Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks dan
pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang terbentuk dari
dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu
menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian
abdomen oleh dua buah bidang bayangan horisontal dan dua bidang bayangan
vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi
sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui
setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca
dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga
kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale (1) . Regio abdomen tersebut
tampak pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Pembagian anatomi abdomen berdasarkan lokasi organ yang ada di
dalamnya(1) Keterangan Gambar :
1 hypocondriaca dextra,
2 epigastrica,
3 hypocondriaca sinistra,
4 lumbalis dextra,
5 umbilical,
6 lumbalis sinistra,
7 inguinalis dextra,
8 pubica/hipogastrica,
9 inguinalis sinistra.
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu, sebagian
duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal
kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian
jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi tiga regio yaitu : rongga
peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga pelvis. rongga pelvis sebenarnya
terdiri dari bagian dari intraperitoneal dan sebagian retroperitoneal.
Rongga peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah. Rongga
peritoneal atas, yang ditutupi tulang tulang toraks, termasuk diafragma, liver, lien,
gaster dan kolon transversum.
Area ini juga dinamakan sebaga komponen torako-abdominal dari abdomen.
Sedangkan rongga peritoneal bawah berisi usus halus, sebagian kolon ascenden dan
descenden, kolon sigmoid, caecum, dan organ reproduksi pada wanita(3)
Rongga retroperitoneal terdapat di abdomen bagian belakang, berisi aorta
abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas, ginjal, dan
ureter, permukaan paskaerior kolon ascenden dan descenden serta komponen
retroperitoneal dari rongga pelvis. Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang
pelvis yang pada dasarnya adalah bagian bawah dari rongga peritoneal dan
retroperitoneal. Berisi rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ
reproduksi interna pada wanita(2)
nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
nyeri viseral :
nyeri visceral, terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. peritoneum viseral tidak
sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. kita dapat melakukan sayatan atau
jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,
regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri
yang tumpul disertai rasa sakit.
pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri, digambarkan
pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. karena nyeri ini tidak
pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri. nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ
atau struktur dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. peritoneum viserale
yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada
usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan
penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis
maka akan timbul nyeri. pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat
menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh
telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. nyeri viseral kadang disebut
juga nyeri sentral (4).
nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi
oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan
suhu, kimiawi atau proses peradangan
nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. nyeri
dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat
dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang (4)
Tabel berikutnya merupakan ringkasan nyeri abdomen berdasarkan lokasi, onset dan
petunjuk klinis
Daftar pustaka :
2. Kochar SK. Principles & Practice of Trauma Care. ed.2. India. India; 2013.
3. Satyo Alfred C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. 2006. [cited.2014
Jan 29]. Available from: http:
//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15636/1/mkn-des2006-
%20%289%29.pdf.
4. Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
5. Lederle F, Etschells Update: abdominal aortic aneurysm. In: Simel DL, Rennie D,
eds. The Rational Clinical Examination: Evidence-Based Clinical Diagnosis. New
York, NY: McGraw-Hill; 2009.