Nama Tutor:
drg. Restian Febi Andini, M. Biomed
Disusun Oleh :
Latuti Revina Avistasari (G1B019002)
Aisyah Ihdyavifah Siregar (G1B019008)
Bestaria Sani Kuncoro (G1B019023)
Nicolas Antonia Candra (G1B019027)
Bintan Nahya (G1B019030)
Hasna Fauziah (G1B019037)
Evania Bellinda Artanti (G1B019043)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang dimiliki. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
BAB IV PENUTUP.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
tersebut. Terdapat obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan efek buruk
pada jaringan periodontal. Sebagai contoh kortikosteroid, diuretic, dan
antipsikotik (Janet dan Stringer., 2006).
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini:
1. Untuk mengetahui efek samping konsumsi obat kortikosteroid terhadap
jaringan periodontal yang menyebabkan periodontitis
2. Untuk mengetahui efek samping konsumsi obat diuretik terhadap jaringan
periodontal yang menyebabkan periodontitis
3. Untuk mengetahui efek samping konsumsi obat antipsikotik terhadap
jaringan periodontal yang menyebabkan periodontitis
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kortison eksogen mungkin memiliki efek buruk pada kualitas tulang dan
fisiologi. Pemberian kortison sistemik pada hewan percobaan mengakibatkan
osteoporosis tulang alveolar. Terjadi pelebaran kapiler dan pembengkakan dengan
perdarahan ke ligamentum periodontal dan jaringan ikat gingiva, degenerasi dan
pengurangan jumlah serat kolagen di ligamentum periodontal, dan peningkatan
kerusakan jaringan periodontal yang berhubungan dengan inflamasi. Kejadian
periodontitis dapat muncul setelah 6 bulan mendapatkan terapi kortikosteroid
(Newman, et all; 2019).
3
2.2 Efek Penggunaan Diuretik terhadap Jaringan Periodontal
4
Penurunan laju saliva akan memfasilitasi biofilm oral terakumulasi. Plak yang
terakumulasi pada gigi dapat menyebabkan penyakit pada jaringan periodontal.
Selain itu, akan bertambah parah apabila tingkat kepedulian pasien rendah
terhadap oral hygene. Gambaran klinis terlihat adanya akumulasi plak pada bagian
⅓ servikal gigi, karies gigi, gingivitis dan periodontitis pada xerostomia
(Andriyanto dkk., 2013 ; Prasanthi dkk., 2014 ; Arsyad, 2017; Taneja dkk., 2017
; Soraya dkk., 2019).
5
Olanzapine juga telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
kewaspadaan, perhatian selektif, ingatan yang tertunda, serta, pembelajaran
dan memori verbal, kefasihan verbal, dan fungsi eksekutif.
3. Risperidone
Risperidone umumnya menunjukkan efek yang lebih sederhana
dibandingkan dengan obat yang disebutkan di atas, menunjukkan peningkatan
moderat dalam memori kerja, fungsi eksekutif, perhatian, dan ingatan
tertunda.
4. Aripriprazole
Aripiprazole telah terbukti meningkatkan waktu reaksi dengan respons
yang benar terhadap rangsangan, serta, fungsi kognitif verbal (MacKenzie, et
al, 2018).
6
menginduksi xerostomia yang dapat memperparah onset periodontitis (Wang et
al, 2020).
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
yang telah menerima pengobatan selama 3 minggu atau kurang serta yang tidak
termasuk pada kelompok pasien yang telah disebutkan di atas.
Selama penghentian kortikosteroid, dosis dapat dikurangi dengan cepat
sampai mencapai dosis fisiologis (setara dengan prednisolon 7,5 mg sehari) dan
kemudian dikurangi secara lebih perlahan. Pengamatan penyakit diperlukan
selama proses penghentian pengobatan untuk memastikan bahwa penyakit tidak
kambuh. Kemudian dapat dilakukan penggantian kortikosteroid yang tidak
menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal, seperti Glomeson dan
Lexcomet-16 (Badan POM RI, 2015; Depkes RI, 2011).
Diuretik dapat menyebabkan keadaan mulut menjadi kering (xerostomia).
Treatment pada xerostomia sifatnya adalah perawatan paliatif atau terapi suportif.
Penatalaksanaannya adalah seperti meningkatkan asupan air minum. Berbagai
upaya untuk merangsang sekresi aliran saliva seperti mengunyah permen karet
yang mengandung xylitol. Xylitol akan menghambat pembentukan plak yang
merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada jaringan periodontal. Zat
perangsang saliva lainnya yang umum digunakan yaitu mouth lubricant, lemon
mucilage, mentol, salivix dan saliram. Pasien bisa diberikan dry mouth gel yang
merupakan substitusi saliva sintetik yang berfungsi untuk melindungi gigi dan
jaringan pendukung gigi. Saliva sintetik ini mengandung carboxymethyl cellulose,
mucopolysaccharide, base polimer gliseat atau musin yang bisa membuat
lingkungan di dalam rongga mulut menjadi lembap. Beberapa merk dagang zat
substitusi saliva seperti V. A Oralube, Saliva Orthana, Glandosan, Polyolox dan
Oral Balance . Treatment pada pengguna obat diuretik juga dapat dilakukan
dengan konsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam terkait penggantian obat
yang menyebabkan xerostomia. Obat yang dapat digunakan adalah obat yang
tidak menyebabkan xerostomia, seperti Aldazide dan Carpiaton-100 (Darby dan
Walsh, 2015; Depkes RI, 2011).
Pada penderita skizofrenia yang mengonsumsi obat antipsikotik harus
ditangani secara empatik seperti pasien normal lainnya. Komunikasi dan
hubungan baik harus dibangun antara dokter gigi dengan pasien untuk
menghindari rasa ketidaknyamanan pasien. Program edukasi kesehatan mulut
dapat dilakukan seperti mengajarkan teknik menyikat gigi dan penggunaan obat
9
kumur tanpa alkohol dalam keseharian pasien disertai koordinasi dengan perawat-
perawat pasien. Teknik menyikat gigi yang disarankan adalah metode vibratori
yaitu teknik Bass, dan teknik Stillman. Tindakan seperti root planing dan bedah
flap bukan merupakan kontraindikasi, serta dapat dilakukan sebagai tindakan
pencegahan pada pasien dengan kondisi stabil dan dalam proses pengobatan.
Treatment pada pengguna obat antipsikotik juga dapat dilakukan dengan
konsultasi pada dokter spesialis jiwa terkait penggantian obat. Obat yang dapat
digunakan adalah obat yang tidak menyebabkan xerostomia, seperti Cepezet dan
Persidal (Editha dan Zubardiah, 2020; Depkes RI, 2011).
Perawatan bedah dilakukan sebulan kemudian setelah tidak terlihat adanya
pengurangan kedalaman poket, yang meliputi pembuatan flap periodontal untuk
membersihkan daerah kerja agar terlihat dengan jelas, pembersihanjaringan
granulasi menggunakan kuret Gracey’s #3 dan #4, melakukan skeling serta
penyerutan akar pada permukaan akar yang terekspos sehingga permukaan akar
gigi licin, rata dan keras. Selanjutnya, pasien diberikan Decalcified Freeze-Dried
Bone Allograft (DFDBA) yang mempunyai sifat osteostimulasi/osteoinduksi pada
daerah tulang alveolar yang mengalami kerusakan serta distabilkan dengan
menggunakan membran GTR. Flap kemudian ditutup dan dijahit. Setelah itu
menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan mulut, berkumur dengan
chlorhexidine 0,12% dua kali sehari selama 2 minggu, dan melakukan kontrol
secara berkala (dengan tidak melakukan probing pada daerah graf selama 3
bulan). Setelah 7 bulan dilakukan rontgen foto periapikal dan terlihat adanya
penambahan tinggi tulang alveolar mencapai 1/3 tengah akar. Kedalaman poket
berkurang hingga mencapai 3–4 mm dan tidak dijumpai lagi kegoyangan gigi.
Pasien dilakukan maintanance atau kontrol secara berkala hingga periodontitis
sembuh (Saputri dan Masulili, 2015).
10
BAB IV
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2017. Pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait
kualitas hidup pada usila di desa bapangii kabupaten sidrap. Jurnal Media
Kesehatan Gigi. Vol 16(2) : 41-53.
Badan POM RI, 2015. Glukokortikoid. Pusat Informasi Obat Nasional. Dilihat 19
Mei 2021.< http://pionas.pom.go.id/ioni/bab6sistemendokrin/63kortiksteroid
/632-glukokortikoid >.
Darby, M. L., dan Walsh, M. M. 2015. Dental Hygiene Theory and Practice 4th
ed. Elsevier. Philadelphia.
Depkes RI, 2011. MIMS Indonesia Edisi Bahasa Indonesia. Volume 12. UBM
Medica Asia. Jakarta
Editha, M. S., Zubardiah, L., 2020. Distribusi gingivitis pada pasien skizofrenia.
Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. Vol. 2(1) : 31-36.
Janet, L., dan Stringer., 2006. Konsep Dasar Farmakologi. ed.III. EGC. Jakarta
12
MacKenzie, N. E., Kowalchuk, C., Agarwal, S. M., Costa-Dookhan, K. E.,
Caravaggio, F., Gerretsen, P., et al., 2018. Antipsychotics, metabolic adverse
effects, and cognitive function in schizophrenia. Frontiers in Psychiatry. Vol.
9(622).
Navazeh, M., dan Kumar, S. K. S. 2011. Xerostomia: prepalence, diagnosis, and
management. Journal Canpendium of continuing education in dentistry. Vol
30(6):326-328.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F. A., 2019. Newman
and Carranza’s Clinical Periodontology. 13th ed. Philadelphia : Elsevier.
Prasanthi, B., Kannan, N., dan Patil, R. R., 2014. Effect of Diuretics on Salivary
Flow, Composition and Oral Health Status: A Clinico-biochemical Study.
Annals of Medical and Health Sciences Research. 4(4):549-553.
Saputri, D., Masulili, S. L. C., 2015. Perawatan periodontal pada pasien dengan
periodontitis agresif. Cakradonya Dent J. Vol. 7(1) : 745-806.
Soraya, S., Ramayani, O. R., Siregar, R., Siregar, B., 2019. Kelainan gigi dan
mulut pada penderita penyakit ginjal kronik. The Journal of Medical School.
Vol 52(2).89-94.
Taneja, N., Kudva, P., Kudva, H., Goswamy, M., Bhat G., 2017. Systemic
medication-it’s effects on oral health. IOSR-JDMS. Vol 16(6) : 27-32.
Wang, I. C., Askar, H., Ghassib, I., Wang, C. W., Wang, H. L., 2020. Association
between periodontitis and systemic medication intake: A case-control study. J
Periodontol. Vol. 91 : 1245–1255.
13