Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 16 Perawatan Penyakit Periodontal Dan JAringan Lunak Oral


Skenario 1

Dosen pembimbing tutorial:


drg. Leni Rokhma Dewi, Sp.PM

Disusun oleh:
Cita Kalaning Redja (191610101171)
Isrofatullaily (191610101172)
Khanun Nailufaf (191610101173)
M. Fernando Akbarsyah (191610101174)
Manta Fany (191610101175)
Nabila Fauziyah Dewanto (191610101176)
Afriz Yuda Purnama N (191610101177)
Agung Erdiyanto A.D.S (191610101178)
M. Firman Hidayat (191610101179)
Dhara Ananda Karyudi (191610101180)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis hanturkan ke-hadirat Tuhan YME, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, laporan tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mengalami


kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
laporan ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya
jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atau segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial pertama blok 16 dengan judul “Perawatan Fase II Bedah Periodontal
Sederhana” ini dapat selesai.
2. Dosen Pembimbing tutorial, drg. Leni Rokhma Dewi, Sp.PM yang telah
memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didaptkan.
3. Teman-teman satu kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembelajaran
dan penyusunan laporan.

Penulis sadar dalam penulisan laporan tutorial ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jember, 10 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Daftar isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1. Latar belakang.........................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1. Skenario....................................................................................................................5

2.2. Step 1 Mengklarifikasi Istilah ( Clarifying Unfamiliar Terms )............................5

2.3. Step 2 Menetapkan Rumusan Masalah..................................................................7

2.4. Step 3 Menganalisis Masalah (Brainstroming)......................................................7

2.5. Step 4 Peta Konsep (Mind Mapping)....................................................................17

2.6. Step 5 Menentukan Tujuan Belajar (Learning Object).....................................18

2.7. Step 6 Belajar Mandiri (Self Study).....................................................................18

2.8. Step 7 Pembahasan Learning Object...................................................................18

BAB III....................................................................................................................................54

PENUTUP...............................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit periodontal merupakan suatu kelainan dari jaringan periodontal


serta membutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi yang merawat
dengan pasien, untuk proses penyembuhannya serta mencegah bertambah
parahnya kelainan tersebut. Informasi dari penderita, pemeriksaan klinis dan
penunjang sangat dibutuhkan untuk menentukan diagnosis, mengidentifikasi
strategi perawatan serta kebutuhan perawatan. Untuk menentukan perawatan
pada penyakit periodontal tidaklah sama setiap pasien. Dokter gigi
membutuhkan penentuan perawatan (design making) serta rencana perawatan
sebelum memasuki tahap perawatan.

Dalam bidang kedokteran gigi, dikenal istilah perawatan bedah


periodontal sederhana. Dimana pengertian dari perawatan bedah periodontal
sederhana ialah perawatan bedah yang hanya melewatkan gingiva tanpa
jaringan tulang. Dalam skenario ini, akan dibahas mengenai macam-macam
perawatan yang termasuk pada perawatan bedah periodontal yang meliputi
kuretase dan gingivektomi.

Dari penjelasan tersebut, kita diharapkan bisa mengetahui pengertian,


indikasi dan kontraindikasi, alat dan bahan, teknik dan prosedur serta respon
jaringan post perawatan kuretase dan gingivektomi. Sehingga nantinya kita
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah kita dapatkan secara praktek
dengan cara yang tepat kepada masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Skenario
Seorang wanita usia 42 tahun datang ke klinik Periodonsia RSGM
Unej dengan keluhan bau mulut dan giginya kotor. Pasien merasakan bau
mulut dan permukaan giginya kasar 5 bulan yang lalu, pasien juga
mengeluhkan gusinya mudah berdarah saat menggosok gigi 2 bulan yang
lalu, belum pernah dipriksakan kedokter gigi. Keadaan sekarang tidak
sakit. Pasien pernah melakukan penambalan gigi bagian belakang kanan
bawah dan menyikat gigi sehari satu kali. Pasien tidak mempunyai
penyakit sistemik. Pemeriksaan IO di rahang bawah gigi anterior bagian
bukal terdapat kalkulus subgingiva dan gigi posterior bagian lingual
terdapat kalkulus supragingiva, margin gingival merah kebiruan, BOP (+),
kontur membulat, tekstur halus, konsistensi lunak, pada gigi 42, 32 PD 4
mm dan 41, 31 PD 5 mm, resesi gingival 1 mm. Sedangkan pada gigi 12,
11, 21,22 bagian bukal interdentalnya membesar, keras dan PD 3 mm.
Pemeriksaan radiologi pada gigi anterior bawah terdapat resorbsi tulang
alveolar kurang dari setengah panjang akar dengan pola horizontal.
Dokter akan melakukan perawatan periodontal Fase I etiotropik dan Fase
II bedah periodontal sederhana .

2.2. Step 1 Mengklarifikasi Istilah / Konsep ( Clarifying Unfamiliar


Terms)
1. Perawatan periodontal fase 1 etiotropik
Perawatan periodontal awal untuk menghilangkan etiologinya
tanpa pembedahan. Merupakan terapi inisial, dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan
restoratif dan prostetik. Perawatan periodontal pada fase ini
diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat
menyebabkan inflamasi jaringan periodontal serta pemberian instruksi
dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak.
2. PD
Pengukuran secara klinis dari margin gingiva ke dasar saku yang
diukur dengan menggunakan periodontal probe. PD digunakan untuk
menilai kedalaman poket. jarak dari margin giniva sampai ujung
periodontal probe yang dimasukkankedalam poket gingival yang
bertujuan untuk menentukan adanya kelainan atau tidak.
3. Kalkulus supragingival dan subgingiva
- Supra gingiva = Kalkulus supragingiva adalah kalkulus yang
melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival
margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-
kuningan, konsistensinya keras seperti batu tanah liat dan mudah
dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler.
- Sub gingiva = Kalkulus subgingiva adalah kalkulus yang berada
dibawah batas gingiva margin, biasanya pada daerah saku gusi dan
tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Melihat lokasi dan
perluasannya harus dilakukan probing menggunakan periodontal
probe, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau
kehitamhitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan
melekat erat pada permukaan gigi.
4. Fase II bedah periodontal sederhana
Kelanjutan dari fase I terdapat Tindakan bedah contoh kuretase dan
gingivektomi. Tujuan mengoreksi kondisi anatomis yang dpt
mendukung terjadinya penyakit periodontal dan estetika. Merupakan
kelanjutan dari evaluasi responterapi fase 1 yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predis posisi
atau rekurensi dari penyakit periodontal.
5. BOP
Perdarahan pada saat melakukan probing, diagnosis awal penyakit
periodontal. Dilakukan eksplorasi dengan periodontal probe
disebabkan inflamasi pada gingiva
6. Margin gingiva merah kebiruan
Bagian gingiva yang mengelilingi leher gigi. Merah kebiruan
karena adanya gangguan pada gingiva.
7. Resesi gingival
Tereksposnya bagian akar gigi karena terjadi penurunan margin
gingival ke arah apikal menjauhi CEJ. Resesi gingiva terjadi
dikarenakan menyikat gigi terlalu keras menggunakan sikat gigi yang
keras.

2.3. Step 2 Menetapkan Rumusan Masalah


1. Diagnosa yang tepat terhadap tanda klinis pada scenario
2. Apa rencana perawatan bedah periodontal berdasarkan skenario ?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi perawatan fase I dan II ?
4. Apa saja yang termasuk perawatan fase II bedah periodontal
sederhana?
5. Alat apa saja yang digunakan pada fase I dan I perawatan periodontal ?
6. Apa saja tahapan perawatan penyakit periodontal?
7. Mengapa dilakukan perawatan fase I terlebih dahulu kemudian fase II?
8. Bagaimana dasar pertimbangan perawatan fase II?
9. Bagaimana respon jaringan setelah dilakukan perawatan ?
10. Evaluasi apa saja yang perlu dilakukan setelah fase I?

2.4 Step 3 Menganalisis Masalah (Brainstroming)


1. Diagnosa yang tepat terhadap tanda klinis pada scenario
Hasil PD 4mm periodontitis, sedangkan kronis mengalami
kehilangan perlekatannya 5mm atau lebih.
2. Apa rencana perawatan bedah periodontal berdasarkan
skenario ?
Tujuannya adalah untuk mengubah atau menghilangkan etiologi
mikroba dan faktor faktor yang berkontribusi terhadap penyakit
gingiva dan periodontal semaksimal mungkin, oleh karena itu
menghentikan perkembangan penyakit dan mengembalikan gigi ke
keadaan sehat dan nyaman.
Fase I disebut juga fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan
restoratif dan prostetik. Perawatan periodontal fase 1 merupakan
perawatan periodontal awal, untuk menghilangkan faktor etiologinya
tanpa pembedahan agar keadaan kembali baik. Perawatan ini bertujuan
untuk mengurangi atau membuang keradangan awal, membuang
pocket gingiva karena pembesaran odematus gingiva, memperoleh
gingiva dengan konsistensi kenyal dan peradangan minimal.
Perawatan periodontal fase I dan fase II. Fase I untuk
menghilangkan mikroba terhadap penyakit periodontitis kronis, untuk
mengembalikan gigi ke keadaan yang sehat. Fase II, untuk
menghilangkan factor etiologic yang tidak dapat dihilangkan pada fase
I dilakukan pembedahan (gingivektomi dan kuretase). Terdapat
resorbsi tulang alveolar jadi dilakukan bedah resebtif dan regenerative
tulang.

3. Apa indikasi dan kontra indikasi perawatan fase I dan II ?


- FASE II
a. Indikasi
1) Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dri 4 mm,
yang tetap ada walaupun sudah dilakukan skaling dan
pembersihn mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan dimana
prosedur gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan
gingiva yang adekuat
2) Adanya pembengkakan gingiva nyang menetap dimana poket
‘sesungguhnya’ dangkal namun terlihat pembesaran dan
deformitas gingiva yang cukup besar. Bila jaringan gingiva
merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi merupakan cara
perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
3) Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) dimana
terdapat daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar
4) Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak
5) Flap koronal
b. Kontra indikasi
1) Membutuhkan pembedahan tulang atau evaluasi bentuk dan
morfologi tulang
2) Keadaan dimana dasar poket pada atau di apical mukogingiva
junction
3) Adanya pertimbangan estetik, khususnya pada gigi anterior
rahang atas Kontraindikasi Pembedahan tulang, pertimbangan
estetik
FASE I
a. Indikasi :
1) Perawatan pendahuluan pada pasien dengan keluhan sakit
periodontal
2) Perawatan inisial kemudian di evaluasi apakah perlu dilakukan
perawatan fase II
3) Sebagai salah satu perawatan dengan keluhan gingivitis kronis
atau periodontitis ringan
4) Pada kalkulus dan plak supragingival dan gingival
5) Tidak ada resorbsi tulang alveolar parah smpai kegoyangan
derajat 3
b. Kontraindikasi :
1) Pasien menderita keradangan akut atau abses, pasien memiliki
penyakit sistemik yang tidak terkontrol, pocket lebih dari 4mm.
4. Apa saja yang termasuk perawatan fase II bedah periodontal
sederhana?
Kelanjutan fase I terdiri dari bebarapa jenis yaitu kuretase dan
gingivektomi.
a. Kuretase
Suatu Tindakan pembuangan dinding gingiva pada poket
periodontal untuk menghilangkan penyakit pada jaringan lunak.
Kuretase ini sendiri merupakan tindakan nutk membuang dinding
gingival pada poket periodontal untuk menyingkirkan penyakit
jaringan lunak pada gingiva itu sendiri. Kuretase ini dibagi
menjadi dua, yaitu kuretase gingiva, dan kuretasi subgingiva:
 Kuretase gingiva
Kuretase gingiva ini merupakan tindakan untuk membuang
jaringan lunak yang terinflamasi dari lateral dinding poket
dan junctional epithelium.
 Kuretase subgingiva
Kuretase subgingiva merupakan prosedur yang dilakukan
pada apical junctional ephitelium sampai ke perlekatan
jaringan ikat, dimana merupakan batas pada puncak tulang
alveolar (alveolar crest).

Tujuan kuretase:
 untuk mengurangi kehilangan perlekatan dengan tumbuhnya
perlekatan jaringan ikat yang baru
 untuk memotong dinding gingiva pada poker periodontal
 untuk meghilangkan jaringan granulasi yang terinflamasi kronis
b. Gingivektomi Mengeksisi gingiva dengan menghilangkan
dinding poket. eksesi gingiva yang enlargement, tujuannya
menciptakan lingkungan yang baik.
c. Operkulektomi Pemotongan opeculum, biasanya pada gigi
molar 3. Prosedur bedah untuk menghilangkan upperculum,
disebabkan adanya trauma jaringan yang disebabkan gigi
antagonis, disebabkan gigi yang baru erupsi terinflamasi.
operulectomy adalah prosedur bedah untuk menghilangkan
operkulum, atau lipatan gusi yang menutupi gigi
5. Alat apa saja yang digunakan pada fase I dan I perawatan
periodontal ?
- Fase I : kaca mulut, probe, sonde, sickle scaler untuk scaling pada
kalkulus supragingival, kuret universal untuk scalling supra
gingiva dan subgingiva, kuret gracey untuk kalkulus sub gingiva,
hoe scaler, untuk meratakn dan menghaluskan permukaan akar
gigi dan menghilangkan kalkulus, chisel untuk root planning,
scaler ultrasonic untuk scaling kalkulus supragingival dan
subgingiva, powder polishing untuk menghilangkan stain dan
deposit yang halus
- Fase II : kaca mulut, pinset, sonde halfmoon, semen spatula,
probe, kutet gracey 1 – 4 anterior 5-6 anterior dan premolar, 11-12
posterior mesial, 13-14 posterior distal, glass plate, cotton pellet,
tampon, instrument eksisi dan insisi ada gingivektomi knife.
Alat Pulas scaling dan root planning:
a. Rubber cusp
Rubber cusp digunakan di handpiece dengan spesial profilaxis
angle yang setelah digunakan harus disterilisasi. Penggunaan
rubber cusp dengan bahan abrasive memungkinkan untuk
menghilangkan lapisan sementum yang tipis di area servikal
gigi
b. Bristle Brushes
Benda ini ada yang berbentuk wheel dan cup, karena bahannya
yang kaku maka hanya digunakan untuk membersihkan
mahkota dan dihindarkan untuk polish sementum dan gingiva
karena dapat menimbulkan injuri
c. Air Powder polishing
Alat ini efektif untuk menghilangkan stain dan deposit yang
halus

6. Apa saja tahapan perawatan penyakit periodontal?


a. Tahap jaringan lunak, tahap perawatan untuk meredakan inflamasi
gingiva, menghilangkan saku periodontal dan factor-faktor
penyebabnya. Selain itu juga untuk mempertahankan kontur
gingiva dan hubungan mukogingiva yang baik.
b. Tahap fungsional, hubungan oklusal yang optimal adalah
hubungan oklusal yang memberikan stimulasi fungsional yang baik
untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal. Perawatannya
seperti koronoplasti, splinting, dll.
c. Tahap sistemik, kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus
pada pelaksanaan perawatan peyakit periodontal, karena kondisi
sistemik dapat mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan
atau mengganggu pemeliharaan kesehatan jaringan setelah
perawatan selesai.
d. Tahap pemeliharaan, prosedur yang digunakan untuk pemeliharaan
kesehatan periodontal yang telah sembuh dengan memberikan
instruksi hygiene mulut (control plak), dan lain-lain.
Prosedur fase II :
 Asepsis
 Anastesi lokal
 Root planning & scalling pada kunjungan pertama
 Evaluasi perawatan
 Anastesi lokal
 Pengerokan / kuretase pada gingival lalu sub gingival
sampai ke Junctional Epithel, memasukkan alat kuret
sejajar aksis gigi sampai dasar poket, sisi tajam pada epitel
sulkuler
 Irigasi dengan Aquades
 Adaptasi gingival dengan dua cara yaitu tekanan dua jari,
atau jika gingiva tidak mau beradaptasi di lakukan
penjahitan
 Lalu di lakukan periodontal dressing
 Kontrol selanjutnya 1 minggu kemudian

Insisis gingivektomi : Insisi harus dibuat di sebelah apikal dari


tanda yang sudah dibuat yaitu di apikal dasar poket dan bersudut 45
derajat sehingga blade dapat menembus seluruh gingival menuju ke
dasar poket. Insisi yang kontinyu (tidak berupa insisi sabit yang
terputus) dibuat mengikuti dasar poket. Insisi yang akurat akan
dapat menghilangkan dinding poket dan membentuk kontur
pascaoperasi yang kurang memuaskan. Setelah pemotongan
jaringan dilakukan Scaling dan Root Planing. Permukaan akar
harus diperiksa untuk melihat adanya sisa deposit kalkulus dan bila
perlu permukaan akar harus di-scaling dan dilakukan root planning.
Yang terakhir mengedukasi pasien akar menghindari makann berat,
aksar dan lengket, menggunakan sikat gigi yang halus, jika ada
perdarahan dapat mendekan dressing 25menit dan jangan
berkumur, menggunakan obat analgesic, lepas dressing 5-7hari,
melakukan control pada dokter
Prosedur fase I :
1. Memberikan pengetahuan tentang control plak
2. Eliminasi kalkulus supragingival dan subgingiva
3. Perawatan karies (pembuangan karies)
4. Menghilangkan restorasi gigi yang overhanging, overcontur,
5. Penyesuaian oklusal (untuk menghilangkan truma oklusal dan
membentuk OH yang baik)
6. Splinting pada gigi yang goyah
7. Analisis diet dan evaluasi
8. Re evaluasi status periodontal
7. Mengapa dilakukan perawatan fase I terlebih dahulu kemudian
fase II?
Karena fase I bertujuan sebagai terapi awal untuk mengeliminasi
factor etiologic dan predisposisi dan untuk menentukan perawatan
selanjutnya
8. Bagaimana dasar pertimbangan perawatan fase II?
Fase II ini dilakukan setelah evalusi dari fase I, dengan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Kedalaman pocket lebih dari 5 mm pada pemahaman bahwa
panjang akar rata-rata adalah sekitar 13 mm dan ouncak tulang
alveolar berada kurang lebih 2 mm di apikal dasar pocket. Ketika
ada kehilangan perlekatan klinis sebesar 5mm, puncak tulang
alveolar adalah sekiar 7 mm dari CEJ, oleh karena itu hanya ada
sekitar setengah dukungan tulang untuk gigi tersebut. sehingga
bedah periodontal dapat membantu meningkatkan dukungan gigi
pada kasus ini melakui pengurangan pocket dengan prosedur
regenerasi.
b) Furcation involment dejarat 2 dan 3
c) Adanya gingiva enlargment
- Pada kuretase : Untuk mempercepat penyembuhan, untuk
menghilangkan epitel lining,
- Gingivektomi : False pocket, untuk menghilangkan factor
predisposisi, dapat mencegah penyakit lebih lanjut. Untuk
menghilangkan perubahan patologis, meningkatkan regenerasi
periodontal, memperbaiki prognosis gigi. Aksebilittas dan
visibilitas. Apabila kedalaman pocket lebih dari 5 dilakukan
fase II .

Dasar pertimbangan perawatan fase II:


a. Jika pada evaluasi perawatan fase I tidak menunjukkan tanda-tanda
perbaikan jaringan.
b. Untuk menghilangkan faktor predisposisi dan diharapkan dapat
mencegah terjadinya penyakit lebih lanjut tetapi tetap
mendahulukan menghilangkan etiologi utama terlebih dahulu.
c. Untuk menghilangkan perubahan patologis yang terjadi pada
dinding poket, menciptakan kondisi stabil dan mudah dipelihara dan
bila memungkinkan untuk meningkatkan regenerasi periodontal.
Bertujuan untuk memperbaiki prognosis gigi dan memperbaik
9. Bagaimana respon jaringan setelah dilakukan perawatan ?
Terbentuk blood cloth, posisi gingiva lebih naik ke apical dan
warna sedikit merah. 2minggu berikutnya gingiva Kembali norma,
3minggu berikutnya adanya perlekatan sempurna dari gingiva.
Diperbaiki kontinuitas gingiva, dikembalikan keseimbangan
pembentukan dan resorbsi tulang alveolar, deposisi sementum baru,
terciptanya hubungan oklusal yang optimal, dikembalikan kontur
gingiva
Keempat jaringan periodonsium memberikan respon terhadap
perawatan periodontal yang adekuat berupa:
a. Diperbaikinya kontinuitas permukaan epitel gingiva.
b. Perbaikan serat-serat ligament periodontal yang akan
mengikatkan kembali gigi ke tulang alveolar.
c. Dikembalikannya keseimbangan antara pembentukan dan
resorpsi tulang
b. alveolar serta perbaikan cacat tulang.
a. Deposisi sementum baru yang akan mengikatkan serabut utama
ligament periodontal yang baru.
Akibat adanya respon jaringan tersebut diatas, secara klinis akan
terlihat hasil perawatan berupa:
a. Sembuhnya inflamasi pada gingiva
b. Berhentinya pendarahan gingiva.
c. Tersingkirnya saku periodontal.
d. Berhentinya pembentukan pus.
e. Berkurangnya mobilitas gigi.
f. Terciptanya hubungan oklusal yang optimal.
g. Diperbaikinya jaringan periodontal yang tadinya telah dirusak
oleh penyakit.
h. Dikembalikannya kontur gingiva yang fisiologis.
i. Berhentinya kehilangan tulang.
j. Tercegahnya rekurensi (kambuh) penyakit setelah perawatan.

10. Evaluasi apa saja yang bperlu dilakukan setelah fase I?


Dilakukan pengecekan Kembali kedlam pocket, inflamasi serta
plak dan kalkulus. Jika dirasa sudah sembuh maka dilakukan
perawatan fase II
2.5 Step 4 Peta Konsep (Mind Mapping)
3 Step 5 Menentukan Tujuan Belajar (Learning Object)
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan macam
fase perawatan periodontal
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan dasar
pemikiran bedah perawatan periodontal sederhana
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikasi
dan kontaindikasi perawatan bedah periodontal sederhana
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan prosedur
perawatan penyakit periodontal fase II
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan respon
jaringan setelah dilakukan perawatan bedah periodontal
6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan evaluasi
perawatan periodontal fase II

4 Step 6 Belajar Mandiri (Self Study)

5 Step 7 Pembahasan Learning Object


1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan
macam fase perawatan periodontal
a. Fase Preliminary
Fase Preliminary adalah fase yang menjadikan tindakan
pada kasus darurat sebagai prioritas utama. Meliputi  perawatan
perawatan kasus darurat darurat dari gigi atau  periapikal,
periapikal, periodontal, , dan lain lain. Selain itu, pada fase ini
dilakukan  pencabutan  pencabutan gigi apabila gigi apabila gigi
gigi tersebut tidak dapat dipertahankan (Khalid dan Bassel, 2014).
b. Fase I (Perawatan periodontal non-bedah)
Terapi inisial disebut juga terapi fase I ( phase non-
surgical ) atau terapi higienik. Terapi inisial bertujuan untuk
membuang semua faktor lokal yang menyebabkan peradangan
gingiva serta pemberian instruksi dan motivasi  pasien dalam
melakukan kontrol plak. Terapi inisial juga disebut sebagai fase
etiotropik karena bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologik
penyakit  periodontal dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
penyakit gingiva dan periodontal semaksimal mungkin, sehingga
menghentikan perkembangan penyakit dan mengembalikan gigi ke
keadaan sehat dan nyaman. Terapi fase I disebut juga terapi awal,
terapi periodontal non bedah, dan terapi yang berhubungan dengan
penyebab. Terapi fase I digunakan sebagai persiapan untuk terapi
periodontal bedah.
Terapi fase I merupakan aspek yang penting dari perawatan
periondoal. Data dari penelitian klinis menunjukkan bahwa
keberhasilan jangka panjang perawatan periodontal tergantung
pada pemeliharaan plak dan kontrol kalkulus yang dicapai pada
fase I. Selain itu terapi fase I juga memberikan kesempatan bagi
dokter gigi untuk mengevalusi respon jaringan dan memberi
penguatan tentang perawatan yang dilakukan oleh pasien dirumah
seperti kontrol plak (Newman et al, 2018)
Fase I (Perawatan periodontal non-bedah) meliputi:
a) Edukasi pasien mengenai kontrol plak dan oral hygiene
Instruksi kontrol plak harus dimulai sejak kunjungan
pertama, yaitu  penggunaan sikat gigi mencakup metode
menyikat gigi yang benar, frekuensi menyikat gigi, lama
menyikat gigi, sikat gigi yang digunakan dan prinsip
penyikatan. Instruksi kontrol plak yang komperehensif
selanjutnya meliputi penggunaan alat bantu selain sikat gigi
yaitu benang gigi maupun pembersih daerah interdental
lainnya. Konseling yang  bersifat memotivasi pasien terhadap
faktor resiko yang berpengaruh terhadap penyakit periodontal
(seperti merokok) juga dimulai pada tahap ini (Manson, 2013).
b) Scalling supragingival dan subgingival
Kalkulus memiliki permukaan yang kasar sehingga menjadi
tempat yang ideal bagi perlekatan bakteri, oleh karena itu
kalkulus harus dihilangkan agar kontrol plak dapat
dilaksanakan secara efektif. Scalling  dan root planning  
termasuk dalam perawatan periodontal tahap awal. Tujuan
utama tindakan ini adalah untuk memperbaiki kesehatan
gingiva dengan cara menghilangkan faktor yang menimbulkan
keradangan dari  permukaan gigi. Scalling   supragingiva dapat
dilakukan dengan menggunakan skeler manual, alat kuret dan
instumen ultrasonic. Tindakan instrumentasi periodontal dapat
direncanakan dalam beberapa kali kunjungan dan untuk pasien
dengan inflamasi yang parah dan disertai deposit kalkulus yang
banyak, tindakan debridemen seluruh mulut ( fullmouth
debridement ) dapat dilakukan secara bertahap dalam dua
kunjungan atau lebih. Penggunaan anastesi lokal juga
diperlukan bila instrumentasi dilakukan pada sisi inflamasi
yang lebih dalam, selanjutnya dilakukan  pemolesan yang
bertujuan untuk menghilangkan permukaan kasar setelah
pembuangan sisa kalkulus supragingiva (Widyastuti, 2009)

c) Koreksi restorasi dan koreksi faktor yang mengiritasi gigi


tiruan
Restorasi dengan permukaan yang kasar, overcountur ,
overhanging , atau terlalu menekan ke daerah subgingiva dapat
menyebabkan akumulasi  bakteri periodontal yang bersifat
pathogen sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi gusi,
kehilangan perlekatan epitel dan kehilangan tulang alveolar.
Restorasi tersebut mempengaruhi efektivitaas kontrol plak
yang dilakukan pasien sehingga harus dikoreksi dengan cara
penggantian seluruh restorasi atau mahkota, atau koreksi
dengan menggunakan  finishing bur   atau file berlapis
diamond  (diamond-coated files) yang dipasang pada
handpiece khusus. Untuk restorasi yang overhanging  pada
daerah subgingiva, memungkinkan melakukan tindakan flap
yang sederhana untuk memfasilitasi akses akhiran restorasi
(Manson, 2013).

d) Pergerakan gigi ortodontik


e) Perawatan pada area food impaction
f) Perawatan pada trauma oklusi
Occlusal adjustment untuk menghilangkan trauma oklusal
serta oral hygiene yang baik (Ismail, 2015).
g) Pencabutan gigi pada gigi yang sudah tidak bisa di
pertahankan lagi
h) Perawatan splinting
Salah satu cara untuk mengontrol dan menstablisasi
kegoyangan gigi adalah  splinting . Kegoyangan gigi
diklasifikasikan menjadi 3 derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan
sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan
sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada
segala arah dan/ atau gigi dapat ditekan kea rah apikal.
Splinting  diindikasikan pada keadaan kegoyangan gigi derajat
3 dengan kerusakan tulang berat (Fedi, 2005).
i) Kemungkinan penggunaan agen antimikroba, termasuk
pengambilan plak yang diperlukan sebagai sampel sebagai
pengujian sensitivitas
j) Analisis diet dan evaluasinya
Defisiensi nutrisional tidak menimbulkan penyakit gusi.
Meskipun demikian, bila penyakit akibat plak sudah ada,
defisiensi nutrisi akan mempengaruhi perkembangan penyakit,
oleh karena itu diet yang seimbang sangat diperlukan.
Konsumsi gula dalam bentuk apapun sebaiknya dikurangi
(Manson, 2013).
k) Reevaluasi status periodontal setelah perawatan
Jaringan periodontal diperiksa kembali untuk menentukan
kebutuhan  perawatan lebih lanjut. Poket periodontal harus
diukur ulang dan seluruh kondisi anatomi dievaluasi untuk
memutuskan perawatan bedah. Perawatan bedah periodontal
seharusnya dilakukan jika pasien sudh dapat melakukan
instruksi kontrol plak secara efektif dan gusi terbesas dari
inflamasi (Fedi, 2005).

Setelah melakukan analisis dan diagnosis, klinisi harus


mengembangkan rencana perawatan yang mencakup semua
prosedur yang diperlukan untuk merawat keterlibatan periodontal.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menentukan rencana
perawatan pada fase I yaitu:
a) Kesehatan umum pasien dan toleransi perawatan
b) Jumlah kalkulus subgingiva
c) Kedalaman probbing pocket
d) Kehilangan perlekatan
e) Margin restorasi
f) Keterlibatan fusrkasi
g) Anomali perkembangan gigi (Newman et al, 2019).
c. Evalusi respon perawatan periodontal fase I
Evaluasi setelah dilakukan perawatan fase I dilakukan setelah 3-6
minggu. Evalusi fase I meliputi:
a) Tingkat peningkatan kedalam pocket dan perlekatan untuk
seluruh jaringan periodontal
b) Evalusi ulang status kesehatan mulut dan menegasakan
instruksi oral hygiene jika diperlukan
c) Mengukur pendaraan dan skor plak
d) Tinjauan diagnosis dan prognosis serta modifikasi rencana
perawatan jika diperlukan.

Pada kasus perawatan perodontal yang tidak memerlukan


terapin lebih lanjut di luar terapi fase I, oleh karena itu terapi
kontrol dapat dilanjutkan oleh dokter gigi umum. Namun jika kasus
lanjut atau bersifat rumit maka harus mendapatkan perawatan dari
dokter gigi spesialis peridontal (Newman et al, 2019).
Konsep kedalaman probing kritis 5,4 mm telah
dikembangkan untuk membantu dalam membuat keputusan untuk
melanjutkan intervensi bedah. Ini adalah ukuran di atas mana terapi
akan menghasilkan keuntungan perlekatan klinis dan di bawahnya
akan menghasilkan kehilangan perlekatan klinis. Penentuan ini
dibuat berdasarkan analisis statistik data hasil bedah. Standar 5 mm
telah umum digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi
calon rujukan bedah berdasarkan pemahaman bahwa panjang akar
tipikal adalah sekitar 13 mm dan puncak tulang alveolar berada
pada tingkat sekitar 2 mm apikal ke bagian bawah poket. Bila
terdapat kehilangan perlekatan klinis sebesar 5 mm, puncak tulang
berada sekitar 7 mm apikal dari cementoenamel junction, dan oleh
karena itu hanya sekitar setengah dari penopang tulang untuk gigi
yang tersisa. Bedah periodontal dapat membantu meningkatkan
dukungan untuk gigi dalam kasus ini melalui pengurangan poket,
augmentasi tulang, dan prosedur regenerasi (Newman et al, 2019).
Standar 5 mm untuk rujukan ke periodontist didasarkan pada
panjang akar, kedalaman probing, dan kehilangan perlekatan klinis.
Standar berfungsi sebagai pedoman untuk menganalisis kasus
rujukan untuk perawatan spesialis. CEJ, persimpangan
Cementoenamel. (Digambar ulang dengan izin dari Armitage G,
editor: Terapi pemeliharaan periodontal, Berkeley, CA, 1974,
Praxis.)
Selain kriteria kedalaman probbing 5 mm, faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam keputusan merujuk ke spesialis periodontal
yaitu:
a) Luasnya keterlibatan penyakit peridontal
b) Jumlah tulang yang teresorbsi memerlukan teknik bedah
khusus
c) Panjang akar gigi yang pendek dan perlekatan menunjukkan
rentan terhadap kehilangan perlekatan
d) Hipermobilitas atau mobilitas gigi yang berlebihan
e) Kesulitan scaling dan root planing karena adanya pocket
yang dalam dan keterlibatan furkasi yang dalam membuat
instrumentasi menjadi sulit.
f) Usia pasien yang muda dengan kehilangan perlekatan yang
luas cenderung memiliki bentuk penyakit periodontal yang
bersifat agresif.
g) Kurangnya resolusi peradangan setelah pembersihan plak
atau biofilm secara menyeluruh. Jika peradangan dan
pendalaman kantong yang progresif berlanjut, terapi lebih
lanjut akan diperlukan. Kasus-kasus seperti itu memerlukan
pemahaman tentang etiologi untuk menentukan pengobatan
terbaik (Newman et al, 2019).

d. Fase II (Perawatan periodontal bedah)


Fase II (Fase surgical) disebut juga fase terapi korektif,
termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan
menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit
periodontal.
Tujuan perawatan periodontal fase II yaitu:
a) Untuk mengeliminasi poket sehingga menghilangkan
retensi plak
b) Mengembalikan fungsi mastikasi, karena apabila terdapat
resorbsi tulang alveolar, maka fungsi pengunayah akan
berjalan tidak normal dikarenakan tulang alveolar
merupakan salah satu pendukung fungsi pengunyahan
c) untuk mengembalikan estetika
d) untuk memicu pembentukan jaringan periodontal baru atau
regenerasi jaringan periodontal
e) Untuk memperbaiki defek anatomi yang mendukung
akumulasi plak atau bioilm dan kekambuhan poket atau
merusak estetika. Tujuan dari koreksi masalah anatomi
adalah untuk mengubah defek pada jaringan gingiva dan
mukosa yang merupakan predisposisi penyakit pada area
f) Untuk mengeliminir penyakit periodontal dengan
mengeliminasi faktor iritans yang tidak dapat dihilangkan
pada perawatan periodontal fase I, seperti kalkulus di akar
gigi, sehingga dapat dilakukan bedah pada bagian yang
tidak dapat dilihat secara langsung
Fase II perawatan periodontal bedah dapat diindikasikan
dalam kasus sebagai berikut:
a) Adanya pocket periodontal sebesar 5 mm atau lebih
b) Kontur tulang yang tidak beraturan
c) Keterlibatan fuskasi derajat II dan III
d) Area distal molar terakhir dengan masalah mukogingiva
e) Inflamasi yang bersifat peristen
f) Kantong infraboni distal dari geraham terakhir, yang dalam
banyak kasus diperumit oleh masalah mukogingiva,
seringkali memerlukan pembedahan (Azouni & Tarakji,
2014).
Prinsip metode untuk terapi poket pada fase II bedah
periodontal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Teknik perlekatan baru (New attachment techniques)
menawarkan hasil yang ideal karena menghilangkan
kedalaman poket dengan menyatukan kembali gingiva
dengan gigi pada posisi koronal ke dasar poket yang sudah
ada sebelumnya. Perlekatan baru melibatkan regenerasi
tulang, jaringan ikat, ligamen periodontal, dan sementum.
2) Penghapusan dinding pocket (Removal of the pocket wall)
adalah metode yang paling umum. Dinding kantong terdiri
dari jaringan lunak dan dapat mencakup tulang dalam kasus
kantong intrabony. Ini dapat dihilangkan dengan metode
berikut:
 Retraksi atau penyusutan, di mana penghapusan
plak atau bioilm oleh pasien dan scaling dan root
planing menyelesaikan proses inflamasi, dapat
terjadi. Jaringan gingiva menyusut, mengurangi
kedalaman poket.
 Operasi pengangkatan poket dilakukan dengan
gingivektomi atau teknik undisplaced lap.
 Perpindahan pangkuan ke apikal dilakukan dengan
pangkuan yang dipindahkan ke apikal.
3) Penghapusan sisi gigi dari poket, yang dilakukan dengan
pencabutan gigi atau pencabutan gigi sebagian dalam kasus
keterlibatan furkasi (yaitu, hemiseksi atau reseksi akar).
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini
yaitu:
1) Bedah periodontal
a) Gingival Kuretase
Gingival kuretase adalah penghilangan
jaringan inflamasi dari dinding lateral poket.
Gingival kuretase, didesain untuk membuat
perlekatan jaringan ikat yang baru, dengan
menghilangkan lining pocket, junctional epithelium,
dan jaringan granulasi di bawahnya. (Bathla, 2011:
343).
b) Gingivektomi
Gingivektomi adalah prosedur eksisi
gingiva/ pemotongan jaringan gingiva dengan
membuang dinding lateral poket yang bertujuan
untuk menghilangkan poket dan keradangan
gingiva, sehingga mendapatkan gingiva yang
fisiologis, fungsional dan estetik baik.
Keuntungan gingivektomi adalah teknik sederhana,
dapat mengeliminasi poket secara sempurna,
meningkatkan aksesibilitas dan visibilitas untuk
eliminasi kalkulus secara menyeluruh, morfologi
gingiva dapat diprediksi sesuai keinginan.
(Carranza, 2006)
2) Prosedur flap periodontal
Bedah flap periodontal merupakan salah satu
prosedur yang paling sering digunakan dalam perawatan
periodontal, terutama untuk poket moderat dan parah.
Terapi periodontal ini dilakukan untuk meningkatkan akses
dan pandangan (visibilitas) untuk eliminasi plak, kalkulus,
jaringan nekrosis dan jaringan granulasi pada poket yang
mengalami kerusakan tulang, memperbaiki jaringan
periodontal yang rusak sebagai faktor predisposisi bagi
penyakit periodontal selanjutnya, menyediakan ruang untuk
menempatkan material regeneratif. Pendekatan terhadap
hasil perawatan bedah periodontal ini adalah implantasi
tulang dan penggunaan bahan biomaterial untuk
mempercepat proses regenerasi tulang antara lain bone
graft, teknik Guide Tissue Regeneration (GTR),
penggunaan matriks protein dan faktor pertumbuhan.
(Carolina et al.,2019)
3) Rekonturing tulang
Bedah tulang merupakan istilah umum bagi
semua prosedur yang dirancang untuk memperbaiki dan
membentuk kembali cacat dan kelainan bentuk pada tulang
yang mengelilingi gigi (Fedi, 2005)
4) Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
Bone graft adalah bahan yang sering digunakan
dalam terapi bedah periodontal. Penggunaan bone graft
dalam terapi ini untuk mempercepat terjadinya regenerasi
dan mencegah kerusakan tulang alveolar menjadi lebih
parah. Regenerasi jaringan periodontal meliputi perbaikan
tulang, sementum dan serabut- serabut periodontal
(Carolina et al.,2019).
5) Penempatan implant
e. Fase III Fase perawatan restorative
Perawatan fase III meliputi:
a) Pembuatan restorative tetap
b) Gigi tiruan cekat dan lepasan
c) Evaluasi terhadap respon terapi
f. Fase IV Fase pemeliharaan
Fase ini bertujuan untuk mempertahanlan hasil perawatan
yang diperoleh dan mencegah kekambuhan penyakit. Pada fase
pemeliharaan, pasien ditempatkan pada jadwal kunjungan ingat
berkala untuk perawatan pemeliharaan untuk mencegah
kekambuhan penyakit. Interval antara janji temu kembali bervariasi
sesuai dengan kondisi pasien.

Urutan Penatalaksanaan Fase perawatan periodontal


(Newman et al, 2019).
Tahapan mana fase-fase terapi ini dilakukan dapat bervariasi
sampai batas tertentu dalam menanggapi persyaratan kasus. Fase I,
atau fase non-bedah, diarahkan pada eliminasi faktor etiologi penyakit
gingiva dan periodontal. Ketika berhasil dilakukan, fase I ini
menghentikan perkembangan penyakit gigi dan periodontal. Segera
setelah menyelesaikan terapi fase I, pasien harus ditempatkan pada fase
pemeliharaan (fase IV) untuk mempertahankan hasil yang diperoleh
dan mencegah perburukan lebih lanjut dan kekambuhan penyakit.
Sedangkan pada fase pemeliharaan, dengan evaluasi berkala, pasien
masuk ke fase pembedahan (fase II) dan fase restoratif (fase III)
pengobatan. Fase-fase ini termasuk operasi periodontal untuk merawat
dan memperbaiki kondisi jaringan periodontal dan sekitarnya. Ini
mungkin termasuk regenerasi gingiva dan tulang untuk fungsi dan
estetika, penempatan implan, dan terapi restoratif (Azouni & Tarakji,
2014).

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


dasar pemikiran bedah perawatan periodontal sederhana
Bedah periodontal merupakan salah satu komponen perawatan
periodontal yang umumnya dilakukan sebagai perawatan fase II.
Bedah periodontal antara lain bertujuan untuk mengurangi poket
periodontal. Perawatan bedah periodontal sederhana terbatas hanya
untuk jaringan gingiva tanpa melibatkan struktur tulang tanpa
penggunaan bedah flap, dapat diklasifikasikan menjadi kuretase
gingiva, gingivektomi, dan operculektomy.

a. Operkulektomi
Operkulektomi merupakan prosedur bedah untuk
menghilangkan gingival flap (operculum) yang menutupi gigi
yang erupsi sebagian, khususnya molar ketiga yang lebih rendah.
Pada gigi yang mulai erupsi, gingival yang menutupi terdorong ke
dalam rongga mulut sampai permukaan insisal atau oklusal.
Tetapi, pada beberapa pasien, penonjolan gingival pada molar
ketiga menunjukkan bahwa area tersebut terus menerus
mengalami tekanan karena gigitan dan mengalami trauma saat
beroklusi dengan gigi antagonisnya, dan menyebabkan rasaa sakit
dan inflamasi pada beberapa kasus (Hollins, 2013: 550).
Pada daerah yang mengalami rasa sakit, pasien biasanya
mengurangi pembersihan rongga mulut pada area tersebut, yang
kemudian akan menyebabkan penumpukan plak dan debris, dan
infeksi akan berkembang. Keadaan ini disebut perikoronitis. Pada
kasus yang berat, pasien mengalami trismus dan tidak dapat
membuka mulut dengan lebar. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan
operkulektomi untuk menghilangkan gejala yang terjadi (Hollins,
2013: 550).
b. Kuretase
Prosedur kuretase dilakukan untuk menghilangkan jaringan
granulasi terinflamasi kronis yang terbentuk pada lateral dari poket
periodontal. Berbeda dengan jaringan granulasi pada keadaan
normal, jaringan granulasi pada dinding jaringan ikat poket
periodontal selain fibroblastic dan proliferasi angioblastic, juga
mengandung daerah-daerah terinflamasi kronis dan memiliki
partikel-partikel kalkulus dan koloni bakteri. Adanya koloni
bakteri tersebut akan mempengaruhi gambaran patologis dari
jaringan dan menghalangi proses penyembuhan. Jaringan graulasi
yang terinflamasi dilapisi oleh epitel dan bagian epitel berpenetrasi
sampai ke jaringan. Epitel ini akan menghambat perlekatan dari
serat-serat periodontal yang baru ke permukaan sementum pada
daerah tersebut. Jaringan granulasi ini sebaiknya dihilangkan
dengan prosedur kuretase agar kalkulus dan koloni bakteri yang
bersifat patologis dapat dieliminasi, terjadu reduksi poket, dan
serabut- serabut periodontal dapat melekat kembali (Newman and
Caranza. 2019).
c. Gingivektomi
Gingivektomi adalah prosedur mengeksisi gingiva dengan
menghilangkan dinding poket. Gingivektomi dilakukan untuk
menghilangkan poket supraboni dimana apabila konsistensi dari
dinding poket tersebut fibrous. Dengan dihilangkannya dinding
poket maka akan menyediakan pandangan dan aksesibilitas yang
memadai untuk mengilangkan kalkulus dan menghaluskan
permukaan akar serta menciptakan lingkungan yang baik untuk
penyembuhan gingival dan perbaikan kontur gingiva secara
fisiologis. Selain itu gingivektomi juga dilakukan untuk
mengeliminasi adanya gingiva enlargement, yaitu adanya
pembengkakan gingiva yang menetap dimana poket yang
sesungguhnya dangkal namun terlihat adanya pembesaran dan
deformasi gingiva yang cukup besar. Gingivektomi juga
digunakan untuk mengeliminasi abses periodontal yang berada
pada dinding poket. (Takei & Carranza, 2012).

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


indikasi dan kontaindikasi perawatan bedah periodontal
sederhana
a. Indikasi dan Kontra Indikasi Kuretase
Indikasi kuretase sangat terbatas pada (Dinyati & Adam, 2016),
[ CITATION Hen15 \l 1057 ] :
- Poket dangkal sampai sedang (>3–5 mm),
- Oedematus, inflamasi, dan non fibrotik jaringan gusi,
- Peningkatan level patogenik bakteri
- Progressive bone loss
- Kontur gingiva relatif baik, sehingga aman dilakukan kuretase
- Sebagai perawatan nondefinitif untuk mengurangi inflamasi
sebelum eliminasi poket dengan menggunakan metode lain atau
teknik bedah yang lebih agresif (flap) karena ada kontra indikasi
bedah periodontal lanjutan misalnya usia penderita, masalah
sistemik, masalah psikologi atau faktor lain.
- Kuretase diindikasikan juga untuk recall visit sebagai
maintenance poket yang rekuren.
Kontra indikasi kuretase terbagi menjadi faktor lokal dan
sistemik terdiri dari (Dinyati & Adam, 2016):
- Poket berliku-liku (tortuous)
- Dinding poket fibrotik contohnya pada kasus hiperplasia oleh
karena obat dilantinsodium pada penderita epilepsi,
- Pada daerah yang sulit dijangkau oleh alat kuretase atau
assesibilitas kurang misal berada pada molar.
- Poket yang dalam.
- Keterlibatan furkasi (Terdapat keterlibatan percabangan akar)
(Cohen, 2007: 29).
- Poket infraboni.
- ANUG.
- Keadaan dimana instrumen tidak dapat menjangkau dan terdapat
keterbatasan pandangan (assesibilitas kurang)
- Pasien yang tidak kooperatif, contohnya pasien perokok berat
yang tidak dapat menghentikan kebiasaan merokoknya tidak
dapat dilakukan kuretase karena pada proses penyembuhannya
efek rokok akan menghambat produksi PMN, Ig A, Ig G, Ig M
dan CD 8 sehingga jaringan gingiva tidak mendapatkan
perlekatan yang baik dan hasilnya akan lebih buruk (reinfeksi)
- Perlekatan mukogingival yang rapuh atau mukosa yang dapat
dengan mudah terluka selama penggunaan alat. (American
Academy of Periodontology, 2002: 1229)
b. Indikasi dan kontraindikasi Gingivektomi
Indikasi :
- Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dri 4 mm, yang
tetap ada walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihn
mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan dimana prosedur
gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan gingiva yang
adekuat.
- Adanya pembengkakan gingiva nyang menetap dimana poket
‘sesungguhnya’ dangkal namun terlihat pembesaran dan
deformitas gingiva yang cukup besar. Bila jaringan gingiva
merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi merupakan cara
perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
- Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) dimana
terdapat daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar
- Abses gingiva, yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak
(J.D Manson; Buku Ajar Periodonti)
Kontraindikasi
- Oral hygiene selalu jelek
- Inflamasi akut
- Dasar poket di bawah mucogingiva junction
- Frekuensi karies tinggi
- Frekuensi malposisi tinggi
- Dan kontra indikasi penyakit sistemik.
c. Indikasi dan Kontraindikasi operculektomi

Indikasi :
- Erupsi sempurna (bagian dari gigi terletak pada ketinggian yang
sama pada garis oklusal)
- Adanya ruang yang cukup untuk ditempati koronal dan adanya
ruangan yang cukup antara ramus dan sisi distal M2
- Inklinasi yang tegak
- Adanya antagonis dengan keselarasaoklusi yang baik
- Pertimbangan prostetik: persyaratan molar ketiga sebagai
penyangga untuk prostesis cekat

Kontraindikasi :

- Kondisi akut merupakan kontraindikasi dilakukannya


operkulektomi, namun tindakan emergensi dapat dilakukan
hingga kondisi akut dapat ditanggulangi kemudian keadaan
dievaluasi untuk dapat melakukan operkulektomi, karena saat
kondisi akut terjadi vasodilatasi yang membuat anastesi tidak
bekerja maksimal, selain vasodilatasi kondisi asam saat inflamasi
dan obat anastesi yang basa membuat lingkungan netral yang
mengharuskan menambah obat anastesi membuat operkulektomi
lebih berisiko karena harus menambah dosis obat anastesi.
- Erupsi tegak tetapi erupsi belum sempurna karena tertutup
tulang karena seiringnya waktu gigi akan tumbuh dengan normal
dan secara fisiologis akan pecah sendiri.
- Erupsi horizontal → saat difoto posisi gigi miring, karena akan
hilang saat proses odontektomi.

4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


prosedur perawatan penyakit periodontal fase II
a. Prosedur perawatan kuretase
Prosedur perawatan kuretase dengan menggunakan teknik
dasar adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai indikasi kuretase
b. Scaling dan root planning pada kunjungan I
c. Anestesi lokal
d. Memasukkan alat kuret sejajar aksis gigi sampai dasar
poket, sisi tajam pada epitel sulkuler
e. Dilakukan pengerokan (kuret) beberapa kali
f. Irigasi
g. Tekan daerah operasi 3-5 menit
h. Suturing tentative (pada beberapa kasus)
i. Aplikasi dressing periodontal
j. Kontrol 1 minggu

b. Prosedur Perawatan Gingivektomi


Prosedur perawatan Gingivektomi :
Teknik gingivektomi dapat dilakukan dengan menggunakan
scalpel, elektroda, laser atau kimia (tidak direkomendasikan).
Prosedur gingivektomi meliputi[ CITATION Hea20 \l 1057 ]
(https://www.youtube.com/watch?v=YyeHW-gmyeM) (Peres et
al, 2019 ) :
a. Initial phase therapy, Anastesi lokal (dapat diberikan sedasi
apabila pasien punya rasa takut)
b. Menentukan kedalaman poket dengan probe periodontal
c. Menentukan bleeding point dengan pocket marker
d. External bevel incision di apical bleeding point (orban,
Kirkland knife), Insisi sudut 45 derajat mengarah ke dasar
poket
e. Irisan dimulai apikal dari titik perdarahan dengan pisau
Kirkland atau pisau no 11 dan 12. Irisan kontinyu atau
diskontinyu membentuk bevel 45 derajat dengan permukaan
akar. Bagian interdental diiris dengan pisau Orban
f. Penghalusan sudut insisi yang tajam
g. Mengambil dinding poket yang sudah dieksisi
h. Scalling Root Planning & Kuretase
i. Pembentukan permukaan gingiva
j. Dressing periodontal
k. Pembalut periodontal dibuka 7 hari pasca bedah, profilaksis
dan diirigasi H2O2 3%
l. Enam bulan pasca gingivektomi/ gingivoplasti, gingiva tidak
ada inflamasi dan bentuk morfologi-fisiologis
Teknik Gingivektomi Menggunakan Laser / Electro Surgery
(Shivaprasad, Rakesh, Prabhu, 2015)
a. Anestesi lokal diselesaikan dengan 36 mg lidokain 2% dengan
0,18 mg 1:100K epi di vestibulum bukal gigi insisivus rahang
atas. Pengukuran dilakukan dengan probe periodontal mengikuti
pengukuran reduksi maksimum dan titik perdarahan yang dibuat
dengan explorer / pocket marker.
b. Laser jaringan lunak dioda 980-nm diatur ke mode kontinu
dengan amplitudo 0,5 watt.
c. Laser dimulai dengan menyentuh ujung kertas oklusal pada 45
derajat dan menjalankannya di sepanjang kertas sampai asap
dilepaskan. Ujung laser tampak hitam pekat.
d. Setelah inisiasi, laser diubah menjadi mode berdenyut dan
amplitudo 0,6 watt.
e. Laser digunakan dengan gerakan rendah seperti sikat, dimulai
dari distal gigi insisivus lateral kanan atas hingga gigi insisivus
lateral kiri rahang atas.
f. Amplitudo watt meningkat perlahan selama prosedur. Sebagai
pigmen dari gingiva berkeratin di atas gigi insisivus sentral kiri
rahang atas, amplitudo watt meningkat menjadi 1,2 watt.
g. Laser tertarik pada pigmen yang lebih gelap, sehingga
penyesuaian amplitudo diperlukan untuk pemotongan yang lebih
efisien pada pigmen yang lebih terang.
h. Pendarahan minimal selama proses laser membantu dengan
visualisasi langsung dari hasil.
i. Lesi white spot pada email terdapat di bawah jaringan yang
dieksisi, tetapi tampak mengkilat, menunjukkan bahwa telah
terjadi remineralisasi.
j. Pasien diberi satu tablet ibuprofen 600 mg segera setelah prosedur
dan nyeri pasca operasi yang dilaporkan sendiri sebagai minimal
(1 pada skala 10).
k. Saat pemotongan laser sedang berlangsung, darah kecil dan
pembuluh limfatik disegel karena panas yang dihasilkan, sehingga
mengurangi atau menghilangkan perdarahan dan edema. Protein
terdenaturasi dalam jaringan dan plasma adalah sumber lapisan
yang disebut 'koagulum', yang terbentuk karena aksi laser dan
berfungsi untuk melindungi luka dari aksi bakteri atau gesekan.

Gambar.1. (A) Pisau Kirkland, (B) Pisau Orland, (C) Pocket Marker, (D)
Electrosurgery Instrument, (E) Periodontal Dressing

Jenis teknik Insisi pada perawatan gingivektomi:


Adapun teknik insisi yang dilakukan pada prosedur gingivektomi
disesuaikan dengan kondisi jaringan gingiva yang mengalami pembesaran. Ada 2
macam teknik insisi, yaitu :
a. Insisi eksternal bevel
Insisi eksternal bevel dilakukan terjadi pembesaran gingiva
melibatkan free gingiva. Kekurangan inisisi ini adalah pada akhir tindakan
gingivektomi, timbul luka terbuka pada permukaan gingiva. Oleh karena
itu periodontal pack harus diaplikasikan agar meminimalkan kontaminasi
bakteri serta meminimalkan terjadinya perdarahan pasca gingivektomi.
(Krismariono, 2017). Insisi bevel eksternal dimulai dari permukaan apikal
gingiva ke poket periodontal dan diarahkan ke koronal menuju apikal gigi
ke bagian bawah poket periodontal (Newman et al, 2019).

Gambar Insisi eksternal


b. Insisi internal bevel
Insisi internal bevel dilakukan bila pembesaran gingiva melibatkan
free dan attached gingiva. Insisi dengan internal bevel lebih rumit
dibandingkan dengan eksternal bevel. Insisi dengan teknik ini memerlukan
2 kali insisi, yaitu insisi horizontal dan insisi vertikal pada internal
gingiva. Keuntungan insisi dengan cara ini adalah tidak timbul luka
terbuka. (Krismariono, 2017). Insisi bevel internal dimulai pada
permukaan gingiva dan diarahkan secara apikal ke puncak tulang. Ini
adalah sayatan dari mana pangkuan direfleksikan untuk mengekspos
tulang dan akar di bawahnya.
Gambar Insisi Internal

.
Gambar Hiperplasi pada daerah free gingiva dan Hiperplasi pada daerah
free gingiva dan attached gingiva
c. Prosedur perawatan Operculektomi
Prosedur perawatan Operculektomi :
a. Komunikasi dengan pasien terkait tindakan apa yang akan
dilakukan.
b. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat Standar
(Handle Blade, Blade no.12, Pinset chirugis, Gunting bedah).
Bahan (Alkohol 70%, Povidone Iodine, Cotton pelet, Cotton
roll, Tampon, Pehacain, Spuit, Aquadres, Pack periodontal)
c. Menghilangkan debris dan eksudat yang terdapat pada
permukaan operkulum
d. Irigasi pada permukaan operkulum
e. Asepsis area operculektomi dan area anastesi dengan
menggunakan tampon yang diberi povidon iodine sebelumnya
f. Lakukan anastesi infiltrasi pada sekitar area operasi dan tunggu
hingga parastesi, cek menggunakan sonde.
g. Lakukan bliding point pada daerah operculum dengan sonde
sebagai panduan kerja.
h. Lakukan insisi menggunakan blade No. 12 yang dimulai dari
daerah anterior sampai ke perbatasan anterior ramus dan
kebawah lalu ke depan, kemudian ke permukaan distal
mahkota sedekat mungkit ke tingkat CEJ.
i. Setelah diinsisi lakukan irigasi dengan menggunakan aquades,
lalu keringkan menggunakan tampon hingga benar-benar
kering.
j. Setelah kering aplikasikan pack periodontal, base dan
katalis1:1 diaduk hingga homogen diaduk diatas glass lab
dengan menggunakan semen spatel dan letakkan pada
permukaan yang telah dilakukan operkulektomi.
k. Pastikan permukaan kerja kering sehingga pack melekat
dengan baik
l. Setelah pack melekat pasien diinstruksikan menggigit tampon
kurang lebih 5 menit.
m. Edukasi pasien untuk tidak mengunyah didaerah yang ditutupi
pack periodontal, pasien juga tidak boleh sering berkumur agar
pack tidak lepas.
n. Berikan antibiotik, analgetik, dan vitamin kepada pasien.
o. Setelah lebih kurang 1 minggu lakukan kontrol pasien untuk
melihat hasil dari operkulektomi
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan
respon jaringan setelah dilakukan perawatan bedah periodontal
Terapi periodontal bisa efektif hasilnya karena adanya kemampuan
penyembuhan yang baik dari jaringan periodonsium . Dengan terapi
periodontal gingiva yang terinflamasi kronis dapat diperbaiki, sehingga
secara klinis dan struktur hampir mirip dengan gingiva yang sehat.
Keempat jaringan periodonsium memberikan respon terhadap
perawatan periodontal yang adekuat berupa:

a. Diperbaikinya kontinuitas permukaan epitel gingiva.

b. Perbaikan serat-serat ligamen periodontal yang akan mengikatkan


kembali gigi ke tulang alveolar.

c. Dikembalikannya keseimbangan antara pembentukan dan resorpsi


tulang alveolar serta perbaikan cacat tulang.

d. Deposisi sementum baru yang akan mengikatkan serabut utama


ligamen periodontal yang baru.

Akibat adanya respon jaringan tersebut diatas, secara klinis akan


terlihat hasil perawatan berupa:

a. Sembuhnya inflamasi pada gingiva

b. Berhentinya pendarahan gingiva.

c. Tersingkirnya saku periodontal.

d. Berhentinya pembentukan pus.

e. Berkurangnya mobilitas gigi.

f. Terciptanya hubungan oklusal yang optimal.


g. Diperbaikinya jaringan periodontal yang tadinya telah dirusak oleh
penyakit.

h. Dikembalikannya kontur gingiva yang fisiologis.

i. Berhentinya kehilangan tulang.


j. Tercegahnya rekurensi (kambuh) penyakit setelah perawatan.

Respon Jaringan Pasca Operkulectomi


Respon awal adalah pembentukan clot permukaan pelindung, jaringan
dibawahnya mengalami radang akut dengan beberapa nekrosis. Kemudian
clot tadi digantikan oleh jaringan granulasi.
a. 24 jam : ada peningkatan jaringan ikat baru terutama angioblast
tepat di bawah lapisan permukaan keradangan dan nekrosis

b. 12-24 jam : sel epitel di tepi luka mulai bermigrasi ke jaringan


granulasi, memisahkan diri dari lapisan yang terkontaminasi dari
clot

c. 24-36 jam : kegiatan epitel pada margin mencapai puncaknya. Sel


epitel baru muncul dari lapisan basal dan lebih ke spinosum dari
lapisan epitel tepi luka dan bermigrasi

d. Hari ke-3 : fibroblast muda terletak di area tersebut. Jaringan


granulasi yang kaya vaskularisasi tumbuh ke arah koronal
membentuk free gingival margin dan sulkus baru. Kapiler yang
berasal dari pembuluh darah ligamen periodontal bermigrasi ke
jaringan granulasi dan dalam waktu 2 minggu akan terhubung
dengan pembuluh darah gingiva

e. Hari ke-4 : vasodilatasi dan vaskularisasi mulai menurun. Tampak


normal pada hari ke 16
f. Hari ke 5-14 : Epitelisasi permukaan umumnya sudah selesai

g. Minggu ke-4 : Keratinisasi kurang dari sebelum oprasi

h. 1 bulan : perbaikan epitel lengkap


i. Minggu ke-7 : repair jaringan ikat komplit Meskipun perubahan
jaringan yang terjadi post operculectomy sama untuk semua
individu, tapi waktu yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada
luas permukaan yang dipotong interverensi, sitemik dari iritasi dan
infeksi local.
Respon Jaringan Setelah Kuretase
a. Segera setelah kuretase gingiva, jendalan darah (blood clot) akan
mengisi daerah poket periodontal.
b. Selanjutnya terjadi proliferasi jaringan granulasi secara cepat
dengan berkurangnya jumlah pembuluh darah kecil seiring dengan
mature-nya jaringan.
c. Secara umum, restorasi dan epitelisasi sulkus membutuhkan waktu
2-7 hari dan restorasi junctional epithelium terjadi paling cepat 5
hari setelah kuretase gingiva.
d. Kuretase gingiva setelah kunjungan 1 minggu tidak perlu
dilakukan probing.
e. Adanya serabut kolagen yang immature tampak pada hari ke 21.
f. Secara klinis, segera setelah dilakukan kuretase gingiva, gingiva
akan tampak merah terang.
g. Setelah 1 minggu, posisi gingiva tampak lebih ke apikal, warna
sedikit lebih merah
h. Dua minggu setelah kuretase gingiva dan kontrol plak yang
adekuat dari penderita, maka akan didapatkan gambaran klinis
gingiva yang normal.
i. Tiga minggu terjadi perlekatan yang sempurna (Carranza Part 5,
2002:747)

Segera setelah kuretase, gumpalan darah memenuhi area poket,


yang secara menyeluruh atau sebagian menghilangkan lapisan epitel.
Hemoragik juga terlihat pada jaringan dengan kapiler yang mengalami
dilatasi dan polimorfonuklear leukosit (PMN) yang melimpah terlihat
pada permukaan luka. Hal ini diikuti dengan poliferasi yang cepat dari
jaringan granulasi dengan penurunan jumlah dari pembuluh darah kecil
sejalan dengan kematangan jaringan.
Setelah dilakukan perawatan kuretase akan terjadi proses perbaikan
pada epitel sulkuler yang berlangsung antara 2 sampai 7 hari,
sedangkan untuk perbaikan epitel cekat terjadi selama 5 hari,
pengerutan margin gingiva terjadi selama 1 minggu dan penyembuhan
sempurna terjadi antara 2 minggu atau 3 minggu setelah kuretase.
Penyembuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
sistemik, sistem kekebalan tubuh pasien, dan kepedulian pasien untuk
menjaga kebersihan rongga mulutnya.

Penampakan klinis setelah Scalling dan Kuretase


Sesegera setelah scaling dan kuretase, gingiva terlihat
hemoragik dan berwarna merah terang. Setelah 1 minggu, tinggi
gingiva terlihat menyusut karena adanya perubahan pada apical
gingival margin. Gingiva juga terlihat semakin berwarna merah gelap
dari normal namun kurang gelap dari beberapa hari sebelumnya.
Setelah 2 minggu dan dengan menjaga oral higiene yang tepat, warna
yang normal, konsistensi, tekstur permukaan dan, kontur gingiva dapat
tercapai dan margin gingiva beradaptasi dengan baik kepada gigi.

Respon Jaringan Setelah Gingivektomi


Respon pertama setelah gingivektomi adalah
pembentukan perlindungan permukaan oleh gumpalan darah.
Jaringan di bawahnya menjadi terinflamasi kronis dengan nekrosis.
Selanjutnya gumpalan digantikan oleh jaringan granulasi. Dalam 24
hari, ada peninggian sel-sel jaringan ikat, yang didominasi oleh
angoblast di bawah lapisan permukaan inflamasi dan jaringan
nekrotik. Hari ke-3, fibroblas dalam jumlah yang banyak terlihat di
area ini. Jaringan granulasi vaskular yang tumbuh pesat menuju
koronal, membentuk sebuah free gingival margin dan sulkus yang
baru. Kapiler-kapiler yang tebentuk dari pembuluh darah pada
ligamen periodontal bermigrasi menuju jaringan granulasi dan dalam
waktu 2 minggu, mereka terhubung membentuk pembuluh gingiva.
Setelah 12 hingga 24 jam, sel-sel epitel pada tepi luka
mulai bermigrasi menuju jaringan granulasi, memisahkan diri dari
lapisan permukaan gumpalan yang terkontaminasi. Aktivitas epitel
pada tepi mencapai puncak dalam waktu 24 hingga 36 jam.
Setelah 5 hingga 14 hari, permukaan epitelisasi telah sempurna.
Selama 4 minggu pertama setelah gingivektomi, keratinisasi
berkurang jika dibandingkan dengan sebelum bedah. Perbaikan
epitel dengan sempurna membutuhkan waktu sekitar 1 bulan.
Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai berkurang setelah harii ke-4 dari
penyembuhan dan terlihat menjadi hampir normal pada hari ke 6-10.
Penyembuhan sempurna dari jaringan ikat memakan waktu hingga 7
minggu.
Aliran dari gingival fluid pada manusia mulai meningkat
setelah gingivektomi dan berkurang sejalan dengan proses
penyembuhan. Aliran maksimal diraih setelah 1 minggu,
bertepatan dengan waktu inflamasi maksimal.
Meskipun perubahan jaringan yang terjadi pada penyembuhan
postgingivektomi adalah sama pada semua individu, waktu yang
dibutuhkan untuk penyembuhan secara sempurna bergantung pada
area yang diinsisi dan intervensi dari iritasi lokal dan
infeksi. Pada pasien dengan physiologic gingival melanosis,
pigmentasi berkurang pada gingiva yang telah sembuh.

Setelah pemulihan penuh dari anestesi umum, sebagian besar


pasien dapat dipulangkan ke rumah. Efek anestesi umum dan obat
penenang membuat pasien mengantuk selama berjam-jam, dan
pengawasan orang dewasa di rumah dianjurkan hingga 24 jam setelah
operasi. Instruksi khas pascaoperasi harus diberikan kepada orang
dewasa yang bertanggung jawab, dan pasien harus dijadwalkan untuk
kunjungan pascaoperasi dalam 1 minggu. Instruksikan yang diberikan
kepada pasien sebagai berikut:
a. Menjelaskan bahwaa meskipun setelah perawatan dilakukan akan
ada sedikit ketidaknyamanan saat efek anathesi hilang, pasien
diinstruksikan untuk mengkonsumsi analgesik. Aspirin merupakan
kontraindikasi selama 24 jam.
b. Menjelaskan bahwa, pada pasien telah dipasang dressing
periodontal diatas gusi yang berfungsi untuk membantu
penyembuhan.
c. Selama 3 jam pertama hindari makanan panas agar dressing
mengeras, pasien diisntruksikan untuk mengunyah pada sisi yang
tidak mendapatkan perawatan.
d. Pasien disiinstruksikan untuk makan makanan yang semipadat
atau halus.
e. Pasien diinstruksikan untuk tidak merokok, karena panas dan asap
dapat mengiritasi gusi dan efek imunologis dari nikotin akan
menghambat penyembuhan dan mengahmabt hasil perawatan yang
sukses.
f. Pasien diinstruksikan untuk tidak menyikat daerah periodontal
dressing, serta menggunakan obat kumur.
g. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah 1 hari. Gunakan
larutan kumur chlorhexidine di pagi hari dan malam hari bila anda
tidak dapat melakukan pengontrolan plak secara mekanis
h. Selama hari pertama, oleskan es sebentar-sebentar ke wajah Anda
di atas area yang dioperasi bermanfaat selama 24 jam pertama.
Metode ini akan menjaga jaringan tetap dingin dan mengurangi
peradangan dan pembengkakan.
i. Pasien dapat melakukan aktivitas rutin harian seperti biasa, tetapi
hindari aktivitas berlebihan dalam jenis apa pun. Golf, tenis, ski,
bowling, berenang, dan berjemur harus ditunda selama beberapa
hari setelah operasi.
j. Menjelaskan kepada pasien bahwa pembengkakan umumnya
terjadi 1 hingga 2 hari setelah operasi dan mulai mereda pada hari
ke 3 dan 4. Namun jika pembengkakan terasa semakin nyeri dan
semakin parah segera menghubungi dokter.
k. Bila terjadi pendaharan tekan dressing selaam 15 menit
menggunakan sapu tangan bersih yang telah dipanaskan, jangan
berkumur dan hubungi dokter jika pendarahan tidak kunjung
behenti. (Newman et al, 2019).

Respon jaringan post-operation [ CITATION drg11 \l 1057 ]:


a. Penyembuhan langsung post-operative Selapis tipis koagulum
antara luka dan periodontal dress. (gambar 1)
b. Penyembuhan 2 hari pasca bedah gingivektomi (gambar 2)
c. Jaringan granulasi (PMN, fibroblast dan pemb drh baru) emigrasi
dri permukaan luka ke koagulum
d. Sel-sel epitel berfroliferasi dari lapisan sel basal
e. Koagulum
f. Penyembuhan 7 hari pasca bedah gigivektomi
g. Jaringan granulasi matang pd jar ikat normal ditutupi oleh lapisan
epitel tebal
h. Perlekatan epitel baru pada permukaan gigi
i. Penyembuhan 6 bulan pasca bedah gigivektomi
j. Regenerasi jaringan lengkap
k. Epitel mulut normal
l. Sulkus dangkal
m. Junctional epithelium baru

Gambar.2. Respon jaringan terhadap proses gingivektomi

6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


evaluasi perawatan periodontal fase II
Evaluasi hasil perawatan periodontal fase II
Evaluasi perawatan periodontal fase 2 merupakan pemeriksaan dari
tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui tindakan tersebut
efektif atau tidak. Evaluasi perlu diberikan karena jaringan periodontal
tidak dapat tersembuhkan secara langsung jadi tidak dapat diketahui
respon perawatan secara langsung.
Proses penyembuhan jaringan sekitar 14 hari atau 2 minggu dan
untuk melihat perlekatan epitel sekitar 3 bulan. Namun waktu control
ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan perawatan yang diberikan
karena respon jaringan setiap perawatan dan pasien berbeda-beda.
Evaluasi yang dilakukan dokter gigi yaitu:
a. Memperbarui rekam medis pasien
b. Membandingkan kondisi pasien ketika pemeriksaan awal dengan
kondisi saat evaluasi
c. Mengecek ada atau tidaknya jaringan yang terinflamasi
d. Melakukan control plak yaitu scalling dan root planning dan
memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara mengontrol
plak seperti menyikat gigi dengan benar. Pengontrolan plak sangat
penting bagi penyembuhan dikarenakan apabila control plaktidak
optimal dan akumulasi plak meningkat maka jaringan
tidak mengalami penyembuhan, bahkan mengalami kekambuhan
atau terdapat penyakit yang lain.
e. Memeriksa jaringan periodontal seperti kondisi gingiva,
mengecek sulkus, dan melihat perdarahan saat melakukan
Bleeding On Probing (BOP).
f. Pemberian tablet fluoride untuk mencegah karies gigi
g. Dan bila perlu melakukan ronsen radiografi untuk melihat jaringan
periodontal yang tidak tampak mata dan keadaan tulang
alveolarnya (Nield, 2011; Mitchell, 2016).

Instruksi Perawatan Mulut Pasien

a. Menyikat gigi dengan kuat tidak mungkin dilakukan selama


minggu pertama setelah balutan dilepas. Namun, pasien diberitahu
bahwa bioilm dan akumulasi makanan mengganggu penyembuhan
dan disarankan untuk mencoba menjaga area sebersih mungkin
dengan menggunakan sikat gigi lembut dan irigasi air ringan.
b. Berkumur dengan obat kumur klorheksidin diindikasikan untuk
beberapa minggu pertama pascaoperasi.
c. Pasien harus diberitahu bahwa :
d. Beberapa perdarahan gingiva akan terjadi ketika area yang terluka
dibersihkan dengan hati-hati;
e. Perdarahan ini normal dan akan mereda seiring dengan kemajuan
penyembuhan; dan
f. Pendarahan seharusnya tidak menghalangi mereka untuk
mengikuti rejimen kebersihan mulut mereka. (Newman et al,
2019).

Evaluasi tampilan klinis pasca kuretase:


a. Segera setelah kuretase, gingiva tampak merah hemoragik dan
cerah.
b. Setelah 1 minggu gingiva muncul berkurang karena tinggi untuk
pergeseran apikal dalam posisi margin gingiva. Gingiva juga
sedikit lebih merah dari biasanya, tapi lebih sedikit daripada pada
hari-hari sebelumnya.
c. Setelah 2 minggu dan dengan kebersihan mulut yang tepat oleh
pasien, warna normal, konsistensi, tekstur permukaan, dan kontur
gingiva tercapai, dan margin gingiva ini juga disesuaikan untuk
gigi(Caranza, 2002:747).
Evaluasi Pasca Perawatan Gingivektomi
a. Apa yang Diharapkan Pasca Operasi
Pasien dapat kembali ke aktivitas normal setelah anestesi
habis. Biasanya diperlukan beberapa hari atau minggu untuk
menyembuhkan gusi. Kontur atau bentuk gusi Pasien mungkin
berubah.
Kebanyakan operasi gusi cukup sederhana dan tidak terlalu
tidak nyaman. Dokter dapat memberi pasien resep analgesik
ibuprofen (seperti Advil atau Motrin) atau acetaminophen (seperti
Tylenol) untuk mengurangi rasa sakit. Baca dan ikuti semua
petunjuk pada label.
Pasien mungkin perlu minum antibiotik sebelum dan
sesudah operasi jika Pasien memiliki kondisi yang menempatkan
Pasien pada risiko tinggi untuk infeksi parah atau jika infeksi
sangat berbahaya bagi Pasien. Pasien mungkin perlu minum
antibiotik jika Anda:
- Memiliki gangguan jantung tertentu yang membuat pasien
berisiko terkena infeksi jantung yang disebut endokarditis.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
- Baru-baru ini menjalani operasi besar atau memiliki bagian
tubuh buatan, seperti pinggul buatan atau katup jantung.
Setelah gingivektomi, diharapkan akan lebih mudah bagi
Pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan gusi[ CITATION
Hen15 \l 1057 ][ CITATION Hea20 \l 1057 ].
b. Evaluasi Pemeriksaan
Nyeri pasca operasi dievaluasi pada 24 jam, 72 jam, dan 1
minggu. Untuk menilai keparahan nyeri pasca operasi, pasien
diminta untuk mengkorelasikannya dengan Skala Analog Visual
(VAS) 10 poin, dengan keteranagan "tidak ada rasa sakit sama
sekali" setara dengan 0 dan "rasa sakit paling hebat yang dapat
pasien bayangkan" setara dengan 10. Para pasien tidak
diperlihatkan rekaman skor nyeri sebelumnya. Para pasien diminta
untuk menilai nyeri untuk sisi kiri dan kanan. Perbedaan skor
nyeri dihitung dan dibandingkan apakah lebih baik atau bertambah
parah, dapat pula diresepkan ibuproven atau obat pereda nyeri
lainnya. (Kumar, Rattan, & Rai, 2015)
Gambar 3. Proses gingivektomi: A) Sebelum Gingivektomi, B) Sesudah
gingivektomi, C) Ditutup dengan periodontal dressing, D) Hasil
gingivektomi
Evaluasi perbandingan penyembuhan pada setiap sisi dilakukan
setelah 24 jam, 72 Jam dan pada akhir minggu ke-1, ke-2, ke-4, dan ke-6
dalam hal warna Jaringan (Merah Muda, Merah, Kebiruan, Ungu, atau
Hangus), setiap warna mengindikasikan kesehatan jaringan gingiva yang
berbeda. Warna gingiva yang sehat dan normal berwarna merah muda,
semakin gelap warna gingiva semakin buruk keadaan gingiva. Kontur
jaringan ( Normal, Hiperplastik atau Atrofi), Munculnya luka
(Granulated, Slough, Necrotic), Re-epitelisasi pada akhir tiga bulan.
(Kumar, Rattan, & Rai, 2015)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Bedah periodontal merupakan salah satu komponen perawatan periodontal
yang umumnya dilakukan sebagai perawatan fase II. Bedah periodontal harus
didahului dengan perawatan fase I, perawatan ini tidak sering dilakukan dan tidak
dilakukan secara radikal, perdarahan harus minimal, hasilnya secara morfologis
harus baik, dan menghilangkan jaringan harus seminimal mungkin. Perawatan ini
harus mempunyai indikasi yang tepat, prognosa baik, dan memerlukan kontrol
dan recall yang teratur. Bedah periodontal antara lain bertujuan untuk mengurangi
poket periodontal.
Operkulektomi merupakan prosedur bedah untuk menghilangkan gingival
flap (operculum) yang menutupi gigi yang erupsi sebagian, khususnya molar
ketiga yang lebih rendah. Pada gigi yang mulai erupsi, gingival yang menutupi
terdorong ke dalam rongga mulut sampai permukaan insisal atau oklusal.
Prosedur kuretase dilakukan untuk menghilangkan jaringan granulasi
terinflamasi kronis yang terbentuk pada lateral dari poket periodontal. Kelemahan
kuretase antara lain prosedur sulit secara teknis, membutuhkan waktu yang lama,
penyembuhan hampir sama dengan insisi/bedah, dan hasilnya tidak signifikan
dibandingkan dengan scaling dan root planning saja. Gambaran klinis gingiva
segera setelah kuretase, gingiva tampak perdarahan dan berwarna merah terang.
Setelah 1 minggu terjadi pengkerutan gingiva. Setelah 2 minggu, dengan oral
hygiene yang tepat dari pasien, warna gingiva normal, konsistensi, tekstur
permukaan dan kontur gingiva kembali normal, dan margin gingiva beradaptasi
dengan baik pada gigi.
Gingivektomi adalah prosedur mengeksisi gingiva dengan menghilangkan
dinding poket. Gingivektomi dilakukan untuk menghilangkan poket supraboni
dimana apabila konsistensi dari dinding poket tersebut fibrous. Gingivektomi
artinya eksisi gingiva yang enlargement. Tujuannya untuk mengeliminasi poket
akibat enlargement gingiva jenis poket false, sehingga tercapai visiabilitas dan
aksessibilitas untuk pengambilan kalkulus subgingiva dan root planning,
menciptakan lingkungan yang baik untuk penyembuhan gingiva dan perbaikan
kontur gingiva secara fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA

Azouni, K. G., & Tarakji, B. (2014). The trimeric model: A new model of
periodontal treatment planning. Journal of clinical and diagnostic research:
JCDR, 8(7), ZE17.

American Academy of Periodontology. (2002, October). The American Academy


of Periodontology statement regarding gingival curettage. Journal of
Periodontology, 73(10), 1229.

Bm, Shivaprasad & M.P., Rakesh & Prabhu, Sandeep. (2015). Esthetic Correction
of Gummy Smile by Gingivectomy using Diode Laser. Journal of Health Sciences
& Research. 6. 17-21. 10.5005/jp-journals-10042-1013.

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2002, Carranza’s
Clinical Periodontology 9th  Edition, W.B Saunders Elseveir Company,
Philadelphia, h. 965-975.

Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2012, Carranza’s
Clinical Periodontology, 11th ed, Saunders Elsevier, China.

Carranza FA dan Henry HT. 2002. Gingival curettage, in: Carranza FA Jr &
Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 9th edition. USA: WB Saunders Co.
Carolina, D. N., Hendiani, I., Susanto, A., & Rusminah, N. 2019. Perawatan
bedah regeneratif periodontal pada kasus periodontitis. MKGK (Majalah
Kedokteran Gigi Klinik)(Clinical Dental Journal) UGM, 5(3), 66-69.

Cohen,Ewward S.. 2007. Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal


Surgery Third Edition . USA: Peoples Medical Publishing House.
Krismariono, A. (2017). Tatalaksana pembesaran gingiva dengan gingivektomi
konvensional.

drg. Ina Hendiani, S. P. (2011, Maret 20). PROSEDUR BEDAH


GINGIVEKTOMI UNTUK MENGHASILKAN GINGIVA YANG ESTETIK.
Diambil kembali dari pustaka unpad: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/04/prsedur_bedah_gingivektomi.pdf

Dinyati, M., & Adam, A. M. (2016). Kuretase gingiva sebagai perawatan poket
periodontal. Makassar Dental Journal, 5(2).

Dr. Maharshi Malakar and Dr. Shatabdy Das. 2018. Gingivectomy: A Review
Article. International Journal of Scientific Research Volume 7, Issue-5, May-
2018, ISSN No 2277 – 8179

Fedi, P.F., Vernino A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, h. 135-173.

Healthwise Staff. (2020, Oktober 27). Gingivectomy for Gum Disease. Diambil
kembali dari UNIVERSITY OF MIGHIGAN HEALTH, MICHIGAN
MEDICINE: https://www.uofmhealth.org/health-library/hw146210

Hollins, Carole. 2013. Levison’s Textbook for Dental Nurses 11th Ed. UK: John
Wiley & Sons Inc
Ismail, A.K., 2015, Penatalaksanaan Ekstrusi Gigi Incisivus Lateral Pada Kasus
Pathologic Tooth Migration Periodontitis Kronis Dengan Menggunakan Splint
Fixed Appliance, Odonto Dental Jurnal , 2(2): 22-24.

Kiswaluyo., 2013, Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari,


Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso,  Jurnal Kedokteran Gigi Unej, 10(3):
115-120.

Kumar, Praveen & Rattan, Vidya & Rai, Sachin. (2015). Comparative evaluation
of healing after gingivectomy with electrocautery and laser. Journal of Oral
Biology and Craniofacial Research. 5. 10.1016/j.jobcr.2015.04.005.

Manson, J.D., Eley, B.M., 2013,  Buku Ajar Periodonti, Penerbit Hipokrates,
Jakarta, h. 176-198.

Manson J.D. dan B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates

Newman G. Michael, 2006, Carranza Clinical Periodontology.11thed. Elsevier


Saunders, California,Hal.84-95, 547-548

Newman, M. G., Takei, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A.


(2019). Newman and Carranza's Clinical periodontology E-book. Elsevier
Health Sciences.

Newman, MG dkk. 2006. Carranza’s Clinical Periodontology. Tenth edition. St


Louis : Saunders Elsevier

Nalini, M. S. OPERCULECTOMY AS A CONSERVATIVE APPROACH TO


THIRD MOLAR EXTRACTION.
Peres, M. M., Lima Filho, T. D. S., IJZ, B. I., Gomes, M. A. R., & Fernande, P. G.
(2019). Gingivectomy approaches: A Review. Int J Oral Dent Heal, 5, 099.

Takei, H. H., Carranza, F. A., & Shin, K. (2015, Januari 15). Gingival Surgical
Techniques. Diambil kembali dari Pocket Dentistry:
https://pocketdentistry.com/56-gingival-surgical-techniques/

Widyastuti, R., 2009, Periodontitis: Diagnosis dan Perawatannya,  Jurnal Ilmiah


Teknologi Kedokteran Gigi, 9(6): 32-35.

https://www.youtube.com/watch?v=YyeHW-gmyeM yang diakses pada tanggal


06 Oktober 2021 pada pukul 19.43

Anda mungkin juga menyukai