Anda di halaman 1dari 33

KEGAWATDARURATAN KOLIK ABDOMEN

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Koordinator : Ns. Kiki H, M.Kep, Sp. KMB

Disusun Oleh Kelompok 13


1. Yuliana Yunita M.L 1809909901
2. Isnaini Qurotul Khasanah 1806806801
3. Bona Fentura Liah 1707607601
4. Indah Cahyani 1734713601

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEHNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala Rahmat-Nya, sehingga kami diberi kekuatan serta kelancaran dalam
menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan
judul “Kegawatdaruratan Kolik Abdomen”. Sehingga dapat terselesaikan
seperti waktu yang telah direncanakan.
Tersusunnya Makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak,
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada Dosen
Pembimbing Ns. Kiki H, M.Kep, Sp. KMB yang telah membimbing kami
dalam pembelajaran dikelas maupun dalam pembuatan Makalah baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk para
pembaca, Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Tak ada gading yang tak retak, Penyusun menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat Penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Samarinda, 26 maret 2021

penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
2. Antaomi fisiologi
3. Etiologi
4. Menifestasi klinis
5. Patofisologi
6. Pemeriksan penujang
7. Penatalaksanaa
B. Konsep Nyeri
1. Definisi
2. Antaomi fisiologi
3. Etiologi
4. Klafisikasi nyeri
5. Penagan nyeri
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan
yang menyebabkan terhambatnya aliran usus ke depan tetapi
peristaltik normal kondisi ini menyebabkan nyeri hebat pada perut
yang sifatnya hilang-timbul (Reeves, 2011). Hal yang mendasari
terjadinya kolik abdomen. Kolik abdomen adalah kontraksi otot,
penyumbatan, atau peradangan pada organ di dalam rongga perut,
seperti usus, rektum, kantong empedu, ginjal, atau saluran kemih.
Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang
tidak sehat sehingga berdampak pada kesehatan tubuh (Bare,
2010).
Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada
tahun 2012 ±7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama
dengan penderita kolik abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang
penduduk. Prevelensi colic abdomen di Indonesia tercatat 40,85%
dari 800.000 orang penduduk. Berdasarkan hasil pengamatan dan
penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) tahun 2012 diperoleh angka penderita kolik
abdomen di Indonesia cukup tinggi sekitar 91,6%. Penyebab dari
kasus kolik abdomen tersebut adalah makanan yang mengandung
pedas dan biji - bijihan seperti: cabai, biji jambu dan biji tomat
(Depkes RI, 2012).
Kolik abdomen merupakah salah satu keadaan darurat non
trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan
kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat
dibebaskan atau diringankan penderitaannya atau mencegah
memburuknya keadaan penderita. Ada banyak penyebab lain nya
yang mengakibatkan colic abdomen salah satunya adhesi intestinal
atau bisa disebut perlengketan usus. kondisi dimana jaringan
pencernaan dan otot menempel pada dinding abdomen.
Perlengketan ini dapat berupa lapisan tipis dari jaringan ikat atau
suatu jaringan fibrosa yang tebal berisi pembulu darah dan jaringan
saraf. Adhesi intestial juga bisa terjadi karna adanya luka pada
jaringan antar organ, sehingga membuat usus saling menempel.
Kondisi ini adalah komplikasi umum setelah operasi pada bagian
perut, sebanyak 90% kasus dari obstruksi mekanik.
Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen
termasuk nyeri visceral dan dari lapisan dinding perut (nyeri
somatik). Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab
nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan
penjalaran dari tempat lain. Penatalaksanaan kolik abdomen dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologi yang di dalamnya
terdapat aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. Pada
akhirnya, penanganan pasien kolik abdomen secara umum adalah
dengan menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus
bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau tidak.
Prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi yang
dapat menimbulkan rasa takut, cemas sehingga stress, karena dapat
mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa
nyeri. Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai
respon awal terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai –
nilai yang berarti bagi individu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut “bagaimanakah asuhan keperawatan eti
intestinal)
C. Tujuan Penulisan
Memberikan gambaran tentang bagaimana asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien colic abdomen (adhesive intestinal)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal, Obstruksi terjadi ketika ada
gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal. (Amin Huda, 2015).
Colic Abdomen  adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada
organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu
empedu, batu ginjal) (Hardi Kusuma, 2015).
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini
adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total baik organ
tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltic. (Gilroy, 2013).
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara
tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari
yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Amin Huda,
2015).
2. Anatomi Fisiologis
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak di
kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang, Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia,
Fundus, Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka
dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting Lendir, Asam klorida (HCl),
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
e. Usus Halus (Usus Kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
3) Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini
memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada
usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau
radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di
dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).
i. Rektum Dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan
ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
j. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang
memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
k. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan
peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi
bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat-
atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
i. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang).
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya
sebagian usus di dalam usus)
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau
saluran)
b. Fungsional (Non Mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidak seimbangan elektrolit
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea
dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)
(Reeves, 2011).
4. Manifestasi Klinis
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas,
distensi, muntah empedu   awal, peningkatan bising usus
(bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah
sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising
usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang
muncul terakhir, kemudian terjadmuntah (fekulen),
peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

d. Obstruksi mekanik parsial


Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit
Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan
diare.
e. Strangulasi
f. Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus
menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten;
biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar.
5. Patofisiologis
kolic abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus
sepanjang traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut
(diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih).
Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut
abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi
karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan
berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada
nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan
gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri
dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral.
Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen
biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab
nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan
merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri
yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau
sekunder dari tempat lain (Gilroy, 2015).
6. Komplikasi

a. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)


b. Kolik biliaris
c. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang
terhalang)
d. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian
sel/jaringan. Gangren kandung  empedu, saluran empedu
dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-organ tersebut.
e. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat
menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.
f. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua
organ. Batu empedu mengerosi dinding kandung empedu
atau salurang empedu, menimbulkan saluran baru ke
lambung, usus dan rongga perut.
g. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena
rongga perut yang steril terkontaminasi oleh cairan empedu
melalui suatu fistula ke rongga perut.
h. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat
terjadi bila batu berukuran cukup  besar (Amin huda, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi
udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis,
strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik. (Amin huda: 2015)
8. Penatalaksanaan

a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


b. Terapi Na+, K+, komponen darah
c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan
lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko.
j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan
sebagai prosedur kedua (Amin huda, 2015).

B. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri

Menurut The International Association for the study of pain


(IASP) tahun 2010, nyeri didefinisikan sebagai pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan
menyebabkan kerusakan jaringan.
Perasaan sakit ini memotivasi reaksi untuk menghindari situasi yang
berpotensi merusak dan mencegah potensi kerusakan lebih lanjut.

2. Etiologi nyeri
Penyebab nyeri diantaranya yaitu :

a. Trauma, Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam.

Penyebab trauma ini terbagi menjadi :

1) Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini


timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini
adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-
lain.

2) Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf


reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin,
misal karena api dan air.

3) Khemical. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak


dengan zat kimia yang bersifat asam atau pun basa kuat.

4) Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh


aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.

b. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu:

1) Neoplasma Jinak
2) Neoplasma Ganas

c. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal

ini dapat dicontohkan pada pasien dengan infark miokard


akut atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya
nyeri dada yang khas.

d. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya

kerusakan ujungujung saraf reseptor akibat adanya


peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Contohnya
adalah nyeri karena abses.
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi jenis nyeri menurut Mubarok (2008), diantaranya :
a. Menurut sifat

1) Insidentil
timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.

2) Steady
nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.

3) Paroxysmal
nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetap 10–15 menit, lalu menghilang dan
kemudian timbul kembali.
b. Menurut berat ringannya

1) Nyeri ringan: dalam intensitas rendah

2) Nyeri sedang: menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan


psikologis

3) Nyeri berat: dalam intensitas tinggi


c. Menurut waktu serangannya

1) Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, tidak lebih dari
enam bulan, awitannya mendadak, biasanya penyebab
dan lokasi nyeri sudah diketahui.

2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam
waktu lebih lama, nyeri hilang timbul dan klien sering sulit
mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
4. Penanganan Nyeri
Tujuan Penanganan nyeri adalah untuk meminimalkan nyeri.
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar (Potter and Perry, 2008)
yaitu :

a. Farmakologi intervention

1) Analgesic
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf
Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan
lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk
alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan
secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q4h)
setelah pembedahan. Terdapat dua klasifikasi mayor dari
analgesik, yaitu :
Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah: derivat opiate seperti
morphine dan codein. Narkotik menghilangkan nyeri
dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal: persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan
perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman
meskipun nyerinya masih timbul.
Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari, Asam Salisilat (aspirin), Para
aminophenols (phenacetin), Pyrazalom (Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesic kombinasi,
seperti kombinasi dari analgesic kuat (strong analgesic)
dengan analgesic ringan (mild analgesics), contohnya:
Tylenol 3 merupakan kombinasi dari acetaminophen
sebagai obat analgesic non narkotik dengan codein 30
mg.
2) Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada
intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada
klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada
kandungan fisik atau kimianya. Pengobatannya tidak
mengandung komponen obat analgesik (seperti: gula,
larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat
menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini
perawat harus mempunyai izin dari dokter.

b. Non Farmakologik intervention

Menurut Tamsuri (2006) selain tindakan farmakologis untuk


menanggulangi nyeri, ada pula tindakan nonfarmakologis
untuk mengatasi nyeri, diantaranya :

1) Stimulasi kulit (Cutaneus)


Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain:

- Kompres dingin

- Analgesics ointments

- Counteriritan, seperti plester hangat.

- Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada

area yang berlawanan dengan area yang nyeri.

2) Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu tehnik dalam terapi perilaku
yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpel untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan.
3) Distraksi
Merupakan pengalihan perhatian terhadap nyeri melalui
berbagai kegiatan tanpa membebani proses penyakit
(Potter and Perry, 2008). Beberapa teknik distraksi, antara
lain:

- Distraksi visual (melihat TV)

- Distraksi audio (mendengarkan music)

- Distraksi intelektual (permainan catur, puzzle)

- Distraksi spiritual (zikir, berdoa sesuai keyakinan

BAB III
ASKEP
A. KASUS
seorang laki-laki 31 tahun dengan keluhan nyeri perut
kurang lebih 2 hari sebelum masuk RS, nyeri perut berawal dari
epigastrium lalu kemudian berpindah keperut kanan dan saat ini
dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Pasien mengatakan nyaman bila kaki ditekuk. Pasien mengeluh
panas badan kurang lebih 2 hari sebelm masuk RS, mual (+), nafsu
makan menurun, flatus (+), BAB (+) sedikit-sedikit, BAK (+) dalam
batas normal, riwayat dipijat dukun. Pemeriksaan di IGD didapatkan
TD 120/80 mmhg, RR 22x menit, Nadi 102/menit, skala nyeri 8, suhu
37,90c, bising usus menurun, hipertimpani, nyeri ketuk diseluruh
abdomen, rovsing sign (+), obturator sign (+), leukosit 36.100/mm3.
B. Pengkajian
1. Pengkajian, meliputi :
a. Identitas klien
1) Nama : Tn. L
2) Umur : 31 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Suku bangsa : Indonesia
5) Pekerjaan : entrepreneur
6) Pendidikan : S1 Manajemen
7) Alamat : Samarinda
8) Tanggal MRS : 19 Maret 2021
9) Diagnosis : kolik abdomen

b. Keluhan utama
keluhan nyeri perut kurang lebih 2 hari sebelum masuk RS,
Pasien mengeluh panas badan kurang lebih 2 hari sebelm masuk
RS, mual (+), nafsu makan menurun, flatus (+), BAB (+) sedikit-
sedikit, BAK (+) dalam batas normal

c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan
sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti
implamasi peritonium, appendisitis, diverkulitis, pankreasitis,
colesititis, dan lain-lain.
 Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adanya
penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
 Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu
ingin muntah.

 Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap
makanan sehingga terjadi konstipasi.
 Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
 Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
 Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
 Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi
dan seksual.
 Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama
klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
 Pola penanggulangan stress
Meliputi : Penyebab stress, koping terhadap stress dan
pemecahan masalah
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
2. Pemeriksaan Fisik, meliputi :
Pemeriksaan fisik abdomen harus dilakukan dengan teliti dan
sistematis dengan cara : inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

1. Inspeksi
Semua pakaian harus dilepas. Abdomen bagian depan dan
belakang diteliti apakah mengalami ekskoriasi atau memar, adakah
laserasi, tusukan dan sebagainya dengan cara log roll.
2. Auskultasi
Lakukan untuk mendegarkan bising usus terdengar atau
tidak.
3. Perkusi
Dengan perkusi bisa kita ketahui adanya nada timpani karena
dilatasi lambung akut di kwadran kiri atas ataupun adanya perkusi
redup bila ada hemoperitoneum. Perkusi mengakibatkan
pergerakan peritonium dan mencetuskan tanda peritonitis. Shifting
dullnes (adanya darah dalam abdomen) terjadi kalau pasien
dimiringkan.
4. Palpasi
Tujuan palpasi adalah untuk mendapatkan adanya nyeri
lepas yang kadang – kadang dalam.

C. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
S: Nyeri akut Reaksi inflamasi

- P : pasien mengatakan

perut nyeri menyeluruh. Pembengkakan

- Q : pasien mengatakan

nyeri seperti ditusuk- Ulserasi

tusuk.

- R : pasien mengatakan Lesi pada mukosa

nyeri seluruh bagian pert lambung

- S : pasien mengatakan

skala nyeri 8 Iritasi pada mukosa

- T : pasien mengatakan lambung

nyeri terus menerus

O:

- Kesadaran : Nyeri akut

composmentis

- GCS : 4-5-6

- Pasien tampak lemas

- TD: 120/80 mmHg

- Pasien tampak bedrest

ADL di bantu suster jaga


S: Defisit nutrisi Reasksi inflamasi

- Pasien mengatakan mual,

muntah Pembengkakan

- Pasien mengatakan tidak

nafsu makan saat di RS Ulserasi

dikarenakan mual.

- Pasien mengatakan Badan

terasa lemas Infeksi

O:

- Kesadaran : Mengeluaran toksin

composmentis
D. SDKI, SLKI, SIKI
No. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3x24 Jam
maka Nyeri Kronis dengan Definisi
kriteria hasil : Mengidentifikasi dan
1. Keluhan Nyeri(menurun) mengolala pengalaman
2. Frekuensi nadi (membaik) sensorik dan emosioanl
3. Meringis (menurun) yang berkaitan dengan
4. Pola Nafas (membaik) kerusakan jaringan atau
fungsional onset
mendadak atau lambat dan
berintesitas ringgan
hingga berat dan konstan.

Observasi
1.identifikasi lokasi,
Karakteristik, durasi,
Frekuensi,kualitas ,
Intensitas nyeri
2.identifikasi skala nyeri
3.identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.

Terapeutik
1.berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.fasilitasi istirahat dan
Tidur

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN NUTRISI


keperawatan selama 24 Jam (I. 03119)
maka defisit nutrisi dengan Observasi
kriteria hasil :  Identifikasi status
1. Nyeri Abdomen nutrisi
(menurun)  Identifikasi makanan
2. Nafsu makan (membaik) yang disukai
3. Frekuensi makan  Identifikasi kebutuhan
(membaik) kalori dan jenis
4. Porsi makan yang nutrient
dihabiskan (meningkat)  Monitor asupan
makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlU
E. Penataaksanaan KGD
A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas
B : Breathing (pernapasan) :  Ada dispneu, penggunaan otot bantu
napas dan napas cuping hidung.
C : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , adanya tanda
“Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya
pd arteri karotis), tanda Cullen, tanda Grey-Turner, tanda
Coopernail, tanda balance.,takikardi,diaforesis
D : Disability (ketidakmampuan ) : Nyeri, penurunan kesadaran, tanda
Kehr
E : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada
daerah abdomen tergantung dari tempat  trauma

F. Evaluasi KGD dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lain.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Colic Abdomen  adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang
timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut).
Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut
(mencret, radang kandung empedu, radang kandung kemih), sumbatan
dari organ perut (batu empedu, batu ginjal)
B. Saran
Saran ke depanya semoga perawat lebih kreatif dan inofatif dalam
mengambangkan asuhan keperawatan, terlebih pada pasien yang sklanya
nyeri tinggi, selain dengan terapi farmakoloki kita sebagi perawat juga
harus mengembangkan terapi non farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,H (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan BERDASARKAN Diagnosa
Medis Dan Nanda Nic Noc, Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010)). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC. Hal: 45-47.
Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2012.
Gilroy. (2015). Biliary colik,in E-medicine.http://emedicine.com.diakses
januari 2015.
Kusuma Hardhi.(2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
medis& NANDA. Yogyakarta.
Mubarok, Wahid Iqbal. (2008). Kebutuhan dasar manusia teori & aplikasi
dalam praktik. Jakarta: EGC.
Perry & Potter. (2008). Fundamentals of nursing: consepts, process and
practice, Edisi 4 vol 2, Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. et al. (2011). Keperawatan MediKal Bedah. Jakarta.
Salemba Medika.
Tamsuri, Anas, (2006). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai