Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

Pemasangan Nasogatrik Tube (NGT) Dan Penghitungan


Insensible Water Loss (IWL)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas pratikum Keperawatan Dewasa I

OLEH :

ALRINAL OKTAFIANDI
(1711316005)

DOSEN PEMBIMBING :
RENI PRIMA GUSTI, M.KEP, SP. KMB

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karunia-Nya jugalah tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa 1 yang berjudul
“Pemasangan Nasogatrik Tube (NGT) dan Penghitungan Insensible Water Loss (IWL)”
telah terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam proses pembuatan makalah ini, terutama dosen pembimbing Mata
Kuliah Keperawatan Dewasa 1, yang telah memberi materi ini kepada mahasiswa agar bisa
dibahas secara rinci dengan tujuan agar semua mahasiswa dapat memahami materi mata
kuliah ini.
Akhir kata, segala kritik, masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini kami
terima dengan semangat kebersamaan dan hati terbuka. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Padang, Februari 2018


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................... 1

BAB II ISI
A. Pemasangan NGT............................................................................. 3
1. Definisi Pemasangan NGT.......................................................... 3
2. Tujuan Pemasangan NGT............................................................ 3
3. Indikasi Pemasangan NGT.......................................................... 4
4. Kontra Indikasi Pemasangan NGT.............................................. 5
5. Tahapan Pemasangan NGT......................................................... 5
6. Indikasi Melepaskan NGT........................................................... 8
7. Komplikasi.................................................................................. 9
8. Perawatan NGT........................................................................... 10
9. Cara Irigasi NGT......................................................................... 11
B. Penghitungan cairan, Pengukuran Asupan dan Keluaran Cairan.....11
1. Proporsi Cairan Tubuh.................................................................12
2. Komponen Cairan........................................................................12
3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh...............................................13
4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit................14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................22
B. Saran.................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan. Bagi anak-anak,
kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti anomali anatomi jalan
makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress pernafasan
atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian, dimana kerjasama
perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang agak
sedikit dipaksakan. Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan
tindakan serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara
aman dan nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).
Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat
mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan
menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap
dan cakap dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Dalam beberapa hal bahwa perawat yang professional juga harus menguasai
bagaimana penghitungan balance cairan tubuh pasiennya. Seperti kondisi pasien gagal
ginjal, diare, demam berdarah dengue bahwa penghitungan belance cairan sangatlah perlu.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menghitung cairan yaitu masukan
cairan seperti minum secara langsung, melalui infus atau makanan dan buah-buahan yang
mengandung air. Dan haluaran cairan seperti urine, feces, dan keringat. Belance cairan ini
harus di hitung dalam waktu 24 jam. Dalam penghitungannya tidak sama untuk anak-anak
dan dewasa dengan tanpa kenaikan suhu tubuh ataupun dengan penyakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mengetahui dan mampu cara pemasangan Nasogatrik Tube (NGT)
serta Penghitungan balance cairan atau Insesible Water Loss (IWL).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/I mengetahui definisi pemasangan NGT
b. Mahasiswa/I mengetahui tujuan pemasangan dari NGT
c. Mahasiswa/I mengetahui indikasi dari pemasangan NGT
d. Mahasiswa/I mengetahui kontra indikasi dari pemasangan NGT
e. Mahasiswa/I mengetahui serta mampu melakukan pemasangan NGT
f. Mahasiswa/I mengetahui indikasi melepaskan NGT
g. Mahasiswa/I mengetahui komplikasi dari pemasangan NGT
h. Mahasiswa/I mengetahui bagaimana cara perawatan NGT
i. Mahasiswa/I mengetahui cara irigasi NGT
j. Mahasiswa/I mengetahui proporsi cairan tubuh manusia
k. Mahasiswa/I mengetahui komponen cairan tubuh manusia
l. Mahasiswa/I mengetahui pengaturan volume cairan tubuh
m. Mahasiswa/I mampu melakukan penghitungan cairan infus
n. Mahasiswa/I mampu melakukan penghitungan IWL secara umum maupun pada
anak-anak ataupun pada dewasa dengan tanpa kenaikan suhu tubuh.
BAB II
ISI

A. PEMASANGAN NGT
1. Definisi Pemasangan NGT
Melakukan pemasangan slang (tube) atau plastik lunak melalui nasofaring
kedalam lambung (Kusyati,Eni, dkk, 2003 :105). Slang mempunyai lumen pipa
yang memungkinkan baik pembuangan sekresi lambung dari dan memasukkan
larutan kedalam lambung.
Pemasangan pipa nasogastrik atau nasogastric tube (NGT) merupakan proses
pemasangan pipa melalui lubang hidung (nostril) turun ke nasofaring kemudian ke
lambung. Prosedur ini bermanfaat untuk tujuan diagnosis maupun terapi. Dan
indikasi yang sering yaitu untuk akses pemberian nutrisi bagi pasien yang tidak
mampu makan melalui mulut dan untuk mengevaluasi isi lambung bagi pasien
yang dicurigai mengalami perdarahan gastrointestinal.
Ada beberapa tipe-tipe NGT antara lain pipa Levin, pipa Salem sump, dan
pipa Moss, namun yang sering digunakan adalah pipa Levin. Pemasangan NGT
lebih dipilih karena lebih sederhana, aman, dan jarang menyebabkan trauma pada
pasien dibandingkan dengan pipa orogastrik. Meskipun demikian kemungkinan
terjadinya komplikasi yang serius seperti aspirasi isi lambung dapat terjadi.
Komplikasi ini dapat dicegah bila pasien koperatif, diposisikan secara benar, serta
persiapan peosedur dilakukan dengan baik serta observasi yang tepat selama
prosedur dilakukan dan memastikan posisi pipa sudah tepat. Selain itu teknik
melepaskan pipa yang benar juga dapat mengurangi terjadinya komplikasi berupa
trauma mukosa dan aspirasi.

2. Tujuan Pemasangan NGT


Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan
pipa lambung/NGT. Tujuan pemasangan pipa lambung adalah
a. Memasukkan makanan cair atau obat cair/padat yang dicairkan.
b. Mencegah atau memulihkan mual dan muntah setelah pembedahan.
c. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium (Depkes RI)
d. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada di lambung.
e. Mencuci lambung dari zat-zat toksik atau iritan
f. Mengatasi obstruksi mekanis dan perdarahan saluran cerna bagian atas.

3. Indikasi pemasangan NGT


Indikasi dari pemasangan NGT untuk kepentingan diagnosis maupun terapi,
yaitu sebagai berikut:
a. Diagnosis
1) Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium atau sampling.
2) Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radioopak.
b. Terapi
1) Pemberian nutrisi yang adekuat atau obat-obatan pada pasien yang tidak
mampu mengkonsumsi secara oral.
Indikasi pemasangan NGT untuk nutrisi yaitu:
 Ketidakmampuan untuk memasukkan makanan melalui rute oral.
Contoh: pasien tidak sadar, kanker lidah, anoreksia nervosa, trauma dan
luka bakar pada wajah.
 Saluran cerna bagian atas tidak mampu menyalurkan makanan ke usus
halus.
Contoh: karsinoma esofagus dan tumor esofagus.
 Gangguan pencernaan atau malabsorbsi yang membutuhkan asupan
makanan terus menerus.
Contoh: insufisiensi pankreas atau empedu, fibrosis kistik, penyakit
radang usus dan diare berkepanjangani.
2) Pemberian ASI, formula atau makanan cair langsung ke dalam lambung
untuk tambahan kalori.
3) Evakuasi isi lambung yang berbahaya, misalnya pada kasus over dosis obat
atau keracunan.
4) Gastric lavage dengan pemasangan NGT dan suction pada pasien
perdarahan gastrointestinal yang masif bermanfaat untuk mengurangi gejala
dan memfasilitasi visualisasi endoskopi untuk melihat gambaran mukosa
lambung dan duodenum.
5) Dekompresi lambung dengan pemasangan NGT dan suction berguna untuk
mengeluarkam sekresi saluran cerna dan udara yang tertelan pada
pasienpasien dengan obstruksi pada usus halus atau gastric outlet, serta
mengurangi keluhan pada pasien pankreatitis dan ileus.
4. Kontra Indikasi Pemasangan NGT
Ada dua kontraindikasi pemasangan NGT antara lain, kontraindikasi absolut
seperti sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali, riwayat konsumsi
hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate injury, luka penetrasi di leher,
diverkulum Zenker, atresia koana, striktur esofagus. Serta kontraindikasi relative
seperti koagulopati berat, setelah operasi orofaringeal, operasi hidung maupun
operasi lambung dan demensia.

5. Tahapan Pemasangan Nasogastric Tube


Salah satu cara yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi selama
pemasangan NGT yaitu dengan melakukakan tahapan-tahapan pemasangan NGT
secara sistematis meliputi tahap persiapan serta procedural.

Gambar 2. Cara Mengukur Panjang


Gambar 1.Tahapan Pemasangan NGT
NGT

Adapun standar prosedur pemasangan NGT di RSUP. Dr. M. Djamil Padang


antara lain:
a. Persiapan
1. Persiapan preprosedural
a) Lakukan inform konsen tertulis
b) Mengevaluasi tingkat kesadaran pasien.
c) Melindungi jalan napas pasien yang tidak sadar dengan pipa
endotrakeal.

2. Manajemen pasien
a) Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan, risiko, indikasi, dan
alternatif lain serta menyepakati sinyal yang akan digunakan bila pasien
ingin menghentikan segera tindakan saat dilakukan pemasangan NGT.
b) Jika menggunakan lokal anastesi untuk mengurangi rasa nyeri,
sampaikan kepada pasien kemungkinan efek samping yang timbul.2
c) Pada pasien agitasi disarankan untuk memberikan benzodiasepine dosis
rendah. Bila pasien tidak koperatif lakukan fiksasi tangan.2
3. Persiapan Prosedur Penyelamatan
Persiapan peralatan suction bila terjadi aspirasi, nasal packing untuk
epistaksis masif, serta intubasi endotrakeal jika terjadi aspirasi berat atau
hipoksia.

b. Prosedur
KOMPE CATATAN
URAIAN ATAU SISTEMATIKA
No TENSI UNTUK
TINDAKAN
K BK PERBAIKAN
A. Prainteraksi dan Orientasi
1. Salam terapeutik (senyum,
assalammualaikum, selamat pagi,
siang/sore, menanyakan kondisi pasien)
2. Memperkenalkan diri dan melakukan
validasi identitas pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan dan
kontrak waktu
4. Mengajak pasien atau keluarga kerja
sama dalam melakukan tindakan
5. Menjaga keamanan, kenyamanan dan
privasi pasien)
6. Kontrak waktu untuk persiapan alat :
a. Pipa lambung atau NGT dengan
ukuran sesuai kebutuhan
b. Pengalas
c. Handscoon
d. Gelas berisi air putih matang
e. Gelas berisi air hangat
f. Plester
g. Gunting
h. Stetoskop
i. Spuit 20-50 ml
j. Pembersih hidung dan mulut ( kasa
dan cottonbud)
k. Alat tulis
B. Fase Interaksi/Kerja
1. Mencuci tangan, pasang APD sesuai
kebutuhan
2. Atur posisi dalam keadaan nyaman
sesuai kebutuhan
3. Pasang pengalas di dada pasien
4. Dekatkan alat-alat dan near beken ke
sisi pipi pasien
5. Bersihkan mulut atau hidung dari
kotoran atau sekret
6. Pegang pipa lambung atau NGT bagian
ujung dengan tangan dominan, ukur
jarak batas rambut ke prosesus
xipiodius, beri tanda dengan tangan
non dominan.
7. Masukkan pipa lambung tambahan
melalui oral atau nasal, jika ada
tahanan jangan di paksakan sampai
pada batasnya.
8. Uji ketepatan masuknya pipa
a. Memasukkan pangkal pipa pada air
dalam gelas atau konm kecil
b. Menghisap cairan lambung
c. Mendengarkan dorongan udara
masuk lambung dengan
menggunakan stetoskop
9. Tutup pangkal pipa.
10. Fiksasi pipa lambung ke batang hidung
dan pada pipi dengan plester yang
sudah diberi tanda, tanggal
pemasangan.
11. Hitung jumlah residu lambung, buka
penutup pipa lambung sambungkan
dengan spuit (20 ml atau 50 ml) dan
masukkan cairan atau makanan sesuai
kebutuhan yang disiapkan.
12. Berikan bilasan kira-kira 5-10
ml/secukupnya untuk bilas pipa
lambung.
13. Rapikan pasien dan bereskan alat.
14. Lepaskan APD, cuci tangan
15. Dokumentasikan pemasangan NGT
C. Fase Terminasi
1. Katakan bahwa tindakan selesai
dilakukan, tanyakan respon pasien
setelah pemasangan NGT selesai
2. Ucapkan salam

6. Indikasi Melepaskan Nasogastric Tube


NGT harus segera ditarik atau dilepas bila pasien menunjukan gejala-gejala
batuk, adanya wheezing, pasien tidak mampu bernapas, pasien tidak mampu
berbicara, pasien tampak pucat, NGT keluar dari mulut saat dilakukan pemasangan,
serta bila indikasi pemasangan NGT tidak diperlukan lagi.
7. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama
prosespemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara
lain:
a. Distres nafas pada pemasangan awal NGT
Dapat terjadi akibat penempatan posisi pasien serta teknik pemasangan
NGT yang tidak tepat. Ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien pada
posisi fowler atau sniffing serta melakukan setiap tahapan prosedur pemasangan
NGT dengan berurutan, serta yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa.
Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas adalah dengan segera
menarik keluar NGT.
b. Malposisi NGT
Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT misalnya
pada pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami fraktur pada
cribiformisplate.
c. Pasien merasa tidak nyaman
Dapat diatasi dengan pemberian nasal dekongestan dan anastesi topikal
dengan menggunakan lidokain 4 persen ke dalam mukosa hidung serta sprai
lidokain 4 persen atau benzocaine langsung ke posterior orofaring. Alternatif
lain dengan menggunakan nebulizer yang mengandung lidocain 4 persen,
sehingga baik mukosa hidung dan mulut teranastesi baik.
d. Epistaksis massif
Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas, sehingga
memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat dikurangi
dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan
menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga saat mendorong masuk NGT
untuk mengurangi terjadinya turbinasi dan nyeri serta epistaksis.3 Memberikan
nasal dekongestan seperti oxymethazoline atau phenylephrine untuk
vasokonstriksi pembuluh darah mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum
pemasangan NGT.
e. Trauma pada mukosa
Dapat terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong pipa saat terdapat
tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan perforasi saluran cerna atas.

f. Pneumonia aspirasi
Dapat terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien muntah ini dapat
dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik, bila perlu lakukan intubasi
bila saluran napas tidak lapang terutama pada pasien yang tidak sadar. Menelan
yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan mengurangi sensasi
ingin muntah.
g. Pneumonitis
Dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui pipa yang posisi
atau letaknya setinggi trakea.2 Selain itu cara mencegah terjadinya pneumonitis
yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut dalam air, karena akan diserap
dengan baik bila saat pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran
pernapasan dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam
minyak.
h. Hipoksemia
Dapat terjadi akibat obstruksi saluran napas karena penempatan NGT yang
kurang tepat.
i. Pneumothorak
Dapat terjadi akibat injuri pulmoner setelah pemasangan NGT. Pada pasien
yang sebelumnya memiliki riwayat menelan bahan-bahan kimia kuat yang
bersifat iritatif curigai adanya abnormalitas pada esofagus, karenabila
dipaksakan melakukan pemasangan NGT akan beresiko penempatan NGT yang
salah berupa perforasi hipofaring atau perforasi esofagus. Sedangkan
komplikasi pemasangan pipa nasogastik jangka panjang dapat terjadi berupa
erosi mukosa hidung, sinusitis, esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus
lambung, infeksi paru dan infeksi mulut.

8. Perawatan Nasogastric Tube


Perawatan NGT juga sangat efektif berperan dalam mencegah terjadinya
komplikasi selama pemasangan yang meliputi pasien serta perlengkapannya.
Monitoring pasien meliputi pencatatan cairan drainase yang keluar dari NGT serta
menilai fungsi saluran cerna. Sedangkan evaluasi peralatan meliputi memastikan
penempatan pipa sudah sesuai, melakukan irigasi untuk memastikan patensi pipa
serta mencegah kerusakan pada mukosa lambung.

Adapun peralatan yang diperlukan untuk perawatan NGT antara lain irigan
(normal saline), irigan kontainer, siring kateter 60 cc, peralatan suction, sikat serta
pasta gigi, jeli petrolium, plaster hipoalergenik, lubrikan larut air, stetoskop, linen.

9. Cara Irigasi Nasogastric Tube


Cara mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi selama pemasangan NGT
salah satunya dengan perawatan NGT dengan cara melakuka irigasi pada pipa secar
teratur dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pastikan kembali jadwal irigasi sesuai dengan instruksi dokter.
b. Masukkan 10 cc udara kemudian lakukan auskultasi di daerah epigastrium
dengan menggunakan stetoskop dan aspirasi kembali isi lambung untuk
memastikan posisi NGT sudah tepat serta mengurangi risiko cairan aspirasi.
c. Catat jumlah cairan yang didapatkan pada siring atau pada kateter siring 60 cc
(biasanya 10-20 ml) untuk mengevaluasi intake serta output yang akurat.
d. Ketika menggunakan suction dengan pipa Salem sump atau pipa Levin,jangan
klem pipa lepaskan koneksi pipa dengan peralatan suction kemudian letakkan di
linen atau pada emesis basin untuk menampung sisa drainase.
e. Secara perlahan masukkan irigan ke dalam NGT. Ketika melakukan irigasi pada
pipa Salem sump, kita dapat memasukkan cairan ke dalam lumen pipa tanpa
memutuskan suction.
f. Aspirasi cairan dengan menggunakan siring atau siring kateter 60 ml atau
dengan menghubungkan pipa dengan peralatan suction.

B. PERHITUNGAN CAIRAN, PENGUKURAN ASUPAN DAN KELUARAN


CAIRAN
1. Proporsi Cairan Tubuh
Air memiliki presentase yang besar dari badan manusia. Pada bayi prematur
sekitar 80% dari barat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup
sekitar 70% dari berat badannya merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia
maka presentase air menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat
badannya adalah air. Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air.
Presentase air pada tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya.
(Horner dan Swearingen.2001).
Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja,
melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel
denganm jumlah sekita 40% dari berat badan, dan merupakan bagian dari
protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses metabolisme.
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah
sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel
dan membuang sampah sisa metabolisme. Cara ekstraseluler ini terbagi menjadi
dua, yaitu cairan intersitial dan cairan intravaskuler. Cairan intersitial adalah cairan
yang terdapat pada celah antarsel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah
sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya cairan intrasitial berfungsi sebagai
pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh
dari cairan intersitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal.
Cairan intravaskuler merupakan cairna yang terdapat didalam pembuluh darah dan
merupakan plasma yang berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

2. Komponen Cairan
a. Cairan Nutrien
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitaminn yang penting untuk metabolisme.
Kalori Yng berada cairan dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
1) Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert
sugar (½ dextrose dan ½ levulose)
2) Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin
3) Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.

b. Blood Volume Expanders


Blood volume eksanders merupakan bagian dari jenis cairan yang
berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan
darah atau plasma. Jenis blood volume expanders antara lain human serum
albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini
mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan
jumlah volume darah.
c. Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonik, hipotonik dan hipertonik.
Contoh cairan elektrolit adalah :
1) Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+
2) Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-
3) Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-

3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah
±2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah
dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini
menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka
mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.

b. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan
cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air
yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak
±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan
banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran
air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis.
Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan
saluran pencernaan (berupa feses).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah
dan kecepatan pernapasan, demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:


1) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria. Proses ini merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang
utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus
ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil eksresi
terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor
antrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak,
kemudian otak akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan
memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.
2) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu
yang panas. Keringat dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion
kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar
natrium dalam plasma.
3) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-
rata pengeluaran cairan memalui feses adalah 100 ml/hari.

4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat
mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka
akan menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional
harus tanggap dan cakap dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait
dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan
cairan dan elektrolit. Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur
intake dan output cairan, dan transfusi darah.
a. Menghitung Cairan Intravena (Infus)
Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi,
sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien
yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.

Cara Menghitung Tetesan Infus:


faktor tetes Otsuka 1cc = 15 tetes
faktor tetes Terum 1 cc = 20 tetes
(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit
(jumlah jam x 60menit)

1) Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari
dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya
waktu, maka rumusnya adalah:
MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
Tetes/menit : (Jumlah Cairan x 20)
(Lama Infus x 60)

Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah
sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20)
(jumlah tetesan dlm menit x 60)

Contoh: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4
jam, maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500x20 )
/ (4 x 60) = 10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk
rumus lama infuse tinggal dibalik aja.
2) Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih
kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya
digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk
menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit = (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)

Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:


Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60)
(jumlah tetesan dalam menit x 60)

Contoh: Dokter meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9 % pada Tn A 1000


ml/12 jam. faktor drips (tetes) 15 tetes/1 ml. berapa tetes per menit
cairan tersebut diberikan?
Strategi menjawab kasus
 Ketahui jumlah cairan yang akan diberikan
 konversi jam ke menit (1 jam = 60 menit)
 masukkan kedalam rumus (Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali
dengan faktor drips, lalu dibagi dengan lamanya pemberian)

Jadi jawabannya adalah (1000 x 15)/(12 x 60) = 15.000/720 = 20.86


dibulatkan jadi 21, Cairan tersebut harus diberikan 21 tetes/menit.

Terkadang kita agak kesulitan dalam menghitung tetesan infus yang


akan kita berikan kepada seorang pasien, berikut tips2 nya
RUMUS:
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
contoh soal :
a) infus 500 cc diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/ menit
habis dalam berapa jam? jika dalam micro?
jawab : 1 cc = 20 tetes makro –> berarti pasien diberikan 1 cc/ menit,
infus yang tersedia 500 cc –> = akan habis dalam 500 dibagi
60 menit = 8,333 jam. kalau dalam micro tinggal di kali 3 aja.
jadinya = 24,99 jam.
b) berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan
agar habis dalam 4 jam?
Jawab : 500 cc dibagi 4 jam = 125 cc –> ini jumlah cc RL yang
harus diberikan per jamnya, 125 cc dibagi 60 = 2,083 cc /
menit. ini jumlah cc RL yang harus diberikan per menitnya. 1
cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro jadi 2,083 cc = (2,083 x
20) 41,66 tetes makro = (2,083 x 60) 124,98 tetes mikro.

b. Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)


1) Rumus menghitung balance cairan
CM – CK = IWL
Ket:
CM : Cairan Masuk
CK : Cairan Keluar

2) Rumus IWL

(15 x BB)
IWL=
24 jam
Ket:
BB = Berat Badan
Contoh: Tn.A dengan BB 50 kg dengan suhu tubuh 37⁰C
(15 x 50)
IWL= =31 ,25 cc / jam
24 jam
Jadi jika dalam 24 jam ----> 31,25 x 24 = 750cc

3) Rumus IWL Kenaikan Suhu


¿¿

Contoh: Tn.A BB 50kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc


IWL = [(10% x 200) x (39⁰C - 37⁰C)] + 31,25cc
24 jam
= (20 x 2) + 31,25cc
24
= 1,7 + 31,25 = 32,95 cc/jam

c. Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak)


Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk
menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid
Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
a. Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
b. Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari
c. Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari
d. Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

Rumus:

IWL pada anak = (30 - usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari

Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An. M (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: "rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah" Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat
data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100
x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6
sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat
Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000.
Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc


Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
2112 cc
Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
1478 cc

Balance cairan = Intake cairan - Output Cairam


= 2112 cc - 1478 cc
= + 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !


yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan
rumus:

IWL + 200 ( Suhu Tinggi - 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An. M = 378 + 200 (39,8 °C - 36,8 °C)


= 378 + 200 (3)
= 378 + 600
= 978 cc
Maka output cairan An. M = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc - 2078 cc
= + 34 cc.
Ingat menghitung Balnce cairan harus kumpulan data/24 jam!!!!!!

d. Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa)


Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak
dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk
kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari
Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia)
penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.

Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc


Cairan Infus = ......cc
Therapi injeksi = ......cc
Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ......cc
Feses = .....cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = .....cc
IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
Contoh Kasus:
Tn. Y (35 tahun), BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua.
Akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T
37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna
kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang
drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip
Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan
jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik
Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung
balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc


Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc


NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam = Intake cairan - output cairan
= 2700 cc - 2900 cc
= - 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama
IWL gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta

Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?


berarti nilai IWL Tn Y = 900 + 200 (38,5 °C - 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc

Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output:
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah:
2700 cc - 3240 cc = -540 cc
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemasangan pipa nasogastrik atau nasogastric tube (NGT) merupakan proses
pemasangan pipa melalui lubang hidung (nostril) turun ke nasofaring kemudian ke
lambung. indikasi yang sering yaitu untuk akses pemberian nutrisi bagi pasien yang
tidak mampu makan melalui mulut dan untuk mengevaluasi isi lambung bagi pasien
yang dicurigai mengalami perdarahan gastrointestinal. Ada beberapa tipe-tipe NGT
antara lain pipa Levin, pipa Salem sump, dan pipa Moss, namun yang sering digunakan
adalah pipa Levin.
Tujuan pemasangan pipa lambung adalah Memasukkan makanan cair atau obat
cair/padat yang dicairkan, Mencegah atau memulihkan mual dan muntah setelah
pembedahan, Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium (Depkes
RI), Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada di lambung, Mencuci
lambung dari zat-zat toksik atau iritan dan Mengatasi obstruksi mekanis dan
perdarahan saluran cerna bagian atas.
Indikasi dari pemasangan NGT untuk kepentingan diagnosis maupun terapi,
yaitu untuk diagnosis dan terapi. Ada beberapa kontraindikasi pemasangan NGT antara
lainseperti sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali, riwayat konsumsi
hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate injury dan masih banyak lagi.
Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan NGT ini adalah NGT itu sendiri,
pengalas, hanscoon, gelas yang berisi air putih hangat dan berisi air hangat, plester,
gunting, stetoskop, spuit 20-50cc pembersih hidung dan alat tulis untuk
pendokumentasian.
Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama
prosespemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain
Distres nafas pada pemasangan awal NGT, Malposisi NGT, Pasien merasa tidak
nyaman, Epistaksis massif, Trauma pada mukosa, Pneumonia aspirasi, Pneumonitis,
Hipoksemia, Pneumothorak.
Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja,
melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Adapun pengaturan volume cairan tubuh dipengaruhi oleh asupan
cairan seperti makanan atau buh yang mengandung air minum secara langsung dan
melalui infus infus. Adapun haluarannya berupa urine, feces dan keringat. Metode
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit bias dilakukan dengan cara penghitungan
IWL yang setiap orangnya akan berbeda karena dipengaruhi oleh berat badan, suhu
tubuh dan penyakit-penyakit lainnya.

B. SARAN
Dari makalah yang berjudul “Pemasangan Nasogatrik Tube (NGT) dan
Penghitungan Insensible Water Loss (IWL)” ini semoga memberi manfaat untuk para
pembaca, dan bisa dijadikan sumber lainnya untuk perkuliahan ataupun pengetahuan
tentang pemasangan NGT dan Penghitungan insensible water loss yang ada di
lingkungan fakultas keperawatan unand.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara, Erb Glenora, Berman Audrey and Snyder SJ. 2004: Fundamental of
Nursing : Concepts, Process and Practice Seventh ed. Pearson Prentice Hall New
Jersey.
Blok Barbara and Nelson Bret. Nasogastric Tube. http://www.npinstitute.com
Lippincott Williams & Wilkins. 2004: Nasogastric Tube Insertion and Removal. Nursing
Prosedures Fourth ed. A Wolters Kluwer Company.
Wong Donna L and Hockenberry Marilyn J. 2003: Nursing Care of Infant and Children.
Wong’s Seventh ed. Mosby Elsevier.
Perry Anne Griffin, Peterson Veronica dan Potter Patricia A. 2005: Buku Saku Ketrampilan
& Prosedur Dasar. Edisi 5. EGC: Jakarta
Kusyati, Eni. 2006: Keterampilan dan Prosedur laboratorium. EGC: Jakarta
Nurachmah, Elly dan Sudarsono, Ratna S. 2000: Buku saku prosedur keperawatan medical
bedah. EGC: Jakarta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika
Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4
volume 2. EGC: Jakarta
Ariani, Dessy. 2012: Rumus Menghitung IWL ( Insensible Water Loss) di akses dari
http://nurse-dessyariani.blogspot.com pada hari jum’at tanggal 21 Februari 2014
pukul 14:02 WIB
Fatimah, RR.2011: KDM : Perhitungan Cairan, PEngukuran Asupan dan Keluaran Cairan
di akses dari http://cumanrismadoang.blogspot.com pada hari jum’at tanggal 21
Februari 2014 pukul 14:35 WIB

Anda mungkin juga menyukai