Anda di halaman 1dari 10

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

Topik : Bahan Tanam Tuang Gypsum Bonded


Kelompok : A-12
Tgl.Praktikum : Senin, 23 Oktober 2017
Pembimbing : Soebagio, drg., M. Kes.

Penyusun:
NO NAMA NIM
1. Aisyah Ekasari R 021611133053
2. Jeveline Amelia 021611133054
3. Maidel Salsabila 021611133055

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum bahan tanam tuang gypsum bonded adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam dengan cara yang tepat
b. Mahasiswa dapat melakukan penanaman model malam menggunakan bahan tanam jenis
gypsum
c. Mahasiswa mampu melakukan penuangan logam dengan benar

2. BAHAN DAN ALAT


2.1 Bahan
a. Bahan tanam gypsum bonded
b. Malam inlay
c. Sabun
d. Parafin

a b. c

Gambar 2.1. a. Malam inlay, b. Parafin, c. Air, d. Sabun


2.2 Alat
a. Alat cetak model malam j. Bumbung tuang
b. Pisau model k. Vibrator
c. Pisau malam l. Kuas
d. Brander spiritus m. Sprue
e. Spatula n. Korek api
f. Bowl o. Wadah bubuk bahan tanam tuang
g. Gelas ukur p. akrilik
h. Timbangan digital
i. Crucible former

Gambar 2.2. a. Vibrator, c. Pisau model dan pisau malam, d. Bumbung tuang, e. Gelas ukur,
f. Die, g. Malam sprue, h. Bowl, i. Brander dan spirtus, j. Spatula
3. CARA KERJA
3.1 Pembuatan Model Malam
a. Semua alat yang akan digunakan untuk membuat model malam mahkota dibersihkan
terlebih dahulu.
b. Sebelummemulai pekerjaan, alat cetak model malam diperiksa dan dipastikan dalam
keadaan bersih dan tidak ada sisa malam yang tertinggal
c. Ujung alat cetak model malam diolesi dengan parafin secukupnya dan diberikan
pengganjal pada perantara alat cetak sebagai pengganti handpress.
d. Malam inlay dipotong secukupnya, dan kemudian diletakkan dalam sebuah wadah
diatas brander spiritus. Setelah malam meleleh, malam dituangkan ke dalam cetakan.
e. Setelah cetakan diisi penuh dengan malam cair, segera ditutup dengan cetakan model
malam. Pengganjal diambil, sehingga dapat ditutup dengan rapat. Sisa malam yang
keluar dibersihkan.
f. Cetakan dibuka tutupnya, model malam diambil dan diletakkan dalam wadah.

3.2 Penanaman Model Malam


a. Malam sprue dipotong secukupnya, kemudian sprue tersebut diletakkan pada model
malam (model malam harus diletakkan pada alat pencetak model malam) dengan cara
melelehkan ujung malam sprue dan dilekatkan dengan model malam dalam posisi
tegak, malam sprue yang telah terpasang dihaluskan permukaannya yang menempel
pada model.
b. Ujung lain dari sprue diletakkan pada crucible former dengan posisi tegak.
c. Ketinggian model malam diukur dengan memasukkan bumbung tuang pada crucible
former. Jarak antara tepi bumbung tuang dengan tepi atas model malam diukur. Jarak
tidak boleh kurang atau lebih dari 7 mm. Jika jarak kurang dari 7 mm maka sprue
dipotong atau dipendekkan. Jika lebih dari 7 mm maka sprue harus ditambah.
Kemudian sprue dihaluskan kembali permukaannya.
d. Seluruh permukaan model malam dan sprue diulasi dengan air sabun memakai kuas.
e. Bubuk bahan tanam ditimbang seberat 58 gram sebanyak dua kali untuk percobaan
yang normal dan encer, dan 63 gram sebanyak satu kali untuk percobaan yang kental.
Air diukur 20 ml sebanyak dua kali untuk percobaan yang normal dan kental, dan 25
ml sebanyak satu kalu untuk percobaan yang encer.
f. Air dituangkan terlebih dahulu ke dalam bowl, lalu bubuk bahan tana dimasukkan ke
dalam bowl yang telah berisi air.
g. Adonan diasuk sebanyak 45 putaran dalam 30 detik di atas vibrator. Adonan
dituangkan ke dalam bumbung tuang, yang telah lengkap dengan crucible former dan
malam model terpasang di atas vibrator.
h. Setelah bumbung tuang terisi penuh, bumbung tuang dipindahkan dari vibrator dan
diberi tanda (I untuk konsistensi normal, II untuk konsistensi encer dan III untuk
konsistensi kental).

4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1 Konsentrasi Bahan Tanam Gypsum Bonded

W/P ratio 20 ml/58 gr 25 ml/58 gr 20 ml/63 gr

Konsistensi adonan encer lebih encer kental

Manipulasi mudah dimanipulasi mudah dimanipulasi sulit dimanipulasi

Pada percobaan adonan gypsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 58 gr bubuk, sesuai
dengan aturan pabrik, konsistensi adonan normal. Pada adonan gypsum dengan w/p ratio 25
ml air dan 58 gr bubuk, konsistensi adonan lebih encer karena penambahan air sebanyak 5 ml.
Sedangkan pada adonan gypsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 63 gr bubuk, konsistensi
adonan kental karena penambahan bubuk sebanyak 5 gr.

5. PEMBAHASAN

Dental Wax
Dental waxes atau biasa disebut malam gigi merupakan salah satu material kedokteran
gigi yang berasal dari tanaman Candelilla yang tumbuh tersebar di Amerika Selatan. Malam
gigi biasanya terdiri dari 2 atau lebih komponen yang dapat berupa malam alami atau sintetis,
resin, lemak, minyak, dan pigmen (Anusavice,2013,p.195).
Malam gigi diklasifikasikan menjadi 3, pattern wax (inlay, casting, and baseplate
types), processing wax (boxing, utility, and sticky types), impression wax (bite registration and
correction types). Casting wax digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian dan kerangka
logam lainnya. Inlay wax digunakan untuk pembuatan pattern yang mulanya berasal dari emas
melalui proses pengecoran dan prosedur hot-isostatic-pressing pada ceramic (Anusavice,2013,
p.195).
Semua malam yang digunakan pada bidang kedokteran gigi memiliki struktur dominan
kristal dan ditandai dengan titik leleh yang baik. Pada pemanasan, titik endotermik kedua ada
pada suhu yang agak lebih rendah daripada titik leleh. Produsen dapat mengontrol titik leleh
dan titik lunak dengan memadukan campuran dari berbagai komponen mineral, binatang, dan
sayuran (McCabe&Walls,2008, p.41).
Bahan Tanam Tuang Gypsum-bonded
Bahan tanam tuang ini disediakan dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air dan
terdiri dari campuran silica (SiO2) dan kalsium sulfat hemihidrat bersama-sama dengan
komponen lainnya termasuk bubuk grafit atau bubuk tembaga dan berbagai komponen untuk
mengatur setting time. Gipsum kurang memuaskan untuk menjadi bahan tanam tuang untuk
alloy karena sifatnya yang mudah melepas air sehingga menyusut dan retak sebelum mencapai
suhu pengecoran. Tiga tipe bahan tanam tuang gypsum-bonded adalah sebagai berikut.
Tipe 1 Tipe thermal expansion; untuk casting inlays dan crowns
Tipe 2 Tipe hygroscopic expansion; untuk casting inlays dan crowns
Tipe 3 untuk casting complete dan partial dentures (McCabe&Walls,2008, p.49)
Gipsum merupakan bahan tanam tuang yang paling umum di bidang kedokteran gigi.
Bahan silika yang ditambahkan ke dental stone untuk menghasilkan bahan tanam tuang
gypsum-bonded. Bahan silika ditambahkan untuk meningkatkan pertahanan bahan tanam tuang
terhadap panas dan disebut material refrakter. Fungsi yang kedua adalah bahwa refrakter
meningkatkan ekspansi termal dari cetakan. Cetakan harus diperluas untuk mengkompensasi
penyusutan termal saat pengecoran logam padat sampai mendingin hingga suhu kamar. Jika
ekspansi cetakan tidak mengimbangi penyusutan termal maka pengecoran menjadi tidak
sesuai. Untungnya, bahan silika yang digunakan dalam penanaman bahan memiliki sifat termal
yang tidak biasa. Mereka menunjukkan peningkatan mendadak dalam ekspansi pada suhu
tinggi (Gladwin&Bagby,2013, p.144)

Berdasarkan pada percobaan, adonan gypsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 58 gr
bubuk, sesuai dengan aturan pabrik, konsistensi adonan normal atau encer. Pada adonan
gypsum dengan w/p ratio 25 ml air dan 58 gr bubuk, konsistensi adonan lebih encer karena
penambahan air sebanyak 5 ml. Sedangkan pada adonan gypsum dengan w/p ratio 20 ml air
dan 63 gr bubuk, konsistensi adonan kental karena penambahan bubuk sebanyak 5 gr.
Desain Optimal untuk Sprue
Adanya sprue former atau sprue pin bertujuan untuk memberikan jalan untuk alloy cair
agar dapat mencapai cetakan dalam bumbung tuang setelah malam dihilangkan. Restorasi atau
protesa yang besar, seperti kerangka gigi tiruan sebagian lepasan dan protesa gigi tetap, sprue
former dibuat dari malam (Anusavice,2013,p.213).
Pemilihan diameter dari sprue former tergantung pada perkiraan wilayah paling tebal
pada model malam. Jika pattern kecil maka sprue former juga kecil karena perlekatan sprue
former besar ke model yang tipis dapat menyebabkan distorsi. Sebaliknya, jika sprue former
terlalu kecil, area ini akan memperkuat diri sebelum pengecoran dapat terjadi porositas local
shrinkage (Anusavice,2013,p.213).
Posisi penempatan sprue former tergantung pada bentuk model malam. Beberapa
klinisi lebih memilih penempatan pada permukaan oklusal, dimana yang lain lebih memilih
tempat seperti dinding proksimal atau dibawah cusps yang tidak fungsional untuk
meminimalkan penghalusan dari anatomi oklusal dan area kontak. Seperti yang diindikasikan
sebelumnya, area ideal untuk penempatan sprue former adalah titik tonjolan terbesar dari pola
oklusal untuk menghindari distorsi dari area tipis dari malam selama perlekatan pada model
malam dan memungkinkan aliran secara menyeluruh dari alloy ke dalam kavitas cetakan
(Anusavice,2013, p. 214).
Perlekatan sprue former ke model malam pada umumnya digunakan untuk alloy emas
dengan kepadatan tinggi namun juga sering hanya terbatas pada alloy yang kepadatannya lebih
rendah. Penggunaan dari sprue former dapat diibaratkan sama dengan penggunaan
penampungan, memfasilitasi masuknya cairan alloy ke area model. Penampungan harus
ditambahkan pada sprue untuk menghindari porositas local shrinkage. Ketika alloy cair
mengisi bumbung tuang, area cetakan model harus diisi lebih dahulu sebelum mengisi area
penampungan. Jika memungkinkan, sprue former harus dilekatkan pada bagian dari cetakan
model yang memiliki area cross-sectional yang paling besar. Hal ini mempermudah flow dari
alloy cair dari bagian yang tebal ke area lebih tipis yang mengitarinya. Desain ini juga
meminimalisir resiko dari turbulensi (Anusavice,2013,p. 214).
Sprue former harus cukup panjang untuk memposisikan model cetakan ke bumbung
tuang dalam jarak 6 mm dari ujung bumbung tempat kita menuang dan harus demikian
pendeknya supaya alloy cair tidak mengeras sebelum keseluruhannya mengisi cetakan
(Anusavice,2013,p.214).
Sprue former harus dijauhkan dari area model malam yang tipis atau halus karena
logam cair dapat mengikis atau pecah pada saat penanaman dan mengakibatkan kegagalan
pengecoran. Sprue former harus tidak diletakkan pada permukaan yang datar pada sudut kanan.
Hal ini dapat menyebabkan turbulensi dalam rongga cetakan dan terjadi porositas yang parah.
Saat ini hasil yang memuaskan dapat diperoleh apabila sprue diletakkan pada sudut 45o ke
daerah proksimal (Anusavice,2013,p.214).
Panjang sprue former tergantung pada panjang bumbung tuang. Jika sprue terlalu
pendek, model malam mungkin jauh dari bagian akhir bumbung tuang sehingga terdapat gas
di dalam sehingga menganggu alloy cair untuk mengisi bumbung sepenuhnya. Ketika gas-gas
ini tidak dihilangkan, porositas dapat terjadi. Oleh karena itu, panjang sprue harus disesuaikan
sehingga bagian atas dari bumbung tuang adalah 6 mm dari ujung terbuka dari bumbung untuk
bahan tanam tuang gypsum-bonded. Untuk reproduktifitas akurasi pengecoran, harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat bumbung. Namun, posisi model malam untuk
tekanan vakum pengecoran mungkin berbeda. (Annusavice,2013,p.214-215).

Gambar 1. Komponen di dalam casting ring (Anusavice,2013,p.199).

Prosedur Pengecoran

Model malam harus dibersihkan terlebih dahulu dari minyak dan partikel-partikel kecil.
Pemberian wetting agent berupa air sabun bertujuan untuk menurunkan tegangan permukaan
model malam. Model malam dibiarkan di udara terbuka selagi menyiapkan proses penanaman
(Anusavice,2013,p.216).

Proses penanaman dimulai dari persiapan membagi bubuk dan cairan gipsum sesuai
dengan aturan yang sudah seharusnya. Cairan ditambahkan ke dalam mangkuk kering dan
bubuk secara bertahap ditambahkan ke cairan, menggunakan cara yang sama dalam
memanipulasi untuk meminimalkan terjadinya udara yang terjebak. Pencampuran dilakukan
lembut sampai semua serbuk telah tercampur (Anusavice,2013,p.216). Setelah itu, adonan dari
gipsum dapat dimasukkan ke dalam bumbung tuang sedikit demi sedikit dan dilakukan di atas
vibrator agar tidak ada udara yang terjebak.

Setelah 1 jam dilakukan penanaman, bumbung tuang siap dibakar untuk mengeluarkan
model malam dan sprue former. Crucible former dan logam sprue former dilepaskan secara
perlahan. Partikel-partikel kecil dibersihkan dari area tersebut. Selanjutnya bumbung tuang
ditempatkan pada tungku dengan suhu maksimum. Untuk bahan tanam tuang gypsum-bonded,
suhu yang tepat adalah 500oC untuk teknik higroskopis atau 700oC untuk teknik ekspansi
termal. Selama proses pembakaran, beberapa malam yang leleh diserap oleh bahan tanam tuang
dan karbon sisa yang dihasilkan menjadi terjebak dalam pori-pori bahan tanam tuang. Proses
pembakaran dianjurkan saat cetakan masih basah. Air yang terperangkap pada pori-pori bahan
tanam tuang mengurangi penyerapan malam dan ketika air menguap akan menghilangkan
malam dari cetakan. Proses ini dilakukan dengan menempatkan bumbung tuang dengan lubang
sprue berada di bawah (Anusavice,2013, p.217).

6. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice K., Rawls H. and Shen, C.(2013). Phillips' Science of Dental Materials. 12th ed.
Philadelphia: Elsevier,pp.195,199,213-217
2. Gladwin M., Bagby M.. (2013). Clinical Aspects of Dental Materials. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams&Wilkins,pp.144
3. McCabe, J. and Walls, A. (2008). Applied Dental Materials. 9th ed. New York, NY:
Blackwell Publishing Ltd, pp.41,49

Anda mungkin juga menyukai