Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Konsep Dasar Kolik Abdomen

2.1.1 Definisi Kolik Abdomen

Colik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus

sepanjang traktus intestinal. Obstruksi terjadi apabila ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus kedepan namun peristaltiknya

normal.

Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut bersifat hilang timbul

dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang

mendasari yaitu infeksi pada organ didalam perut (mencret,radang

kandung

empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilang rasa

sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat.

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan diantara dada dan region

inguinalis.Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala

dari suatu penyakit.Nyeri akut abdomen juga bisa didefinisikan sebagai

serangan nyeri perut berat perisisten, yang terjadi tiba-tiba serta

membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.Appley

mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang

10
11

berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun 1

tahun terakhir dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari

2.1.2 Etiologi Kolik Abdomen

2.1.2.1 Mekanis

a) Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)

b) Karsinoma

c) Volvulus

d) Intususepsi

e) Obstipasi

f) Polip

g) Struktur

2.1.2.2 Fungsional (non mekanik)

a) Ileus paralitik

b) Lesi medulla spinalis

c) Enteritis regional

d) Ketidakseimbangan elektrolit

e) Uremia

2.1.2.3 Etiologi yang lain yaitu :

a) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, openditis,

diverticulitis, pankreanitis,kolesistitis
12

b) Kelainan mukosa visceral : tukak peptic, inflammatory bowel

disease,kulitis injeksi,esophagitis

c) Obstruksi visceral : ileus obstruksi, kolik billier atau renal

karena batu.

d) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis

e) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f) Gangguan motilitis : irritable bowel syndrome, dyspepsia

fungsional

2.1.2.4 Gejala lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen

Anoreksia nausea dan muntah konstipasi atau diare yang

sering menyertai abdomen namun bukan merupakan gejala yang

spesifik sehingga tidak memiliki nilai diagnostik tinggi.

2.1.2.5 Muntah

Saat distumulasi oleh serat aferen viseral sekunder, the

medullary vomiting centers mengaktivasi serat eferen yang

menginduksi reflek muntah. Oleh karena itu, nyeri abdomen akut

biasanya terdapat muntah yang juga berlaku sebaliknya

2.1.2.6 Konstipasi

Reflek ileus sering diinduksi oleh serat eferen visceral yang

merangsang serat eferen saraf simpatis untuk menurunkan

peristaltic usus.Konstipasi adalah indicator absolute abstruksi

usus.Namun obtipasi (tidak adanya pasase feses dan flatus)


13

diperkiran kuat sebagai obstruksi usus mekanik jika ada distensi

abdomen dengan nyeri progresif atau muntah yang berulang.

2.1.2.7 Diare

Watery diare merupakan karakteristik dari gastrointestinal dan

penyebab lain akut abdomen. Diare darah diperkirakan oleh

ulseratif, crohn disease,basilar atau disentri amuba.

2.1.3 Anatomi Fisiologi Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap tubuh dengan jalan

proses pencernaan ( pengunyahan, penelanan, dan pencampuran ) dengan

enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus

(Syaifuddin,2011).

2.1.3.1 Oris (mulut)

Mulut merupakan jalan dalam sistem pencernaan dan merupakan

suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut

terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula

yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian rongga

mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh

tulang maksilaris, palatum dan mandibularis. Di sebelah belakang

bersambung dengan faring. Selaput lendir mulut di tutupi oleh

epitalium yang berlapis-lapis, dibawahnya terletak kelenjar-


14

kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Struktur anatomi dalam

mulut terdiri dari:

1) Gigi terbagi atas 2 macam yaitu:

a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-8 bulan

dan berjumlah 20 buah dengan rincian : 8 buah gigi seri, 4

buah gigi taring, 8 buah gigi geraham.

b) Gigi tetap ( Gigi permanen ) tumbuh pada umur 6-18 tahun

dan berjumlah 32 buah.

2) Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput

lendir, kerja otot lidah ini dapat di gerakkan ke seluruh arah.

Lidah dibagi 3 bagian, Radiks lingua (pangkal lidah), dorsum

lingua (punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah).

2.1.3.2 Faring (tekak)

Faring merupakan organ menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkunng faring terdapat

tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,

faring terletak di belakang rongga hidung dan rongga mulut, di

depan ruas tulang belakang.


15

2.1.3.3 Esofagus (kerongkongan)

Esofagus merupakan sebuah ruang berupa tabung yang terletak

setelah mulut. Makanan yang telah di cerna secara mekanis akan

melewati saluran esofagus untuk memasuki lambung.

2.1.3.4 Ventrikulus (lambung)

Lambung merupakan organ berbentuk “j” yang terletak di bagian

atas abdomen yang panjangnya 20 cm, diameternya 15 cm dengan

pH lambung 1-3,5. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di

bagian bawah diafragma di depan pankreas dan limfa, menempel

di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di

sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2) Korpus ventrikuli, setnggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor.

3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai

otot yang tebal membentuk sfingter pilotus, merupakan muara

bagian distal, berlanjut ke duodenum.

4) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung

terbentang Dari osteum kardiak sampai kapilorus.


16

5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,

terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus

ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.

Ligamentum gastrolieanalis terbentang dari bagian atas

kurvatura mayor sampai ke limfa.

6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung.

2.1.3.5 Usus Halus

Intestinum minor (usus halus) bagian dari sistem pencernaan

makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum

panjang kurang lebih 6 m. Merupakan saluran yang paling Panjang

tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang

terdiri dari lapisan usus halus, lapisan otot melingkar, lapisan otot

memanjang dan lapisan serosa. Usus halus di bagi atas 3 bagian

yaitu :

1) Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjang kurang lebih 25

cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada

lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan

duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut

papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa

yang banyak mengandung kelenjar. Kelenjar ini disebut


17

dengan kelenjar brunner berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum.

2) Jejenum dan ileum mempunyai panjang sekitar kurang lebih 6

meter. Dua per lima atas adalah jejeum dengan panjang kurang

lebih 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan

jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior

dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas di

kenal sebagai mesenterium.

2.1.3.6 Intestinum mayor ( usus besar)

Intestinum mayor merupakan saluran yang berhubung dengan

bagian usus halus (ileum) dan berakhir dengan anus dengan

panjang sekitar 1,5 m dan diameternya kurang lebih 6,3 cm. Usus

besar di bedakan menjadi 5 bagian yaitu :

1) Sekum merupakan pembatas antara ileum dengan kolon. Di

bawah sekum terdapat appendiks verniformis yang berbentuk

seperti cacing sehingga disebut umbai cacing. Seluruhnya

ditutupi oleh peritonium mudah bergerak dan dapat diraba

melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.

2) Kolon asendens dengan panjang 13 cm, terletak di bawah

Abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke

bawah hati. Di bawah hati membengkok ke kiri, lengkungan


18

ini disebut fluksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon

transversum.

3) Kolon tranversum panjangnya kurang lebih 38 cm. Membujur

dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di

bawah Abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan

sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

4) Kolon desendens panjangnya kurang lebih 25 cm. Terletak di

bawah Abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari

fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung

dengan kolon sigmoid.

5) Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,

terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya

menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan

rektum.

2.1.3.7 Rektum dan anus

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di

depan os sakrum dan oskoksigis (Syaifuddin, 2011).

1) Fisiologi sistem pencernaan

Fisiologi sistem pencernaan adalah sistem organ yang

menerima makanan, mencerna untuk dijadikan energi dan


19

nutrisi, serta mengeluarkan sisa makanan. Beberapa tahapan

yang terjadi dalam sistem pencernaan yaitu :

a) Pergerakan makanan : gerakan mencampur, mengaduk,

dancmendorong isi lumen akibat kontraksi otot polos

dinding saluran pencernaan.

b) Sekresi (getah cerna) : mulai dari mulut sampai ke ileum di

lakukan oleh kelenjar- kelenjar yang menyekresi air,

elektrolit, dan bahanbahan tertentu seperti enzim atau liur

empedu (mukus).

c) Pencernaan : proses pemecahan secara mekanik dan kimia,

molekul-molekul besar yang masuk saluran pencernaan

menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat di serap

oleh dinding saluran pencernaan.

d) Absorpsi : makanan yang telah mengalami perubahan

dalam proses penyerapan hasil pencernaan dari lumen

menembus lapisan epitel masuk ke dalam darah atau cairan

limfe.
20

2.1.4 Pathway

Idopatik Makanan Tidak Teratur Kerja fisik yang keras

Masa Keras Fesses

Idopatik

Diapenis Bakteri

Ulsarasi Mukosa

Kelemahan Fisik Nyeri abdomen pada Spasmen Abdomen


kuadran kanan bawah

Toleransi Aktivitas Distensi Adomen


Nyeri

Menekan Gaster

Peningkatan Produk
HCl

Hipovolemi Mual Muntah

Nafsu Makan Berkurang

Resiko perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Skema 2.1 Pathaway

Pathway Colic Abdomen

Sumber : SDKI
21

2.1.5 Patofisiologi

Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus

seoanjang traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang

timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam Abdomen. Hal yang

mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung

empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu

empedu, batu ginjal). Akut Abdomen yaitu suatu kegawatan Abdomen

yang dapat terjadi karena masalah nyeri Abdomen yang terjadi tiba-tiba

dan berlangsung kurang daari 24 jam. Kolik Abdomen terkait pada nyeri

perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala

gastrointestinal yang spesifik. Pada Kolik Abdomen nyeri dapat berasal

dari organ dalam Abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan

dinding perut. Lokasi nyeri perut Abdomen biasanya mengarah pada

lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian

nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena

itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau

sekunder dari tempat lain.

2.1.6 Klasifikasi

Secara garis besar sakit perut dapat dibagi menurut datangmya

serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang),

kemudian dibagi lagi atas bedah dan non bedah (pediatrik). Dan
22

selanjutnya dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang dibawah 2 tahun

dan diastase 2 tahun, yang dimana masing-masing dikelompokkan

menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.

2.1.6.1 Colic Abdomen viseral berasal dari organ dalam .viseral dimana

intervasi berasal dari saraf memiliki respon trauma terhadap

distensi dan kontraksi otot , bukan karena iritasi lokal , robekan

atau luka karakteristik nyeri viseral diantaranya sulit terlokalisir,

tumpul, sumar, dan cenderung beralih ke area dengan struktue

embrional yang sama.

2.1.6.2 Colic Abdomen adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber

nyeri akibat perjalaran serabut saraf (Reeves, 2019).

2.1.7 Komplikasi

2.1.7.1 Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)

2.1.7.2 Kolik biliaris

2.1.7.3 Kolik intestinal (obstruksi usus lewatnya isi usus yang terhalang)

2.1.8 Pemeriksaaan Penunjang

2.1.8.1 Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital

2.1.8.2 Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri

2.1.8.3 Pemeriksaan rektal

2.1.8.4 Laboratorium: leokosit, HB

2.1.8.5 Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan didalam usus.


23

2.1.8.6 Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara

atau lipatan sigmen yang tertutup.

2.1.8.7 Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat

muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau

peritonitis dan peningkatan kadar serum amylase karena iritasi

pankreas oleh lipatan khusus.

2.1.8.8 Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis

metabolic

2.1.9 Penyebab

Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu

2.1.9.1 Secara mekanis:

1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang

berdekatan karena radang)

2) Karsinoma

3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian

usus di dalam usus)

4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)

5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)

6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau

saluran)
24

2.1.9.2 Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik (Keadaan Abdomen akut berupa kembung

distensi usus tidak dapat bergerak)

2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)

3) Enteritis regional

4) Ketidak seimbangan elektrolit

5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam

darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves,

2019).

2.1.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Colic Abdomen secara Non farmakologi yaitu:

2.1.10.1 Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

2.1.10.2 Impementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.

2.1.10.3 Hiperalimentasi untuk mengkoreksi defesiensi protein karena

obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.

2.1.10.4 Reaksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung

2.1.10.5 Ostomi barel ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung

terlalu berisiko.

2.1.10.6 Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan

mendekompresi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua


25

2.2 Konsep Dasar Masalah Nyeri Akut

2.2

2.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak hanya berupa sensasi

tunggal yang disebabkan oleh suatu stimulus tertentu. Nyeri merupakan

kondisi yang sangat subjektif berupa sensasi yang tidak menyenangkan,

dan karena sensasi nyeri setiap orang berbeda dalam skala atau

tingkatannya, maka hanya orang tersebut yang dapat menginterpretasikan

atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya. Menurut beberapa ahli, nyeri

didefinisikan sebagai berikut.

2.2.3.1 Mike Coffery (1979) mendefinisikan nyeri sebagai suatu kondisi

yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya tidak dapat

diketahui sampai orang tersebut mengalaminya. Wofl Weitzel

Fuerst (1974) menyatakan bahwa nyeri adalah perasaan sakit fisik

dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan.

2.2.3.2 Arthur C Curton (1983) menyatakan bahwa nyeri adalah suatu

mekanisme produksi tubuh yang terjadi ketika jaringan mengalami

kerusakan dan menyebabkan individu berespon untuk

menghilangkan rangsang nyeri.


26

2.2.3.3 Scrum, yang mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan akibat rangsangan fisik atau dari serabut saraf dalam

tubuh ke otak, yang diikuti oleh respon fisik, fisiologis, dan emosional.

2.2.4 Fisiologi Nyeri

Terjadinya nyeri erat kaitannya dengan adanya reseptor dan

rangsang.Nosiseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung saraf yang

sangat bebas dengan sedikit atau tanpa selubung mielin yang tersebar di kulit

dan selaput lendir, terutama di organ dalam, sendi, dinding arteri, hati, dan

kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon karena adanya

stimulus atau rangsangan.Rangsangan dapat berupa zat kimia seperti

bradikinin, histamin, prostaglandin, dan berbagai asam, yang dilepaskan

Ketika jaringan rusak karena kekurangan oksigen. Rangsangan lain dapat

berupa termal, listrik atau mekanik.

Mekanisme nyeri didasarkan pada beberapa proses, yaitu nosiseptif,

sensitisasi perifer, perubahan fenotipik, sensitisasi sentral, eksitabilitas

ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus

kerusakan jaringan dan pengalaman subjektif nyeri, ada empat proses yang

berbeda: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

Transduksi adalah proses dimana ujung saraf aferen mengubah

rangsangan, seperti akupunktur, menjadi impuls nosiseptif. Tiga jenis serabut

saraf terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta dan C. Serabut
27

yang paling banyak merespon rangsangan yang tidak berbahaya

diklasifikasikan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor. Serat ini

adalah A-delta dan C. Nociceptors diam, juga terlibat dalam proses transduksi,

adalah serabut saraf aferen yang tidak merespon rangsangan eksternal tanpa

adanya mediator inflamasi.

Transmisi adalah proses transmisi impuls ke tanduk dorsal sumsum

tulang belakang dan kemudian sepanjang saluran sensorik ke otak. Neuron

aferen primer adalah pengirim dan penerima sinyal listrik dan kimia yang

aktif.Aksonnya berakhir di tanduk dorsal sumsum tulang belakang dan

kemudian berkomunikasi dengan banyak neuron tulang belakang.

Modulasi adalah proses penguatan sinyal saraf yang terkait dengan

rasa sakit. Proses ini terjadi terutama di kornu dorsalis medulla spinalis, tetapi

dapat juga terjadi di segmen lain. Berbagai reseptor opioid seperti mu, kappa

dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.Sistem nosiseptif juga memiliki

jalur menurun dari korteks frontal, hipotalamus, dan daerah otak lainnya ke

otak tengah dan medula, dan kemudian ke sumsum tulang belakang. Hasil dari

proses penghambatan menurun ini memperkuat, dan bahkan menekan, sinyal

nosiseptif di kornu dorsalis.

Persepsi merupakan hasil interaksi transduksi, transmisi, modulasi,

aspek psikologis dan proses karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri

adalah organ yang menerima rangsang nyeri.Organ yang bertindak sebagai

reseptor rasa sakit adalah ujung saraf bebas di kulit yang hanya merespons
28

rangsangan yang kuat dan berpotensi merusak.Reseptor nyeri disebut juga

nosiseptor. Secara anatomis, saraf aferen memiliki reseptor nyeri (nosiseptor)

yang bermielin dan tidak bermielin (Bahrudin, 2018).

2.2.5 Klasifikasi Nyeri

Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri

kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan

tegangan otot.Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6

bulan.Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.Bila ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri

dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

Tabel 2.1 perbedaan nyeri akut dan kronis

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status eksistensi
Sumber Sebab eksternal/penyakit dari Tidak diketahui atau
dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang
dan terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai
bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerh nyeri sulit
diketahui dengan dibedakan intensitasnya,
pasti sehingga sulit dievaluasi
Gejala klinis Pola respons yang Pola respons yang
khas dengan gejala bervariasi dengan
yang lebih jelas dengan sedikit gejala
(adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus,
dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
29

setelah beberapa saat setelah beberapa saat

2.2.6 Konsep Nyeri

2.2.6.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu yang menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara

subjektif oleh individu yang mengalaminya. Nyeri didefenisikan sebagai

suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang bila seorang pernah

mengalaminya. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik

atau sumber yang dapat diidentifikasi. Meskipun beberapa nyeri

dihubungkan dengan status mental atau psikologi, pasien secara nyata

merasakan nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkan saja.

Terapi sensasi nyeri yaitu, akibat dari stimulus fisik dan mental atau

stimulasi emosional (Potter & Perry, 2019)

2.2.6.2 Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan lokasi

1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oloeh

aktifitas atau sensifitas nosiseptor perifer yang merupakan

reseptor khusus yang mengantarkan stimulus naxious

( Andarmoyo,2020)
30

b. Nyeri Alih

Nyeri alih merupakan nyeri yang tidak hanya berfokus pada

suatu tempat, akan tetapi nyeri dapat terasa pada bagian tubuh

yang terpisah. Salah satu contoh adalah ketika seseorang

mengalami penyakit jantung dan merasakan nyeri di dada, maka

nyeri akan menjalar ke bagian leher, punggung dan lengar kiri

(Potter & Perry, 2020)

c. Nyeri Superfisial

Nyeri superfisial merupakan nyeri yang berada pada lapisan

kulit ayang disebabkan oleh bahan kimia atas benda tajam,

sehingga seseorang seperti terabakar pada bagian kulit tersebut

(Avila et al, 2020)

d. Nyeri Idiopatik

Nyeri Idiopatiki adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab

fisik atau psikologis yang dapat di identifikasi atau nyeri yang

dirasakan sebagai terlebihnya tingkat patologis suatu organ.

e. Nyeri Neuropotik

Nyeri Neuropotik mengarah pada disfungsi diluar sel saraf.

Nyeri neuropotik mengarah pada disfungsi di luar saraf. Nyeri

neuropotik terasa seperti terbakar, kesemutan dan hipersensitif

terhadap dingin dan sentuhan. Nyeri spesifik terdiri dari

beberapa macam, antara lai, nyeri somatik, nyeri yang


31

umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit

(superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri

menjahar (reffered pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian

tubuh yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa

nyeri, biasanya cidera organ visceral. Sedangkan nyeri visceral

adalah nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ viscera

dalam abdomen dan dada (Potter & Perry, 2019)

2.2.6.3 Nyeri Berdasarkan Durasi

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah suatu nyeri yang bersifat terlokalisir dan

biasanya terjadi secara tiba-tiba. Umumnya berkaitan dengan

cedera fisik. Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit,

dan pola serangan jelas. Nyeri ini merupakan peringatan adanya

potensial kerusakan jaringan yang membutuhkan reaksi tubuh

yang diperintah oleh otak dan merupakan respon syaraf

simaptis. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan)

dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang

menusuk pulih kembali (Prasetyo,2020).Nyeri akut merupakan

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan suatu jaringan actual maupun fungsional dengan

waktu yang mendadak atau lambat dengan insensitas ringan

hingga berat yang berlangsung selama 3 bulan ( PPNI ,2016 ).


32

Nyeri akut biasanya terjadi mendadak dan terlokalisasi umunya

nyeri akut didasari pada kondisi sakit kepala, sakit gigi,

terbakar,tertusuk duri,pasca pembedahan dan pasca persalinan

dan lain sebagainya ( Andarmoyo , 2020 )

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar

waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat

dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik nyeri kronis

dapat tidak mempunyai awitan (oneset) yang ditetapkan dengan

tetap dan sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak

memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya (Muttaqin, 2019)

2.2.6.4 Respon Tubuh Terhadap Nyeri

Nyeri sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosional tentunya akan

menimbulkan respon terhadap tubuh. Respon tubuh terhadap nyeri

merupakan terjadinya reaksi endokrin berupa mobilisasi hormon-hormon

katabolik dan terjadinya reaksi imunologik, yang secara umum disebut

respon stress (Ramadhan,2019)

a. Ekspresi Wajah

1) Pucat dan tegang


33

2) Memejamkan mata

3) Tonjolan Alis

4) Menekuk mata

5) Mengeryitkan dahi

6) Mengigit bibir

b. Respon Fisik

1) Menendang

2) Menghentikan tindakan

3) Melengkukan badan dan kaku

4) Gemetar

5) Berpelukan

6) Gelisah

7) Waspada

8) Tegang pada otot

9) Mondar-mandir

10) Meremas tangan

11) Menolak mengubah posisi

c. Audio

1) Menangis

2) Menjerit

3) Berkata Aduh,Aw,Sakit
34

4) Mengadu

5) Mengerang

6) Menggerutu

7) Terengah

2.2.6.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

a. Faktor Fisiologis

1) Kelemahan (Fatigue)

Kelemahan meningkat persepsi terhadap nyeri dan

menurunkan kemampuan untuk mengatasi masalah.

Apabila kelemahan terjadi disepanjang waktu istirahat,

peresepsi terhadap nyeri akan lebih besar. Nyeri terkadang

jarang dialami setelah tidur atau istirahat cukup daripada di

akhir yang panjang (Potter & Perry, 2019).

2) Usia

Usia memiliki peranan penting dalam mempersiapkan rasa

nyeri. Usia akan mempengaruhi seseorang tersebut

terhadap sensasi nyeri baik persepsi maupun ekspresi.

Perkembangan usia, baik anak-anak, dewasa, dan lansia

akan sangat berpengaruh terhadap nyeri yang dirasakan.

Usia anak-anak akan sulit menginterpretasikan dan

melokalisasikan nyeri yang dirasakan karena belum dapat

mengucapkan kata-kata dan mengucapkan secara verbal


35

maupun mengekspresikan nyeri yang dirasakan sehingga

nyeri yang dirasakan biasanya akan diinterpretasikan

kepada orangtua atau tenaga kesehatan (Zakiyah, 2019)

3) Gen

Riset terhadap orang yang sehat mengungkapkan bahwa

informasi genetic yang diturunkan dari orangtua

memungkinkan adanya peningkatan atau penurunan

sensivitas seseorang terhadap nyeri. Gen yang ada didalam

tubuh kita dibentuk dari kombinasi gen ayah dan gen ibu.

Nantinya, Gen yang mendominasilah yang akan

menentukan kondisi fisik dan psikologis (Andarmoyo,

2020)

b. Faktor Psikologis

Tingkat dan kualitas nyeri yang diterima berhubungan dengan

arti nyeri. Kecemasan kadang meningkatkan persepsi terhadap

nyeri, tetapi nyeri juga menyebabkan perasaan cemas. Respon

emosional pada nyeri melibatkan pada girus cingulat anterior

dan korteks prefrontal ventral kanan. Sirkuit serotoin dan

norepinefrin juga terlibat dalam modulasi stimulus sensoris,

yang mungkin mempengaruhi bagaimana depresi dan


36

pengobatan antidepresan berefek pada persepsi nyeri

(Khasanah, 2021).

2.2.6.6 Pengukuran Intesitas Nyeri

Intesitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh seseorang, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri itu

sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

a. Verbal Descriptif Scale (VDS)

Verbal Descriptif Scale merupakan pengukuran derajat nyeri

yang sering digunakan. VDS merupakan sebuah garis yang

terdiri dari tiga sampai lima kata yang mendeskripsikan

perasaan nyeri, tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkat

nyeri diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak

tertahankan.
37

Gambar 1.1 Verbal Descriptif Scale

b. Faces Rating Scale

Skala penilaian wajah biasanya digunakan untuk mengukur

intensitas nyeri pada anak-anak. Foto wajah seorang anak yang

menunjukkan rasa tidak nyaman dirancang sebagai petunjuk

untuk memberi pengertian kepada anak-anak sehingga dapat

memahami makna dan tingkat keparahan nyeri. Skala tersebut

terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari mulai wajah yang sedang

tersenyum (tidak merasa nyeri) kemudian secara bertahap

meningkat menjadi wajah kurang bahagia (sangat nyeri). Saat

ini peneliti mulai menggunakan skala wajah ini pada orang-

orang dewasa atau pasien yang kesulitan dalam

mendeskripsikan intesitas nyerinya, dan orang dewasa memiliki

gangguan kognitif.
38

Gambar 1.2 Faces Rating Scale

c. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala numerik merupakan alat bantu pengukur intensitas nyeri

pada pasien yang terdiri dari skala horizontal yang dibagi secara

rata 10 segmen dengan nomor 0 sampai 10. Pasien diberi

pengertian yang menyatakan bahwa angka 0 bermakna

intensitas nyeri yang minimal (tidak ada nyeri sama sekali) dan

angka 10 bermakna nyeri yang sangat (nyeri paling parah yang

dapat mereka bayangkan). Pasien kemudian dimintai untuk

menandai angka yang menurut mereka paling tepat dalam

mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan pada

satu waktu

Gambar 1.3 Numeric Rating Scale


39

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian lengkap, dan sistematis sesuai

dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk

merumuskan suatu diagnose keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan respon individu (Budiono, 2016).

2.3.1.1 Biodata Pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku dan gaya hidup.

2.3.1.2 Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan Pasien pada saat

dikaji. Pada umumnya akan ditemukan Pasien merasakan nyeri

pada Abdomennya biasanya terus menerus, demam, Abdomen

tegang dan kaku.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan Pasien mencari

pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :


40

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh Pasien, apakah hilang,

timbul atau terus- menerus (menetap).

R : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan Pasien dengan

memakai skala numeric 1 s/d 10.

T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat

dan memperingan keluhan.

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah Pasien pernah menderita penyakit yang

sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat

dan obat- obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama dengan Pasien.

2.3.1.3 Pemeriksan fisik

Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok

hipovolemi, tanda-tanda vital meningkat, suhu(39°C), pernapasan

(24x/mnt), nadi (110x/mnt) tekanan darah (130/90 mmHg)

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda : Kesulitan ambulasi


41

2) Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

3) Eliminasi

Gejala : Distensi Abdomen, ketidakmampuan defekasi dan

Flatus

Tanda : Perubahan warna urine dan feces

4) Makanan/cairan

Gejala :anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa

pecah-pecah. Kulit buruk.

5) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri Abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat

kolik.

Tanda : Distensi Abdomen dan nyeri tekan

6) Pernapasan

Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda : Napas pendek dan dangkal

7) Diagnostik Test

a) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas

abnormal dari gas dan cairan dalam usus.

b) Pemeriksaan simtologi

c) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi


42

d) Leukosit: normal atau sedikit meningkat

e) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah

f) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi

Abdomen

g) Rontgen Abdomen dalam posisi telentang: mencari

penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)

h) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

(Doenges,Marilynn E, 2020)

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Menurut PPNI, 2017 Diagnosa Keperawatan merupakan suatu

penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan.

Setelah didapatkan data dari pengkajian yang dilakukan secara

menyeluruh, maka dibuatlah analisa data dan membuat kesimpulan

diagnosis keperawatan. Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul

bagi klien dengan pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan

menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam

SDKI PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):


43

2.3.2.1 Nyeri Akut

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang 3 bulan.

2) Gejala dan tanda mayor

2.3.2.1.1.1 Subjektif : ( tidak tersedia)

2.3.2.1.1.2 Objektif : tampak meringis, Bersikap protektif

( mis.waspada, posisi menghindari nyeri ), gelisah,

frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

2.3.2.1.2 Gejala dan tanda minor

2.3.2.1.2.1 Subjektif : (tidak tersedia)

2.3.2.1.2.2 Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah,

nafsu makan berubah, proses berpikir berubah, menarik

diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesi

2.3.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (menurut PPNI,2017).

uraian intervensi yang bisa timbul bagi klien dengan pemenuhan


44

kebutuhan aman nyaman dengan menggunakan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dalam SIKI PPNI 2017 (SIKI PPNI,

2017).

2.3.3.1 Manajemen Nyeri

Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi response nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

5) Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (mis. terapi musik, kompres hangat/dingin).

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
45

1) Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Anjarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan untuk meningkatkan dan

mempertahankan keamanan klien. Sedangkan pada kenyamanan,

implementasi dilakukan untuk mengurangi faktor yang dapat menambah

nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan

dan kebosanan.

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir

yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. Evaluasi Formatif Hasil observasi dan analisa perawat

terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan Tindakan


46

keperawatan.Ditulis pada catatan perawatan, dilakukan setiap selesai

melakukan tindakan keperawatan.

Evaluasi Sumatif SOAP Rekapitulasi dan kesimpulan dari

observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan.Ditulis

pada catatan perkembangan yang merupakan rekapan akhir secara

paripurna, catatan naratif, penderita pulang atau pindah.

2.4 Kerangka Konseptual

Apendiksitis Kolesistis Pancreasitis urlitasi

Peristaltic
Kelainan
Obstruksi Bakteri Iritasi otot polos
Inflamasi Obstruksi
Intensinal edema sistem
sampai duktus
Meningkat pada kalises
gengren pancreas
Tekanan pancreas
Intranuminal
Perforasi Tekanan
Kandungan Timbul Intraluminaris
Terjadi Kemih rangsangan pada meningkat
Trombosis anteri ujung-ujung
dan vena saraf
Perenggangan terminal
saraf

Nyeri Kolik
Asuhan Teori Nightingale
Keperawatan Nyeri (1860) :
Kolik Abdomen bertujuan untuk
memfasilitasi
proses
Skema 2.4 Kerangka Konseptual penyembuhan
tubuh dengan
Sumber : Modifikasi Teori SDKI (2017)
memanipulasi
dengan Teori Florence Nightingale (1860)
lingkungan klien
untuk
47

Anda mungkin juga menyukai