Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan

reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri

selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan

mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai

wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).


Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah

kehidupan seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih

bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan.

Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah dalam sebuah

pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka sebagai orang

tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam kehidupan

perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organic atau fisiologik yang

menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa

ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional stress)

dapat pula menurunkan kesuburan wanita (Prawirohardjo, 2005).


Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti

dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan

dinyatakan sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila

suami benar-benar sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik,

suami menyumbang 40% dari angka kejadian infertil, sedangkan sisanya ada

pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas idiopatik,

49
artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut

belum dapat hamil (Manuaba, 1999).


Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang menganggap segala

yang berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk

dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).


Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat

dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya,

sekitar 40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007).

Kejadian infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas

menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20

tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun

sebesar 70% (Infertilitas, 2008)


Di Indonesia Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15%

pasangan suami istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari

keseluruhan kasus. Dan dari keseluruhan kasus tersebut, dinyatakan bahwa

5% disebabkan oleh kualitas sperma yang tidak baik dan berkurangnya

jumlah sperma (Umami, 2009).


Menurut penelitian Mashuri, 2006, 93 pasangan infertile di Rumah

Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, data yang diperoleh,49,46% infertilitas

berasal dari pihak istri, 43,01% dari pihak suami dan 7,34% dari keduanya

hasil penelitian menunjukkan bahwa infertilitas paling banyak diderita oleh

perempuan dan paling banyak ditemukan kasus infertilitas primer sebanyak

90,32%. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian

infertilitas masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap pasutri

tentang kesehatan reproduksi khususnya infertilitas. Melihat fenomena di atas,

49
penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan klien dengan

infertilitas.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan

masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

1. Apa definisi dari infertilitas?

2. Apa saja klasifikasi dari infertilitas?

3. Apa penyebab dari infertilitas?

4. Bagaimana patofisiologi dari Infertilitas?

5. Bagaimana pathway dari infertilitas

6. Apa saja manifestasi klinis dari infertilitas?

7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?

8. Apa saja penatalaksanaan medis dari Infertilitas?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan

infertiitas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mrngetahui definisi dari infertilitas?
b. Untuk mrngetahui saja klasifikasi dari infertilitas?
c. Untuk mrngetahui penyebab dari infertilitas?
d. Untuk mrngetahui patofisiologi dari Infertilitas?
e. Untuk mengetahui pathway dari infertilitas

49
f. Untuk mrngetahui manifestasi klinis dari infertilitas?
g. Untuk mrngetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?
h. Untuk mrngetahui penatalaksanaan medis dari Infertilitas?
i. Untuk mrngetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas?

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam

memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan

proses keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada gangguan

system reproduksi dengan infertilitas.


2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

bronchopnemonia serta dalam melakukan pendokumentasian dan

penyusunan makalah bronchopneumonia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk

mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung

49
(Keperawatan Medikal Bedah)Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan

suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan

hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki

anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta

berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas

adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer

bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.

(Siswandi, 2006). Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi

biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

B. Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun

bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan berturut-turut.

2. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan

penah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun

bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan

kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

49
C. Etiologi Infertilitas

1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :

a. Faktor penyakit

i. Endometriosisadalah jaringan endometrium yang semestinya

berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)

terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di

lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut

juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran

telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit

endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul

terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-

infertilitas.

ii. Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran

reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran

49
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum

infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada

sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat

berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau

berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual,

aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).

iii. Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan

otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat

terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.

Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah

mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).

Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita

dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan

mengecil atau sembuh.

iv. Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang

biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan

teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar

ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan

lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah

tumbuh.

49
v. Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput

(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur

tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan

pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting

lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus

dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan

operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas

adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai

amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang

berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),

obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini

disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi

reproduksi wanita.

vi. Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa

bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias

tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG

(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen

(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.

vii. Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang

umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan

sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan

49
ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi

biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal

memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc

dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi

di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke

dokter.

b. Faktor fungsional

i. Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan

bawaan (immunologis)

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka

tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.

Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

ii. Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses

pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan

hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui

sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang

normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon

androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang

berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating

Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan

mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,

sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.

49
iii. Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi

(saluran telur) Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat

lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi

lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat.

Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di

dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur

matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon

prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah

gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur

bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam

saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur.

Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,

radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit

infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus,

misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu

pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang

menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk

perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan

tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii

dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat

bertemu.

iv. Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur

dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,

49
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.

Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah,

cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini

disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium

tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.

2. Penyebab pada laki-laki (suami).

a. Kelainan pada alat kelamin

i. Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara

lain pada permukaan testis.

ii. Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam

kandung kemih.

iii. Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju

bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak

49
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya

untuk menimbulkan kehamilan.

iv. Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak

turun.

b. Kegagalan fungsional

i. Kemampuan ereksi kurang.

ii. Kelainan pembentukan spermatozoa

iii. Gangguan pada sperma.

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya

terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan

hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis

dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma

dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan

keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan

testosterone adalah dengan terapi hormon.

d. Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu

bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga

terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik,

sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi,

testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin

49
daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal

36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses

pembentukan sperma dapat terganggu.

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di

saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,

biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan

sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta

vasektomi yang memang disengaja.

f. Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma

dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak

terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan

penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

g. Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat

mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

3. Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat

menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi

prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik

seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

49
b. Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).

i. Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

ii. Masalah dalam pendidikan

iii. Emosi karena didahului orang lain hamil.

c. Manifestasi klinis.

i. Belum ada tanda-tanda kehamilan meski sudah diupayakan terus

menerus

ii. Adanya menstruasi terus menerus setelah diupayakan terus

menerus.

D. Patofisiologi

1. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita

diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan

pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam

pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik

yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi

sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera

tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi

fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan

49
hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi

fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.

Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain

yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan

kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang

dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan

reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma

tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut

perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot

yang berujung pada abortus.

2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi

hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional

testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi

infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif

yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.

Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan

berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga

mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi

retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma

masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma

terganggu.

49
E. PATHWAY INFERTILITAS

Pada Wanita Pada Pria

Disfungsi Hipotalamus
Gg. Hipoalamamus dan
dan Hipofisis, Gaya
Hipofisis, Terpapar Radiasi,
Toksik, Gaya Hidup hidup, Terpapar
Radiasi, Toksik

Mempengaruhi Hormon Ketidakseimbangan


dalam tubuh (Produksi Fungsi Hormonal
Obstruksi Ketidakma
Hormon tidakFSH
Pembentukan seimbang)
dan Testis Duktus & mpuan
LH Produksi Tubulus untuk
sperma Inflamasi
Terjadi gg. Pada Koitus/
pembentukkan folikel Ejakulasi
Mempeng
Bentuk MK :
Gg. Bentuk anatomi
di ovarium aruhi
Abnormalitas Serviks sperma Resiko
sistem reproduksi menjadi faktor
Mempengaruhi proses Infeksi
Bentuk tuba palopi psikologis
Cemas
abnormal
yang ntidak sesuai pemasukkan sperma
akibat cedera / infeksi MK:
Sperma tidak dapat Ansietas
lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum
Hasil konsepsi
dan sperma Tidak kunjung Timbul rasa malu
tidak berkembang
F. Manifestasi Klinishamil Gg. Harga Diri
dan tidak berguna
normal a. Wanita
MK : HDR
- TerjadiMK
kelainan system endokrin
: Ansietas
- Hipomenore dan amenore
- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat

menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau

aberasi genetic
- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara

yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal


- Wanita infertil dapat memiliki uterus

49

MK : Ansietas Gg. Harga Diri MK : HDR


- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat

infeksi, adhesi, atau tumor


- Traktus reproduksi internal yang abnormal

b. Pria
- Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan

reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)


- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin

tertentu
- Riwayat infeksi genitorurinaria
- Hipertiroidisme dan hipotiroid
- Tumor hipofisis atau prolactinoma
- Disfungsi ereksi berat
- Ejakulasi retrograt
- Hypo/epispadia
- Mikropenis
- Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas

sperma)
- Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
- Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
- Abnormalitas cairan semen

G. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik

a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat


b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
b. Pemeriksaan penunjang

a. Analisis Sperma :

 Jumlah > 20 juta/ml


 Morfologi > 40 %
 Motilitas > 60 %

49
b. Deteksi ovulasi :

 Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus

ovulatoar
 Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah

ovulasi : Bifasik
 Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :

lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan

gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat


c. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi :

siklus ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran,

Hiperplasia : siklus Anovulatoar


d. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
 FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
 LH serum : 15 - 60 mIU/ml
 Estradiol : 200 - 600 pg/ml
 Progesteron : 5 - 20 mg/ml
 Prolaktin : 2 - 20 mg/ml

e. USG transvaginal

Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi

Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m

f. Histerosalpinografi

i. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.

Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba

uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan

secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi,

perlengketan
ii. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,

Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)

49
iii. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan

sebelum perkiraan ovulasi


iv. Keterbatasan : tidak bisa menilai
v. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
vi. Fimbria : Fimosis fimbria
vii. Perlengketan genitalia Int.
viii. Endometriosis
ix. Kista ovarium
x. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi

(gas CO2)
g. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk

identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta

informasi kehamilan intra uterin.

h. Uji paska sanggama (UPS)

Syarat :

Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama.

Waktu sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering

terlihat seperti daun pakis.

Menilai :

Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir

serviks. Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB

 Analisa semen.

- Parameter

- Warna putih keruh

- Bau bunga akasia

- Ph 7,2 – 7,8.

- Volume 2-5 ml

49
- Vikositas 1,6 – 6,6 centipose

- Jumlah sperma 20 juta / ml

- Sperma motil > 50 %

- entuk normal > 60 %

- Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik

- Persentasi gerak motil > 60 %

- Aglutinasi tidak ada

- Sel – sel sedikit, tidak ada

- Uji fruktosa 150 – 650 mg/dl.

i. Laparoskopi :

Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal

menyuluruh

Menilai faktor :

 Peritoneum/endometriosis
 Perlengketan genitalia Interna
 Tuba : patensi, dinding, fimbria
 Uterus : mioma
 Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum

Keterbatasan:

Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba

Bersifat invasif dan operatif

H. Penatalaksanaan Medis

1. Medikasi

a. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)

Klomifen sitrat

49
i. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
ii. Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
iii. 1 x 50 mg selama 5 hari
iv. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
v. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
vi. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
vii. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000

IU

b. Epimestrol

Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10

mg/hari

c. Bromokriptin

 Menghambat sintesis & sekresi prolaktin

 Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore

 Dosis sesuai kadar prolaktin :

 Oligomenore 1,25 mg/hari

 Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari

 Gonadotropin

 HMG (Human Menopausal Gonadotropine)

 FSH & LH : 75 IU atau 150 IU

 Untuk memicu pertumbuhan folikel

 Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus

haid

d. HCG

 5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi

 Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal

49
 Mahal, sangat beresiko :

 Perlu persyaratan khusus

 Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi

 Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron

e. Terapi hormonal pada endometriosis

Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis

f. Danazol

 Menekan sekresi FSH & LH

 Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian

g. Progesteron

Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik

h. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari

i. GnRH agonis

 Menekan sekresi FSH & LH

 Dosis 3,75 mg/IM/bulan

 Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

2. Tindakan Operasi Rekontruksi

Koreksi :

a. Kelainan Uterus
b. Kelainan Tuba : tuba plasti
c. Miomektomi
d. Kistektomi
e. Salpingolisis
f. Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis

+ infertilitas
g. Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel.

49
3. Rekayasa Teknologi Reproduksi

Metode lain tidak berhasil

a. Inseminasi Intra Uterin (IIU)

Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang

paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam

kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan mekanik :

kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis

Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :

i. Serviks
ii. Gangguan ovulasi
iii. Endometriosis ringan
iv. Infertilitas Idiopatik
v. Angka kehamilan 7 - 24 % siklus

b. Fertilisasi Invitro (FIV)

Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati

alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan terakhir

Syarat :

 Uterus & endometrium normal

 Ovarium mampu menghasilkan sel telur

 Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml

 Angka kehamilan : 30 - 35 %

c. Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)

Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm

injection = ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang

49
menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit mature

telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu

dekade ini (Palermo et al, 1992).

Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada

pria azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan

epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada pria

infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun

azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya

teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu rumit,

maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI berkembang

dengan sangat pesat (Hinting, 2009).

Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus

melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang memuaskan.

Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka

fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan

pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan angka kehamilan

berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil ini tidak berbeda antara sperma

ejakulat, epididymis maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al,

2001).

49
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri Pasien

Nama : Ny. A

Umur : 25 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl.Silaberanti RT. 04 RW. 01 PLG

Status perkawinan : Nikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tgl. MRS/Tgl operasi : 12 November 2015 Jam : 07.00 wita

Tgl. Pengkajian : 12 November 2015 Jam : 10.00 wita

Sumber informasi : Pasien

49
Keluarga yang dapat

dihubungi : Suami

Nama : Tn. B

Umur : 30 Tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Silaberanti RT. 04 RW. 01 PLG

2. Status Kesehatan saat ini

b. Keluhan Utama

Saat dikaji klien mengeluh nyeri perut.

c. Riwayat keluhan utama

Keluhan dirasakan pada daerah perut, karena haid tidak

teratur, selama 4 hari sejak tanggal 12 November 2015.

d. Riwayat keluhan MRS.

Klien MRS dengan keluhan nyeri pada bagian perut, karena

haid yang tidak teratur, pusing, kepala terasa melayang dan nyeri

seperti ditusuk-tusuk secara hilang timbul. Pada tanggal 12 November

2015 Jam 07.00 WIB klien dibawa ke RSU Bethesda Via UGD dan

dipindahkan ke Paviliun Maria Jam 12.00 WIB.

49
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami

 Kanak-kanak : Demam, batuk

 Kecelakaan : Belum pernah

 Pernah dirawat : Belum pernah

 Operasi : Belum pernah

 Obat-obatan : Menggunakan obat-obatan yang dijual

bebas untuk mengobati sakit.

b. Pola Nutrisi

 Sebelum Sakit

BB : 49 kg TB : 157 cm

Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna

Makanan yang tidak disukai : Tidak ada

Makanan yang disukai : Lalapan.

Makanan pantangan : Tidak ada

Nafsu makan : Baik

 Perubahan setelah sakit

Intake cairan : ± 2500 ml

Output cairan : ± 1500 ml

Porsi makan : 2 x/hari, masih rasa mual

49
Nafsu makan : Tidak ada

c. Poal Eliminasi

i. Sebelum Sakit

BAB : Frekuensi : 1-2 x/hari

Konsistensi : Lembek

waktu : pagi

penggunaan pencahar : Tidak ada

BAK : Frekuensi : 4-5 x/Hari

Warna : Kuning

Bau : Ammonia

ii. Perubahan setelah sakit

BAB : Saat dikaji klien mengatakan belum BAB

BAK : Melalui kateter.

d. Pola Tidur dan Istirahat

i. Sebelum Sakit

Waktu tidur : 6-7 Jam/Hari

Kebiasaan pengantar tidur : Menonton TV

Kesulitan dalam tidur : Tidak ada

49
ii. Perubahan setelah Sakit

Waktu tidur : 9-10 Jam/Hari

Kesulitan tidur : Tidak ada

e. Pola Aktivitas dan Latihan

Kegiatan dalam pekerjaan : Sebagai IRT

Olahraga : Tidak pernah

Kegiatan diwaktu luang : Menonton TV

4. Riwayat Reproduksi

a. Pertama kali haid Umur : 15 tahun, lamanya 6-7 hari, teratur warna

darah merah, konsiotensi cair tanpa gumpalan.

b. Pertama kali menikah usia 20 tahun, kehamilan banyaknya 2 x

Abortus : tidak pernah

section cesarra : tidak pernah

c. Menjadi peserta KB

5. Riwayat Keluarga

Genogram :

: Laki-laki

: Perempuan

* : meninggal
49
: tinggal bersama
Komentar :

Dikeluarga klien tidak ada yang menderita penyakit ini, hanya klien yang

menderita penyakit ini. Mengenai penyakit turunan seperti : hipertensi,

DM, disangkal oleh keluarga. Penyakit menular seperti : TBC, dan infeksi

daerah kewanitaan disangkal oleh keluarga.

6. Riwayat Lingkungan

Klien tinggal dilingkungan rumah yang bersih dan masyarakat

yang terbuka, jauh dari bahaya radiasi dan polusi. Klien pernah mengalami

ataupun terpajan dengan udara bahaya dan polusi.

7. Aspek psikososial

a. Pola pikir dan persepsi menggunakan bantuan dengan menurunkan

sensitifitas pengaruh sakit, saat ini lebih berfokus dengan kondisi

penyakit dengan harapan dapat sembuh dan berkumpul kembali

dengan keluarga besar dirumah.

Suasana hati tidak terbebani dengan kondisi penyakit, banyak

mendapat dukungan, Dokter, Perawat dan teman.

b. Hubungan/komunikasi

Bicara relevan, jelas dan mampu mengekspresikan,

menggunakan adat istiadat lebih dominant suku tombulu.

49
Pola komunikasi langsung, pola keuangan memadai, biaya hidup

ditanggung oleh suami, kesulitan dalam keluarga tidak ada.

c. Pertahanan/mekanisme koping

Pengambilan keputusan adalah suami dan dibantu oleh klien

sebagai istri, mampu memecahkan masalah, selau mencari jalan keluar

dalam setiap permasalahan yang dihadapi.

d. System dan nilai kepercayaan

Yakin dan percaya terhadap TYME dan agama yang dianutnya

yakni agama Kristen Protestan Pentakosta.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/90 mmHg

N : 84 x/mnt

RR : 24 x/mnt

T : 36,6 0C

b. Kepala

Bentuk : Bulat simetris

Keluhan : Tidak ada

c. Mata

49
Reaksi terhadap cahaya : Baik

Bentuk : Bulat isokor, tepi rata

Konjugtiva : Anemis

Fungsi penglihatan : Baik

d. Hidung

Nasal septum : Centralis

Cancha : tidak kemerahan, tidak ada pembengkakan,

Tidak ada pengeluaran lendir.

Mulut dan kerongkongan : Tidak ada peradangan,

kesulitan menelan : Tidak ada.

e. Dada dan paru-paru

Suara nafas : Bronchoveskuler batuk : tidak ada

Ronchi/wheezing : Tidak ada sputum : tidak ada

Pola nafas : Thorax

Mamae : Agak Simetris

f. Jantung dan Sirkulasi

Irama : Sinkron dengan irama jantung

Nyeri : Tidak ada

49
g. Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka operasi secara Horizontal.

Palpasi : Nyeri tekan.

Auskultasi : Bising usus

h. Status neurology : GCS : E4 V5 M6 = 15

i. Genetalia

Inspeksi : Labio mayor menutupi labio minor yang tampak

kemerahan Orivisium uretra terpasang kateter

j. Ekstremitas

i. Ekstremitas atas

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Tidak ada

Edema : Tidak ada

Akral : Hangat

ii. Eksremitas bawah

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Tidak ada

49
Edema : Tidak ada

Akral : Hangat

iii. Terpasang IVFD Sol Ringle Laktat : 20 gtt/mnt

iv. Lokasi : Tangan kanan

9. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

- Ureum : 20 mg/dl

- Kreatinin : 0,8 mg/dl

- Albumin : 3,8 mg/dl

- Hb : 11,5 mg/dl

10. Klasifikasi data

a. Data subjektif

i. klien mengatakan nyeri daerah perut.

ii. klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya.

iii. klien mengatakan tidak ada nafsu makan.

b. Data objektif

i. Nyeri tekan pada daerah abdomen

ii. Wajah Meringis

iii. Cemas dengan keadaan penyakit

iv. Tanda-tanda vital

TD : 110/90 mmHg RR : 24 x/menit

49
N : 84 x/menit T : 36,6 0C.

11. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Nyeri perut Nyeri Akut

- klien mengatakan nyeri



daerah perut.
Merangsang reseptor nyeri
DO :
mengeluarkan zat kimia
- wajah tampak meringis

- TD : 110/90 mmHg

- N : 84 x/mnt Dikirim dalam bentuk impuls

- R : 24 x/mnt elektrokimia ke dorsal karena pola

spiral cord

Diantar ke thalamus sebagian pusat

rasa

Dialirkan ke cortex serebri


Persepsi nyeri

49

Nyeri akut

49
2. DS : Infertilitas Ansietas

- klien mengatakan cemas



dengan keadaan
Kurang pengetahuan pasien dan
penyakitnya.
keluarga mengenai proses
DO :
penyakitnya
- Pasien dan keluarga sering

bertanya pada dokter dan ↓

perawat tentang
Merupakan stressor bagi pasien
penyakitnya

Ansietas

B. MASALAH KEPERAWATAN ( Prioritas masalah )

1. Nyeri akut

2. Ansietas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d reseptor nyeri

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan mengenai proses penyakit

D. INTERVENSI

49
No. Diagnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )

1. Nyeri akut b/d reseptor NOC : NIC :

nyeri  Pain Pain Management


Level,  Kaji tipe dan sumber
 Pain nyeri untuk
DS : control,
menentukan intervensi
 Comfort
level
 Observasi reaksi
Kriteria Hasil : nonverbal dari
- klien mengatakan ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol  Gunakan teknik
nyeri daerah perut. komunikasi terapeutik
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu untuk mengetahui
DO : menggunakan tehnik pengalaman nyeri
nonfarmakologi untuk pasien
mengurangi nyeri,  Evaluasi pengalaman
- wajah tampak mencari bantuan) nyeri masa lampau
 Melaporkan bahwa
meringis  Kontrol lingkungan
nyeri berkurang
dengan menggunakan yang dapat
- TD : 110/90 mmHg manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
 Mampu mengenali seperti suhu ruangan,
- N : 84 x/mnt nyeri (skala, pencahayaan dan
intensitas, frekuensi kebisingan
- R : 24 x/mnt dan tanda nyeri)  Kurangi faktor
 Menyatakan rasa presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri  Pilih dan lakukan
berkurang penanganan nyeri
 Tanda vital dalam (farmakologi, non
rentang normal
farmakologi dan inter
personal)
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration

 Monitor vital sign

49
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

No. Diagnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )

2. DS : NOC : NIC :
Anxiety Reduction
 Anxiety control (penurunan kecemasan)
- klien mengatakan  Coping  Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
cemas dengan  Nyatakan dengan jelas
 Klien harapan terhadap pelaku
mampu pasien
keadaan penyakitnya. mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan apa yang dirasakan
DO : gejala cemas selama prosedur
 Mengid  Temani pasien untuk
entifikasi, memberikan keamanan
- Pasien dan keluarga
mengungkapkan dan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik  Berikan informasi
sering bertanya pada

49
dokter dan perawat untuk mengontol faktual mengenai
cemas diagnosis, tindakan
tentang penyakitnya  Vital prognosis
sign dalam batas  Dengarkan dengan
normal penuh perhatian
 Postur  Identifikasi tingkat
tubuh, ekspresi wajah, kecemasan
bahasa tubuh dan  Bantu pasien mengenal
tingkat aktivitas situasi yang
menunjukkan menimbulkan
berkurangnya kecemasan
kecemasan  Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

E. Implementasi dan Evaluasi

No. DX HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI

49
1. Nyeri akut b/d Jum’at , 13 1. Mengatur posisi Tanggal 13 November
pasien dengan cara
reseptor nyeri November 2015 Jam : 08.30 WIB
posisi kepala lebih
2015
tinggi dari badan
DS :
2. Observasi TTV
dengan hasil
- klien S : Pasien men gatakan
TD : 110/90 mmHg
mengatak nyeri pada daerah perut
N : 84 x/mnt
an nyeri
RR : 24 x/mnt
daerah
T : 36,6 0C O : Ekspresi wajah pasien
perut.
3. Mengkaji tampak Meringis.
DO :
tingkat nyeri pasien.
Hasil : tingkat nyeri
- wajah
4-7 = nyeri sedang
A : Masalah belum teratasi
tampak dengan durasi 2-3
menit.
meringis P : Tindakan lanjut.
4. Mengajarkan
- TD :
pasien relaksasi
110/90 dalam dan dilakukan
mmHg saat pasien
merasakan nyeri
- N : 84
Hasil : nyeri belum
x/mnt berkurang

R : 24 x/mnt

Tanggal 14 November
Sabtu , 14 2015 jam : 08.30 WIB
1. Mencatat masalah
November medis/psikologis
hasil : adanya nyeri
2015
2. Mencatat adanya S : Klien mengatakan
sakit, karakteristik,
nyeri masih terasa.
intensitasdan durasi

49
Senin,16 Hasil : klien Tanggal 16 November
November mengatakan nyeri 2010 jam : 08.30 WIB
2015. berkurang
2. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan
Hasil : nyeri hilang.
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt O :
R : 24 x/mnt
3. memberikan obat TD : 120/90 mmHg
sesuai indikasi
N : 80 x/mnt

R : 20 x/mnt

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

2. Selasa, 17 1. Mengkaji tingkat Tanggal 17 oktober jam :

November kecemasan pasien 09.00 WIB

2015 Hasil : pasien


S : pasien mengatakan
tidak cemas lagi tidak cemas lagi dengan

dan pasien tampak keadaannya

tenang

2. Memberikan
O : Pasien memahami dan
penjelasan
mengerti dengan
mengenai penyakit
keadaannya
Hasil : pasien

mengerti dengan

penjelasannya

49
3. Menganjurkan A : Masalah teratasi.

keluarga untuk

memberikan
P : Intervensi dihentikan
support atau

dukungan pada

pasien.

4. Memberikan

dorongan spiritual

terhadap pasien

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang

mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak

mampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Jadi, pasangan suami istri

dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak juga mengalami

pembuahan, sekalipun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur -

tanpa kontrasepsi - dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan atau

sterilitas adalah perempuan yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki

yang telah dikebiri (dikastrasi).infertilitas terbagi menjadi infertilitas

primer dab inrfertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah bila pasangan

tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan

49
infertilitas sekunder adalah bila pasangan tersebut sudah memiliki anak,

kemudian memakai kontrasepsi namun setelah di lepas selama satu tahun

belum juga hamil.

B. SARAN

Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan anak dari hasil

perkawinannya itu, anak adalah merupakan suatu pelengkap dari sebuah

keluarga inti,tanpa anak pasangan suami istri tersebut belum bisa

dikatakan sebuah keluarga inti/lengkap. Namun, sebuah keluarga

berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan

masalah infertilitas. Ditinjau dari sudut kesehatanya, keluarga berencana

harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau

kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diharapkan.

Beberapa saran untuk pasangan kurang subur :

 Mengubah tehnik hubungan seks, dapat memperhatikan masa subur

istri.

 Memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami-istri.

 Menghitung masa minggu subur dengan jalan menggunakan

termokauter khusus atau menghitung melalui hari pertama dating

bulan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka.

Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.

file:///F:/INFERTILITAS%20&%20ABORTUS/Askep%20Infertilitas

%20%C2%AB%20Hidayat2%27s%20Blog.htm

https://id.scribd.com/doc/206313497/Pathway-Infertilitas

49
49

Anda mungkin juga menyukai