Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : - (Topik 4) Bahan Tanam Tuang Gypsum Bonded


Kelompok : C8
Tanggal Praktikum : 23 Agustus 2018
Pembimbing : Soebagio, drg.,M.Kes.

Penyusun :
No Nama NIM
1. DistiAyulita 021711133142
2. Rindu Damayanti 021711133143
3. Aditya Anugrah 021711133144

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018

i
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua. Ucapan puji dan syukur kepada Tuhan
yang Maha Esa yang telah memberkahi kami sehingga Tugas Mata Kuliah Ilmu
Material Kedokteran Gigi Praktikum II ini dapat diselesaikan.
Penyusunan laporan praktikum ini didasarkan atas pemenuhan
tanggungjawab tugas dan ditujukan sebagai sarana penampung informasi.
Makalah ini tidak luput dari kontribusi para anggota kelompok, bantuan para
kerabat dan teman, serta bimbingan Dosen Mata Kuliah II lmu Material
Kedokteran Gigi Praktikum II Soebagio, drg., M.kes. Oleh karena itu, kami
menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan praktikum ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan tugas ini yang telah
kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna
dalam tugas ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki. Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari
pembaca sebagai batu loncatan yang dapat membangun.
Dengan menyelesaikan tugas ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari tugas ini. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Terima Kasih.
Surabaya, Agustus 2018
Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
II. ISI .....................................................................................................................1
III. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
IV. HASIL PRAKTIKUM.....................................................................................9
V. PEMBAHASAN ..............................................................................................9
VI. KESIMPULAN.............................................................................................10
VII. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..10

iii
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Diakhir praktikum mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan tanam tuang gypsum
bonded dengan cara yang tepat
b. Mahasiswa mampu melakukan penanaman model malam menggunakan
bahan tanam jenis gipsum
c. Mahasiswa mampu melakukan penuangan logam dengan benar

II. ISI
II.1 Cara Kerja
Bahan:
a. Bahan tanam gypsum bonded
b. Malam inlay (malam biru)
c. Sabun
d. Parafin
Alat:
a. Alat cetak model malam bentuk mahkota
b. Pisau model
c. Brander spiritus
d. Spatula
e. Gelas ukur
f. Hand press
g. Bowl
h. Vibrator
i. Kuas
j. Crucible former
k. Bumbung tuang
Cara Kerja:
a. Pembuatan Model Malam
1. Memastikan semua alat yang akan digunakan untuk membuat model malam
mahkota harus dalam keadaan bersih

1
2. Sebelum melakukan pekerjaan, alat cetak model malam mahkota diperiksa
dan dipastikan dalam keadaan bersihh dan tidak ada sisa malam yang
tertinggal
3. Ujung alat cetak diulasi dengan parafin secukupnya jangan berlebih
4. Malam inlay dipotong secukupnya kemudian dilelehkan, setelah malam
cair, malam dituangkan ke dalam cetakan

Gambar 1. Malam yang telah leleh dimasukkan dalam cetakan

5. Setelah cetakan diisi penuh dengan malam cair, kemudian segera ditutup
dengan cetakan model malam

Gambar 2. Setelah malam dimasukkan, cetakan segera ditutup

6. Cetakan dibiarkan 30 detik, kemudian cetakan diletakkan diatas


hydrolicpress, ditekan sampai batas alat cetak menempel, malam yang
keluar dari lubang cetakan dibersihkan
7. Cetakan dibuka tutupnya, model malam diambil dan diletakkan dalam
wadah

2
Gambar 3. Model malam dikeluarkan

b. Penanaman Model Malam


1. Malam sprue dipotong secukupnya, kemudian sprue tersebut dilekatkan
pada model malam dengan cara mencairkan ujung malam sprue dan
dilekatkan dengan model malam dalam posisi tegak, malam sprue tersebut
dihaluskan
2. Ujung lain malam sprue diletakkan pada crucible former dengan posisi
tegak
3. Ketinggian model malam diukur, dengan jalan memasukkan bumbung tuang
pada crucible former, jarak antara tepi bumbung tuang dengan tepi atas
model malam diukur. Jarak tidak boleh kurang dari 7 mm. Jika jarak lebih
dari 7 mm maka sprue harus ditambah untuk memanjangkan, jika jarak
kurang dari 7 mm maka sprue dipotong atau dipendekkan, lalu sprue
dihaluskan kembali

Gambar 4. Jarak antara model malam dengan tepi bumbung tuang, dibantu dengan akrilik

4. Ulasi seluruh permukaan model malam dan sprue dengan air sabun
memakai kuas

3
Gambar 5. Ulasi seluruh permukaan model malam dan sprue dengan air sabun
memakai kuas

5. Bubuk bahan tanam ditimbang. Penimbangan ini dilakukan sebanyak tiga


kali, yaitu perbandingan bubuk 58 gr dan air 20 ml, perbandingan bubuk 58
gr dan air 25 ml, dan perbandingan bubuk 63 gr dan air 20 ml
6. Setelah melakukan penimbangan, air yang telah diukur dituangkan terlebih
dahulu ke dalam bowl, lalu dimasukkan bubuk bahan tanam ke dalam bowl
yang berisi air
7. Dibiarkan mengendap selama 10 detik, lalu diaduk selama 50 detik di atas
vibrator, kemudian adonan dituangkan ke dalam bumbung tuang yang telah
lengkap dengan crucible former dan malam model terpasang di atas vibrator

Gambar 6. Adonan dituang ke dalam bumbung tuang

8. Sebelum adonan dituang ke dalam bumbung tuang, berikan potongan asbes


dan masukkan ke dalam bumbung tuang. Hal ini diberikan pada percobaan,
kecuali pada percobaan ke tiga yaitu bubuk 63 gr dan air 20 ml, membuat
dua kali percobaan dengan menggunakan asbes dan tanpa asbes

4
III. TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Dental Wax
Dental wax sudahlama dikenal dan digunakan sebagai bahan yang
penting didalam dunia kedokteran gigi. Dental wax yang digunakan dalam
dunia kedokteran gigi dibagi menjadi 3, yaitu pattern wax (inlay, casting,
and baseplate), processing wax (boxing, utility, and sticky), and impression
wax (bite registration and correction). Pada praktikum, inlay wax
digunakan sebagai pembuatan pattern kemudian ditanam dalam gipsum dan
dipanaskan untuk membentuk cetakan yang akan diisi pada saat casting.
Inlay wax akan menguap didalam bahan tanam gipsum pada suhu diatas
500ºC. (Anusavice, 2013).
Komponen utama dari Dental Wax berasal dari lilin sintetik dan lilin
alami (hidrokarbon parafin dan kelompok mikrokristalin, carnauba wax,
candelilla wax dan resin). Seperti yang dinyatakan sebelumnya, lilin alami
berasal dari mineral, sayuran, dan hewan. Sintetis lilin secara kimiawi
disintesis dari molekul lilin alami. Kebanyakan lilin sintetik lebih homogen
dibanding lilin alami murni. Pewarna ditambahkan untuk kontras pola lilin
terhadap gigi, die, dan model permukaan atau memberikan warna gigi alami
berwarna gading atau lainnya sebagai demonstrasi model yang digunakan
untuk mendidik pasien tentang pemilihan pengobatan. Beberapa formulasi
mengandung filler kompatibel untuk mengontrol perluasan dan penyusutan
dari produk lilin. Kebanyakan lilin gigi mengandung 40% sampai 60% berat
dari parafin, yang berasal dari fraksi tinggi minyak bumi. Kisaran pencairan
dapat ditentukan dengan suhu versus-waktu pendinginan kurva, untuk inlay
lilin berbasis parafin (Anusavice, 2013).
Hubungan suhu dan waktu selama pendinginan dapat membuktikan
pemadatan berturut-turut fraksi progresif yang lebih rendah dari berat
molekul. Kondisi ini menunjukkan moldability dari lilin di bawah suhu
leleh. Parafin yang digunakan untuk wax tipe I memiliki titik leleh lebih
tinggi dari parafin yang digunakan untuk wax II. Parafin wax cenderung
mengelupas bila dipangkas, dan tidak menghasilkan permukaan glossy yang

5
halus, yang diinginkan untuk diperlukan untuk inlay wax. Dengan demikian,
malam lain dan resin alami harus ditambahkan sebagai memodifikasi agen.
Karet damar, atau resin damar, adalah resin alami. Sekarang ditambahkan ke
parafin untuk meningkatkan kelancaran dalam cetakan dan untuk membuat
lebih tahan terhadap retak dan mengelupas. Hal ini juga meningkatkan
ketangguhan lilin dan meningkatkan kelancaran dan kilau permukaan.
(Anusavice, 2013).
III.2 Prosedur Investing
Sebelum melakukan investing, Wax Pattern harus bersih dari minyak
dan partikel-partikel kecil. Pemberian wetting agent berupa air sabun
ditujukan untuk menurunkan tegangan permukaan model malam.
Kemudian, sebelum mengaduk gipsum diperlukan pemasangan sprue dan
model inlay wax pada posisi yang telah ditentukan. Tujuan dari sprue
former, atau sprue pin, adalah untuk memberikan saluran terhadap alloy cair
sehingga dapat mencapai cetakan di cincin setelah lilin dihilangkan. Dengan
ukuran besar pada restorasi atau protesa, seperti kerangka kerja gigi tiruan
sebagian lepasan dan protesa gigi tetap, sprue former terbuat dari lilin.
Diameter dan panjang sprue former tergantung pada jenis dan ukuran dari
pola, jenis mesin pengecoran yang akan digunakan, dan dimensi labu atau
cincin di mana casting akan dibuat. Sprue former tersedia dalam berbagai
ukuran atau diameter. Sprue former pada casting ring dilekatkan pada model
inlay wax dan crucible former (Annusavice, 2013)

6
Gambar 7. Komponen di dalam casting ring (Anusavice, 2013)

III.3 Posisi Sprue


Posisi dari perlekatan sprue merupakan permasalahan pendapat
individual dan intuisi, berdasar bentuk dari model malam. Hal ini menjadi
penting dalam proses invesring. Beberapa klinisi lebih memilih perlekatan
pada permukaan oklusal, dimana yang lain lebih memilih tempat seperti
dinding proksimal atau dibawah cusps yang tidak fungsional untuk
meminimalkan penghalusan yang diperlukan dari anatomi oklusal dan area
kontak. Area ideal dari sprue former adalah titik tonjolan dari pola oklusal
untuk menghindari distorsi dari area tipis dari malam selama perlekatan
pada model malam dan memungkinkan aliran secara menyeluruh dari alloy
ke dalam kavitas cetakan.(Anusavice 2013, p. 214)
Perlekatan sprue former ke model malam pada umumnya digunakan
untuk alloy emas kepadatan tinggi namun juga sering hanya terbatas pada
alloy yang kepadatannya lebih rendah. Penggunaan dari sprue former dapat
diibaratkan sama dengan penggunaan penampungan, memfasilitasi
masuknya cairan alloy ke area model. Jika memungkinkan, sprue former
harus dilekatkan pada bagian dari cetakan model yang memiliki area cross-
sectional yang paling besar. Hal ini mempermudah flow dari alloy cair dari

7
bagian yang tebal ke area lebih tipis yang mengitarinya. Desain ini juga
meminimalisir resiko dari turbulensi. Sprue former harus cukup panjang
untuk memposisikan model cetakan ke bumbung tuang dari ujung bumbung
tempat kita menuang supaya alloy cair tidak mengeras sebelum
keseluruhannya mengisi cetakan (Anusavice 2013, p. 214).
III.4 Panjang Sprue
Panjang sprue former ditentukan dengan panjang casting ring. Jika
sprue terlalu pendek, pola lilin mungkin jauh dari bagian akhir casting ring
sehingga terdapat gas didalam sehingga menganggu alloy cair untuk
mengisi cincin sepenuhnya. Jika gas-gas yang timbul tidak dihilangkan,
porositas dapat terjadi. Oleh karena itu, panjang sprue harus disesuaikan
sehingga bagian atas dari pola lilin adalah 6 mm dari ujung terbuka dari
cincin untuk investasi gipsum-bonded. Dengan tinggi-kekuatan investasi
phosphatebonded, dimungkinkan untuk posisi pola lilin sekitar 3 sampai 4
mm dari bagian atas investasi. Untuk reproduktifitas akurasi casting, harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat cincin. Namun, posisi pola lilin
untuk tekanan vakum casting mungkin berbeda. (Annusavice, 2013).
III.5 Manipulasi Gypsum
Kalsium sulfat hemihidrat merupakan komponen yang penting untuk
bereaksi dengan air untuk membentuk kalcium sulfate dehidrate (gypsum).
Setting ekspansi dari kalsium sulfate dehidrate ketika bercampur dengan air,
namun beberapa bagiannya akan terkompensasi, yakni mengalami
penyusutan ketika proses casting.
Tipe gypsum bonded:
Tipe 1. Thermal expansion type, untuk casting inlay dan crown
Tipe 2. Hygroscopic expansion type, untuk casting inlay dan crown
Tipe 3. Untuk casting lengkap dan partial dentures (McCabe and Walls
2008, p.48)
Sifat fisik bahan tanam tuang:
-Thermal stability: bahan tanam tuang harus memiliki retensi yang baik
terhadap suhu saat casting dan juga memiliki kekuatan yang cukup untuk

8
menahan stress saat setting ketika alloy cair memasuki mould bahan tanam
tuang.
-Porositas: gipsum bonded dan fosfat bonded merupakan material yang
cukup porus, sehingga dapat melepaskan air dan gas lainnya dari dalam
mould selama proses casting.
-Kompensasi ekspansi: keakuratan agar bahan tanam tuang fit dengan
casting bergantung pada kemampuan bahan tanam tuang untuk
mengkompensasi penyusutan dari alloy selama proses setting. Besarnya
penyusutan bervariasi, pada gold alloy sebesar 1.4%, pada Ni/Cr alloy 2%,
dan pada Co/Cr sebesar 2.3% (McCabe and Walls 2008, p.49-50)

Pada saat manipulasi gipsum, hasil yang diharapkan adalah sedikit


atau tidak adanya porositas. Pengadukan dilakukan secara lembut, tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik, dapat digunakan vacuum mixer. W/P ratio dari gipsum tidak boleh
terlalu padat karena dapat menyebabkan udara terperangkap ketika mengisi
casting ring dengan adonan gipsum. Selain itu, adonan juga tidak boleh
terlalu kental karena dapat menyebabkan permukaan dari logam yang akan
dicasting menjadi kasar pada hasil akhirnya. Untuk mengkompensasi
adanya thermal expansion, diperlukan 2 liner pada casting ring untuk hasil
yang lebih maksimal. (Anusavice, 2013).

IV. HASIL PRAKTIKUM


Tabel 1. Konsistensi Bahan Tanam Gypsum Bonded
w/p ratio 20 ml / 58 gr 25 ml / 58 gr 20 ml / 63 gr
Konsistensi Encer Lebih encer Kental
adonan
Proses Mudah Mudah Sulit
manipulasi dimanipulasi dimanipulasi dimanipulasi

Pada percobaan, adonan gipsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 58 gr


bubuk, konsistensi yang didapat adonan dalam bentuk yang normal. Pada

9
adonan gipsum dengan w/p ratio 25 ml air dan 58 gr bubuk, konsistensi
adonan lebih encer karena penambahan air sebanyak 5 ml. Sedangkan, pada
adonan gipsum dengan rasio 20 ml air dan 63 gr bubuk, konsistensi adonan
kental karena penambahan bubuk sebanyak 5 gr.

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum, inlay wax digunakan sebagai pembuatan pattern
kemudian ditanam dalam gipsum dan dipanaskan untuk membentuk cetakan
yang akan diisi pada saat casting. Pada pembuatan model malam, master die
pertama-tama diolesi dengan paraffin. Pengolesan paraffin ini adalah
sebagai pelumas. Pelumas yang digunakan sebaiknya megandung bahan
pembasah. Penggunaan bahan pelumas tidak boleh terlalu banyak karena
akan dapat mengurangi keakuratan perlekatan model malam dengan master
die. Penggunaan paraffin juga tidak boleh terlalu sedikit karena apabila
terlalu sedikit malam akan susah untuk dilepas dari cetakan (Anusavice
2013, Hal. 198). Malam yang digunakan untuk membuat model malam tidak
boleh dipanaskan sampai mendidih agar pada saat dicetak, malam tidak
mudah rapuh.

Kemudian, sebelum mengaduk gipsum diperlukan pemasangan sprue


dan model inlay wax pada posisi yang telah ditentukan. Tujuan dari sprue
former, atau sprue pin, adalah untuk memberikan saluran terhadap alloy cair
sehingga dapat mencapai cetakan di cincin setelah malam dihilangkan. Pada
saat manipulasi gipsum, hasil yang diharapkan adalah sedikit atau tidak
adanya porositas. Pengadukan dilakukan secara lembut, tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dapat
digunakan vibrator. W/P rasio dari gipsum tidak boleh terlalu padat karena
dapat menyebabkan udara terperangkap ketika mengisi casting ring dengan
adonan gipsum. Selain itu, adonan juga tidak boleh terlalu kental karena
dapat menyebabkan permukaan dari logam yang akan dicasting menjadi
kasar pada hasil akhirnya. W/P rasio gipsum berhubungan dengan ekspansi.
Apabila W/P rasio cair maka ekspansinya rendah dan apabila W/P rasio
kental maka ekspansinya tinggi.

10
Jarak sprue yang telah terpasang dengan permukaan cincin harus
berjarak antara 6-7 mm. Apabila kurang dari ukuran tersebut, apabila ada
logam cair yang telah dituangkan, udara akan menekan sehingga bahan
tanam pecah. Apabila lebih dari ukuran tersebut maka udara yang di dalam
jaraknya terlalu jauh untuk keluar. Pada saat menuang adonan gipsum yang
telah homogen, harus menuang dari satu sisi saja. Hal ini dikarenakan agar
tidak ada udara yang terjebak dan agar bahan tanam kuat tidak mudah
rapuh. Di dalam cincin diberi asbes yang berfungsi sebagai ring liner untuk
ekspansi dan juga untuk membedakan adonan dengan konsistensi encer,
normal, dan kental. Asbes juga berfungsi untuk membantu bahan tanam
tuang keluar dari cincin, namun apabila terlalu sering digunakan dan asbes
terlalu sering dihirup maka akan berisiko karsiogenik.
Setelah sprue terpasang, maka seluruh permukaan model malam dan
sprue diolesi dengan air sabun. Air sabun berperan sebagai wetting agent
(pembasahan) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan.
Bahan tanam tuang dan logam memiliki tegangan permukaan yang tinggi
sehingga diturunkan dengan diolesi oleh air sabun agar dapat berikatan satu
sama lain.

VI. KESIMPULAN
Penanaman dengan bahan tanam tuang gypsum bonded dengan W/P
rasio 58 gr bubuk dan 25 ml air (encer) lebih mudah untuk dimasukkan ke
dalam bumbung tuang dan setting timenya lama. Sedangkan bahan tanam
tuang gypsum bonded dengan W/P rasio 63 gr bubuk dan 20 ml air (kental)
lebih sulit untuk dimasukkan ke dalam bumbung tuang dan setting timenya
lebih cepat daripada konsistensi yang encer.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Annusavice, J. K., Ralph W. P., Chiayi, S. dan Rawls, H. R. 2013.
Phillip’s Science of Dental Materials. 12th ed. United States : Elsevier.
McCabe, J. F. dan Walls, A. W. G. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed.
Oxford : Blackwell Publishing Ltd.

11

Anda mungkin juga menyukai