Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK GIGI TIRUAN LENGKAP LEPASAN AKRILIK


“PROCESSING AKRILIK”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Teknik Gigi Tiruan Lengkap

Dosen Pembimbing : Sujati, drg., M.Kes.

Disusun oleh :
Diny ‘Ilmy ‘Afifah (151810513008)

PRODI TEKNIK GIGI


FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak
khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal
estetik maupun dalam hal fungsinya. Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di
mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan
bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan
mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi
polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
Akrilik berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan
polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu.
Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer) mono methyl
methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate. Berdasarkan
reaksinya, resin akrilik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 
 Heat Cured Akrilik ( membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proes polimerisasinya).
 Self Cured Akrilik ( dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).
 Light Cured Akrilik Resin.
1.2 Tujuan
1. Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.
2. Mengetahui jenis dari resin akrilik.
3. Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.
4. Mengetahui nilai Resin Akrilik sebagai bahan restorasi.

4.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memanipulasi resin akrilik?
2. Apa saja jenis resin akrilik yang digunakan pada gigi tiruan lepasan?
3. Apa saja sifat yang ada pada resin akrilik?
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Akrilik berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini
berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil
metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan
untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk
bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan
pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan
(artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
Resin akrilik adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non metalik yang
dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic. Resin ini dapat dibentuk selama masih dalam
keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi
antara polymer dan monomer. Berdasarkan polimerisasinya, resin akrilik dibedakan menjadi
tiga, yaitu: 
a) Heat Cured Akrilik (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proses polimerisasinya).
b) Self Cured Akrilik (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
c) Light Cured Akrilik Resin.

 HEAT CURED AKRILIK


Heat cured akrilik resin, komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu: 
1. Polymer (Bubuk):
i. Polymer; poly (methyl methacrylate).
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi
methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang
diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
ii. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
iii. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
i Monomer: methyl methacrylate.
ii Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah polymerisasi selama
penyimpanan.
iii Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene glycol
dimethacrylate.
(E. combe 1992: 270)
 Manipulasi Heat Cured Akrilik
Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin. Perbandingan
monomer dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat.
Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya
akrilik yang digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu rendah karena
sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada
adonan akrilik yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar,
kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan
lebih besar.
Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari
keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya
tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi
reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
- Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
- Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila ditarik
akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas
meresap ke dalam polimer.
- Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan
adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
- Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer
yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
- Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan
getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.
o Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih
cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk
konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan
dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough
lebih singkat.
 Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Akrilik
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan
akrilik. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam
yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan akrilik, lebih
dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could
mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai
tahap plastis (dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a) Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi
di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan
bahan cetakan/gips.
b) Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin akrilik.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan
a. Cetakan terisi penuh.
b. Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat
dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam
cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan
berkurangnya tekanan di dalam cetakan.
Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity.
Ruang cetak diisi dengan akrilik pada tahap adonan mencapai tahap plastis
(dough). Agar merat dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan
alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-
ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga cetak,
kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan. Pengepresan
awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan akrilik dipotong dengan pisau model.
Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi
1200 psi. Kelebihan akrilik dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet
dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet
diambil dan dipindahkan pada begel.

 Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian
(packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau
boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan
kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan dapat dilakukan dengan
cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin akrilik, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5
cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga
mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian
temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).
Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan
selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature
ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api
segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit. 

Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara
perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan
akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara
perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena
perubahan plastis. Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu
dikontrol perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah
menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang
sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan akrilik. Hal-hal yang
menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:
 Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
 Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
 Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada
temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan sisa monomer
yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a) Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b) Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak
dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan
sifat-sfat optic akrilik. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak
geleembung yang tidak beraturan pada permukaan akrilik) dan gaseous porosity (berupa
gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian akrilik yang tebal dan jauh
dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada akrilik yang telah mengeras adalah terjadinya
crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng
menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena
pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin akrilik, terutama pada proses
reparasi.Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan
denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan
menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke
dalam akrilik sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari akrilik maka
dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture
porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture akrilik;retak-retak
dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer
berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
a. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
b. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama
pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)

 SELF CURED AKRILIK


Komposisi serupa dengan bahan heat cured akrilik, kecuali bahwa cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan akrilik
heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan
activator seperti dimethyl paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak
mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena
terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu
kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira
80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang
lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured
karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam pemakaian.
Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate), polimer heat
cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan
lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat
terjadi penguningan setelah beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)
 Polimerisasi 
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi
molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas,
cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin akrilik dapat berolimerisasi oleh karena panas
atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah
selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah
daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe
polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. 
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut
polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin akrilik.
Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang sama
sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
a. Initiation : Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil
peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau
pemanasan).
b. Propagation : Tahap terbentukknya rantai polimer.
c. Termination : Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang
ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk
pada rantai lain.
d. Chain Transfer : Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk
pertumbuhan selanjutnya.

 LIGHT CURED AKRILIK RESIN


Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan
menggunakan sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi
tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian
permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat
empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500
nm.
o Syarat-syarat yang dibutuhkan resin akrilik :
a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada
bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena
stress tidaak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau
pecah jika terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga akrilik dapat dipakai
sebagai bahan restorai yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah
dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x
jika tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam
mulut
l. Mudah dibersihkan.
o Sifat-sifat fisik resin akrilik antara lain:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya akrilik mudah terkikis dan
tergores.
b. Thermal conductivity resin akrilik rendah dibandingkan logam.
Penghantaran panasnya sebesar 5,7x10-4/detik/cm/0C/cm2
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan.
Penerutannya liniernya sebesar 0,47-0,56%.
d. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut
organic, tetapi larut dalam keton dan ester.
e. Adhesi akrilik terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan
mekanis seperti undercut atau permukaan yang kasar.
f. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan
ekspansi linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Akrilik tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan
gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat
beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan
berubah bentuk secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini
bisa disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul
molekul polimer.
(E Combe 1992: 276)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


1. Alat :
a. Pisau malam 
b. Pisau model 
c. Bowl dan spatula 
d. Kuvet dan begel portable 
e. Bunch press hidrolik 
f. Lampu spirtus 
g. Mixing jar 
h. Mesin pulas
i. Macam-macam mata bur (sesuai kebutuhan)
j. Straight dan contra h.p dan tali bur
k. Masker
l. Kompor dan panci 
m. Kuas kecil
n. Chip blower
o. Vibrator
p. Trimmer
2. Bahan :
a. Model spacer malam 
b. Vaselin 
c. Gips putih 
d. Gips biru
e. Resin akrilik
f. Baseplate wax 
g. Kertas gosok 
h. Air sabun
i. CMS
j. Celophan

3.2 Cara Kerja


1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigi dari tahap pekerjaan praktikum
malam.
2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa bergerak tak
bergerak.
3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan lempeng gigit
sampai rata, halus dan mengkilat, digosok dengan air sabun untuk menghilangkan
kotoran yang melekat pada model malam.
4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable, gips putih,
gips biru dan vaselin. Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet, apakah pasangan kuvet
sudah mudah dilepas? Dan melakukan penanaman percobaan, memerikasa apakah
seluruh model dapat termuat dalam kuvet, jika tidak melakukan pengurangan tepi tepi
model dengan cara mentrimmer model.
5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan vaselin
kecuali model malam.
6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke dalam
kuvet bawah diatas vibrator hingga terisi penuh ¾ bagian, kemudian meletakkan
model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o , mencobakan kuvet lawan
memperhatikan jarak antara bagian tertinggi model dengan batas bibir atas kuvet
lawan, jarak ideal adalah 1 cm, setelah dicapai jarak yang sesuai melepas kembali
kuvet lawan.
7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips pada kuvet,
memperhatikan agar jangan sampai ada daerah undercut, terakhir menggosok dengan
kertas gosok sehingga seluruh permukan gips menjadi rata dan halus.
8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan dengan
vaselin kecuali model malam, mengaduk gips biru secukupnya dengan konsistensi
kental, mengolesi seluruh permukaan model malam dengan gips biru dengan
menggunakan kuas, merapikan dan menghindari terjadinya daerah undercut.
9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan, mengaduk gips
putih kemudian menuang ke dalam kuvet diatas vibrator sampai penuh, tutup kuvet,
merapikan, membuang sisa sisa gips yang keluar dari mulut kuvet. Meletakkan kuvet
pada press portable kemudian peress dengan kekuatan maksimal lalu membiarkan
mencapi finnal setting.
10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap ini
disiapkan kompor dan panci. Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air
diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam air. Setelah
mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci dibiarkan selama 5
menit.
11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci, membuka press
portable hingga kuvet terlepas, memisahkan kuvet atas dengan kuvet bawah,
memperhatikan cara mengungkit.
12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat malam
menyiram dengan air mendidih, memastikan seluruh mould space bebas dari malam .
Kemudian membiarkan setengah dingin.
13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas, mengulasi
seluruh permukaan model dengan menggunakan bahan separator (CMS), ditunggu
sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam dalam air.
14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1 menurut
volume dan 3 :1 menurut berat.
15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian
mengaduknya sampai homogen, menutup mixing jar agar terhindar dari sinar
matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai fase dough stage.
16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua bagian sama
basar, diaplikasikan masing masing bagian kedalam kuvet atas dan bawah,
ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet bawah dengan cellophan,
memasang kuvet lawan lalu di press dengan press hidrolik, ditekan sampai mencapai
900 psi, dipertahankan sampai 10 detik, lalu perlahan lahan dilepaskan tekanan
hingga mencapai 0, kuvet dikeluarkan dari press hidrolik.
17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik dengan pisau
model, menambahkan monomer, menutup kembali dengan cellophan kemudian
mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian mengkatupkan kembali kedua
kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik kembali, ditekan hingga mencapai
tekanan 1200 psi dipertahankan 10 detik, memisahkan kedua kuvet, merapikan
kembali akrilik, membuang kelebihan akrilik lalu menambahkan sedilit monomer
pada masing masing kuvet kemudian katupkan kembali, pada tahap ini tanpa
menggunakan cellophan. Meletakkan kuvet pada press hidrolik memberi tekanan
sebesar 1500 psi mempertahankan 10 detik, lalu membuka tekanan press keluarkan
kuvet dan letakkan kuvet pada press portable, memutar hingga mencapi kekuatan
maksimal, lalu merendam kuvet dalam air selama 8 jam.
18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci,
banyaknya air diperkirakan cukup sampai seluruh permukaan kuvet terendam, pada
saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke dalam panci kemudian
ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20 menit. Setelah itu
api dimatikan dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air mencapai suhu normal
kembali.
19. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press portable
dalam panci kemudian melepaskan kuvet dari press portable, memisahkan kedua
kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah mengeluarkan model dari dalam
kuvet, diusahakan agar model tetap utuh (tidak pecah). Memisahkan lempeng akrilik
dengan model, memperhatikan arah ungkitan.
20. Melakukan tahap finishing dengan merapikan lempeng akrilik, menggunakan straight
hand piece dan fraser, membentuk lempeng sesuai outline dan membebaskan daerah
mukosa bergerak tidak bergerak.
21. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik dengan
menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus dipulas dengan mesin pulas dengan
menggunakan pumice dan cryet.
22. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ini didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan pada
rahang atas dari akrilik yang halus dan mengkilat. Model tersebut telah selesai dilakukan
tahap finishing dimana model tersebut harus sesuai dengan model rahang atas yang telah
diterima dan pinggirannya dipotong sesuai garis outline yang merupakan batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak. Dan juga membebaskan daerah frenulumnya.
1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di
bagian tepinya.
2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus
tidak porus dan tanpa ada daerah under cut.
3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.
4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi
tapi tidak porus.
5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin
akrilik yang halus, homogen dan mengkilat.
4.2 Pembahasan
Secara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang digunakan dalam percobaan
ini, untuk berpolimerasinya dibantu dengan penekanan tertentu dan dipanaskan dengan suhu
tertentu dalam waktu yang tertentu pula. Akrilik yang digunakan dalam percobaan ini adalah
bermerek QC-20 dan bertipe heat cured. 
Pembentukan Mould Space
Mould space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model rahang dan dibentuk
sesuai dengan keadaan rahang dan outline formnya dimana malam beserta modelnya ditanam
dalam gips di kuvet. Kemudian malam ini dibuang dengan cara digodok  10 menit dan
disiram dengan air mendidih sehingga bekas malam ini terbentuk rongga dan rongga inilah
yang disebut mould space yang akan ditempati akrilik.
 Persiapan Model Malam
Pada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan
celah yang ada pada tepi malam dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada
saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing.
 Penanaman / Investing
Untuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan
detail dan kehalusan yang baik sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran
partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan kuvet maka
permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi
dengan bahan separator yaitu vaselin.
 Pembuangan Malam
Pada pembuangan malam iniyang perlu diperhatikan adalah suhu air yang
besarnya 1000 C sedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus
tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-
pori gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu
bahan separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara sempurna.
 Manipulasi Bahan Akrilik
o Pencampuran
Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan
antara powder atau polimer dengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1.
Bila ratio terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok akan
bergranula dan bila terlalu rendah kontraksi yang terjadi akan lebih
besar. Pada pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan
porselen atau dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini
prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan terbuat
dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut
bereaksi dalam reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk
meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan
mengurangi tingkat keberhasilan dalam pencetakan akrilik. Misalnya
sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.
o Pengisian
Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS.
Tujuan dari bahan separato ini adalah :
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips )
yang berpolimerisasi disana sehingga menghasilkan permukaan
yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/ gips.
b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.
Adonan yang dimasukkan kedalam mould space yang ideal
pada stadium dought, hal itu dipengaruhi oleh :
 Ukuran partikel polimer dimana partikel yang lebih
kecil lebih cepat larut dan labih cepat tercapai
konsistensi liat.
 Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih
cepat terbentuk konsistensi liat.
c. Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.
d. Suhu, pembentuikan dought dapat diperlambat dengan
menyimpan campuran didalam freezer.
e. Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih
singkat. Sedangkan penekanan pendahuluan baik yang I dan II
dan penggunaan kertas selopan bertujuan untuk mengontrol
kelebihan dari adonan akrilik. Tujuan pemberian monomer/
cairan pada proses pembuangan kelebihan akrilik karena
monomer dari akrilik mudah menguap sehingga dengan adanya
pemberian ini menjaga agar perbandingan powder dan liquid
tetap. Setelah pengepresan terakhir kuvet beserta press
direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang sudah
ada dan mengindari menguapnya dari monomer.
o Kiur/ pemanasan
Karena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu
dengan pemanasan. Cara dari pemanasannya yaitu dengan
memanaskan pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama
20 menit.
o Pendinginan 
Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama
pendinginan terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan akrilik yang
menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.
o Deflasking/ pelepasan
Pelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :
a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu
mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan
dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan
cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline formnya
pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan
yang dilakukan berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould
space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik
berwarna merah muda pucat seharusnya berwarna merah muda.
Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang
digunakan terlalu tinggi.
b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada
permukan mould space yang hal ini disebabkan karena ada
malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.
o Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih.
Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan
bor stone, fraiser dan amplas halus.
o Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan
yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang
merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi
dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus
yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air.
Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan
mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik
yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik
tetap pada model rahang atau tidak jatuh.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin akrilik merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon
non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin akrilik terdiri dari cairan/monomer (monomethyl
methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl methacrylate). Manipulasi
dengan mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3
menurut volume atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan akrilik kedalam
rongga cetak (mould space) adalah dough stage.
c. Untuk akrilik heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya
memerlukan pemanasan. Ada empat tahap yang diperllikan untuk
mencapai polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi
dan chains transfers.
2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
b. Penghantaran panas.
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan
pendinginannya.
d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic
tapi larut dalam keton dan ester.
f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
g. Sifat estetika cukup memuaskan 
h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan
gejala-gejala alergi 
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow, 
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. 
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
O’Brien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection. 9th
edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai