Tutor:
Disusun oleh:
A. Kista Radikuler
Kista radikuler yaitu gambaran dari suatu kavitas tertutup atau suatu
kantung patologis yang letaknya pada periapikal gigi atau pada ujung akar
gigi, bentuknya bulat diisi oleh massa yang setengah padat atau terisi oleh
cairan yang dilapisi jaringan epitel. Kista ini pertumbuhannya lambat dan
biasa ditemukan di tulang rahan. Apabila kista menjadi besar maka dapat
terjadi pembengkakan dan saat dilakukan palpasi maka pembengkakan akan
terasa bentukan tulang dengan konsistensi keras, ketika tulang menipis
maka akan crepitant serta berfluktuasi apabila korteks di luar berlubang
(Cawson, 2017).
2. Etiologi
Kista radicular atau dengan nama lain disebut sebagai kista periapikal,
kista ini merupakan kista inflamasi yang etiologinya berkembang dari sisa
sel epitel malassez di ligament periodontal yang terstimulasi untuk
melakukan perkembangan dan proliferasi menjadi kista dengan melalui
proses inflamasi yang asalnya dari gigi non vital. Kista radicular
perkembangan dari adanya pulpa yang nekrosis sebagai akibat dari suatu
karies maupun trauma (Prativi dan Pramatika., 2018).
Kista radikuler umumnya sering terjadi pada pria berusia 20-60 tahun.
Kista radikuler ini muncul dari kondisi gigi yang non vital dikarenakan
karies yang lebar, restorasi yang besar, ataupun trauma. Terdapat
pembengkakan yang terjadi secara perlahan dan tidak menimbulkan rasa
nyeri, asimtomatik hingga kista berkembang menjadi cukup besar. Adanya
bengkakan kista radikuler yang membulat dan diawal konsistensinya keras.
Ketika dilakukan palpasi akan terasa pembengkakan bentukan tulang dan
keras. Pembengkakan dapat menjadi nyeri serta dapat berkembang secara
cepat, sebagian dikarenakan edema inflamasi (Odell, 2017).
Menurut Freddy, dkk (2019), Tanda dan gejala dari kista radikuler ini
bergantung dengan besar dan perluasan dari kista, kista yang masih
berukuran kecil gejalanya tidak terlihat sehingga pada saat melakukan
pemeriksaan klinik kista ini sulit untuk diketahui. Pada beberapa kista akan
timbul rasa yang nyeri dan terjadi infeksi. Dengan adanya infeksi yang
terjadi maka akan menyebabkan timbulnya gejala dari kista raikuler. Kista
radikuler akan terlihat ketika terjadinya ekspansi pada jaringan yang ada
disekitarnya. Pembesara dari kista, terkadang terjadinya perubahan bentuk
permukaan, terjadinya perpindahan dari gigi yang ada disebelahnya. Kista
yang berada di maksila akan terjadi ekspansi yang secara umum kearah
bukal atau ke labial.
4. Gambar Preparat
EEpitelium stratifikatum
squamosum
Colesterol cleft
Limfosit
B. Ameloblastoma
2. Etiologi
Ameloblastoma merupakan neoplasma yang etiologinya berasal dari
sebuah sel pembentuk enamel yang gagal untuk berdiferensiasi menjadi
jaringan keras gigi saat proses odontogenesis, faktor iritatif yang non
spesifik contohnya karies, ekstraksi, trauma, erupsi di gigi. ameloblastoma
juga dapat terjadi karena adanya kelainan defisit nutrisi, dan pathogenesis
viral (Cahyawati, 2018).
4. Gambar Preparat
Jaringan ikat
Pulau epitel
Sel epitel
yang tersusun
rapih sebagai
Sel tumor dengan inti
pagar, intinya
kecil dan fusiform
hiperkromatis
Ruangan kecil
karena timbunan
cairan
C. Papilloma
2. Etiologi
4. Gambar preparat
Sel koilocytus
dengan inti
pignotik
Papilloma perbesaran 400x
2. Etiologi
epidermis
Pigmen melanin
ekstraseluler Pigmen melanin
intraseluler
2. Etiologi
Sarang sel
epithel
Sarang epithel
palisade
2. Etiologi
Terdapat
pertumbuhan sel
yang infiltrative
Pigmen melanin dan terdapat sel
polimorfi
Pembuluh darah
Mitosis
Pigmen melanin
1. Gambaran Umum
2. Etiologi
4. Gambar Preparat
a. Perbesaran 40x
b. perbesaran 400x
B. Tumor Warthin (Adenolimfoma)
1. Gambaran Umum
2. Etiologi
4. Gambar Preparat
a. Perbesaran 40x
Sel
pseudoskuamous
eosinofil
Sentrum
Jaringan germinativum
Massa
eosinophil yang limfoid yang
mengelompok
ada di lumen
Ssel
pseudoskuamous
eosinofil
b. Perbesaran 400x
1. Gambaran Umum
2. Etiologi
4. Gambar Preparat
a. Perbesaran 100x
Masa
koloid
Penampakan
menyerupai cartilago
kemungkinan karena
masa koloid yang
mengecil
Masa
koloid
Area
perlendiran
b. Perbesaran 400x
Daerah
perlendiran
Pleomorphic adenoma daerah perlendiran
D. Adenokarsinoma
1. Gambaran Umum
2. Etiologi
a. Perbesaran 40x
b. Perbesaran 100x
Angiogenesis
c. Perbesaran 400x
Lumen/saluran
Sel berbentuk
poligonal
Angiogenesis
DAFTAR PUSTAKA
Juwita, H. F., dan Nana, S., 2019. Peran radioterapi pada melanoma kulit.
Radioterapi & Onkologi Indonesia. Vol 10 (1)
Kumar, V., Abbas, A. K., dan Aster, J. C., 2013. Robbins Basic Pathology. 9th ed.
Elsevier. Philadelphia
Langlais, R. P., Miller, C. S., Nield-Gehring, J. S., 2013. Atlas Berwarna Lesi
Mulut yang Sering Ditemukan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Miryana, W., Reza, N. R., Sarwono, I., dan Cholis, M., 2013. Gambaran
histopatologi karsinoma sel basal. MDVI. Vol 4 (3) : 138-144
Muhartono., dan Hanriko, R., 2017. Sosialisasi bahaya kanker kulit (melanoma
maligna) dan pemeriksaan gratis bagi masyarakat di kecamatan Kemiling
Bandar Lampung. JPM Ruwa Jurai. Vol 3 : 81-84
Odell, E. W., 2017. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
Elsevier. New York
Pramuningtyas, R., dan Mawardi, P., 2012. Gejala klinis sebagai predictor pada
karsinoma sel basal. Biomedika. Vol 4 (1) : 33-36
Prativi, S. A., Pramatika, B., 2018. Gambaran karakteristik kista radicular
menggunakan cone beam computed tomography (CBCT). B-Dent Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah. Vol 6(2) : 105-110
Probet, R., Grevers, G., and Heinrich., 2006. Basic Otolaryngology. Thieme. New York
Rahman, S., Budiman, B, J., dan Yolazenia., 2015. Penatalaksanaan pleomorfik adenoma
palatum. Jurnal MKA FK Unand. Vol 38 (1) : 66-72
Saswita, E., Asyari, A., Novialdi, dan Fitri, F., 2018. Diagnosis dan
penatalaksanaan papilloma laring berulang pada dewasa. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol 7 (3) : 85-91
Sayuti, M., dan Nouva., 2019. Kanker kolorektal. Jurnal Averrous. Vol 5 (2) : 76-
88
Shields, J. A., 2008. Tumor of The Eyelids. Lippincott Williams and Wilkins
Philadelphia
Wening, B. M., 2008. Atlas of Head and Neck Pathology. 3rd edition. Elsevier
Publisher. New York.
Wening, B. M., 2016. Atlas of Head and Neck Pathology. Elsevier. New York.
Yakob, A., Agus, S., dan Bachtiar, H., 2015. Ekspresi cathepsin-D lebih tinggi
pada adenokarsinoma folikuler tiroid dibandingkan dengan adenoma
foliker tiroid. J Patologi. Vol 24 (3) : 29-33.