PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia merupakan keluhan umum dan keadaan klinik yang sering dijumpai
dalam praktik sehari-hari. Dispepsia berasal dari bahasa Greek dimana “dys” artinya
seperti sensasi tidak nyaman di perut bagian atas, terbakar, mual muntah, terasa
Menurut Konsensus Roma tahun 2000, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit
atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas. Definisi dispepsia
sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah
kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang
dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu
perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat
kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam
dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa minggu /bulan
Dispepsia adalah kumpulan beberapa gejala klinis yang terdiri dari rasa sakit
perut pada saluran cerna bagian atas, keluhan rasa panas di dada, perut kembung,
cepat kenyang, mual dan muntah. (Arsyad, Irmaini, & Hidayaturrami, 2018).
WHO memprediksi pada tahun 2020, proporsi angka kematian karena penyakit tidak
menular akan meningkat menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi 60% di dunia,
sedangkan untuk negara SEARO (South East Asian Regional Office) yaitu pada tahun
2020 diprediksi bahwa angka kematian dan kesakitan karena penyakit tidak menular akan
meningkat menjadi 50% dan 42%. Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa di
Eropa, Amerika Utara, dan Oseania prevalensi dispepsia bervariasi yaitu, antara 3%
hingga 40%. Penelitian terhadap dispepsia fungsional di beberapa negara di Asia
menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu China sebanyak 69 % dari 782 pasien, di
Hongkong 43 % dari 1.353 pasien, di Korea 70 % dari 476 pasien dan Malaysia 62 % dari
210 pasien (Ghoshal et al., 2011). Di Indonesia diperkirakan hampir 30 % kasus pada
prakik umum dan 60 % pada praktik gastroenterologis merupakan kasus sindrom
dispepsia. (Djojoningrat, 2014). Menurut Kemenkes RI tahun 2010, dispepsia berada di
urutan ke-5 dari 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat inap dan berada di urutan
ke-6 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa angka kejadian sindrom dispepsia cukup tinggi. Berdasarkan data
profil kesehatan Indonesia tahun 2011, sindrom dispepsia berada di urutan keenam dari 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dengan jumlah kasus
sebanyak 33.500 (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Penderita dispepsia dapat mengalami nyeri perut hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dan apabila tidak cepat ditangani dapat berakibat fatal yaitu terjadi
perdarahan pada lambung, kanker lambung, muntah darah serta ulkus peptikum. Oleh
karena itu penanganan harus dibutuhkan agar tidak memicu faktor selanjutnya. Peran
perawat terhadap kasus dispepsia mencakup penanganan farmakologi dan
nonfarmakologi.Salah satu tindakan non farmakologi antara lain: kompres
hangat,relaksasi (teknik nafas dalam),dan akupressur agar tidak terjadi mencegah
terjadinya perdarahan, kanker lambung, muntah darah, ulkus peptikum. (Malinda &
Dirdjo, 2017).
Pada setiap orang dari berbagai golongan usia dapat terkena penyakit dispepsia, baik
itu pria maupun wanita. Penyakit dispepsia bisa disebabkan oleh ulkus lambung atau
penyakit acid reflux. Penyebab timbulnya penyakit dispepsia diantaranya yaitu karena
faktor pola makan dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik
Makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas dan bumbu
minuman, seperti makan yang pedas, makanan yang asam, minum teh, minum
Keadaan pasien dengan dispepsia yang berada dalam kondisi gawat darurat,
yang benar dan sehat. Pola makan yang benar dan sehat yaitu pola makan yang
tepat waktu dengan jam yang sama setiap harinya dan mengurangi makanan
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khususa
Penulis mampu:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Dispepsia
Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa
gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh
setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,
muntah, dan sendawa. (Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan
Infeksi Helicobacter Pylori, 2014) dikutip dari (Meilandani, Dirdjo, &
Taharuddin, 2015).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau keluhan berupa nyeri atau rasa
tidak nyaman pada ulu hati, mual, kembung, muntah, sendawa, rasa cepat
kenyang, dan perut merasa penuh atau begah. (Andre, Machmud, & Murni,
2013).
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman dibagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap
lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan
metabolisme, dan seringkal menyerang individu usia produktif, yaitu 30-50
tahun. (Arif dan Sari, 2011).
2. Klasifikasi Dispepsia
6
1) Dispepsia tukak (ulcus-like dyspepsia). Gejala yang ditemukan biasanya
nyeri ulu hati pada waktu makan atau perut kosong6
2) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada
pasien gastritis, duodenitis tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-
tanda vital
4) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulut dari perut kanan
atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung
5) Karsinoma
c) Kanker pankreas. Gejala yang palng umum antara lain penurunan berat
badan, ikterik dan nyeri daerah punggung atau epigastrik
d) Kanker hepar. Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin
menyebar ke skapula kasus penurunan berat badan, epigastrik terasa
penuh dan anoreksia
7
3) Sindrom malabsorpsi, keluahan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia,
sering flatus dan perut kembung
b. Dispepsia fungsional
3. Etiologi Dispepsia
a. Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau
duodenum, gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis
antibiotik, digitalis, teofilin, dsb.
8
c. Penyakit pada hati, pankreas sistem bilier: hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik: diabetes militus, penyakit tiroid
e. Penyakit jantung koroner.
f. Bersifat fungsional: yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak
terbukti adanya kelainan atau gangguan organikatau struktural biokimia.
Dikenal sebagai dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
(Meilandani et al., 2015).
5. Patofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, terjadi muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
9
Bagan 2.1
Pathway Dispepsia
Asam lambung
nyeri
Mual,muntah Nyeri
Terbentuk gas
Kembung
Mual
Rasa penuh/Beguh
Nutrisi kurang
10
6. Pemeriksaan Diagnostik Dispepsia
sebagai berikut :
7. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Kanker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
8. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur. Pilih makanan yang seimbang
dengankebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak mengkonsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, makanan pedas, makanan atau minuman yang
mengandung alkohol. Gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.
11
9. Pengobatan
1. Kebutuhan dasar manusia ada lima tingkatan atau hierarki. Berikut merupakan
hierarki yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar tersebut:
12
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Sebagian besar dari tubuh manusia adalah cairan. Oleh karena itu,
tubuh kita memerlukan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
cairan dalam tubuh.
3) Kebutuhan makanan
Setiap manusia butuh makan sebagai sumber tenaga untuk melakukan
aktivitas. Tubuh memerlukan asupan makanan karena sel-sel dalam
tubuh memerlukan nutrisi yang cukup agar sel dalam tubuh dapat
bekerja sesuai tugasnya. Pada Dispepsia memerlukan nutrisi yang
cukup agar dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Manusia memerlukan istirahat karena organ-organ dalam tubuh yang
sudah bekerja tanpa henti dapat beristirahat dan mengisi energi untuk
aktivitas selanjutnya. Istirahat merupakan kebutuhanyang paling pokok
dari manusia untuk menjaga kesehatannya.
5) Kebutuhan kesehatan suhu tubuh
Tubuh manusia memerlukan suhu yang normal yaitu 36,5 –37,5oC.
Temperatur di luar rentang ini bisa berakibat kerusakanpada jaringan
tubuh.
c. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Pada klien dengan kasus
dispepsia biasanya mengalami beberapa kebutuhan sebagai berikut:
1) Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
Pada penderita dispepsia biasa mengalami rasa takut dan cemas karena
penyakit dideritanya. Rasa takut dan cemas timbul karena adanya rasa
nyeri pada ulu hati.
2) Konsep dasar nyeri.
Nyeri bersifat sangat subjektif, karena intensitas dan responnya pada
setiap orang berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli
tentang Nyeri.
13
a) Long (1996) : nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat
subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat
menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.
b) Priharjo (1992) : secara umum nyeri merupakan perasaan tidak
nyaman, baik ringan maupun berat.
c) Mc Coffery (1979) : nyeri merupakan suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanyajika
orang tersebut pernah mengalaminya.
d) International Association Study For Pain (IASP) : nyeri
adalahsensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
(Saputra, 2013).
3) Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan jenis dan bentuknya :
a) Jenis nyeri :
Nyeri dibedakan menjadi 3 yaitu,
1. Nyeri perifer
Nyeri supitfisial adalah rasa nyeri muncul akibat rangsangan
pada mulut dan mukosa. Nyeri viseral adalah rasa nyeri di
rongga abdomen, kranium, dan toraks. Nyeri alih adalah rasa
nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab
nyeri.
2. Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada
medula spinalis, batang otak, dan talamus.
3. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak
diketahui, umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor psikologis
b) Bentuk nyeri :
Bentuk nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik
1. Nyeri akut, adalah merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang
14
2. Nyeri kronis, adalah nyeri yang berlangsung berkepanjangan,
berulang atau menetap, selama lebih enam bulan dan sumber
nyeri tidak dapat diketahui. (Saputra, 2013).
c) Patofisiologi nyeri
Nyeri berarti pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan berhubungan dengan terjadinya kerusakan jaringan
atau yang cenderung merusak jaringan. Pada nyeri terjadi
perubahan kepekaan sistem saraf terhadap rangsang nyeri, sebagai
akibat kerusakan jaringan yang disertai proses inflamasi,
terlokalisir, hilang bila inflamasi dan jaringan sembuh.
d. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki. Kebutuhan ini meliputi :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial.
e. Kebutuhan harga diri. Kebutuhan ini meliputi :
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain15
15
Berdasarkan Teori Maslow, kasus Dispepsia pada pasien kelolaan
mengalami gangguan kebutuhan dasar Rasa Aman dan Nyaman yang disebabkan
oleh Nyeri Akut. Kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah suatu keadaan bebas
dari cedera fisik dan psikologis manusia yang harus dipenuhi. Sementara
perlindungan psikologis meliputi perlindungan atas ancaman dari pengalaman
yang baru dan asing. Dan bebas dari nyeri atau rasa ketidaknyamanan. (Saputra,
2013).
C. Proses Keperawatan
Menurut Arif & Sari (2011) terdapat proses keperawatan yang meliputi
pengkajian,diagnosa,perencanaan,implementasi,evaluasi.
1.Pengkajian
a.Identitas :
1) Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku atau bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, alamat.
b. Keluhan Utama
Nyeri atau pedih pada epigastrium di samping atas dan bagian samping dada
depan epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa
kenyang16
16
e. Pola nutrisi
Nafsu mkan berkurang,penurunan berat badan saat sakit,rasa kenyang saat
makan
f. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, penurunan berat badan sesudah sakit.
g. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress
h. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-
hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem penglihatan
Mata simetris,konjungtiva an anemis, kornea normal,ikterik normal
2) Sistem neurologi
Kesadaran composmentis, tampak lemah akibat nyeri ulu hati
3) Sistem pencernaan
Mukosa pucat,mual,muntah,nyeri ulu hati, kembung
4) Sistem integumen
Kulit pucat,mukosa pucat17
2. Diagnosa Keperawatan Menurut PPNI (2017) diagnosa sebagai berikut :
1) Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis d.d nyeri ulu hati hingga abdomen,
meringis menahan nyeri, gelisah, nafsu makan klien berkurang
2) Nausea b.d distensi lambung d.d mual, merasa ingin muntah, mulut terasa
pahit, nafsu makan klien berkurang, tampak pucat
3) Defisit nutrisi b.d keengganan untuk makan d.d tidak nafsu makan, cepat
kenyang setelah makan, tampak lemah, mukosa klien pucat
17
3. Rencana Keperawatan
18
NOC : Kontrol mual & muntah (1618):
3. Defisit Nutrisi Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan cepat
kenyang setelah makan, klien tampak lemah, nukosa klien pucat
19
NIC : Manajemen Nutrisi (1100) :
4.Implementasi
5.Evaluasi
20
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Y., Machmud, R., & Murni, A. W. (2013). Hubungan pola makan dengan
kejadian depresi pada penderita Dispepsia Fungsional. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2(2), 73–75.
Arif & Sari (2011)Asuhan keperawatan pada pasien dngan gangguan sisetm
pencernaan yogyakarta : Pustaka Baru Press
Barawa, A. T. P., & others. (2017). Hubungan Stres Kerja dan Keteraturan
Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Perawat Instalasi Rawat
Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. FAKULTAS
KEDOKTERAN.
21
PPNI T.P (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :Jakarta Selatan
:Dewan Pengurus Pusat
22