Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SKILL LAB BIOMATERIAL 1

“APLIKASI RESIN AKRILIK PADA PEMBUATAN LEMPENG GIGIT AKRLIK


HEAT CURED”

DISUSUN OLEH:

APHIKA TSURAYA ROHMAN

10622008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada perkembangannya sendiri, setelah membuat cetakan rahang dari bahan
cetak alginat selanjutnya dapat membuat lempeng gigit dari resin akrilik. Resin akrilik
merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran gigi
terutama dalam bidang prostodonsia. Akrilik dipilih karena sifatnya yang cukup elastik
dan cukup rigid atau keras terhadap tekanan kunyah, stabil dalam cairan mulut,
biokompatibel, warna menyerupai warna gusi, mudah direstorasi bila patah tanpa
mengalami distorsi, mudah dibersihkan sendiri oleh pasien, mudah dimanipulasikan
dalam masa yang relatif singkat, serta harga yang cukup murah dan tahan lama.
Lempeng resin akrilik biasanya digunakan untuk landasan atau basis gigi tiruan
lepasan. Basis gigi tiruan berfungsi untuk mendistribusikan beban pengunyahan. Untuk
mendaptkan sifat basis gigi tiruan yang baik salah satu diantaranya basis gigi tiruan
memiliki ketebalan cukup dan tidak berpori. Resin akrilik dapat dibuat dengan proses
polimerasi adisi radikal bebas melalui tahap aktivasi, inisisasi, propagasi, dan terminasi.
Resin akrilik berdasarkan cara aktivasi dapat dibagi menjadi resin akrilik polimerisasi
panas, polimerisasi kimiawi, polimerisasi gelombang mikro, polimerisasi sinar tampak.
Resin akrilik merupakan jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa
komponen no metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan organik. Resin banyak
diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan. Selain kelebihan yang telah
disebutkan di atas terdapat beberapa kekurangan dari resin akrilik di antaranya yaitu
mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat kelelahan karena
ulangan lenturan suatu beban. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam
keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan. Pengerasan terjadi oleh karena
terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan aplikasi bahan cetak untuk membuat model rahang tak
bergigi.
2. Mahasiswa mampu membuat lempeng akrilik dan melakukan processing akrilik
pada kuvet besar dengan benar.

C. MANFAAT
1. Agar mahasiswa dapat melakukan aplikasi bahan cetak untuk membuat model
rahang tak bergigi.
2. Agar mahasiswa mampu membuat lempeng akrilik dan melakukan processing
akrilik pada kuvet besar dengan benar.
BAB II

METODE PENGAMATAN

A. ALAT DAN BAHAN APLIKASI RESIN AKRILIK UNTUK PEMBUATAN


LEMPENG GIGIT
1. Alat
a) Rubber bowl
b) Spatula gips
c) Vibrator
d) Pisau model
e) Pisau gips
f) Pisau malam
g) Pensil tinta
h) Kuvet besar
i) Press beugel besar
j) Api bunsen / brander
k) Glass plate ukuran 10cm x 10 cm x 0.1 mm
l) Mata bur Frazer berbagai bentuk
m) Mata bur stone merah dan hijau berbagai bentuk
n) Straight low speed hand piece
o) Micromotor unit

2. Bahan
a) Gips putih
b) Model rahang tak bergigi
c) Gips biru
d) Air
e) Kertas pasir / ampelas
f) Vaselin
g) Baseplate wax
h) Heat cured acrylic
i) Kertas chellopan
j) CMS
k) Pumice
l) Kryet

B. CARA KERJA APLIKASI RESIN AKRILIK UNTUK PEMBUATAN


LEMPENG GIGIT
1. Pembuatan Model Malam
a) Siapkan model rahang tak bergigi yang telah dibuat sebelumnya.
b) Buat otuline lempeng gigit dan garis median pada model menggunakan pensil
tinta
- Rahang bawah (melewati anatomi landmark vestibulum, frenulum,
retromolar pad, retromylohyoid)
- Rahang atas (melewati anatomi landmark vestibulum frenulum, haular
hotch, tuberositas maksila, AH line/2 mm depan fovea palatina)

Gambar 1.1 Pembuatan outline lempeng gigit


c) Panaskan baseplate wax dan aplikasikan pada model rahang tak bergigi.

Gambar 1.2 Memanaskan baseplate wax


d) Bentuklah wax dengan pisau model dan panaskan dengan api bunsen kemudian
sesuaikan dengan outline yang telah dibuat.
e) Haluskan dan kilapkan permukaan malam.
f) Fiksasi malam pada model.

2. Penanaman Dalam Kuvet


a) Siapkan model kerja dan model malam yang telah dibuat.
b) Ulasi seluruh permukaan gips dengan vaselin, permukaan model malam tidak
perlu diulas vaselin
c) Buatlah adonan gips putih dan isikan ke dala kuvet bawah yang telah diulasi
vaselin hingga penuh.

Gambar 2.1 Pengisian gips putih pada kuvet


d) Tanam model rahang beserta model malam dalam kuvet bagian bawah. Posisi
model rahang atas dalam kuvet (bagian anterior lebih tinggi daripada posterior).
Posisi rahang bawah dalam kuvet sejajar dengan lantai. Setelah itu tunggu
hingga setting dan rapikan dengan kertas pasir.
e) Buatlah adonan gips biru secukupnya.

Gambar 2.2 Membuat gips biru secukupnya


f) Tutup dengan kuvet bagian atas yang sebelumnya telah diulas dengan vaselin,
aplikasikan gips biru tepat di atas model malam baseplate saja.

Gambar 2.3 Pengaplikasian gips biru di atas model malam


g) Buatlah adonan gips putih dan penuhi kuvet dengan adonan gips putih.
h) Perhatikan jangan ada udara yang terjebak.
i) Letakkan pada press beugel.

Gambar 2.4 Peletakkan pada press beugel


j) Lakukan buang malam dengan menggodok kuvet yang tetap berada pada press
beugel.

Gambar 2.5 Proses buang malam dengan menggodok kuvet yang tetap berada pada press
beugel
3. Packing Akrilik
a) Cetakan gips dalam kuvet atas atau bawah diolesi selapis CMS menggunakan
kuas kecil.
b) Tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 2,5 ml
(atau sesuai dengan petunjuk pabrik dari merk resin akrilik yang digunakan) ke
dalam stellon pot.
c) Serbuk polimer diitmbang sebanyak 5 gr, kemudian dimasukkan secara
perlahan-lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi oleh
monomer.

Gambar 3.1 Pencampuran serbuk polimer dan cairan monomer


d) Hitung awal waktu pengadukan dengan stop watch, kemudian aduk campuran
dengan spatula kecil sampai homogen. Selanjutnya stellon pot ditutup. Amati
fase sandy, sticky, dough dengan membuka tutup stellon pot dan catat waktu
sampai tercapainya fase dough. Apabila belum mencapai fase dough, stellon pot
ditutup lagi.

Gambar 3.2 Proses pengadukan campuran serbuk polimer dan cairan monomer
e) Setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimsukkan ke cetakan kuvet
hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastik cellophan yang telah dibasahi
air. Setelah itu kuvet diutup (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat).
Pengepresan awal dilakukan sapai tercapai kondisi metal to metal (kuvet atas
dan bawah rapat).

Gambar 3.3 Pengepresan pada kuvet yang telah terisi adonan fase dough
f) Kuvet dibuka dan plastik cellophan diambil. Kelebihan resin akrilik diambil
dengan crownmess secara cepat (kurang lebih 30 detik). Kuvet ditutup lagi dan
dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas dan bawah rapat) serta kuvet biarkan
tetap pada pressnya. Untuk packing akrilik pada kuvet besar lakukan press
sampai 3 kali pengepresan.

Gambar 3.4 Pengambilan kelebihan resin akrilik


g) Setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air hangat
sampai mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai air dingin
kembali.
Gambar 3.5 Proses perebusan selama 30 menit
h) Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara berhati-hati menggunakan
crownmess kemudian lakukan finishing dan polishing.

Gambar 3.6 Hasil setelah perebusan, finishing, polishing


BAB III

PEMBAHASAN

A. RESIN AKRILIK
Resin akrilik merupakan hasil polimerisasi akrilat atau asam metakrilat atau
turunannya, digunakan untuk pembuatan prostesis medis serta restorasi dan peralatan
gigi. Polimetil metakrilat merupakan material dasar dari resin akrilik di bidang
kedokteran gigi yang digunakan sebagai salah satu pilihan material pembuatan basis
gigi tiruan lepasan. Polimetil metakrilat yang merupakan bahan dasar resin akrilik
mempunyai beberapa keunggulan antara lain estetik yang baik, kekuatan tinggi,
menyerap air rendah, daya larut rendah, mudah dilakukan reparasi, proses manipulasi
mudah karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Disamping mempunyai
keuntungan, resin akrilik juga mempunyai kekurangan yaitu mudah patah apabila jatuh
pada permukaan yang keras atau akibat kelelahan bahan serta mengalami perubahan
warna karena lama pemakaian. Selain itu, bahan ini juga mepunyai sifat porus yang
merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mokroorganisme
dapat tumbuh dan berkembang biak. Berdasarkan polimerisasinya ada tiga jenis resin
akrilik, yaitu cold cured, heat cured, dan light cured. Bahan basis gigi tiruan yang sering
digunakan adalah polimetil metakrilat, resin akrilik jenis heat cured. Lempeng resin
akrilik biasanya digunakan untuk landasan atau basis gigi tiruan lepasan. Basisi gigi
tiruan berfungsi untuk mendistribusikan beban pengunyahan. Untuk mendaptkan sifat
basis gigi tiruan yang baik salah satu diantaranya basis gigi tiruan memiliki ketebalan
cukup dan tidak berpori. Resin akrilik dapat dibuat dengan proses polimerasi adisi
radikal bebas melalui tahap aktivasi, inisisasi, propagasi, dan terminasi.

B. JENIS-JENIS RESIN AKRILIK


1. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured)
Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir
semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven
(microwave).
2. Resin akrilik polimerisasi kimia (self cured)
Resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut resin cold-curing, self curing,
atau otopolimerisasi. Pada kebanyakan keadaan, aktivasi kimia dicapai melalui
penambahan amin tersier, seperti dimetil-para-toluidin, terhadap cairan basis
protesa yaitu monomer. Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan
menggunakan resin yang teraktivasi kimia tidaklah sesempurna seperti yang dicapai
resin yang teraktivasi panas.
3. Resin akrilik polimerisasi sinar tampak
Bahan ini digambarkan sebagai komposit yang memiliki matriks uretan
dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin akrilik berberat molekul
tinggi. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara champoroquinone
bertindak sebagai pemulai polimerisasi. Resin basis komponen tunggal dipasok
dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dalam kantung kedap cahaya
untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan.
4. Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro
Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro merupakan modifikasi dari resin
akrilik konvensional. Resin akrilik ini mengandung trietilen atau tetratilen glikol
dimetakrilat. Energi gelombang mikro digunakan untuk mengaktifkan polimerisasi.
Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro mempunyai sifat fisik dan mekanik
yang sebanding dengan resin akrilik polimerisasi panas. Proses pembuatannya juga
lebih bersih dan polimerisasinya lebih singkat, walaupun dari sisi harga jauh lebih
mahal.

C. RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS (HEAT CURED)


Resin akrilik tipe heat cured merupakan salah satu bahan basis gigi tiruan yang
paling banyak digunakan sampai saat ini. Energi termal yang diperlukan bahan ini
untuk berpolimerisasi diperoleh dengan melakukan pemanasan air di dalam wather
bath. Proses polimerisasi dapat juga diperoleh dengan melakukan pemanasan oven
gelombang mikro (Anusavice, 2013).
1. Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (heat cured)
Komposisi resin akrilik polimeriasi panas terdiri dari (Craig, 2002):
a) Bubuk
1) Polimer (polimetil metakrilat)
Poli (metil metakrilat) dapat dimodifikasi dengan etil, butyl, maupun
alkil metakrilat lainnnya untuk menghasilkan bubuk yang lebih tahan
terhadap fraktur yang diakibatkan oleh benturan.
2) Inisiator : 0,5 – 1,5% benzoil peroksida atau disobutilatilazonitril
Fungsi dari inisiator adalah menghambat aksi inhibitor dan memulai
proses polimerisasi, McCabe (1990) menyatakan jika aktifator memiliki
fungsi sebagai pereaksi dengan perokida dalam bentuk bubuk. Hal ini
bertujun untuk membentuk radikal bebas yang bisa memulai polimerisasi
pada monomer.
3) Plasticizer :dibutyl phthalate
Plasticizer memiliki fungsi untuk membuat bahan lebih lunak dan lebih
mudah dipenetrasi oleh monomer sehingga bahan lebih mudah mencapai
tahap dough.
4) Pigmen
Polimer murni yang salah satunya poli(metil-metakrilat) adalah
senyawa bening dan bisa beradaptasi dengan banyak pewarnaan
(pigmentasi). Pigmen pada resin akrilik berfungsi untuk memberikan warna
yang menyerupai jaringan rongga mulut. Pigmen ini memiliki syarat yang
ideal seperti harus stabil selama pemprosesan dan pemakaian.
b) Cairan
1) Monomer (metal metakrilat)
Monomer merupakan cairan jernih dan tidak memiliki warna. Pada suhu
ruang, monomer memiliki titik didih 100,3o C, mudah mengalami
penguapan, dan mudah terbakar. Menurut McCabe (1990), monomer
memiliki viskositas yang rendah dan memiliki bau yang sangat tajam karena
dilepaskan oleh tekanan penguapan yang relative tinggi pada suhu kamar.
2) Stabilizer atau inhibitor
Merupakan bahan berupa 0,06% hidroquinon yang memiliki fungsi
untuk mencegah terjadinya polimerisasi selama penyimpanan atau
perpanjangan waktu penyimpanan. Menurut McCabe (1990) , jika resin
akrilik tidak memiliki kandungan inhibitor poimerisasi monomer dan cross-
linking agen akan terjadi secara perlahan, bahkan jika dalam suhu kamar
atau dibawah suhu kamar tergantung waktu munculnya radikal bebas pada
monomer.
3) Croos- lingking agent : glikol dimetakrilat
Bahan ini ditambahkan pada monomer resin akrilik untuk memperoleh
ikatan silang pada polimer. Croos- lingking agent pada dasarnya dapat
meningkatkan ketahanan resin akrilik terhadap keretakan permukaan dan
dapat menurunkan solubilitas serta penyerapan air.

2. Tahap Polimerisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (heat cured)


Apabila monomer dan polimer diaduk dalam perbandingan yang tepat, akan
dihasilkan campuran yang dapat diproses. Campuran yang akan dihasilkan telah
melewati 5 tahap yang berbeda (Anusavice, 2003) yaitu:
a) Sandy atau tahap berpasir
Pada tahap ini terdapat sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat
molekuler. Butir-butir polimer tetap atau belum mengalami perubahan.
Konsistensi adonan dapat digambarkan sebagai ‘kasar’ atau ‘berbutir’.
b) Stringy atau tahap berbenang
Monomer mulai memasuki setiap butir polimer. Pada tahap ini memiliki
ciri-ciri berbenang atau lengket ketika adonan ditarik.
c) Dough atau tahap menyerupai adonan.
Pada tingkat molekul, jumlah rantai polimer yang memasuki larutan
akan meningkat dan terbentuklah suatu larutan monomer dan polimer terlarut.
Secara klinis, campuran bersifat seperti adonan yang dapat dibentuk. Campuran
tidak lagi seperti benang dan tidak melekat pada permukaan pot atau spatula
pengaduk. Karakteristik fisik dan kimia yang terlihat dari fase lanjutan dri tahap
ini adalah ideal untuk compressing molding.
d) Rubbery atau Tahap karet atau elastic
Monomer dihabiskan dengan penguapan dan dengan penembusan lebih
jauh ke dalam butir- butir polimer yang tersisa. Karena campuran tidak mengalir
dengan bebas lagi sehingga mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dpt
dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.
e) Stiff atau tahap menjadi keras atau kaku.
Bila dibiarkan hingga suatu tahap campuran akan menjadi keras. Hal ini
dikarenakan terjadi penguapan monomer bebas. Secara klinis, campuran
tampak sangat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.
3. Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas (heat cured)
Resin akrilik mempunyai sifat dan Kebutuhan-kebutuhan suatu material basis
gigi tiruan dapat dinyatakan dengan tepat dengan istilah sifat-sifat fisikal,
mekanikal, kimiawi, biologikal, dan lain-lainnya, sebagai berikut (McCabe dan
Walls, 2014):
a) Berat molekul
1) Polimer bubuk memiliki berat molekul sebesar 500.000 sampai 1.000.000.
2) Monomer memiliki berat molekul sebesar 100.
3) Polimer yang telah diproses memiliki berat molekul sebesar 1.200.000.
b) Sisa monomer
Sisa monomer berpengaruh pada berat molekul rata-rata, walaupun telah
dilakukan proses pembuatan akrilik dengan benar. Pembuatan akrilik yang
dilakukan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang singkat
menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Hal ini sebaiknya dicegah karena
dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1) Sisa monomer dapat lepas dari gigi tiruan dan dapat mengiritasi jaringan
mulut.
2) Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticiser dan membuat resin
menjadi lunak dan lebih lentur.
c) Porusitas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan
dan sifat-sifat optis resin akrilik.
d) Absorbsi air
Absorbsi air selama pemakaian mencapai keseimbangan sekitar 2%.
Absorpsi air dapat menimbulkan kenaikan berat akrilik sebesar 1%, sehingga
menyebabkan ekspansi linear sebesar 0,23%. Oleh karena itu, bahan hendaknya
selalu dijaga kelembabannya.
e) Retak
Terjadi akibat adanya kekuatan tarik yang dapat menyebabkan
terpisahnya molekul-molekul primer.
f) Kestabilan dimensi
Kestabilan dimensi berhubungan dengan absorbsi air dan hilangnya
internal stress selama pemakaian gigi tiruan.
g) Fraktur
Terjadi karena adanya impact (gigi tiruan jatuh pada permukaan yang
keras) dan fatigue (gigi tiruan mengalami bending secara berulang-ulang selama
pemakaian).
h) Sifat-sifat fisikal
1) Suatu material basis gigi tiruan yang ideal warnanya harus sesuai dengan
warna natural jaringan periodontal.
2) Suatu polimer yang digunakan untuk membentuk basis gigi tiruan, harus
mempunyai nilai suhu transisi kaca (glass transition temperature/Tg) yang
cukup tinggi untuk mencegah pelunakan dan distorsi selama penggunaan
gigi tiruan tersebut.
3) Basis harus mempunyai stabilitas dimensional yang baik agar bentuk gigi
tiruan tidak berubah pada jangka waktu tertentu.
4) Material secara ideal harus mempunyai nilai gravitasi spesifik rendah
(specific gravity) agar gigi tiruan dapat menjadi seringan mungkin. Keadaan
ini mengurangi tekanan pemindahan gravitasional (gravitional displacing
forces) yang dapat bereaksi terhadap gigi tiruan rahang atas.
5) Basis gigi tiruan secara ideal harus radiopak.
i) Sifat-sifat mekanikal
1) Basis gigi tiruan harus kaku, dalam hal ini nilai modulus elastisitas yang
tinggi sangat dibutuhkan. Nilai limit elastis yang tinggi dibutuhkan untuk
memastikan bahwa stress yang diterima saat menggigit dan mengunyah
tidak menyebabkan deformasi permanen.
2) Basis gigi tiruan harus mempunyai kekuatan lentur (flexural strength) yang
cukup untuk menahan fraktur.
3) Material basis gigi tiruan harus mempunyai daya tahan yang cukup tehadap
abrasi (abrasion resistance) untuk mencegah pemakaian berlebihan
(excessive wear) dari material pembersih yang abrasif maupun dari bahan
makanan.
j) Sifat-sifat kimiawi
1) Material basis gigi tiruan harus merupakan bahan yang secara kimiawi
bersifat lamban (inert) dalam penyerapan. Secara umum, bahan ini harus
tidak larut dalam cairan oral dan tidak menyerap air atau saliva karena
keadaan tersebut dapat mengubah sifat-sifat mekanikal material dan
menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak higenis.
k) Sifat-sifat biologikal
1) Pada keadaan yang tidak dicampur, material basis gigi tiruan harus tidak
berbahaya bagi operator berkaitan dengan pengolahannya.
2) Material basis gigi tiruan yang mengeras harus tidak toksik dan tidak
mengiritasi pasien.
l) Sifat-sifat lainnya
1) Suatu material basis gigi tiruan yang ideal harus relatif tidak mahal dan
mempunyai masa pakai panjang sehingga dapat disimpan tanpa menjadi
rusak.
2) Material harus dapat dengan mudah dimanipulasi untuk pemrosesannya.
3) Material harus mudah diperbaiki saat terjadi fraktur.

4. Penyimpanan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat Cured)


Pabrik membuat sistem resin yang diaktivasi dengan panas umumnya
menganjurkan batas temperatur dan waktu tertentu untuk penyimpanan.
Komponen-komponen dapat mengalami perubahan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi sifat kerja resin-resin ini, serta sifat kimia dan fisik dari basis resin
akrilik protesa yang telah diproses.

Pada skill lab kali ini aplikasi resin akrilik pada pembuatan lempeng gigit akrilik heat
cured yang telah dilakukan, dimulai dengan membuat cetakan malam dari gipsum dan
diletakkan pada kuvet besar. Setelah itu dilakukan pembuangan malam dengan cara direbus
selama kurang lebih 45 menit. Setelah malam terbuang, mengolesi cairan CMS pada malam
dan kita melakukan manipulasi resin akrilik fase dough. Dimana kita mencapurkan serbuk
polimer dan cairan monomer dan aduk adonan lalu tunggu hingga adonan mencapai fase
dough. Pengadukan serbuk dan cairan harus dilakukan dengan benar hingga homogen agar
tidak terjadi porus.

Setelah tercapainya fase dough maka segera letakkan resin akrilik pada cetakan yang
ada di kuvet menggunakan sarung tangan. Peletakan resin akrilik fase dough harus segera
dilakukan sebelum resin akrilik menjadi setting sehingga tidak dapat digunakan. Kemudian
press kuvet dengan dilapisi plastik cellophan dan lakukan press sebanyak 3 kali. Segera rebus
kuvet yang sudah terisi oleh resin akrilik agar tidak terjadi porus. Selanjutnya lakukan finishing
dan polishing untuk merapikan hasil bentuk dari resin akrilik dan untuk membuat permukaan
resin akrilik menjadi halus dan mengkilat. Hasil akhir dari skill lab aplikasi resin akrilik pada
pembuatan lempeng gigit ini adalah didapatkan bentuk lempeng gigit yang pas sesuai
anatominya.
BAB IV

PENUTUP

Lempeng resin akrilik biasanya digunakan untuk landasan atau basis gigi tiruan
lepasan. Basis gigi tiruan berfungsi untuk mendistribusikan beban pengunyahan. Untuk
mendaptkan sifat basis gigi tiruan yang baik salah satu diantaranya basis gigi tiruan memiliki
ketebalan cukup dan tidak berpori. Resin akrilik dapat dibuat dengan proses polimerasi adisi
radikal bebas melalui tahap aktivasi, inisisasi, propagasi, dan terminasi. Resin akrilik
berdasarkan cara aktivasi dapat dibagi menjadi resin akrilik polimerisasi panas, polimerisasi
kimiawi, polimerisasi gelombang mikro, polimerisasi sinar tampak. Resin akrilik merupakan
salah satu material yang sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi khusunya di bidang
prostodonsia. Resin akrilik murni memiliki sifat tidak berwarna, transparan dan padat. Dalam
kedokteran gigi untuk mempermudah penggunaanya, polimer diberikan pewarnaan untuk
mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Untuk komposisi dari resin akrilik sendiri terdiri
atas bubuk dan cairanDimana pada kedokteran gigi resin akrilik teraktivasi panas yang paling
sering digunakan. Terdapat 5 tahap resin akrilik yaitu sandy stage, stringy stage, dough stage,
rubbery stage dan stiff stage.

Dimana fokus praktikum pada kali ini ada di pembuatan lempeng gigit pada resin
akrilik teraktivasi panas. Dimulai dengan menduplikasi model rahang, penbuatan outline dan
pola malam pada duplikasi model rahang, perebusan atau proses pembuangan malam,
pencampuran serbuk polimer dan cairan monomer hingga tercapai resin akrilik pada fase
dough. Dan yang selanjutnya yaitu proses perebusan resin akrilik dan dilanjutkan dengan
finishing dan polishing.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, K. (2003). Philip's Science Of Dental Materials 11th Edition. Saunders Company.

Craig, R. G. (2002). Restorative Dental Materials, Ed 8. St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai