Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut (cavum oris) dilapisi oleh jaringan lunak
berupa mukosa. Jaringan lunak tersebut berfungsi sebagai
pelindung dan menjaga mulut dari bakteri yang berpenetrasi
yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Selain
mukosa, dalam rongga mulut juga terdapat organ pelengkap
seperti lidah, palatum yang berfungsi dalam proses mastikasi
dan berbicara. Tidak hanya itu dalam rongga mulut juga terdapat
duktus-duktus

kelenjar

saliva

yang

bermuara

untuk

mengeluarkan air liur yang berfungsi dalam proses pencernaan.


1.2 Rumusan Masalah.
Dalam

penulisan

makalah

ini,

Penulis

mencoba

merumuskan beberapa masalah yang berhubungan dengan


jaringan material rehabilitative antara lain definisi basis gigi
tiruan, jenisnya, alat dan bahan untuk membuat basis gigi tiruan
yang terdiri atas model malam dan resin akrilik, proses
pembuatannya, definisi resin akrilik sebagai bahan basis gigi
tiruan, perbedaan restorasi dan rehabilitative, komposisi, sifat,
kegunaan dan cara manipulasi material basis gigi tiruan yang
terdiri atas resin akrilik dan model malam serta hal-hal apa saja
yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan basis gigi
tiruan

untuk

mendapatkan

hasil

yang

memuaskan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Basis Gigi Tiruan
2.1.1 Definisi
Base Plate adalah sesuatu sebelum terbentuk secara temporer
terbuat dari lak, lilin, atau resin akrilik, yang menggambarkan
dasar gigi tiruan dan digunakan untuk membuat catatan
hubungan maksilomandibular, untuk mengatur gigi artifisial, atau
untuk penempatan percobaan dalam mulut. Disebut juga record
base, temporary base, dan trial base.
2.1.2 Jenis Basis Gigi Tiruan
1. Heat-Accelerated Acrylic Denture Plastic
Metode umum untuk memproses material basis gigi akrilik
dengan aselerator panas adalah terdiri dari proses proportioning
dan mixing bubuk polimer dan liquid monomer dan membiarkan
monomer untuk bereaksi secara fisik dengan polimer didalam
wadah

terkunci

(cuvet)

sampai

adonan

itu

mencapai

konsistensinya sebelum di packing. Semua permukaan stone


pada mold dilapisi dengan alginate separator dan dibiarkan
mengering.Adonan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan
basis gigi (cuvet) yang berisi adonan resin akrilik dan diberi
tekanan pelan dengan alat flask press sampai tidak ada ruang
yang tersisa dan adonan terlihat mengkilat.

Polimerisasi disempurnakan dengan penggunaan panas dan


tekanan, yang terus diberikan sampai polimerisasi sempurna.
Flask (cuvet) didinginkan dengan temperatur kamar, dan adonan
dikeluarkan dari flask (cuvet), finishing, dan polishing. Powder,
yaitu polimer ditambah initiator dan liquid, yaitu monomer dan
inhibitor diproporsionalkan dengan ratio volume 3 : 1.
2. Chemically-Accelerated Acrylic Denture Plastic
Basis gigi akrilik dengan aselerator kimia biasa disebut juga
dengan chemically curing resin, self-curing resin, cold-curing
resin, atau autopolymerizing resin, yang sama dengan basis gigi
akrilik aselerator panas. Perbedaan umumnya adalah pada reaksi
polimerisasi

ini

dipercepat

secara

kimiawi,

seperti

N,N-

peroxide

pada

bebas

untuk

dihydroxyethyl-para-toluidine.
Aselerator

amine

temperatur

bereaksi

kamar

dan

dengan

initiator

memproduksi

radikal

menginisiasi reaksi polimerisasi. Kecuali pada inisiasi, reaksi


polimerisasi

lainnya

sama

dengan

tipe

aselerator

panas.

Reaksinya adalah exoterm dan polimerisasi tetap menghasilkan


penyusutan
Prosedur

umum

volume.
untuk

compression

molding

pada

plastis

akselerator kimia, sama dengan tipe aselerator-panas, kecuali


setelah penutupan cuvet yang terakhir. Adonan dibiarkan untuk
polimerisasi pada temperatur kamar atau pada air yang hangat.
Material aselerator kimia mulai berpolimerisasi segera setelah
powder dan liquid dicampurkan dan diproses lebih cepat
melewati tahap konsistensi daripada tipe aselerator panas.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi
packing hanya 5 menit untuk tipe aselerator kimia, dibandingkan
dengan 15 menit untuk tipe aselerator panas. Penambahan

working time dapat dilakukan dengan mendinginkan bahanbahan

dan

alat

mixing

ke

dalam

lemari

2.1.3 Alat dan Bahan


1.

Pembuatan model malam


Pisau wax / Lecron
Lampu spiritu
Lempeng kaca
Jangka sorong / penggaris
Base Plate Wax
Air sabun

2.

Penanaman model malam


Cuvet ukuran M / L
Bowl dan Spatula
Gelas ukur dan timbangan
Vibrator

Kunci pas no. 10


Alat pres
Gips tipe II
Vaselin

Air
3. Pembuangan model malam (Wax elimination)
Kompor dan Panci
Tali
Kunci pas no. 10
Kuas
Deterjem
Air
4. Pengolahan resin akrilik
Sonde dan Pinset
Kuas kecil
Kapas
Lecron
Semen spatula
Alat press
Cawan porselein
Kertas cellophane
Cold mold seal
Powder polimer dan liquid monomer
Spuit

pendingin.

5.

6.

Pemasakan Resin Akrilik (Curing)


Kompor
Tali
Panci
Mengeluarkan model resin akrilik dari cuvet (Deflasking)

Gergaji besi / pisau gips


Kunci pas no. 10
Lecron
2.1.4 Proses Pembuatan
2.1.4.1 Model Malam (Wax)
1. Siapkan model malam dengan memotong sesuai ukuran yang
diperlukan.
2. Dengan menggunakan bantuan lampu spiritus, sesuaikan
bentuk wax dengan cetakan.
FLASKING
1. Olesi dinding cuvet dengan vaselin tipis saja.
2. Isi cuvet dengan adonan tipe II hingga penuh, getarkan diatas
vibrator.
3. Model malam ditanamkan dalam cuvet, permukaan model
malam rata dengan gips.
4. Cobakan cuvet atas sebelum adonan mengeras.
5. Setelah adonan gips pada cuvet bawah mengeras permukaan
gips diolesi vaselin.
6. Pasangkan cuvet atas, kemudian isi dengan adonan gips tipe
II, getarkan diatas vibrator.
7. Pasang tutup cuvet atas, kemudian dipress hingga rapat
(metal to metal), sekrup dikencangkan.
8. Tunggu sampai adonan gips mengeras.
WAX ELIMINATION
1. Didihkan air dengan suhu lebih kurang 100C.
2. Celupkan cuvet yang diikat tali, tunggu lima menit.

3. Angkat cuvet, buka, keluarkan cairan malam.


4. Bersihkan mold space dengan menyiramnya dengan air panas
yang dicampur
detergen.
5. Bersihkan juga cuvet atas.
2.1.4.2 Basis Gigi Tiruan
PACKING
1. Siapkan mold space tepi gips yang di bevel.
2. Olesi permukaan mold space dengan Cold Mold Seal dengan
menggunakan kuas.
3. Tunggu hingga kering.
4. Siapkan monomer didalam mangkok/cawan porselen.
5. Masukkan bubuk polimer sedikit demi sedikit sampai terlihat
seperti pasir
basah dan getarkan mangkok tersebut (kelebihan monomer akan
naik ke permukaan).
6. Taburi lagi polimer sampai tidak ada kelebihan monomer.
7. Bila telah mencapai fase dough stage, ambil seluruh adonan
dengan menggunakan semen spatula dan letakkan dalam mold
space. Lapisi permukaan dengan keras cellophane.
8. Pasang cuvet atas beserta tutupny, lakukan pengepresan
ringan (jarak antar cuvet 2 mm)
9. Buka cuvet atas dan buang kelebihan adonan.
10. Lakukan sampai cuvet metal to metal kontak.
11. Lihat apakan ada porus. Bila ada bagian tersebut ditusuk
dengan sonde dan dilapisi monomer.
12. Bila tidak ada lagi kelebihan akrilik dan porus dapat dilakukan
pengepresan akhir, kertas cellophane dilepas.
13. Pasang sekrup dan lakukan pres akhir.

CURING
1. Rebus air dalam panci.
2. Masukkan cuvet.
3. Setelah mendidih kembali biarkan selama 20 menit.
4. Cuvet diangkat, tunggu 10 menit.
DEFLASKING
1. Sekrup dibuka tutup cuvet dibuka.
2. Lepaskan cuvet bawah dengan cara mengetuk bagian dasar
cuvet.
3. Bongkar secara hati-hati.
2.1.5 Definisi Resin AkrilikResin akrilik adalah istilah umum buat
bahan

resin

dari

berbagai

ester

asam

akrilat.penggunaan

utamanya adalah dalam pembuatan protesa dan gigi sintetik


Dalam kedokteran gigi sering digunakan plastic khusus bidang
prosto.Contoh plastic yang sering digunakan adalah akrilik.Akrilik
yang paling sering dan sudah diterima dan akrilik mendapat nilai
95% dalam penggunaannya dalam prosto.Akrilik mungkin halus
dan lentur atau kaku dan rapuh sehingga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan .Akrilik terbuat dari plastic .Akrilik juga
digunakan untuk jaringan lunak pada permukaan baik komplet
dan

parsial.

2.1.6 Perbedaan Restorasi dan Rehabilitatif


Restorasi adalah suatu tambalan dalam kedokteran gigi karena
kehilangan bagian di gigi agar dapat mengembalikan fungsi
sebagian maupun permanen,menugar bentuk dan penampilan
gigi.Restorasi juga bermakna dalm teknik perbaikan dengan
menggunakan material, metode manipulasi, teknik pencampuran
dengan seni kedokteran gigi sampai hasilnya berkesimbung.

Sedangkan rehabilitasi adalah pemugaran kembali pada bentuk


dan fungsinya yang normal karena telah kehilangan gigi secara
sempurna.

Contohnya

pada

occlusal

rahabilitasi,pemugaran

integritas fungsional lengkung gigi dengan menggunakan inlay,


mahkota, jembatan dan protesa sebagian.
2.1.7 Komposisi, Sifat, Kegunaan dan Manipulasi
2.1.7.1 Resin Akrilik
Resin Akrilik
Definisi

Jenis resin sintetik yang palig banyak digunakan dalam bidang


kedokteran gigi sebagai basis dari gigi tiruan, disebut Polymetil
Metacrylate (PMMA). Klasifikasi

resin ini

berdasarkan cara

polymerisasinya yaitu :
- Heat Polymerizable Polymers / Heat Cured Acrylic
- Autopolymerizable Polymers / Self Cured Acrylic
- Thermoplastic Blank/Powder (Light Activated Materials)
- Visible Light Cured
- Microwave-Cured Materials
Bahan Polymethyl Metacrylate (PMMA) yang dapat berperan
sebagai basis gigi tiruan:
- Pour Type of Denture Basis
- High Impact Strength Materials
- Rapid Heat Polimerized Resin
- Light Activated Denture Base Resin
Poly (Methyl Metacrylate) polymers dikenal pada tahun 1937
sebagai

material

basis

gigi

tiruan.

Sebelumnya,

fenol

formaldehid, vynil plastic, porcelain, vulcanite nitroselulosa biasa

digunakan

untuk

basis

gigi.

Bentuk Fisik dan Komposisi


Basis Gigi resin ini biasanya tersedia dalam bentuk bubuk, liquid
dan

gel.

Powder
Umumnya

mengandung

ditambahkan

sejumlah

poly(methyl

kecil

dari

ethyl,

metacrylate)
butyl,

serta

dan
alkil

metacrylate lainnya untuk menghasilkan suatu polymer yang


lebihtahan

terhadap

fraktur

/impact/tubrukan.

Powder

juga

mengandung suatu initiator seperti benzoil peroxide untuk


mengaktifkan reaksi polymerisasi dari monomer liquid setelah
ditambahkan

ke

powder/bubuk.

Plasticizers seperti dibutil phthalate dapat disatukan dengan


bubuk/monomer dan bahan ini berfungsi untuk meningkatkan
kelunakan/fleksibilitasnya. Partikel inorganic seperti glass fiber /
zirconium

silikat

ditambahkan

ke

bahan

basis

gigi

tiruan

tersebut. Partikel-partikel ini biasanya diolah dengan suatu


coupling agents berupa triethoxysilane untuk meningkatkan
kelembapan/wetting serta ikatan dari partikel-partikel inorganic
dan plastic. Penambahan serat kaca/glass fiber dan alumina
meningkatkan kekakuan, menurunkan koefesien termal expansi
serta meningkatkan thermal conductivity, diffusivity.
LIQUID
Komponen liquid dari resin akrilik ini adalah methyl methacrylic
namun dapat ditambahkan dengan monomer-monomer lainnya
karena monomer-monomer ini dapat dipolymerisasi oleh panas,
cahaya, dan sedikit oksigen. Suatu inhibitor (bahan yang
mencegah atau mengendurkan reaksi kimia) yaitu berupa

hydroquinone.

Plasticizers

yang

ditambahkan

untuk

menghasilkan suatu produk yang lebih halus adalah dibuthyl


phthalate yang mana memiliki berat molekul yang relative
rendah dan polimer nantinya dibuat lebih relisient (daya lenting).
Selain inhibitor juga ada akselarator kimia, bahan ini digunakan
untuk

mempercepat

memungkinkan

dekomposisi

terjadinya

ddari

polymerisasi

peroxide

pada

suhu

dan
kamar.

Sebuah akselarator kimia yang termasuk kedalam liquid seperti


tersier amine, sulfide acids, suatu amina yang berupa (Ndimethyl para toluidine).
Type Gel
Tipe ini juga dapat dijadikan sebagai basis gigi tiruan contonya
seperti vynil akrilik dalam bentuk gel. Gel ini memiliki komponen
yang sama seperti tipe bubuk-liquid, kecuali liquid dan bubuk
telah dicampur untuk membentuk sebuah gel dan dibuat dalam
bentuk

lembaran

yang

tebal.

Di

dalam

bentuk

ini

tidak

menggunakan akselarator kimia, karena initiator, akselarator dan


monomer akan bereaksi pada kontak bagian dalam. Temperatur
penyimpanan dari suatu gel dan jumlah dari inhibitor yang
tersedia telah memiliki suatu efek yang jelas pada keawetan
material ini. Ketika disimpan dikulkas dapat bertahan selama dua
tahun.
SIFAT-SIFAT
Kekuatan
Lazimnya

heat

accelarated

resin

akrilik

masih

sering

digunakan sebagai dasar basis gigi tiruan. Material ini memiliki


tipe rendah dalam kekuatan, lebut dan lumayan fleksible, mudah
rapuh dan lumayan tahan terhadap kegagalan dalam bekerja.

Tensile & Compressive Strength


Polymethyl metacrylate dan polivynil akrylik memiliki tensile &
compressive strength yang sesuai untuk aplikasi gigi tiruan
sebagian/penuh.

Fraktur-fraktur

dari

material

ini

biasanya

disebabkan oleh kecelakaan/jatuh pada gigi tiruan/kesalahan


perakitan.
Elongation
Elongation dalam kombinasi dengan ultimate strength adalah
suatu indikasi dari kekerasan suatu plastik. Nilai untuk persen
elongation dari polyvinyl akrilik dianggap lebih tinggi daripada
polymethyl methacrylate dan seperti yang diharapkan, polyvinyl
akrylik lebih kuat dan deformasinya lebih besar sebelum terjadi
fraktur.
Impact Strength
Adalah suatu ukuran dari energy yang diabsorbsi oleh suatu
material ketika itu dihancurkan oleh pukulan secara tiba-tiba.
Impact Strength untuk polyvinyl akrylik adalah dua kali dari
polymethyl metacrylate yang mengindikasikan bahwa polyvinyl
akrilik mengabsorbsi dan lebih banyak energy ketika tubrukan
dan ia lebih resisten terhadap fraktur.
Resistance Abrasive
Merupakan suatu sifat bahan material yang tahan terhadap
abrasive dan vynil akrylik memiliki resistance abrasive yang
paling

baik.

Thermal Conductivity
Basis gigi tiruan berbahan dasar resin ini merupakan suatu
konduktor yang kurang baik, jika dibandingkan emas, alloy
kobalt, bahkan gigi manusia. Thermal conductivity yang bernilai
rendah ini menjadikan basis gigi tiruan ini mampu bekerja
sebagai

suatu

insulator

diantara

jaringan-jaringan

mulut

terhadap material yang yang bersifat terlalu panas atau terlalu


dingin.
Specific Heat
Dapat menunjukka suatu perbandingan dari thermal conductivity
dari

suatu

produk.

Kecepatan gerak yang lebih besar dengan transfer panas melalui


suatu material dan spesifik heat untuk polymethyl metacrylate
dan polyvinyl akrylik hampir memiliki kemiripan.
Water Sorption & Sollubility
Penyerapan dari air juga dapat mengubah dimensi dari basis gigi
tiruan yang terbuat dari akrylik. Perubahan dimensi ini terjadi
pada hampir setiap bagian. Basis gigi tiruan ini dari type yang
sama bisa memiliki variasi dalam penyerapan air karena adanya
bahan tambahan, poly methyl metakrylate memiliki penyerapan
air yang relative tinggi dengan nilai 0,69 mg/cm2 , sedangkan
polyvinyl akrylik memiliki nilai yang agak rendah yaitu 0,26
mg/cm2. Namun suatu basis gigi tiruan berbahan dasar resin
akrylik ini harus memiliki suatu nilai penyerapan air yang tidak
lebih dari 0,8 mg/cm2 dan nilai kelarutan yang tidak lebih besar
dari 0,04 mg/cm2.
Resisten

terhadap

Asam,

Basa

dan

Larutan

Organik

Ketahanan dari basis gigi tiruan berbahan dasar resin akrilik ini
terhadap campuran air yang mengandung asam lemah atau basa
sangat baik. Basis gigi ini sangat resisten terhadap larutan
organic. Dengan adanya poly (methyl metacrylate) menjadi lebih
resisten

dibandingkan

polyvinyl

akrilik,

keduanya

dapat

dilarutkan dalam hydrocarbon aromatik, keton, ataupun ester.


2.1.7.2 Model Malam (Wax)

Wax banyak digunakan dalam klinik kedokteran gigi maupun


laboratorium. Meskipun tidak digunakan sebagai hasil akhir
tetapi sangat penting perqan wax dalam proses pembuatan
suatu

material

kedokteran

gigi.

Komposisi
Wax terdiri atas banyak komponen, antara lain sebagai berikut:
Mineral (paraffin, mikrokristalin, barndahl, ozokerite, keresin,
dan montan).
Tumbuhan (carnauba, ouricury, candelilla, japan wax, cocoa
butter).
Hewan (spermaceti).
Sintetik (acrawax, aerosol OT, castrowax, flexo, epolene, N-10,
albacer, aldo 33, durawax 1032).
Lemak (stearic acid, glyceril, tristearate).
Rosin (copal, dammer, sandarac, mastic, shellac, kauri).
Asam lemak.
Minyak.
Resin (sintetik, elvax, polyethylene, polystyrene)
Pewarna.
Serangga (beeswax).
Menurut ikatan kimianya, wax berupa:
CH3(CH2)15-42CH3 dan O
CH3(CH12)15-42CH2COCH2(CH2)28CH3
Wax diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.

Wax pattern untuk membuat model sebelum menjadi hasil.


Casting wax
Baseplate wax
Inlay wax
Processing wax untuk membuat pengecoran atau
mencetak atau menambal.

Boxing
Beading
Utility
Sticky wax
Sifat

Karena komposisinya yang sangat lengkap maka wax memiliki


sifat yang berbeda dengan material lain. Beberapa sifat wax
antara lain:
Melting Range
Karena terdiri atas banyak komponen, wax tidak mencair pada
temperature tertentu dan tidak memiliki titik cair tetapi memiliki
rentang cair. Meskipun telah dipanaskan menjadi wax tetap akan
berubah menjadi padat kembali.
Non-residue (tidak memiliki sisa)
Karena wax akan habis ketika proses, maka wax yang dibakar
akan memanas tetapi tidak meninggalkan sisa (ampas) yang
dapat menurunkan kualitas dari akhior restorasi.
Daya alir (flow)
Flow adalah perubahan bentuk di bawah tekanan. Hal ini
disebabkan

oleh

adanya

molekul

yang

saling

berikatan

sesamanya yang menyebabkan terjadinya reaksi. Pada suhu


rendah, wax akan mengalir tetapi pada suhu yang mendekati
cair, daya alir meningkat sangat dramatis.
Thermal expansion
Ketika

wax

memanas

maka

wax

akan

berekspansi.

Cara

menghitung thermal expansi wax adalah bagian wax dikali 1000


dibagi

denagn

0C

temperaturnya.

Residual Stress
Yaitu waktu stress wax yang hasil manipulasi selama pemanasan,
pendinginan,

pelengkungan,

pembentukan

atau

manipulasi.

Stress pada wax akan terjadi ketika suhu wax meningkat

sehingga molekul wax dapat bergerak dengan bebas. Munculnya


residual stress pada suhu tinggi menyebabkan irreversible
deformasi yang dapat merusak wax pattern.
Ductility.
Modulus elatis.
Kegunaan
Secara umum wax berguna untuk membuat model restorasi gigi
seperti mahkota atau partial denture yang biasa memakai wax.
Secara rinci kegunaan wax adalah sebagai berikut.
Inlay wax

berguna

mahkota,

untuk

membuat

inlay

wax pattern

atau

menjadi

jembatan.

Casting wax berguna untuk membentuk wax pattern dari


framework metal dari partial denture yang removable (bisa
dipindahkan).
Baseplate wax berguna untuk membuat kontur denture dan
menguatkan posisi gigi sebelum dipasang akrilik (pada proses
resin akrilik, sebelumnya ditanam model malam).
Boxing dan utility wax berguna untuk membantu pembuatan
model, cetak, dan selama solder.
Sticky wax berguna untuk memasang metal atau resin berupa
lempeng pada posisinya atau melapisi plaster ke model gips
untuk membentuk porcelain facings.
Corrective impression wax berguna untuk pelapis cetakan
original untuk membentuk jaringan lunak dan fungsinya.
Bite registration wax berguna untuk membuat hasil yang tepat
pada artikulasi model yang melintang.
Manipulasi
Proses

manipulasi

pembentukan,

dimulai

pelengkungan

dari

pemanasan,

sampai

menjadi

pendinginan,
bentuk

yang

diinginkan untuk melengkapi kegunaan suatu proses dalam

material

kedokteran

gigi.

Seperti

yang

telah

dijelaskan

sebelumnya, wax berfungsi sebagai model dalam restorasi gigi


sehingga pada tahap akhir wax akan menghilang dan tidak
meninggalkan sisa. Dengan demikian tidak ada cara manipulasi
khusus wax karena selalu dipadukan dengan material lain dan
wax

hanya

digunakan

pada

tahap

awal

dan

kemudian

dimanipulasi dengan material lain.


2.1.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Flasking : Penanaman Model
Adalah suatu tahap yang pada dasarnya adalah penanaman
model pada kuvet bagian bawah dengan gips plaster (plaster of
paris). Untuk metode Pulling the Casting, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Model tertutup gips
b. Wax dan gigi terbuka
c. Pastikan model dapat masuk secara sempurna pada kuvet
bawah, jika tidak dapat masuk dengan baik, maka perlu
digunakan trimmer.
Flasking dengan metode Pulling the Casting mempunyai langkahlangkah seperti di bawah ini:
1. Kuvet, perlu dipastikan terlebih dahulu apakah terjadi metal to
metal atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memastikan dan
menjadi patokan keadaan kuvet pada saat dipress waktu
pembuatan kontra model nantinya.
2. Memastikan model kerja dapat masuk secara baik ke kuvet.
Jika model terlalu besar atau kuvet terlalu kecil bisa disesuaikan
ukuran model kerja dengan menggunakan model trimmer.
Dengan langkah yang benar dan benar-benar dipastikan model
kerja masuk ke dalam kuvet.

3. Mengaduk gips dengan perbandingan gips:air sebesar 3:2. Hal


yang perlu diperhatikan adalah dalam mengaduk gips kecepatan
pengadukan benar-benar harus diperhatikan.
4. Gips yang sudah diaduk dimasukkan ke dalam kuvet bawah
sampai kira-kira setinggi tiga perempat kuvet. Tetapi, dengan
lebih banyak gips yang dimasukkan, maka tambalan gips akan
semakin mungkin dihindari.
5. Masukkan model ke dalam kuvet bawah yang sudah terisi gips.
Tekan secara hati-hati model kerja sampai menyentuh dasar
kuvet.
6. Setelah model kerja masuk, segera suspensi air dan gips
dibentuk sesuai dengan metode flasking Pulling the Casting,
yaitu

wax

dan

model

kerja

tidak

tertutup

dengan

gips.

Permukaan model kerja yang terbuka harus tertutup dengan


gips.
7. Merapikan dan memastikan bagian permukaan gips sehingga
tidak terjadi undercut, atau tonjolan yang tajam, yang ditakutkan
akan mengkait dengan kuvet atas sehingga kuvet atas dan
bawah susah dibuka. Sehingga pastikan seluruh permukaan gips
landai.
8. Bagian bibir kuvet jangan sampai tertutup oleh gips, karena
dimungkinkan terjadi metal to metal contact.
9. Saat gips mengalami setting, kuvet akan terasa panas. Saat
menunggu setting usai (dingin kembali) bisa dilakukan beberapa
hal, yaitu:
a. Memastikan kuvet atas dan kuvet bawah terjadi metal to metal
contact. Bisa dilakukan dengan mengurangi permukaan gips
dengan menggunakan lee-crown mess.
b. Menghaluskan permukaan gips dengan ampelas.

10. Pembuatan kontra model dilakukan minimal saat kuvet


menjadi dingin kembali (sekitar satu jam).
11. Pembuatan kontra model diawali dengan mengolesi seluruh
permukaan yang ada di kuvet bawah dengan vaselin kecuali gigi.
Pemberian vaselin harus merata dan jangan sampai tebal di
suatu daerah saja, namun ketebalannya harus sama.
12. Memulai pembuatan kontra model dengan memasang kuvet
atas tanpa penutupnya.
13. Aduk adonan gips sesuai dengan ketentuan sama dengan
waktu penanaman model kerja. Setelah semua gips masuk ke
dalam kuvet atas, jangan lupa diketuk-ketuk agar udara yang
terjebak keluar sehingga tidak terjadi porus
14. Tutup kuvet atas, kemudian press kuvet tersebut hingga
metal to metal contact. Kemudian akan terasa hangat (gips
sedang mengalami setting). Dianjurkan jangan melepas press,
agar keadaan kuvet tetap rapat.
15. Setelah itu dilakukan proses wax elimination, namun
sebaiknya dilakukan minimal setelah satu jam pengerjaan kontra
model (gips kembali dingin kembali).
2. Wax Elimination / Boiling Out
Pada metode flasking Pulling the Casting, kuvet tidak boleh
dibuka sebelum melakukan wax elimination. Berikut adalah
tahap-tahap melakukan wax elimination:
a. Siapkan panci, kemudian isi air sampai kuvet terendam.
b. Masukkan kuvet yang sedang di press ke dalam panci. Untuk
kuvet bersekrup disarankan tetap menggunakan press saat
boiling out agar memudahkan untuk mengangkat kuvet dari
panci nantinya. Kemudian panaskan sampai mendidih selama 1
jam, dan terlihat adanya malam cair di dalam air yang keluar dari
kuvet.

c. Setelah mendidih dan sudah 1 jam, kuvet dapat diangkat dari


panci. Lalu buka kuvet atas dan kuvet bawah. Siram dengan air
mendidih untuk menghilangkan sisa-sisa malam pada kuvet,
sampai benar-benar bersih dan tidak ada yang menempel lagi,
terutama pada bagian bukal flange. Apabila wax yang digunakan
pada saat wax elimination kualitasnya kurang baik, atau air yang
disiramkan kurang panas, hal ini bisa menyebabkan residual atau
sisa-sisa wax dapat tertinggal sehingga mengganggu daya kerja
separating medium (CMS dan cellophan) dan dapat terbentuk
permukaan yang baru. Separating medium adalah suatu bahan
yang digunakan untuk mencegah perlekatan dari dua permukaan
dan macamnya tergantung dari indikasi penggunaannya.
d. Pada kuvet terbentuk mould space (ruang cetakan) yang
nantinya akan diiisi resin pada proses packing. Tunggu sampai
dingin dan kering untuk selanjutnya dilakukan packing.
3. Packing
Flask seharusnya sudah cukup dingin ketika material akan dipack. Untuk mengisi mould yang sudah terbentuk di dalam flask,
kita memelukan suatu material yang cukup padat dan kuat untuk
membiarkan bagian flask dipres bersama dengan tekanan yang
cukup untuk berkondensasi dengan material. Namun harus tetap
lembut dan nyaman untuk dipakai pada pasien. Dalam proses
packing, material yang paling sering digunakan adalah resin
akrilik

atau

methyl

methacrylate

untuk

heat-curing.

Pada dasarnya, proses packing adalah proses yang dilakukan


untuk mem-packing resin akrilik itu sendiri. Proses tersebut
secara bertahap adalah sebagai berikut:
a. Buat canal minimal 3 buah di luar mould space yang berfungsi
sebagai jalan keluarnya kelebihan resin akrilik saat pengepresan
dengan press besar.

b. Olesi kuvet bawah, terutama bagian mould space dengan


salah satu separating medium yaitu CMS (Could Mould Seal).
Guna CMS dalam pengerjaan ini adalah untuk memblocking saat
processing, agar air tidak masuk ke dalam kuvet. Selain itu, CMS
berfungsi untuk membatasi kuvet atas dan kuvet bawah agar
mudah terpisah saat dibuka setelah processing. Dalam mengoles
CMS, cukup sekali ulas dan jangan diulas berkali-kali. Jika kita
mengulanginya secara berkali-kali maka lapisan yang terbentuk
pertama kali akan robek oleh pulasan kuas yang kedua sehingga
olesan yang terbentuk tidak menutup sempurna dan resin yang
dihasilkan bisa porus. Bila tidak ada CMS, kita bisa menggantinya
dengan kanji.
c. Ke dalam stellon pot, kita masukkan monomer. Dalam
menyiapkan resin akrilik, monomer yang digunakan harus sesuai
perbandingannya

dengan

polimer

(monomer

harus

bisa

membasahi polimer secara merata)yaitu umumnya 1 : 2,5 tetapi


tergantung dari produk yang digunakan. Pencampuran monomer
dan polimer harus hati-hati. Tidak boleh diaduk karena dapat
menyebabkan

porus.

Sebaiknya

stellon

pot

ditutup

agar

monomer tidak mudah menguap. Resin akrilik bisa diisikan ke


mould space pada saat fase di mana resinnya sudah tidak
berbentuk benang dan serat serta sudah bisa dibentuk, yaitu
yang disebut fase dough. Apabila sudah masuk fase rubbery,
resin sudah mengeras sehingga tidak dapat dibentuk lagi.
d. Kuvet atas dan kuvet bawah harus ditutup tetapi sebelum
ditutup harus dilapisi dengan cellophan yang sebelumnya sudah
dibasahi air. Fungsi cellophan adalah untuk membatasi resin
dengan kuvet atas.
e. Tujuan ditutupnya kuvet atas dan kuvet bawah adalah untuk
pengepressan dengan trial closure (press besar) sehingga bisa

menekan keluar bila ada kelebihan resin. Setelah dipress, kuvet


dibuka

kemudian

bersihkan

kelebihan

resin

dengan

menggunakan lee crown mess. Jika sudah tidak ada kelebihan


resin kemudian press sekali lagi dengan trial closure hingga
kuvet atas dan kuvet bawah metal to metal contact. Kemudian
buka kuvet lalu lepas cellophan dan tutup lagi kuvet tersebut
untuk dilakukan pengepresan dengan press kecil. Setelah dipress
dengan press kecil jangan dibuka. Minimal satu jam setelah
pengepressan dilakukan processing tetapi tidak boleh lebih dari
24 jam.
4. Prosessing
Dalam processing kita bisa menggunakan dua alternatif yaitu
cara konvensional dengan panci dan kompor gas dan cara
modern dengan curing unit.
a. Processing dengan panci dan kompor gas
Kuvet yang telah berisi resin akrilik dimasukkan ke dalam
panci yang telah diisi air, kemudian dipanaskan di atas api
kompor

sedang.

Suhu

dibiarkan

naik

perlahan

hingga

mencapai kurang lebih 70o C. Suhu ini dipertahankan hingga


1 jam 30 menit dengan mengecilkan api kompor atau
menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu
dinaikkan dari 70o C menjadi 100o C (mendidih) dan dibiarkan
selama

30

menit.

b. Processing dengan Curing Unit


Alat kuring unit yang dipergunakan terbuat dari bak stainless
steel berukuran 35x48x53 cm. Alat ini dilengkapi dengan
sensor panas yang dihubungkan dengan pembaca suhu di
bagian dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang komponen
pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang digunakan
telah

dikalibrasi

untuk

pengendalian

suhu

dan

waktu.

Pemrosesan resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring


unit dengan 5 liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan
waktu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diatur
pemanasan mulai suhu kamar dinaikkan perlahan-lahan
hingga mencapai suhu 70o C. Suhu ini dipertahankan sampai
1 jam 30 menit. Tahap kedua suhu dinaikkan menjadi 100o C
dan dipertahankan selama 30 menit.
5. Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa
protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan
tahap yang cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam
melakukannya karena akan berakibat fatal jika gagal dan
dapat mengakibatkan kerusakan pekerjaan yang telah kita
lakukan.

Jadi,

harus

benar-benar

diperhatikan

langkah-

langkahnya, yaitu:
a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba
membuka kuvet atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita
bisa membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax
mess pada ketiga ujung kuvet.
b.

Melepas

menggergaji,

hasil

pekerjaan

tetapi

akan

bisa

dilakukan

dikhawatirkan

dengan

merusak

hasil

pekerjaan itu sendiri jika tidak berhati-hati. Namun, ada cara


yang

lebih

aman,

yaitu

dengan

merendamnya

hingga

semalaman (over night), maka gips akan menjadi jenih


sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya dengan
bantuan wax mess atau lee-crown mess.
6. Finishing dan Polishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur
resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking.
Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum

untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah


kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak dipolishing untuk daerah basal dengan tujuan agar bisa
menempel erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin
akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak seimbang.
Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada daerah
resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan
regangan yang semula tidak seimbang menjadi seimbang dan
akan

membuat

daerah

basal

lebih

menyatu.

Semua

permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat


mungkin.
Pengerjaan finishing dan polishing menggunakan bur yang
dipasang pada mini drill yang juga tersambung dengan
adaptor.
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.
2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan
menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.
3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada
lagi permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan,
basahi ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan
resin akrilik dengan ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat
resin akrilik semakin halus dan mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice
(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih
banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata bur.

3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area


permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus
ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan
kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok
permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.

Anda mungkin juga menyukai