“ANTIBIOTIK”
Tutor:
Drg. Mutia Rochmawati, Sp. Perio
Disusun oleh:
Aisyah Ihdyavifah Siregar
G1B019008
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2020
ANTIBIOTIK
Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang berasal dari bakteri atau fungi,
antibiotic memiliki kemampuan dalam menghambat atau mematikan
pertumbuhan dari mikroorganisme yang bersifat petogen, untuk toksisitasnya
antibiotik memiliki tingkat toksik yang relaif kecil bagi manusia. Antibiotik
yang memiliki kemampuan menanggulangi penyakit yang bersifat infeksi,
penggunaannya harus secara rasional, tepat serta aman. Apabila antibiotik
digunankan dengan tidak rasional maka dampak negative yang akan timbul
seperti efek samping yang akan meningkat, kekebalan dari mikroorganisme
oleh beberapa antibiotic bahkan hingga berdampak kepada kematian (Pratiwi,
2017).
Antibiotik adalah suatu obat yang dipakai dalam mengatasi suatu infeksi
bakteri. Antibiotik memiliki sifat bakterisid (mematikan bakteri) atau bersifat
bakteriostatik (menghambat perkembangan dari bakteri). Apabila antibiotic
dikonsumsi dengan dosis yang terlalu tinggi, maka dapat menimbulkan
berbagai masalah serta terjadinya ancaman global untuk ksehatan terutama
terkait dengan resistensi. Resistensi merupakan kemampuan dari bakteri dalam
menetralisir serta menurunkan kemampuan kerja dari antibiotic (Nisak dll,
2016).
Antibiotik mempunyai dua efek yang utama yaitu, obat ini dapat
memberikan penyerangan terhadap organisme yang bersifat infeksius serta
dapat mengeliminasi bakteri lainnya yang tidak bersifat pathogen. Adapun efek
yang lain yaitu memberikan efek perubahan keseimbangan ekosistem antara
strain peka dan juga yang resisten, konsekuensi yang diterima seperti gangguan
ekologi microbial alami. Adanya perubahan ini memberikan dampak
berkembangnya jenis bakteri dengan jenis yang berbeda atau varian resisten
dari bakteri yang telah ada sebelumnya (Amin, 2014).
B. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
1. Farmakokinetik
2. Farmakodinamik
Dalam mekanisme pada antibiotic yang umum untuk jenis bakteri gram
positif yaitu merusak integritas dari dinding-dinding sel bakteri. Unsur
penyusun dari dinding sel bakteri yaitu peptidoglycan dan
lipopolisaccharides. Adapun target dari antibiotic golongan ini yaitu
merusak peptidoglycan. Berikut merupakan golongan dari antibiotic yang
bekerja sebagai penghambat suatu sintesis dinding sel bakteri.
a. β-Lactams
Antibiotik ini dapat merusak Penicillin-binding proteins (PBPs)
dimana fungsinya yaitu meregulasi penyusunan dari ikatan transpeptida
N-acetylglucosamine (NAG) serta N-acetylmuramic acid (NAM).
Adapun NAM dan juga NAG adalah molekul gula yang bekerja dalam
menyusun peptidoglycan dari dinding bakteri jenis gram positif serta
gram negative. Beberapa antibiotic yang mempunyai cincin β-Lactams
yaitu Cephalosporin, Penicillin, Carbapenem.
b. Glycopeptides
c. Polypeptides
d. Lipopeptides
a. Aminoglycosides
Antibiotik ini tersusun dari gula amin yang saling terhubung pada
ikatan glikosidik dengan aminosiklitol. Golongan antibiotik ini dapat
menembus membran sekaligus dinding sel (pada bakteri gram negative).
Antibiotik yang termasuk kedalam golongan ini yaitu Amikacin,
Tobramycin, Streptomycin, Gentamicin.
b. Tetracylines
c. Glycylcines
e. Chloramphenicol
f. Macrolides
g. Ketolides
h. Clindamycin
a. Quinolones
c. Metronidazole
a. Sulfonamides
b. Trimethoprim
c. Dapsone
d. P-aminosalicylic
e. Clofazimine
a. Penicillin
1) Generasi pertama
2) Generasi kedua
3) Generasi ketiga
4) Generasi keempat
c. Carbapenem
Aktivitas dari carbapenem ini lebih luas dibandingkan pada sebagian
besar dari beta-laktam. Spectrum aktivitas pada carbapenem ini
mampu mengambat bakteri gram postif, negative dan anaerob. Jenis
yang termasuk dalam carbapenem yaitu meropenem, doripenem, serta
imipenem (Katzung, 2017).
d. Monobaktam
1. Golongan Penisilin
a. Amoxicilin
Indikasi dari obat ini infeksi pada kulit dan pada jaringan lunak, saluran
pernafasan, gonore, saluran pencernaan. Efek samping yang dapat
ditumbulkan dari obat ini yaitu reaksi kepekaan seperti contohnya
eritematous makulopopular rashes. Dosis yang digunakan pada obat ini
yaitu untuk dewasa dan anak dengan BB > 20 kg : 250-500 mg setiap 8
jam. Untuk anak dengan BB < 20 kg : 20-40 mg/kg BB sehari 8 jam
(ISO, 2019).
b. Ampicillin
Indikasi pada obat ini untuk infeksi pada saluran pernafasan, saluran
kemih, gonoroe yang tidak terkomplikasi, infeksi pada saluran
pencernaan dan alat kelamin wanita. Efek samping yang dapat
ditimbulkan seperti urtikaria dan ruam kulit, glossitis, stomatitis, diare,
mual, muntah, anemia, leukopenia, trombositopenia. Dosis yang
digunakan untuk dewasa dan anak > 20 kg : sehari 3-4 kali sebanyak 250
-500 mg. Untuk anak dibawah 20 kg : sehari 50-100mg/kgBB dibagi
menjadi 4 dosis tiap 6 jam(ISO, 2019).
c. Broadapen
Indikasi dari obat ini untuk infeksi yang diakibatkan olehn adanya bakteri
gram positif serta gram negative yang peka dengan ampisil. Efek
samping yang dapay ditimbulkan untuk dewasa sehari 4 kali sebanyak
250-500 mg, untuk anak : sehari sebanyak 20-40 mg/Kg/BB terbagi
kedalam 3 dosis (ISO, 2019).
d. Danoxilin
Indikasi dari obat ini untuk infeksi pada saluran nafas, saluran cerna, dan
saluran pada kencing. Dosis yang digunakan pada obat ini untuk dewasa
dan anak >20 kg : sehari sekali sebanyak 250-500 mg, untuk anak < 20
kg dengn infeksi ringan ke sedang sebanyak 20-40 mg/kg BB/ hari
terbagi ke dalam 3 dosis. Untuk infeksi berat : 50-75 mg/kg BB/ hari
dibagi menjadi 3-4 dosis (ISO, 2019).
e. Lansiclav
Indikasi dari obat ini yaitu untuk infeksi saluran pernafasan atas bawah,
tulang, kulit, jaringan lunak, dan saluran kemih. Efek samping yang
dapat ditimbulkan seperti iritasi pada saluran cerna, reaksi
hipersensitivitas. Dosisnya taitu untuk dewasa dan anak > 12 tahun sehari
3 kali untuk satu kapsul (ISO, 2019).
2. Golongan Aminogikosida
a. Gentamisin
Indikasi dari obat ini untuk infeksi oleh pseudomona aeruginosa, escheria
coli, serratia spp, citribacter spp, staphylococcus spp. Dosis yang
digunakan untuk dewasa sehari 3-4 mg/Kg BB/ hari yang dibagi kedalam
6-8 jam. Untuk anak 6-7,5 mg yang terbagi setiap 8 jam.Bayi sebanyak
7,5 mg/Kg BB setiap 8 jam (ISO, 2019).
b. Alostil
Indikasi pada obat ini untuk infeksi dari kuman yang bersifat gram
negative di intra abdominal, saluran nafas bawah, jaringan lunak,
saluran kemih, dan untuk pasca operasi. Efek samping yang dapat
muncul adalah nefrotoksis, ototoksis. Dosis yang dipakai IM : 15
mg/Kg BB/hari yang dibagi menjadi 2 dosis. Neonatus atau premature
doisnya mula-mula 10 mg/Kg BB/hari setelah itu dlanjutkan dengan
15 mg ?KgBB/ hari dibagi menjadi 2 dosis. IV : 500 mg alostil yang
dilarutkan kedalam NaCL sebanyak 5% (ISO, 2019).
c. Simikan
3. Golongan Kloramfenikol
a. Chloramphenicol
Indikasi obat ini untuk tifus yang disebabkan Influenzae, rickettsia. Dosis
yang diberikan untuk dewasa, anak, dan bayi > minggu : sehari sebanyak
50 mg/Kg BB yang terbagi kedalam 3-4 dosis (ISO, 2019).
b. Rindofen
Indikasi pada obat ini untuk Tipoid, infeksi yang dikarenakan oleh
salmonella, paratipoid. Efek samping yang dapat muncul adalah reaksi
alergi, dosis yang digunakan untuk dewasa, anak, dan bayi > 2 minggu
yaitu sehari 50mg/Kg BB terbagi dalam 3-4 dosis (ISO, 2019).
4. Golongan Kuinolon
a. Floksid
Indikasi pada obat untuk infeksi kuman yang bersifat pathogen, infeksi
dari saluran cerna termasuk tiroid dan juga paratiroid, infeksi saluran
pernafasan terkecuali pada pneumonia yang diakibatkan streptokokus,
infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak. Efek samping yang dapat timbul
seperti mual, muntah, pusing, diare, gemetar dan insomnia. Dosis yang
dipakai adalah sehari 1-2 kali untuk 250-500 mg yang terkandung pada
berat ringan dari penyakit (ISO, 2019).
b. Levofloxasin
Indikasi dari obat untuk sinusitis maksilaris yang bersifat akut, infeksi
pada kulit, bronchitis kronis. Dosisnya sehari sekali untuk 250-500 mg
yang dikonsumsi selama 7-14 hari (ISO, 2019).
5. Golongan Mikrolida
a. Spirasin
Indikasi obat ini yaitu untuk Infeksi pada saluran pernafasan, infeksi
kulit, otitis media. Efek samping yang dapat terjadi adalah timbul rasa
mual, nyeri di epigastrum, reaksi hipersensitivitas di kulit, epigastrum
dan diare. Dosis yang digunakan untuk dewasa sehari 3 kali untuk 1
tablet selama 5 hari. Untuk anak 50-100 mg/Kg BB yang dibagi menjadi
2-4 dosis selama 5 hari (ISO, 2019).
b. Xorin
c. Uplores
Indikasi obat ini untuk infeksi yang disesbakan oleh mikroorganisme
yang sensitive, pada THT, infeksi kulit, bronkopulmonari, genital
terkecuali pada gonokokus. Efek samping yang dapat diterima adalah
mual, muntah, diare alergi kulit. Dosis yang digunakan untuk dewasa
sehari 2 kali untuk 1 kapsul. Anak dengan BB 24-40 kg sehari 2kali 100
mg (ISO, 2019).
6. Golongan sefalosporin
a. Anfix
Indikasi obat untuk Infeksi pada saluran kemih tanpa terjadi komplikasi,
faringitis, tonsillitis, otitis media, bronchitis akut, gonorrhea tanpa terjadi
komplikasi, eksaserbasi bronchitis kronik. Dosis obat yang dipakai untuk
dewasa 200 mg / hari, untuk infeksi yang lebih berat 400 mg/hari. Anak 6
bulan-12 tahun 8 mg/kg/ hari atau sebanyak 4 mg/Kg per 12 jam, umur
lebih dari 12 tahun atau BB > 50 kg sebanyak 200 mg / hari (ISO, 2019).
b. Cefadroxil
7. Golongan Tetraksilin
a. Tetrin
Indikasi pada obat ini untuk infeksi yang sangat sensitive dengan
tetraksilin. Efek samping yang dapat terjadi adalah mual, muntah, dan
diare. Dosis yang digunakan sehari 4 kali untuk 1 kap 250 mg, sirup 1
gram sehari dengan dosis yang terbagi menjadi 2-4 dosis (ISO, 2019).
b. Tetrasanbe
Indikasi pada obat ini untuk infeksi pada saluran pencernaan, pernafasan,
infeksi alat kelamin, kulit, jaringan lunak dan infeksi pada sistemik.
Dosis yang digunakan sehari 4 kali 1 kap untuk 250 mg, sehari 2 hingga
4 kali 1 kap 500 mg (ISO, 2019).
c. Selesiklin
Indikasi dari obat ini yaitu pneumonia serta infeksi yang disebabkan oleh
suatu infeksi yang disebabkan oleh rickettsia. Dosis yang digunakan
untuk sehari 4 kali 1 kap, untuk anak diatas 8 tahun sebanyak 25-
50mg/Kg BB/ hari yang terbagi kedalam 4 dosis.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z., 2014. Pemilihan antibiotik yang rasional. Jurnal Medicinus. Vol 27
(3) : 40-45
Ikatan Apoteker Indonesia., 2019. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Vol
52. ISFI penerbitan : Jakarta
Katzung, B.G., 2017. Basic and Clinical Pharmacology. 14th Edition. McGraw
Hill. Singapore
Nisak, M., Syarafina, A., Shintya, P., Miranti, A., Fatmawati, L., Nilarosa, A. D.
et al., 2016. Profil penggunaan dan pengetahuan antibiotic pada ibu-ibu. Jurnal
Farmasi Komunitas. Vol 3 (1) : 12-17
Supranoto, Y. T. N., 2020. Uji sensitivitas antibiotik terhadap bakteri hasil kultur
infeksi luka operasi patah tulang terbuka : studi kasus di RSUD dr. Soebandi
Jember. Skripsi. Universitas Jember. Jember