Disusun oleh :
Diny ‘Ilmy ‘Afifah (151810513008)
Akrilik berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini
berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil
metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan
untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk
bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan
pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan
(artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
Resin akrilik adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non metalik yang
dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic. Resin ini dapat dibentuk selama masih dalam
keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi
antara polymer dan monomer. Berdasarkan polimerisasinya, resin akrilik dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a) Heat Cured Akrilik (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proses polimerisasinya).
b) Self Cured Akrilik (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
c) Light Cured Akrilik Resin.
Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian
(packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau
boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan
kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan dapat dilakukan dengan
cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin akrilik, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5
cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga
mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian
temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).
Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan
selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature
ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api
segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara
perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan
akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara
perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena
perubahan plastis. Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu
dikontrol perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah
menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang
sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan akrilik. Hal-hal yang
menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:
Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada
temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan sisa monomer
yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a) Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b) Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak
dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan
sifat-sfat optic akrilik. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak
geleembung yang tidak beraturan pada permukaan akrilik) dan gaseous porosity (berupa
gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian akrilik yang tebal dan jauh
dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada akrilik yang telah mengeras adalah terjadinya
crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng
menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena
pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin akrilik, terutama pada proses
reparasi.Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan
denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan
menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke
dalam akrilik sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari akrilik maka
dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture
porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture akrilik;retak-retak
dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer
berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
a. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
b. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama
pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)
BAB III
METODE PENELITIAN
Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin akrilik merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon
non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin akrilik terdiri dari cairan/monomer (monomethyl
methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl methacrylate). Manipulasi
dengan mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3
menurut volume atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan akrilik kedalam
rongga cetak (mould space) adalah dough stage.
c. Untuk akrilik heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya
memerlukan pemanasan. Ada empat tahap yang diperllikan untuk
mencapai polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi
dan chains transfers.
2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
b. Penghantaran panas.
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan
pendinginannya.
d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic
tapi larut dalam keton dan ester.
f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
g. Sifat estetika cukup memuaskan
h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan
gejala-gejala alergi
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
O’Brien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection. 9th
edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.