Anda di halaman 1dari 22

Hubungan Penyakit Periodontal dengan Penyakit Sistemik

Makalah BLOK 17 KGK 5 Skenario 5

Oleh :

KRISTIANTO 10617059
JUWITA ELNOVIANTI 10617055
I GEDE DIMAS SATRIA DARMAWAN 10617047
I GUSTI AGUNG AYU DYAH P. 10617048
I PUTU VISNU GANGGA W.A 10617049
IDA AYU MAS HARINAM A. 10617050
IGRESIA MAWARDIKA 10617051
ILMA NASSANIA 10617052
ISNAINI VINA FIRDAUSI 10617053
JONATHAN FERGIE 10617054
KARTIKA CANDRASARI 10617056
KELVIN YUSUF SETIAWAN 10617057
KHAERUNNISA RUSWANDIANY P. 10617058
LAILY NUR HARIADI 10617060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019

1
KATA PENGANTAR

Pertama tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segala rahmat-Nyalah, taufik dan hidayahnya “Makalah
Kedokteran Gigi Klinik V Skenario 5” dapat diselesaikan tanpa satu halangan pun yang
memberatkan.

Tentunya penulis tidak dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini seorang diri.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral
maupun bantuan material. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Dosen pembimbing tutorial drg. Nur Pradana Apreliantino yang telah banyak
membantu penulisan makalah terhadap skenario 4 yang diberikan.

2. Semua pihak yang membantu untuk menyelesaikan makalah ini (kelompok 5)

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian yang sangat berarti bagi kami apabila
terdapat penambahan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis hanya mampu berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya .

Kediri, 16 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
BAB I............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat..................................................................................................................................... 6
1.4 Rumusan masalah................................................................................................................... 6
BAB II.......................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 7
2.1 Cara pemeriksaan pocket periodontal................................................................................ 7
2.2 Fase Perawatan Periodontal.................................................................................................. 9
2.3 Faktor penyebab penyaakit periodontal.......................................................................... 11
2.4 Tahapan diagnosis periodontal.......................................................................................... 11
2.5 Hubungan penyakit periodontal dan penyakit sistemik................................................12
2.6 Pengaruh obat antihipertensi terhadap keadaan rongga mulut..................................13
2.7 Pengelolaan penyakit periodontal pada pasien wanita..................................................14
2.8 Perawatan penderita penyakit periodontal yang disertai penyakit sistemik............15
2.9 Prognosis................................................................................................................................. 16
BAB III...................................................................................................................................... 18
PETA KONSEP...................................................................................................................... 18
BAB IV...................................................................................................................................... 19
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 19
BAB V........................................................................................................................................ 20
PENUTUP................................................................................................................................ 20
5.1 KESIMPULAN...................................................................................................................... 20
5.2 SARAN.................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi

gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi

sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva,

tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum. Fungsi jaringan periodontal

secara umum adalah sebagai satu kesatuan yang menjaga gigi agar tetap pada

posisinya, dalam berbagai macam respon selama pengunyahan (Vernino, 2004).

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan

kerusakan jaringan periodontal. Tanda klinis penyakit periodontal yang sering

dijumpai adalah inflamasi gingiva atau gingivitis dengan kehilangan struktur

kolagen pada daerah penyangga gigi, sebagai respon dari akumulasi bakteri di

jaringan periodontal. Penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme

yang berkolonisasi dan melekat pada permukaan gigi. Koloni bakteri tersebut akan

menjadi plak, yang dapat menyebabkan gingivitis. Apabila keadaan itu terus

berlanjut, maka inflamasi akan bertambah parah sehingga akan menyebabkan

kerusakan jaringan periodontal pendukung. Oleh karena itu, penyakit periodontal

akan mengakibatkan kehilangan gigi bila tidak dirawat (Newman dkk., 2012).

4
Pemeriksaan kondisi jaringan periodontal dilakukan untuk menentukan

keparahan penyakit periodontal, antara lain pengukuran kedalaman poket

(probing depth), clinical attachment level (CAL), dan Bleeding On Probing

(BOP). Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah saat margin gingiva

berada pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan

mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva hingga

cemento-enamel junction (Carranza et al., 2012).

Perawatan periodontal bertujuan untuk mengeliminasi penyakit dan

mengembalikan keadaan jaringan periodonsium dalam keadaan sehat, yang

meliputi kenyamanan, fungsi, dan estetik. Selain itu juga untuk mengontrol

bakteri sebagai faktor lokal dan meminimalkan pengaruh sistemik sebagai

bentuk perawatan penyakit periodontal non bedah. Perawatan periodontal non

bedah juga bertujuan menciptakan kondisi lingkungan yang konduktif untuk

kesehatan jaringan periodontal dan menurunkan keparahan penyakit. Tindakan

periodontal non bedah meliputi pemeliharaan kebersihan mulut, scaling dan root

planning dan pemberian antibiotik untuk mencegah, menghentikan serta

mengeliminasi penyakit periodontal yang merupakan intial phase theraphy

(Plemons dan Eden, 2004).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui hubungan penyakit periodontal dengan penyakit sistemik.

2. Mengetahui perawatan yang tepat pada pasien penyakit periodontal dengan

penyakit sistemik.

3. Mengetahui perawatan yang tepat pada pasien penyakit periodontal pada pasien

5
wanita.

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti mengenai hubungan penyakit periodontal

dengan penyakit sistemik.

2. Mahasiswa mampu dan mengerti mengenai perawatan yang tepat pada pasien

penyakit periodontal dengan penyakit sistemik.

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai perawatan yang tepat

pada pasien penyakit periodontal pada pasien wanita.

1.4 Rumusan masalah


Apakah penggunaan obat anti hipertensi berpengaruh terhadap pembesaran gingiva ?

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara pemeriksaan pocket periodontal


Teknik probing

Probing adalah sebuah tindakan menggerakkan tip pada periodontal probe di


dalam sulkus atau poket menyusuri junctional epitelium. Probing dengan tehnik yang
tepat akan meningkatkan akurasi pemeriksaan jaringan periodontal sehingga dapat
menentukan rencana perawatan dengan tepat. Teknik gerakan probing menyusuri
junctional epitelium dikenal dengan walking stroke. (Newmann. 2018)

Teknik walking stroke

1. Masukkan probe kedalam sulkus atau poket dan dijaga agar tip probe senantiasa
nempel permukaan gigi. Kekuatan yang digunakan antara 20-30 gram.

2. Melakukan walking stroke dengan menggerakkan probe ke atas dan ke bawah


seperti gerakan menganggukkan kepala sambil maju kedepan permilimeter. Tip
probe tidak boleh sampai keluar dari dalam sulkus atau poket. (Newmann.
2018)

7
Teknik Interproksimal

Teknik khusus diperlukan pada pemeriksaan daerah interproksimal karena adanya


kontak area pada daerah interproksimal. Teknik ini menggunakan two step teknik:

1. Step 1: area di bawah kontak area tidak bisa dilakukan probing secara
langsung karena akan terhalang dengan kontak area dengan gigi sebelahnya.
Oleh karena itu arahkan tip probe parallel dengan permukaan gigi terlebih
dahulu.

2. Step 2: setelah probe dimasukkan sulkus parallel dengan permukaan gigi,


miringkan probe perlahan- lahan hingga mencapai daerah dibawah kontak
area. (Newmann. 2018)

Probing daerah maksila

Sering kali pemeriksaan daerah interproksimal maksila memiliki kendala dalam


penempatan probe dikarenakan halangan dari mandibular. Hal ini dapat diatasi dengan
mengubah posisi instrument handle kea rah samping wajah pasien. (Newmann. 2018)

8
Pengukuran dan pencatatan kedalaman poket (probing depth)

Kedalaman poket adalah jarak antara dasar sulkus sampai margin gingiva yang
diukur dengan probe yang terkalibrasi. Setelah itu dimasukkan ke dalam rekam medis
periodontal. Pencatatan kedalaman poket ini dapat dilakukan dengan 3 aturan:

1. Enam sisi per gigi (Six site). Sisi yang dicatat adalah distofacial, facial,
mesiofacial, distolingual, lingual, dan mesiolingual.

2. One reading per site. Jika dalam satu sisi yang diukur terdapat beberapa
kedalaman poket maka dicatat yang paling dalam saja

3. Full millimeter Measurement. Jika terdapat pengukuran yang tidak bulat


maka dilakukan pembulatan ke nomor selanjutnya pada pencatatannya.
Misalnya jika ditemukan pengukuran kedalaman sebesar 3,5 mm maka
dicatat 4 mm, dst. (Newmann. 2018)

2.2 Fase Perawatan Periodontal


1. Fase I (non surgical phase) atau terapi higenik
Bertujuan untuk membuang semua faktor local yang menyebabkan
peradangan gingiva serta pemberian instruksi dan motivasi pasien dalam

9
melakukan control plak. Fase ini juga disebut fase etiotropik karena bertujuan
untuk menghilangkan faktor etiologic penyakit periodontal. Beberapa
prosedur :
 Membro pendidikan pada pasien tentang control plak.
 Eliminasi kalkulus supragingiva dan subgingiva.
 Perawatan karies dan lesi endodontic.
 Analisa diet dan evaluasimya.
2. Fase II (surgical phase)
Disebut juga fase tearapi korektif, termasuk korksi terhadap deformitas
anatomical. Beberapa prosedur :
 Bedah periodontal
 Prosedur flap periodontal
 Rekonturing tulang
 Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
 Penetapan implant
3. Fase III (restorative phase)
Tahan pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang
hilang, serta evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan
periodontal.
4. Fase IV (maintenance phase)
Dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal
ehingga perlu dilakukan control periodontik. Beberapa prosedur :
 Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.
 Reevaluasi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor
plak
 Ada tidaknya inflamasi gingiva kedalaman poket dan mobilitas gigi
 Melakukan raiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan
tulang alveolar tiap ¾ tahun sekali
 Scalling dan polishing tiap 6 bulan sekali (Irawaty,2016).

10
2.3 Faktor penyebab penyaakit periodontal.
a. Faktor utama
 Plak
 Kalkulus
 Faktor genetic
 Usia
b. Faktor sistemik
 Kebiasaan

Faktor iatrogenic dari penumpatan/protesa terutama adalah berupa lokasi tepi


tambalan (Artawa,2010).

2.4 Tahapan diagnosis periodontal


1. Anamnesa (Pemeriksaan Subjektif)
Merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang paparkan
oleh pasien terkait keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan kunjungan
kedokter gigi. Meliputi :

- Keluhan utama (Chief Complaint)


- Penyakit yang sedang diderita (Present Ilness)
- Penyakit sistemik dan penyakit keturunan
- Pekerjaan
- Gaya hidup
- Lingkungan
- Derajat masalah psikologi
- Kebiasaan
Setelah mengumpulkan Riwayat medis, identitas pasien, keadaan gigi geligi.
Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan intra oral dan ekstra oral

2. Pemeriksaan Objektif

11
a) Ekstra Oral
1) Inspeksi
2) Adanya kelainan atau tidak
3) Palpasi
4) Suhu

b) Intra Oral
1) Jaringan mukosa rongga mulut, antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum,
tonsil, gingiva, pemeriksaan jaringan priodonsium
2) Jaringan keras gigi atau pulpa , dengan cara : Inspeksi, probing / sondasi,
tes vital, perkusi, tes mobilitas, palpasi, tes druk, pemeriksaan keadaan
gigi (anatomi dan bentuk gigi)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah rontgen foto (Mitchell, 2014)

2.5 Hubungan penyakit periodontal dan penyakit sistemik


Penyakit jantung coroner salah satu penyakit sistemik. Selain itu terdapat diabetes

mellitus yang memicu terjadinya penyakit periodontal. Diabetel melitus merupakan

kumpulan gejala yang terjadi karena tubuh mengalami gangguan metabolism selama

dalam control gula darah sehingga menimbulkan komplikasi di rongga mulut karena

bakteri dan produksinya memiliki peran aktif dalam merangsang inflamasi sehingga

menghasilkan mediator inflamasi yang merangsang produksi dan aktivasi enzim yang

merusak jaringan ikat gingiva (Sari, 2017)

Penyakit jantung coroner pun dapat memicu terjadinya periodontitis yang

disebabkan oleh penyumbatan pembuluh arteri yang dapat mengurangi pasokan darah

untuk memenuhi pasokan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan keadaan patologik

12
karena inflamasi dinding pembuluh darah dan penimbunan lemak merupakan faktor yang

paling banyak menyebabkan sumbatan yang mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit

periodontal (Ticoalu, 2016)

2.6 Pengaruh obat antihipertensi terhadap keadaan rongga mulut


Keluhan di rongga mulut pada penderita hipertensi tidak diketahui, tapi obat-obat
antihipertensi seringkali menye-babkan keluhan seperti xerostomia, gingiva tumbuh
berlebihan, pembengkakan kelenjar liur atau nyeri, reaksi obat lichenoid, erythema
multiforme, perubahan sensasi rasa, dan parastesia. Kumar et al. meneliti keluhan obat
antihipertensi terhadap rongga mulut dan melaporkan adanya perdarahan gingiva dengan
karakteristik kemerahan pada gingiva marginal (85,38%), hiposalivasi (16,99%),
lichenoid (4,5%), paralisis nervus fasial (1,2%), dan pembengkakan gingiva (16,9%).7
Keluhan lain yang muncul ialah rasa berpasir dalam mulut, kesulitan bicara, mengunyah,
atau menelan karena kurangnya produksi air liur, yang dapat menyebabkan xerostomia
(Tambuwun et al,2015)

Pembesaran akibat obat-obatan dapat terjadi pada rongga mulut dengan plak yang
sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali, dan tidak terlihat pada rongga mulut dengan
deposit plak yang menumpuk. Pembesaran gingiva akibat penggunaan obat terdiri atas
hiperplasia jaringan ikat dan epitel yang menonjol. Terjadi akantosis epitel dan rete pegs
yang memanjang meluas jauh ke dalam jaringan ikat, yang tampak memadat menyusun
rangkaian kolagen disertai peningkatan jumlah fibroblas dan pembuluh darah baru. Zat
dasar amorfik yang melimpah juga terlihat. Perubahan struktural pada permukan sel
epitel bagian luar dilaporkan pada pembesaran yang disebabkan oleh cyclosporine
(Carranza,2011).

Mekanisme terjadinya gingivitis terhadap konsumsi obat amlopidine. Antara lain


karena adanya peningkatan jumlah substansi dasar atau matriks intersesular,
mempengaruhi produlsi IL-2 oleh sel T, meningktakan produk metabolit testosterone

13
oleh sel sel fibroblast gingiva, sehingga mengakibatkan terstimulasinya proliferasi dan
sintesis kolagen oleh sel sel fibroblast gingiva (Srivastava,2010).

2.7 Pengelolaan penyakit periodontal pada pasien wanita


1. Pubertas : pada wanita usia 11-14thn terjadi peningkatan hormonn estrogen dan
progesteron, rentan terjadi gingivitis pubertas, peningkatan inflamasi gingiva khas
pada masa pubertas
Penangan : perawatan pencegahan -> jaga kebersihan mulut dengan baik, skalling dan
root planning , untuk gingivitis yang ringan diberi obat kumur antimikrobial dan
antibiotika secara lokal pada gingivitis yang parah
2. Menstruasi : gingiva lebih bengkak dari normal, lebih kemerahan , peningkatan
eksudat (cairan gusi), peningkatan mobilitas gigi alias gingiva agak goyang
Penangan: pemeliharaan jaringan periodontal lebih sering, perawatan jaringan
periodontal berdasarkan kebutuhan individu, obat kumur antimikrobal , pemeliharaan
kesehatan rongga mulut.
3. Kehamilan : penangannnya OH -> kontrol plak Skaling, polishing dan rootplanning,
Obat kumur non alkohol, Nutrisi yg baik, Semua perawatan sebaiknya dilakukan pada
waktu trimester ke-2, Bedah periodontal pasca melahirkan
4. Pemakaian kontrasepsi
 ANAMNESA : Efek Kontrasepsi Oral pada mulut dan jaringan
periodontal Penanganan: Kontrol plak dan eliminir faktor predisposisi
lokal, Skaling dan rootplanning tidak berhasil -> Bedah Periodontal
 Pemberian antibiotik jangka panjang tentang penggunaan dosis tinggi
Kontrasepsi Oral
5. Menopouse: penipisan lapisan mukosa oral , burning mouth , resesi gingiva,
perubahan kemampuan pengecap, resorbsi tulang alveolar
Penanganan: augmentasi jaringan lunak, sikat gigi berbulu lunak, pasta gigi dengan
partikel abrasif yang minimal, obat kumur dengan bahan yang kurang mengandung
alkohol, debriment yang baik untuk mengurangi trauma pada pemeliharaan jaringan
periodontal (Soeprapto, 2017).

14
2.8 Perawatan penderita penyakit periodontal yang disertai penyakit sistemik
Penderita penyakit sistemik dapat dilakukan terapi pencegahan apabila kondisi
sistemik terkontrol, dan apabila kondisi sistemik tidak terkontrol dapat dirujuk atau
konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam (Carranza. 2012) .

Gingival Overgrowth (GO) disebabkan oleh Calcium Channel Blockers (CCB):


GO disebabkan oleh CCB dimana pasien mengkonsumsi obat Amlodipine, karena
memiliki riwayat hipertensi. Perawatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
metode bedah (gingivektomi) dan laser, akan tetapi sebelum melakukan bedah
periodontal ada baiknya konsultasi dengan bagian internis untuk mengontrol tekanan
darah dan melakukan beberapa pemeriksaan hingga perawatan gingivektomi aman
(Andriani, 2009).

Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan membuang dinding


lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan peradangan gingival
sehingga didapat gingival yang fisiologis, fungsional dan memiliki estetik yang baik
.Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket marker, jaringan
gingiva kemudian dieksisi dengan sudut 45° kemudian gingiva dibentuk sesuai kontur
dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang normal baik anatomi maupun fisiologis. Setelah
12-24 jam pasca gingivektomi, sel epitel pinggiran luka mulai migrasi ke atas jaringan
granulasi. Epitelisasi permukaan pada umumnya selesai setelah 5-14 hari. Selama 4
minggu pertama setelah gingivektomi keratinisasi akan berkurang. Keratinisasi
permukaan mungkin tidak tampak hingga hari ke 28-42 setelah operasi. Perbaikan epitel
selesai sekitar satu bulan, perbaikan jaringan ikat selesai sekitar 7 minggu setelah
gingivektomi. Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai berkurang setelah hari ke empat
penyembuhan dan tampak hampir normal pada hari ke 16. Enam belas minggu setelah
gingivektomi, gingival tampak sehat, berwarna merah muda dan kenyal (Newman, 2006).

Langkah awal dalam prosedur laser gingivektomi, yaitu : mengukur jarak dari
papilla ke tepi insisal dengan menggunakan graphite pencil, memberi tanda pada

15
interdental papilla pada bagian kanan dan kiri pada permukaan bukal gigi. Prosedur
bedah dilakukan dengan lase CO2 (Sharplan 20C, Tel Aviv, Israel), panjang gelombang λ
10.600 nm, daya rata-rata 5W, focus 2 mm, dan arus searah (Gama, 2012).

2.9 Prognosis

1. Excellent prognosis

Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat baik, pasien
sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.

2. Good prognosis

Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang adequat,
kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi yang adequat, pasien
kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut
terkontrol.

3. Fair prognosis

Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang sedikit
adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I, kemungkinan
pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/
lingkungan yang terbatas

4. Poor prognosis

Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang moderat-
cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation involvolment grade I dan II, kesulitan
dalam pemeliharaan dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor
sistemik/ lingkungan.

5. Questionable prognosis
Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: Kehilangan tulang yang cepat,
furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau,
terdapat faktor sistemik/ lingkungan.

16
6. Hopeless prognosis
Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang cepat,
daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor
sistemik/ lingkungan yang tidak terkontrol (Caranza, 2012)

17
BAB III

PETA KONSEP

Obat Antihipertensi

Dihydropyridine Nondihydropyridine

Menurunkan Pengatur
Tekanan Darah Denyut Jantung

Golongan Calcium Channel Blocker

Bekerja pada Saraf Otonom

Efek Sinergis
Xerostomia

Oral Hygiene Buruk Kontrol Plak Buruk

Pembesaran Gingiva

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Obat anti hipertensi merupakan obat – obatan yang biasa diresepkan oleh dokter

untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi pada seorang pasien. Obat anti hipertensi

terdiri dari 2 jenis, yakni dihydropyridine yang memiliki fungsi untuk menurunka tekanan

darah, sedangkan non dihydropyridine berfungsi untuk mengatur denyut jantung.

Keduanya merupakan golongan calcium channel blocker (CCB). Obat CCB biasanya

bekerja pada syaraf otonom, ditambah dengan efek sinergis dimana nantinya pada rongga

mulut sering kali menyebabkan terjadinya xerostomia. Xerostomia merupakan kondisi

dimana rongga mulut daram keadaan kurang terlubrifikasi atau kurangnya saliva dalam

rongga mulut. Serostomia bisa menjadi salah satu faktor penyebab penyakit pada rongga

mulut. Karena ketika terjadi xerostomia otomatis mempengaruhi oral hygiene pasien

yang ikut memburuk, dan juga karena keadaan mulut yang kering sehingga kontrol plak

ikut memburuk. Kejadian – kejadian tersebut bisa menjadi salah satu faktor penyebab

terjadinya pembesaran gingiva atau gingival enlargement.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan
berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering
terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan
periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi faktor estetik.
Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan fungsional gigi adalah
terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk gingiva
yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.

Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena adanya
peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasia gingiva tampak sebagai
suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila interdental menyebar ke
daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi
dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam melakukan kontrol plak.

5.2 SARAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantara lain bagi
pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan terkait
dengan penyakit periodontal seperti pembesaran gingiva serta faktor-faktor etiologi yang
mempengaruhinya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, I. 2009. Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi. Mutiara


Medika. 9(1): 69 – 73.

Arwata I Made Bud, I GAA Pt.Swastini.2010. Perbedaan Kondisi Karang Gigi


Pada Masyarakat Yang Mengkonsumsi Air Sumur Dengan Bukan Air Sumur. Jurnal
Periodontal. Vol. 8 : 1-2.

Carranza FA, Camargo PM, Takei HH. 2011. Gingival Enlargement.In: Dolan J,

th
editor. Carranza’s Clinical Periodontology. 11 Ed. China: Saunders Elsevier: 84-9. 556-
57.

Carranza, F.A., et al . 2012. Carranza’ s ClinicalPeriodontology. Philadelphia:


W.B. Saunders Company.

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R. 2012. Carranza’s
Clinical Periodontology. Philadelphia, : W.B Saunders Elseveir Company.

Gama. 2012. Effectiveness of CO2 laser in removal of papillary gingival


hyperplasia. Dental Press J Orthod. 17(2):33.e1-6.

Irawaty.A.D. Hasanuddin H.2016.Perawatan Bedah Periodontal Pada Pasien


Hipertensi Disertai Pembebesaran Gimgiva Dan Abses Periodontal (Laporan Kasus).
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Vol.5(3) : 102-104.

Mitchell, L. dan Mitchell, D. 2014. Kedokteran Gigi Klinik. Jakarta: EGC

21
Newman, M. G., Takei, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. 2018. Newman
and Carranza's Clinical Periodontology E-Book. Elsevier Health Sciences

Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F. A. 2006. Carranza’s Clinical


Periodontology. 10th Ed. Philadelphia : W.B Saunders Company.

Penyakit Jantung Koroner pada Pasien di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Manado: e-journal Vol 4 No. 2

Plemons, J. M., Eden, B. D., 2004. Nonsurgical Therapy. In Rose, L. F., Mealey,
B. L.,

Sari, Herawati dan Wardani. 2017. Prevalensi Periodontitis Pada Pasien Diabetes
Melitus . Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Soeprapto, Ardianto. 2017. Pedoman dan Penatalaksanaan Praktik KG.


Yogyakarta: And Offset.

Srivastava K Amit,etc. Management of amlodipine-induced gingival enlargement:


Series of three cases. J Indian Soc Periodontol. 2010 Oct-Dec; 14(4): 279–281.

Tambuwun et al,.2015.Gambaran Keluhan di Rongga Mulut Pada Pengguna Obat


Antihipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter
Mongisidi Manado. Journal e-Gigi. Vol 3(2)

Ticoalu, J. P., Kepel, B. J. dan Mintjelungan, C.N. 2016. Hubungan Periodontitis


dengan

Vernino A. R., Jonathan, L. G., Elizabeth, A. H., 2004. The Periodontics Syllabus.

22

Anda mungkin juga menyukai