Anda di halaman 1dari 11

MODUL FIXED PROSTHODONTIC AND AESTHETIC

SMALL GROUP DISCUSSION-2


SELF LEARNING REPORT
“PROSEDUR PROCESSING FINISHING POLISHING INSERSI DAN
KONTROL BRIDGE”

Tutor:
drg. Dian Noviyanti Agus Imam, M. DSc

Disusun Oleh :
Aisyah Ihdyavifah Siregar
G1B019008

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2021
A. Processing Bridge
1. Tahapan
a. Pembuatan dies dan working cast
1) Ketika cetakan negative telah dikeluarkan dari mulut pasien, lalu
dicuci dengan air mengalir, kemudian keringkan, dapat dilakukan
penyemprotan dengan cairan surfaktan dan dilakukan pengecekan
apakah sudah baik, apabila sudah baik dapat dikirimkan ke
labroratarium untuk melakukan tahapan selanjutnya
2) Campurkan gips menggunakan air hingga tercampur merata dan
terbebas dari gelembung udara
3) Hasil dari campuran dapat diletakkan di vibrator agar gips tidak
mengendap
4) Cairan yang berada di cetakan negative dikeringkan, kemudian
mengambil sedikit adonan dari gips menggunakan instrument lalu
diaplikasikan terlebih dahulu pada bagian yang sulit untuk dijangkau
oleh instrument (daerah oklusal) agar tidak terdapat gelembung udara
5) Menuangkan adonan gips dengan perlahan ke seluruh bagian dari
cetakan, jangan sampai terdapat gelembung udara
6) Kemudian biarkan dan tunggu hingga gips mengeras atau setting,
waktu setting sekitar 30 menit
7) Kemudian cetakan gips yang telah setting dipisahkan, diperiksa
apakah terdapat porus atau tidak
8) Memotong daerah vestibulum di bukal dan lingual di sekitar gigi yang
telah dipreparasi agar die mudah untuk dipisahkan, lalu beri tanda
dengan pensil, dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan gergaji
9) Pemasangan di articulator
(Shilingburg dkk., 2012).
b. Wax pattern
1) Membersihkan cetakan positif gigi removable
2) Cetakan dilapisi dengan CMS
3) Dilanjutkan dengan pengaplikasian selapis tipis green blue wax pada
cetakan agar adaptasi dapat akurat
4) Mengaplikasikan blue wax untuk memberikan ketebalan permukaan
labial pada wax pattern setebal 0,4 mm
5) Lalu menambahkan wax di sisi mesial dan distal agar wax pattern
dapat rigid
6) Menyimpan cetakan yang telah dilapisi wax pattern pada articulator
kemudian dilakukan pengecekan oklusi
7) Membuat metal porcelain junction
8) Lalu wax pattern dilepas dari cetakan kemudian diperiksa
9) Menempatkan kembali wax pattern pada cetakan
(Roesenstiel, 2016).
c. Investing dan casting
1) Teknik sprue, adapun alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu, sprue,
sticky wax, rubber crucible former, casting ring, Bunsen, ring liner,
forcep, scalpel dan blade
2) Memasang sprue agar pengisian cetakan dapat dilakukan dengan mudah
3) Menambahkan wax pada titik perlekatan kemudian dihaluskan dan
diratakan agar tidak terjadi turbulensi ketika mengecor
4) Menghapus cetakan dari die
5) Memegang sprue menggunakan forceps, lalu dimasukkan kedalam
lubang di crucible former, kemudian direkatkan dengan wax lalu
dihaluskan dan diratakan diantara perlekatan dari sprue dan crucible.
Gunakan surfaktan ketika membasahi pola pada saat investing
6) Cincin casting disejajarkan, amati dan pastikan agar ujung terbuka dan
tetap rata
7) Menempatkan cincin pada bagian atas dari pola agar dapat memastikan
panjangnya sudah cukup
(Shilingburg dkk., 2012).

2. Investing, alat dan bahan yang dibutuhkan seperti vibrator, vacuum mixer,
investment powder, bowl, brush, air, spatula, crucible former, surfaktan,
casting ring dan liner. Adapun prosedur dari investing yaitu
a. Memasukkan powder dan air kedalam bowl sesuai dengan takaran.
b. Memasang mangkuk pada mixer beserta spatula.
c. Melapisi pada seluruh permukaan dari pola dengan investmen,
kemudian lapis permukaan internal dan bagian margin dengan getaran
yang halus dan secara berhati-hati, apabila pola telah terlapisi dengan
sempurna dapat memasangkan cincin.
d. Menempatkan cincin casting sejajar di bagian atas pola lalu tuang
investmen pada bagian sisi ring secara perlahan dari arah bawah ke
atas.
e. Apabila telah penuh, cincin dimiringkan agar keseluruhan permukaan
pola dapat tertutupi dan menghindari dari udara yang terjebak.
(Shilingburg dkk., 2012).
3. Wax elimination, tahapannya terdiri dari :
a. Apabila investmen telah setting dapat melepas karet bekas wadah serta
melepaskan sprue.
b. Memeriksa kembali cincin dari partikel residu, lalu diletakkan dengan
menghadap kea rah bawah dari tungku.
c. Tungku dipanaskan hingga suhu 200℃ sekitar 30 menit hingga bagian
wax hilang.
d. Panas ditnaikkan hingga sehu burnout akhir sekitar 650℃ selama 45
menit.
e. Kemudian cetakan telah siap untuk di casting.
(Shilingburg dkk., 2012).
4. Casting
a. Menyiapkan mesin casting.
b. Memanaskan wadah crucible.
c. Selanjutnya alloy dilelehkan.
d. Memindahkan cincin lalu dilanjutkan dengan pengecoran, casting
didapatkan dari tahapan investing jika terdapat kesalahan atau cacat
maka dilakukan perbaikan apabila masih memungkinakan.
5. Fusing porcelain fusd to metal
a. Melakukan tahapan degasses dengan memanaskan casting atau coran
logam sampai suhu 19250 F di dalam air fired oven agar gas yang
berada di dalam casting hilang, oksidasi dari permukaan serta dapat
menghilangkan bahan tambahan (inclusion) pada saat investing.
b. Mengeluarkan casting dari oven kemudian diletakkan pada bagian atas
lempeng asbestos lalu ditutup dengan cup logam.
c. Lakukan mix opaque porcelain lalu diadesikan dengan casting logam
d. Pilih warna yang sesuai, lalu meletakkan bahan opaque porcelain di
bagian atas lempeng keramik, cairan dituangkan ke dalam lempeng
tersebut kemudian di mix menggunakan spatula.
e. Hasil dari mixing disebut sebagai paint opaque.
f. Pada saat memegang casting gunakan needle holder atau hemostat.
g. Paint opaque diaplikasikan pada seluruh bagian dari permukaan
eksternal casting, aplikasi menggunakan kuas.
h. Casting yang telah dilapisi oleh paint opaque dimasukkan kembali ke
dalam air fired oven hingga suhu 17000F, pada saat pemanasan
dilakukan dalam keadaan air vacuum.
i. Casting dikeluarkan dari oven, lalu disimpan di lempeng asbestos dan
ditutup dengan cup logam.Pada bagian permukaan porselen tampak
seperti adanya titik-titik kaca.
j. Mixing digital body porcelain atau dentin porcelain lalu aplikasi pada
permukaan dari opaque porcelain dengan kuas.
k. Masukkan casting body porcelain pada cetakan positif lalu diletakkan
di articulator, aplikasi insisal coloured porcelain atau enamel porcelain
di bagian labial dan bagian lingual, kemudian membuat kontur yang
sesuai dengan anatomi gigi dengan lekron.
l. Apabila sudah kering, permukaan luar dibersihkan serta bagian dalam
casting dibersihkan menggunakan aquades atau air distalasi.
m. Casting porcelain diletakkan ke dalam apron sampai porselen terlihat
lebih kecokelatan.
n. Casting porcelain dimasukkan ke oven, dipanaskan hingga suhu
17000F dalam keadaan air vacuum, lalu ditambahkan air fired dengan
suhu 100℃.
o. Kemudian casting diperiksa kembali setelah itu diadaptasikan pada
cetakan positf dan pada articulator.
p. Membentuk kontur sesuai dengan anatomi gigi dengan wheel grinding
porcelain bur.
q. Pada bagian proksimal akan terlihat ada celah yang disebabkan oleh
shrinkage dari porselen ketika proses burn out di oven. Hal tersebut
diatasi dengan menambahkan porselen sesuai dengan anatomi sehingga
dapat terbentuk titik kontak dengan gigi sebelah.
r. Apabila sudah sesuai, casting dikeluarkan dari articulator,
mengaplikasikan porselen di bagian proksimal ketika beradi di dalam
articulator. Aplikasi dapat menggunakan brush.
s. Masukkan kembali casting porcelain ke oven dengan suhu 17000F
dalam keadaan air vacuum.
t. Lalu casting dikeluarkan dari oven kemudian diadaptasikan di
articulator dan membuat kontur yang sesuai dengan anatomi gigi.
u. Apabila kontur sudah sesuai dengan anatomi gigi, selanjutnya dapat
dilakukan tahapan finishing dan polishing dengan rubber wheel bur,
BBC wheel bur dan rounge bur.

B. Finishing dan Polishing Bridge


Menurut Rosenstiel (2016), Finishing merupakan tahapan dalam
melakukan pembuangan dari kelebihan bahan yang ada pada bridge. Polishing
merupakan tahapan dalam melakukan penghalusan menggunakan stone bur di
bagian permukaan dari bridge.
Tahapan dari finishing dan polishing bridge, sebagai berikut :
1. Melakukan pengecekan di bagian margin internal agar dapat memastikan
kembali bahwa casting sudah sesuai dengan preparasi.
2. Pengecekan pada permukaan internal dengan melakukan selektif grinding
di titik kontak serta melakukan penghalusan menggunakan small stones
dan tungsten carbid bur.
3. Menghilangkan area dari perlekatan dengan cara memotong pada daerah
sekitar sprue lalu dilakukan pelintiran.
4. Melakukan gross recontouring menggunakan disk dan stone.
5. Mengecek kontak oklusi menggunakan articulating paper.
6. Menyesuaikan oklusal menggunakan flame-shaped finishing bur atau
carbid bur.
7. Penghalusan pada permukaan oklusal dengan steel wire brush.
8. Grinding jika terdapat defek pada bagian axial walls menggunakan
partikel abrasive yang terikat di grinding stone atau pada rubber wheel.
C. Insersi Bridge
1. Melepas gigi tiruan jembatan sementara
2. Membersihkan permukaan gigi dari semen sementara dan debris dengan
etanol/aseton/rubber cup/purnish atau bias menggunakan chlorhexidine.
3. Try in gigi tiruan jembatan permanen ke rongga mulut pasien.
Pada saat try in melakukan pemeriksaan terhadap kontak proksimal,
stabilitas, integritas margin, pemeriksaan warna, kontur, embrasure dan
oklusi.
4. Desinfeksi gigi yang sudah dipreparasi menggunakan chlorhexidine
digluconate 2% sekitar 1 menit lalu gigi dikeringkan dengan air syringe.
5. Mengaplikasikan etsa selama 15 detik kemudian bilas dengan air lalu
keringkan dengan hembusan udara secara tidak langsung.
6. Mengaplikasikan bonding dengan microbrush diamkan sekitar 20 detik
lalu dikeringkan dengan hembusan udara dan curing selama 20 detik.
7. Memanipulasi semen resin.
8. Mengaplikasikan semen resin di permukaan bagian dalam dari gigi tiruan
jembatan lalu diinsersikan ke dalam rongga mulut pasien. Ditahan
beberapa detik.
9. Resin yang berlebih dapat dibersihkan menggunakan explorer lalu curing
selama 20 detik.
10. Cek oklusi dan artikulasi dengan articulating paper.
11. Finishing dan polishing oklusal menggunakan bur porselen kit.
12. Menginstruksikan pasien untuk melakukan kontrol kembali 1-2 minggu
kemudian.
(Rosenstiel, 2016).
D. Kontrol Bridge
Menurut Rangarajan dan Padmanabhan (2017), kontrol bridge dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menginstruksikan pasien untuk tidak mengunyah minimal 1 jam setelah
dilakakukan pemasangan mahkota jaket.
2. Pasien diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene dan pasien disarankan
untuk menghindari untuk melakukan flossing beberapa hari kedepan tetapi
pasien diharapkan untuk sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut secara
teratur.
3. Menginstruksikan pasien untuk segera melakukan konsultasi ke dokter
apabila terjadi perbedaan oklusi dan menginstruksikan pasien untuk
menggigit makanan yang keras selama 24 jam kedepan.
4. Kontrol secara teratur untuk evaluasi

Menurut Rosenstiel (2016), kontrol mahkota jaket dapat dilakukan sebagai


berikut:
1. Oral hygiene instruction
Pasien diinstruksikan untuk rajin membersihkan mahkota jaket, khususnya
di area marginal dengan menggunakan dental floss dan melakukan teknik
penyikatan gigi yang tepat.
2. Recall, assessment, maintenance dan repair
Ketika melakukan kontrol dapat dilakukan pengecekan, berupa :
a. Oral hygiene
Tingkat plak dan peradangan pada gingiva di area sekitar mahkota
jaket dibandingkan dengan gigi yang lain
b. Margin
Mengecek margin untuk mengetahui ada atau tidak karies sekunder
serta tanda keausan abrasive
c. Struktur mahkota
Memeriksa ada atau tidak fraktur, perforasi di oklusal dan keausan
d. Appearance
Memeriksa ada atau tidaknya perubahan dari penampilan dari
mahkota atau gigi yang berdekatan
e. Radiografi
Radiografi periapikal dapat dilakukan untuk memastikan ada atau
tidak gejala yang timbul dari gigi.
E. Kegagalan/Permasalahan yang terjadi dalam Pembuatan Gigi Tiruan
Cekat
Menurut Susaniawaty dan Utama (2015), kegagalan yang dapat terjadi
pada pembuatan gigi tiruan cekat, yaitu
1. Kegagalan dari desain seperti tepi yang terlalu berlebih atau tepi yang
pendek.
2. Kehilangan retensi dari gigi tiruan.
3. Perubahan pada gigi abutment.
4. Teknik dari laboratorium yang kurang mendukung seperti terjadi positive
ledge dan negative ledge, terjadi kecacatan pada saat pembuatan, warna
dan bentuk yang kurang baik.
5. Kegagalan mekanis terhadap komponen dari gigi tiruan seperti fraktur
porselen,sambungan solder yang gagal, distorsi, perforasi dan kehilangan
facing.
6. Kegagalan gigi tiruan cekat pada bagian oklusal.
7. Kegagalan estetik dari gigi tiruan cekat.
8. Terjadi karies
Karies dapat terjadi karena kebersihan mulut dari pasien yang kurang
dijaga, titik kontak yang buruk, tepi dari gigi tiruan yang terbuka.
9. Kerusakan pada gingiva serta jaringan periodontal
Terjadinya kerusakan pada gingiva dikarenakan desain yang buruk
sehingga memudahkan untuk terjadinya retensi plak, kontur yang berlebih,
bagian tepi rusak, anatomi dari oklusal yang tidak benar. Kerusakan dari
jaringan periodontal dapat disebabkan oleh karena adanya kekeliruan
dalam menilai kekuatan dari gigi penyangga, trauma oklusi. Ketika hal ini
terjadi maka gigi tiruan dapat dilepas dan dilakukan pembuatan kembali
gigi tiruan cekat.
10. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa dapat terjadi oleh karena trauma oklusal yang tinggi,
peningkatan panas ketika melakukan preparasi, besar tekanan yang
diakukan ketika preparasi serta tidak terdapat perlindungan terhadap pulpa.
Nekrosis pulpa dapat dilakukan perawatan apikoektomi pada gigi anterior
dan endodontik untuk gigi posterior yang diikuti dengan pembuatan
kembali gigi tiruan cekat.
DAFTAR PUSTAKA

Rangarajan, V., dan Padmanabhan, T. V., 2017. Prosthodontics. 2nd ed. New
Delhi: Elsevier.

Rosenstiel, S. F., Land, L. F., and Fujimoto, J., 2016. Contemporary Fixed
Prosthodontics. 5th ed. St. Louis, MO: Mosby Elsevier.

Shilingburg, H., 2012. Fundamentals of Fixed Prosthodontics. 4th ed. Chicago:


Quintessence.

Susaniawaty, Y., dan Utama, M. D., 2015. Kegagalan estetik pada gigi tiruan
cekat. Makassar Dent J. Vol 4(6) : 193-199.

Anda mungkin juga menyukai