infiltrat di daerah vasodilatasi
basal (Edema basal 4) Lakukan fisioterapi dada R/ meningkatkan
paru). Kesan: Edema 5) Lakukan penghisapan lendir mobilisasi sekret
Basal Paru. k/p R/ Meningkatkan
7) Posisi pasien 6) Berikan oksigenasi k/p suplay oksigen ke paru
Semifowler. untuk kebutuhan
sirkulasi

Edukasi : R/ Meningkatkan
1) Ajarkan teknik nafas dalam gerakan secret ke jalan
dan batuk efektif nafas, sehingga mudah
untuk dikeluarkan
R/ Mengurangi resiko
2) Anjurkan asupan cairan hipervolume dan
sejumlah urine + 500 cc. penumpukan cairan di
paru-paru

Kolaborasi: R/ Bronkodilator
1) Kolaborasi pemberian bekerja selektif
bronkodilator merangsang reseptor
18

2) Kolaborasi pemberian R/ Mukolitik


ekspektoran, mukolitik k/p mengurangi kekentalan
sputum, ekspektoran
membantu
mengeluarkan sekret
b. Pemantauan respirasi
Observasi :
1) Monitor kemampuan batuk R/ Pengeluaran sekret
efektif sulit bila sekret tebal,
2) Monitor produksi sputum sputum berdarah, akibat
3) Monitor adanya sumbatan jalan kerusakan paru, atau
nafas lika bronchial yang
memerlukan intervensi
lanjut
4) Palpasi kesimetrisan ekspansi R/ Otot aksesori
paru digunakan jika terjadi
ketidakmampuan
membersihkan jalan
nafas
5) Auskultasi bunyi nafas R/ Penurunan bunyi
nafas indikasi
atelektasis, ronkhi
indikasi akumulasi
sekret
6) Monitor saturasi oksigen R? Penurunan saturasi,
7) Monitor nilai AGD perubahan nilai AGD
8) Monitor hasil Xray thorax mengindikasikan
kurangnya suplay
19

oksigen ke jaringan

Terapeutik R/mengurangi tingkat


1) Atur interval pemantauan kecemasan klien
respirasi sesuai kondisi pasien R/ Dokumentasi
2) Dokumentasikan hasil sebagai bentuk
pemantauan tanggung jawab dan
tanggung gugat
Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur R/ Meningkatkan
pemantauan pemahaman klien
2) Informasikan hasil pemantauan terhadap tindakan
sehingga terjalin
hubungan dan
kerjasama yang baik
antara klien dan
perawat
2. Senin,24 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
-05-2021 efektif berhubungan keperawatan 2x24 jam maka Observasi :
Jam 07.15 dengan penurunan diharapkan terjadi peningkatan 1) Periksa sirkulasi perifer (nadi R/ Penurunan curah
konsentrasi Hb, ditandai perfusi dengan kriteria hasil: perifer, edema, pengisian jantung adapat
dengan : 1) Nadi perifer membaik kapiler, warna, suhu, ankle- menunjukkan
DS: Pasien mengatakan 2) Kelemahan pasien berkurang. brachial index) menurunnya nadi
“ Badan saya terasa 3) Anemis menurun. radial, popliteal,
lemah” 4) Pengisian kapiler membaik, dorsalis pedis,postibial
DO: CRT <3 detik. 2) Identifikasi faktor resiko R/ vasokonstriksi
1) Pasien tampak lemah. 5) Tanda-tanda vital dalam batas gangguan sirkulasi sistemik diakibatkan
2) Pasien tampak pucat. normal. (DM,perokok, orang oleh penurunan curah
20

3) CRT >3 detik. 6) Nilai laboratorium dalam tua,hipertensi dan kolesterol jantung, dibuktikan
4) Hasil lab Hemoglobin batas normal, Hb>10 tinggi) oleh penurunan perfusi
8,5 g/dl. 3) Monitor panas, kemerahan, kulit dan penurunan
5) TTV:Suhu : 36,7° nyeri, bengkak pada nadi
Nadi : 124 x/mnt ekstremitas. R/ Tanda merah, panas,
Pernapasan : 28 x/mnt bengkak, nyeri
Tekanan Darah : merupakan indikasi
120/90 mmHg terjadinya peradangan
atau infeksi yang
Terapeutik : dipengaruhi sistem
1) Hindari pemasangan infus atau sirkulasi.
pengambilan darah atau
pengukuran tensi di area R/ Meningkatkan
keterbatasan perfusi sirkulasi perifer
2) Lakukan pencegahan infeksi
3) Lakukan perawatan kaki dan
kuku R/ Terjadinya infeksi
meningkatkan
kebutuhan metabolisme
4) Lakukan hidrasi tubuh untuk proses
penyembuhan
Edukasi: R/ Menurunkan
1) Anjurkan berhenti merokok kekentalan darah
2) Anjurkan rutin olahraga
3) Anjurkan menggunakan obat R/Berhenti merokok,
penurun tensi, antikoaglan dan rajin olah raga dan
penurun kolesterol mengkonsumsi obat
4) Anjurkan menghindari obat sesuai aturan adalah
21

penyekat beta pola hidup yang bisa


5) Anjurkan melakukan membantu
perawatan kulit yang tepat meningkatkan sirkulasi
(pelembab) jaringan tubuh.
6) Anjurkan program rehabilitasi R/ Menjaga dan
vaskuler mepertahankan
7) Ajarkan program diit untuk kelancaran sirkulasi dan
memperbaiki sirkulasi vaskularisasi
( minyak ikan omega3, rendah R/ Diit rendah lemak
lemak jenuh) mengurangi resiko
8) Informasikan tanda dan gejala gangguan vaskularisasi
darurat yang harus dilaporkan
( rasa sakit yg tidak hilang saat R/ Mengetahui lebih
istirahat, luka tidak sembuh, dini bila terjadi tanda-
hilang rasa) tanda tromboemboli,
Kolaborasi tromboplebitis, DVT)
1) Kolaborasi pemberian
tranfusi /produk darah
2) Kolaborasi pemberian tablet R/ Konsentrasi
zat besi hemoglobin yang
normal memperbaiki
status sirkulasi tubuh
3. Senin,24 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
-05-2021 berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, maka Observasi :
Jam 08.00 ketidakmampuan diharapkan nutrisi pasien 1) Identifikasi status nutrisi R/ menyediakan data
mengabsorbsi nutrien, terpenuhi dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi dan dasar untuk memantau
ditandai dengan : 1) Porsi makan yang dihabiskan intoleransi makanan perubahan dan
DS: Istri pasien meningkat mengevaluasi
22

mengatakan “Suami saya 2) Berat badan membaik 3) Identifikasi makanan yang intervensi
hanya mampu makan 3) Nafsu makan membaik disukai R/ Pola diet dulu dan
hanya 2-5 sendok saja” 4) Membran mukosa membaik 4) Identifikasi kalori dan jenis sekarang dapat
DO: . 5) Pasien tidak lemah. nutrien dipertimbangkan dalam
1) Pasien tampak lemah 5) Identifikasi perlunya penyusunan menu
2) BB pasien sebelum penggunaan NGT
sakit 50 kg, sesudah 6) Monitor asupan makanan
sakit 47 kg. 7) Monitor berat badan R/ Menyediakan
3) Makanan yang di 8) Monitor hasil pemeriksaan informasi mengenai
sediakan hanya laboratorium (Hb, albumin) faktor lain yang bisa
mampu di habiskan ¼ diubah atau dihilangkan
porsi oleh pasien. untuk meningkatkan
4) Mukosa bibir pasien 9) Monitor mual muntah masukan diet
kering. R/ Rasa mual dan
muntah dibisa
diakibatkan karena
peningkatan asam
lambung dan efek
peningkatan serum
10) Monitor konjungtiva ureum creatinin
R/ Konjungtiva anemis
menunjukkan
penurunan konsentrasi
Terapeutik: Hb dan defisit nutrisi
1) Lakukan oral hygiene sebelum
makan R/ Hygiene oral
mengurangi kekeringan
2) Fasilitasi menentukan pedoman membran mulut
23

diet R/ Mendorong
peningkatan masukan
3) Sajikan makanan secara diet
menarik dan suhu yang sesuai R/ Penyajian visual
makanan yang menarik
bisa meningkatkan
4) Beri makanan tinggi serat nafsu makan
untuk mencegah konstipasi R/ Makanan tinggi serat
dapat menambah
volume dan
5) Beri makanan sesuai diit yang melunakkan feses
ditentukan (tinggi kalori, R/ Mengurangi
rendah protein,rendah natrium) makanan dari protein
6) Beri suplemen makanan k/p yang dibatasi dan
menyediakan kalori
untuk energi, membagi
protein untuk
pertumbuhan dan
7) Timbang BB penyembuhan jaringan
R/ Memantau
Edukasi: perubahan berat badan
1) Ajarkan diit yang digunakan
R/ Meningkatkan
pemahaman pasien
tentang hubungan
antara diet, kadar
ureum kreatinin dengan
2) Anjurkan posisi duduk jika penyakit ginjal.
24

mampu R/ Menggunakan gaya


gravitasi untuk
memudahkan proses
menelan dan
mengurangi resiko
Kolaborasi: aspirasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan R/ Pemberian anti
(antiemetik, pereda nyeri) k/p emetik dapat
2) Kolaborasi dengan ahli gizi menguangi rasa mual
R/ untuk menentukan
diit, jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999.Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta:EGC

Elizabeth. 2007. At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta:Erlangga.

Jusman. 2012. Insiden penyakit gagal ginjal kronik.


www//http:jusmanmarbun.blogspot.com.Diakses tanggal, 8 Februari 2013.

Marry Baradero. 2008. Klien gangguan ginjal. Jakarta:EGC.

Muhammad, As’adi. 2012. Serba-serbi Gagal Ginjal. Jogjakarta:DIVA Press.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. \

Jakarta:Salemba Medika.

Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta:Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi:konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta:EGC.

Sibuea, Herdin. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner


& Suddarth. Jakarta:EGC.
26

Wahid Iqbal Mubarak. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung


Seto.

Anda mungkin juga menyukai