Anda di halaman 1dari 12

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

Topik : Bahan Tanam Tuang Gypsum Bonded

Kelompok : A8

Tgl. Praktikum : Senin, 20 Agustus 2018

Pembimbing : Soebagio, drg., M.Kes

Penyusun

1. Nadhifa Salma 021711133034

2. Hayyu Norma Almira 021711133035

3. Indriasari Putri Rahmadhany 021711133036

4. Abigail Reyhan Kesuma 021711133037

DEPARTEMENT MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
1. TUJUAN

Mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik self-cured dengan


cara yang tepat sebagai bahan denture base dan dapat membedakan
manipulasi resin akrilik aktivasi kimia yang digunakan sebagai bahan
reparasi.

2. BAHAN DAN ALAT


2.1 Bahan
a. Bahan tanam gypsum bonded
b. Malam inlay
c. Sabun
d. Parafin
2.2 Alat
a. Alat cetak model malam
b. Pisau model
c. Pisau malam
d. Brander spiritus
e. Spatula
f. Bowl
g.Gelas ukur
h. Timbangan digital
i. Crucible former
j. Bumbung tuang
k.Vibrator
l. Kuas
m. Sprue
n. Korek api
o. Wadah bubuk bahan tanam tuang
p. akrilik

2
(Kiri – Kanan : Gelas ukur, crucible former, brander spirtus, sprue)

(Kiri – Kanan : Bumbung tuang, pisau model, sprue)

3. CARA KERJA

3.1 Pembuatan Model Malam

a.Semua alat yang akan digunakan untuk membuat model malam mahkota
dibersihkan terlebih dahulu.

b.Sebelum memulai pekerjaan, alat cetak model malam diperiksa dan dipastikan
dalamkeadaan bersih dan tidak ada sisa malam yang tertinggal

c.Ujung alat cetak model malam diolesi dengan parafin secukupnya dan
diberikan pengganjal pada perantara alat cetak sebagai pengganti handpress

d.Malam inlay dipotong secukupnya, dan kemudian diletakkan dalam sebuah


wadah diatas brander spiritus. Setelah malam meleleh, malam dituangkan ke
dalam cetakan.

3
(Kiri : malam inlay dipanaskan diatas brander spirtus – Kanan : malam dituang ke dalam
cetakan)

e. Setelah cetakan diisi penuh dengan malam cair, segera ditutup dengan cetakan
modelmalam. Pengganjal diambil, sehingga dapat ditutup dengan rapat. Sisa
malam yang keluar dibersihkan.

Sisa malam yang dikeluarkan

f. Cetakan dibuka tutupnya, model malam diambil, diletakkan dalam wadah dan
haluskan dengan pisau model

(Kiri : Proses menghaluskan sisa malam dengan pisau model – Kanan : hasil
malam)

4
3.2 Penanaman Model Malam

a. Malam sprue dipotong secukupnya, kemudian sprue tersebut diletakkan pada model
malam (model malam harus diletakkan pada alat pencetak model malam) dengan cara
melelehkan ujung malam sprue dan dilekatkan dengan model malam dalam posisitegak,
malam sprue

yang telah terpasang dihaluskan permukaannya yang menempel pada model.

Peletakan sprue diatas malam

b. Ujung lain dari sprue diletakkan pada crucible former dengan posisi tegak.

c. Ketinggian model malam diukur dengan memasukkan bumbung tuang pada


crucible former. Jarak antara tepi bumbung tuang dengan tepi atas model malam diukur.
Jaraktidak boleh kurang atau lebih dari 7 mm. Jika jarak kurang dari 7 mm maka sprue
dipotong atau dipendekkan. Jika lebih dari 7 mm maka sprue harus ditambah.Kemudian
sprue dihaluskan kembali permukaannya.

d. Seluruh permukaan model malam dan sprue diulasi dengan air sabun memakai kuas.

5
Pengulasan dengan air sabun

e. Bubuk bahan tanam ditimbang seberat 58 gram sebanyak dua kali untuk
percobaanyang normal dan encer, dan 63 gram sebanyak satu kali untuk percobaan yang
kental.Air diukur 20 ml sebanyak dua kali untuk percobaan yang normal dan kental, dan
25ml sebanyak satu kalu untuk percobaan yang encer.

f. Air dituangkan terlebih dahulu ke dalam bowl, lalu bubuk bahan tana dimasukkan ke
dalam

bowl yang telah berisi air.

g.Adonan diaduk sebanyak 45 putaran dalam 30 detik di atas vibrator Adonan dituangkan
ke dalam bumbung tuang, yang telah lengkap dengan crucible former dan malam model
terpasang di atas vibrator.

(Proses pengadukan gypsum dan penuangan kedalam bumbung tuang)

h. Setelah bumbung tuang terisi penuh, bumbung tuang dipindahkan dari vibrator
dandiberi tanda (I untuk konsistensi normal, II untuk konsistensi encer dan III
untukkonsistensi kental).

4. HASIL PRAKTIKUM

I II III

w/p rasio 20ml/58gr 25ml/58gr 20ml/63gr

konsistensi Normal Encer Kental

6
Tabel. Konsistensi Bahan Tanam Gypsum Bonded

Pada percobaan pertama dengan menggunakan adonan bahan tanam


gypsum bonded degan rasio w/p sesuai aturan pabrik (20ml / 58gr) didapatkan
konsistensi adonan yang normal, tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental.
Pada adonan gypsum bonded dengan rasio w/p 25ml / 58 gr didapatkan
kosistensi yang lebih cair karena penambahan air sebanyak 5 ml. Sedangkan
pada adonan gypsum bonded dengan rasio w/p 20ml / 63gr didapatkan
kosistensi yang lebih cair karena penambahan bubuk sebanyak 7 gr.

5. PEMBAHASAN

Efek Paraffin

Lilin gigi mengandung 40% hingga 60% paraffin, yang berasal dari fraksi tinggi
minyak bumi. Mereka terutama terdiri dari campura kompleks hidrokarbon dari
metana Bersama-sama dengan sejumlah kecil fase amorf dan mikrokristalin dan
distribusi konstituen. Kisaran pencairan dapat ditentukan dengan kurva antara
suhu dan waktu, untuk inlay berbasis paraffin.

Lilin paraffin memungkinkan terjadinya serpihan ketika waktu pelepasan.


Penggunaan paraffin tidak menghasilkan permukaan yang halus, namun glossy
surface. Hasil ini, diinginkan atau cocok untuk inlay wax (Anusavice, 2012)

Efek Sabun

Wax pattern harus bersih dari minyak dan partikel-pertikel kecil. Pemberian
wetting agent berupa air sabun ditujukan untuk menurunkan tegangan permukaan
model malam (Anusavice, 2012).

Efek pemberian asbes

Asbes merupakan bahan optional tetapi tidak dapat digunakan lagi karena memiliki
potensi karsinogenik yang menjadikan seperti biohazard. Asbes yang diproduksi memiliki
dua tipe yaitu aluminosilicate ceramic liner dan cellulose liner (kertas). Liner berbahan

7
keramik tidak dapat menyerap air deperti liner berbahan selulosa, namun keramik liner
dapat menahan air dipermukaannya. Liner memberikan perluasan pengaturan normal
yang lebih besar di investasi dan air yang terserap menyebabkan semihygroscopic
ekspansi selama pengaturan. Agar ekspansi seragam, teknisi memotong liner sesuai
dengan bagian dalam ring casting namun tidak tumpeng tindih. Ketebalan liner pun tidak
boleh kurang dari sekitar 1mm. karena liner selulosa adalah produk kertas, mereka akan
terbakar saat bornout proses. Penempatan liner yang lebih pendek (3,25mm) dari ujung
cincin cenderung menghasilkan ekspansi yang lebih seragam, serta jarang terjadinya
dostorsi pola lilin dan cetakan (Anusavice, 2012).

Anusavice, K. J. dan Philips, R. W. 2012. Phillips’ Science of Dental Materials St. Louis,
Mo.: Saunders. Pp. 196 ; 216

Adanya sprue former atau sprue pin bertujuan untuk


memberikan jalan untuk Alloy cair agar dapat mencapai cetakan
dalam bumbung tuang setelah malam dihilangkan. Restorasi atau protesa
yang besar, seperti kerangka gigi tiruan sebagian lepasan dan protesa gigi
tetap. Sprue former dibuat dari bahan malam (Anusavise dkk 2013, P.
313).

Posisi perlekatan sprue sering tergantung pada intuisi berdasarkan bentuk


dan wujud dari model malam. Beberapa menganjurkan untuk meletakkan
posisiperlekatansprue.pada permukaan oklusal dan ada pula yang memilih
meletakkannya pada area proksimal untuk meminimalisasi grinding pada
bagian oklusal yang menjadi area kontak. Sprue harus dijauhkan dari
bagian model malam yang tipis karena logam cair dapat menhancurkan
bentuk cetakan pada area ini. Sprue harus diletakkan pada permukaan
malam yang paling tebal sehingga logam cair dapat mengalir dengan lebih
mudah ke seluruh rongga mould (Anusavise 2013, P. 313-314). Selain itu
menempatkan perlekatan sprue dekat area yang besar dan tebal juga
memudahkan proses pemisahan sprue dengan casting tanpa merusak hasi
akhir dari casting (McCabe dan Walls 2008, P. 81).

8
6.

Gambar. Representasi hasil casting: A. Crucible form, B. Sprue, C.


Rongga yang terbentuk oleh cetakan model malam setelah proses buang
malam, D. Bahan tanam, E. Liner, F. Bumbung tuang, G. Ketebalan bahan
tanam yang direkomendasikan yaitu maksimum sekitar 6mm antara ujung
rongga cetakan dengan permukaan atas bumbung tuang untuk memberikan
jalan agar udara dapat keluar selama proses casting (Anusavice dkk 2013,
p 199).

Perlekatan sprue former ke model malam pada umumnya


digunakan untuk alloy emas dengan kepadatan tinggi namun juga sering
hanya terbatas pada alloy yang kepadatannya lebih rendah. Penggunaan
dari sprue former dapat diibaratkan sama dengan
penggunaan penampungan, memfasilitasi masuknya cairan alloy ke area
model. Penampungan harus ditambahkan pada sprue untuk menghindari
porositas local shrinkage. Ketika alloy cair mengisi bumbung tuang, area
cetakan model harus diisi lebih dahulu sebelum mengisi
area penampungan. Jika memungkinkan, sprue former harus dilekatkan
pada bagian dari cetakanmodel yang memiliki area cross-sectional yang
paling besar. Hal ini mempermudah flow dari alloy cair dari bagian yang
tebal ke area lebih tipis yang mengitarinya. Desain ini juga meminimalisir
resiko dari turbulensi (Anusavice,2013,p. 214).

Sprue former harus cukup panjang untuk memposisikan model


cetakan ke bumbung tuang dalam jarak 6 mm dari ujung bumbung tempat
kitamenuangdanharusdemikian pendeknya supaya alloy cair tidak mengera

9
s sebelum keseluruhannya mengisi cetakan (Anusavice,2013,p.214).

Panjang sprue former tergantung pada panjang bumbung tuang.


Jika sprue terlalu pendek, model malam mungkin jauh dari bagian
akhir bumbung tuang sehingga terdapat gasdi dalam sehingga menganggu
alloy cair untuk mengisi bumbung sepenuhnya. Ketika gas-gasini tidak
dihilangkan, porositas dapat terjadi. Oleh karena itu, panjang sprue harus
disesuaikan sehingga bagian atas dari bumbung tuang adalah 6 mm dari
ujung terbuka dari bumbung untuk bahan tanam tuang gypsum-bonded.
Untuk reproduktifitas akurasi pengecoran, harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan pusat bumbung. Namun, posisi model malam untuk
tekanan vakum pengecoran mungkin berbeda. (Anusavice,2013,p.214-
215).

6. KESIMPULAN

Gypsum bonded merupakan bahan tanam tuang. Bahan ini mudah


dimanipulasi dan waktu pengerjaannya relatif singkat. Pada

10
manipulasinya, terdapat hal hal yangharus diperhatikan agar mendapat
hasil yang maksimal salah satunya adalah rasio bubuk dan air. Semakin
tinggi rasionya maka adonan akan semakin encer dan waktu settingnya
akan semakin lama. Sebaliknya jika semakin rendah rasionya maka
adonan akan semakin kental dan waktu settingnya akan semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA

McCabe, J. F. dan Walls, A. W. G. 2008. Applied Dental Materials.

11
Blackwell Publishing Ltd.

Anusavice, K. J., Shen, C. dan Rawls, H. R. 2013. Pjillips’ Science of


Dental Materials. Missouri: Elsavier Saunders

12

Anda mungkin juga menyukai