Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“SYOK KARDIOGENIK”
KEPERAWATAN KRISTIS

DISUSUN OLEH:
Septiyani Prislia Katiandagho
1714201416

UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai


dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.

satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya


adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang
diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan
fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu
keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan
dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syokkardiogenik ini
mengambil peranan penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna
menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.

Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung
akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan
komplikasi infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat
tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang
terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Syok Kardiogenik adalah suatu sindrom klinis dimana jantung tidak


mampu memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhaan
metabolisme tubuh akibat disfungsi otot jantung.

Shock kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat


yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang
umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga
kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).

Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda


hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload
dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan
tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah
(sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata
lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa
adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah
jantung rendah dengan syok kerdiogenik. (www.fkuii.org)

Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri


atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi
ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai
komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli
paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2001)

Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung


yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran
Dorland, 1998)

B. Etiologi
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti
paru dan/atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot
papillary,ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat
mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada
pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya )
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung

C. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan
jantung pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke
aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan  khususnya pada
otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik
miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan  akan menimbulkan injuri
sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi
syok, metabolisme yang  pada fase awal sudah mengalami perubahan pada
kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat  
terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun 
tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga
terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan
jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau
berhenti sama sekali.  Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2
sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot
jantung dengan meningkatkan denyut nadi  yang berdampak pada penurunan
tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran.
Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang
berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini
pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah
retensi air dan natrium menyebabkan produksi  urine  berkurang( Oliguri <
30ml/ jam) .   Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang
menyebabkan adanya  peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana 
kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun
stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena
pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah  dan akhirnya
memperberat kondisi edema paru
PATHWAY
D. Manifestasi Klinis
Keluhan Utama Syok Kardiogenik :
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri substernal seperti IMA.

Tanda Penting Syok Kardiogenik :

1. Tensi turun < 80-90 mmHg.


2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.

E. Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG
Mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada
Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
8. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung
Meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa
yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medikamentosa :

1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri


2. ansietas, bila cemas
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila
perfusi jantung tidak adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon
IV.
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
A.      BIODATA

1.      Identitas Klien

Nama Lengkap                        : Ny.A

Jenis Kelamin                          : Perempuan

Usia                                         : 59th

Ttl                                            : 27 Febuari 1959

Status                                      : Menikah

Agama                                     : Islam

Suku/Bangsa                           : Jawa/Indonesia

Pendidikan                              : SD

Pekerjaan                                 : Ibu rumah tangga

Alamat                                                : lebaksiu

2.      Identitas Penanggung jawab

Nama                                       : Tn.S

Usia                                         : 40th

Alamat                                                : lebaksiu

Hubungan dengan klien          : Anak

Pekerjaan                                 : Petani

B.       Keluhan Utama

       Klien mengatakan dadanya terasa nyeri sangat tajam, terus menerus

Pengkajian Primer

          Initial Assesment

A= Airways : Terdapat sekret dan ada suara napas tambahan snoring.

B= Breathing : Klien terlihat sesak nafas, RR: 28x/menit, terdapat suara tambahan
whezzing, tidak ada trauma dada, SPO2: 120%, menggunakan otot bantu nafas retraksi
intercostalis, menggunakan alat bantu nafas spontan breathing 10 L/menit
C= Circulation: tidak ada perdarahan, kulit kuning pucat, nadi cepat N: 120x/menit, akral
dingin, diaforesis (mandi keringat), CRT < 3 detik, irama reguler, HR: 159x/menit, TD:
60/40 mmHg, MAP: 43 mmHg, konjungtiva anemis

D= Disability: kesadaran coma, GCS: E=1 M=1 V=1, ROM terbatas

          Riwayat Penyakit Sekarang

       Keluarga klien mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri dirumah, lalu keluarga
klien membawa klien ke RS dengan menggunakan mobil, klien tiba di RS pukul 17.22
WIB langsung dibawa ke IGD. Saat pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV sebagai
berikut: TD: 170/100 mmHg, N: 75x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,7 0C, keluarga klien
mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri dirumah, kaki tidak bisa digerakan, lemas,
mual, muntah, lalu perawat IGD memasangkan infus ditangan kanan klien dengan cairan
RL 20 Tpm, dan memasangkan O2 Masker, memasangkan DC dan mendapatkan terapi
obat omeprazol, ondansentron, citicolin, mecobalamin dan ceftriaxone. Pukul 17.30 WIB
klien sempat kejang 2x lama kejang 30 detik kemudian apneu didapatkan TTV TD: 60/40
mmHg, N: 120x/menit, RR: 28x/Menit, S: 34,7 0C, klien dipindahkan ke ruang resusitasi
lalu dilakukan tindakan RJP dan Bagging selama 3 siklus didaptkan RR: 18x/Menit, N:
70x/Menit, TD: 109/70 mmHg, klien kembali sadar. Karena kondisi ini klien tidak dapat
melakukan aktifitasnya secara mandiri, klien memerlukan bantuan dari oranglain.
Sedangkan hal yang meringankan klien adalah saat klien tirah baring dan tidak
beraktifitas.

C.       Pengkajian Sekunder

          Riwayat Penyakit Dahulu

       Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien memang sudah sering keluar masuk
RS, tetapi sebelumnya belum pernah sampai kejang dan sampai seperti ini (apneu). Klien
juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi atau Hipertensi, dan juga penyakit ginjal
(CVD). Klien tidak ada alergi apapun, tidak ada ketergantungan obat-obatan maupun
minum-minuman keras, klien juga tidak merokok.

          Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan umum : lemah, pasien nampak pucat, diaforesis, sulit bernapas, oliguri

Kesadaran : coma

GCS : E: 1 M:1 V: 1

TTV: TD= 60/40 mmHg, N= 120x/menit, S= 34,70C, RR= 28x/menit

2.      Kepala

  Wajah dan kulit kepala :

Simetris, ekspresi nampak lemah, warna kuning pucat

  Mata:
Sclera ikhterik, konjungtiva anemis, tidak ada benjolan pada mata

  Hidung:

Tidak ada polip, kotor, tidak ada radang, tidak ada benjolan.

  Telinga:

Terdapat serumen, tidak menggunakan alat bantu

  Mulut:

Gigi berwarna kuning, berkaries, tidak memakai gigi palsu, lidah berwarna putih, bibir
kering

3.      Leher

       Kelenjar thyroid tidak membesar, simetris, tidak ada kelainan kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan vena jugularis, tidak teraba tekanan vena jugularis.

4.      Thorax dan Paru

       Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, payudara simetris, jenis pernafasan
whezzing, frekuensi 28x/menit, irama reguler.

5.      Jantung

       Adanya bunyi jantung S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama
dan split paradoksikal bunyi jantung kedua, ditemukan murmur mid sistolik atau late
siistolik apikal bersifat sementara, bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar, HR= 159x/menit

6.      Abdomen

Perut buncit, tidak ada luka

7.      Muskuluskeletal

       Tangan dan kaki simetris, tidak ada oedema, tidak ada luka, tangan dan kaki
berkeringat

8.      Integumen

Warna kulit sawo matang, elastis, tidak ada pengerasan kulit.


D.      PROGRAM TERAPI

Tanggal / Dr Terapi Dosis Cara pemberian

20 maret 2018 Infus RL 20 Tpm IV

Dr.A Injeksi omeprazol 1x40mg IV

Injeksi ondansentron 2x4mg/2ml IV

Injeksi mecobalamin 2x500mcg/ml IV

Injeksi citicolin 2x500mg IV

Injeksi ceftriaxone 2x1g IV

E.       PEMERIKSAAN PENUNJANG

F.        LABORATORIUM

-
ANALISA DATA
No Tanggal/jam Data Etiologi Masalah

1 Ds: klien perubahan Penurunan


mengatakan dingin, kontraktilitas curah jantung
dan was-was miokardial/
perubahan
Do: Keadaan inotropik
umum cukup, klien
nampak gelisah,
diaforesis

Ds: klien
mengatakan
dadanya sangat
Agen cidera
nyeri,terasa sesak Nyeri akut
biologis
sekali, was was
2 Do: skala nyeri 8.
Nyeri tajam, terus
menerus, N:
120x/menit, RR:
28x/menit

Ds: keluarga klien


mengatakan klien
tidak sadar

Do: klien kejang 2x


lama kejang <30
detik,  S: 39,80C,
sianosis, nadi tidak
teraba, edema Gangguan aliran
darah sekunder Ketidakefektifan
akibat gangguan perfusi jaringan
vaskuler ditandai perifer
3 dengan nyeri,
cardiac out put
menurun,
sianosis,
edema(vena)
DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan

1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Gangguan aliran darah


sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out
put menurun, sianosis, edema(vena)

2 Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial/


perubahan inotropik

3 Nyeri akut b.d trauma jaringan dan spasme reflek otot sekunder
akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis
RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Kriteria hasil intervensi
Keperawatan

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. kaji KU klien


perfusi jaringan tindakan
perifer b.d keperawatan selama 2. Monitor TTV
Gangguan aliran 1x8 jam diharapkan
3. kolaborasi
darah sekunder perfusi jaringan
dengan advis
akibat gangguan perifer klien efektif
vaskuler ditandai dengan  kriteria 4. lakukan RJP dan
dengan nyeri, hasil : Bagging
cardiac out put
menurun, 1. tekanan sistol dan
sianosis, diastol dalam rentang
edema(vena), nadi yang diharapkan
tidak teraba
2.tidak sianosis

3.tidak edema

4.nadi kembali teraba

2 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. kaji KU klien


jantung b.d tindakan keperawtan
perubahan selama 1x8 jam 2. Monitor TTV
kontraktilitas diharapkan
3. Catat bunyi
miokardial/ penurunan curah
jantung
perubahan jantung dapat teratasi
inotropik dengan kriteria 4. Palpasi nadi
hasil : perifer
1. TTV normal 5. pantau adanya
output urine

6. berikan oksigen
tambahan

3 Nyeri akut b. d Setelah dilakukan 1. kaji KU klien


trauma jaringan tindakan
dan spasme reflek keperawatan selama 2. monitor TTV
otot sekunder 1x8 jam diharapkan
3. lakukan RJP dan
akibat gangguan klien nyeri
bagging
viseral jantung berkurang, kembali
ditandai dengan sadar dengan kriteria 4. kolaborasi
nyeri dada, hasil : dengan advis
dispnea, gelisah,
meringis 1.klien kembali sadar
2.nyeri berkurang

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ja implementasi evaluasi
m

1. Melakukan RJP dan Bagging S: keluarga klien


mengatakan klien tidak
sadarkan diri

O: klien sempat kejang 2x


<30 detik, kemudian
apneu, kemudian ROSC

GCS= E:1 M:1 V:2

RR: 8x/menit

N: 29x/menit

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan jalan nafas

Memberikan obat sesuai advis S:-

Dobutamin O: TD 109/70 mmHg

N: 74x/menit, RR:
18x/menit

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan intervensi

Mengkaji KU klien S:-

O: TD = 80/60 mmHg,
N= 78x/menit, RR=
20x/menit

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan intervensi:
awasi KU, monitor TTV

Melakukan RJP dan Bagging S: keluarga klien


mengatakan klien tidak
sadarkan diri lagi

O: TD : -, N: 15x/menit,
RR: 5x/menit

GCS= E: 1 M: 1, V: 1

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan jalan nafas

Melakukan EKG S:-

O: pasien meninggal

A: masalah belum teratasi

P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekua, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. Etiologi syok kardiogenik
antara lain : Penyakit jantung iskemik, obat-obatan yang mendepresi
jantung,gangguan irama jantung.
Syok kardiogenik adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai
keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan
jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat
melakukan pertolongan segera.
Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency  untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. ( 1999),Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta .

Guyton A.C., Hall J.E.(1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Bakta I Made., Suastika I Ketut.( 1987), Gawat Darurat di Bidang Penyakit


Dalam . EGC .Jakarta

Bruner & Suddarth (2001),Keperwatan Medikal Bedah.EGC.Jakarta

http://sumberkeperawatan.blogshop.com/2010/07/cardiovaskuler.

http;//sumberkeperawatan.blogshop.com/

http://www.syok kardiogenik.com

http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-

pada.html

Anda mungkin juga menyukai