PENDAHULUAN
1
2
3
4
Gambar 1. Gambaran papil saraf optikus (kiri) dan cup-disc ratio (kanan)4
Kelainan lain yang bisa timbul seperti diuraikan di atas adalah gangguan penglihatan
warna atau buta warna dapatan. Sebaiknya ditanyakan apakah seeblumnya ada buta
warna bawaan. Keadaan ini bisa diperiksa dengan buku Ishihara atau uji lainnya.
Warna sendiri terkait dengan hue, saturasi, dan kecerahan. Jadi gangguan penglihatan
ini menyangkut gangguan pada saturasi dan kecerahan. Apabila kecerahan berkurang,
maka warna merah menjadi seperti merah tua, sedangkan apabila saturasi berkurang
maka warna merah menjadi seperti merah muda. Hue sendiri adalah kesan warna
yang ditentukan oleh panjang gelombang (λ).
Gejala-gejala di luar sensoris visual bisa muncul sebagai gejala kenaikan
tekanan intrakranial, berupa sakit kepala, muntah, mual, dan gejala neurologis
lainnya. Selain itu gejala traktus piramidalis bisa juga hadir, karena secara anatomis
traktus ini berpotongan tegak lurus dengan lintasan visual. Gangguan lain bisa
melibatkan saraf kranial lainnya, termasuk kelumpuhan otot penggerak bola mata.
Gejala endokrin bisa berupa gigantisme atau akromegali pada tumor hipofisis. Kejang
(epilepsi), gangguan koordinasi, gangguan ingatan, gangguan emosi dan tingkah laku,
serta gangguan kesadaran, semuanya bisa jadi gejala selain sensoris visual.
Pada kelainan papil salah satu atau lebih berkas bisa terlibat, tetapi paling
sering adalah berkas arkuata superior atau inferior, baik total maupun parsial,
sehingga memberi defek lapang pandang arkuata inferior (kalau berkas arkuata
superior terkena) atau defek arkuata superior (kalau berkas arkuata inferior terkena).
2.4.1. Papilitis
Keadaan ini merupakan peradangan pada papil dengan gejala dan tanda-tanda
visus turun secara agak perlahan, gangguan kecerahan, gangguan lapang pandang
(defek arkuata bisa berupa skotoma arkuata atau defek yang meluas ke perifer). Dari
oftalmoskopi didapatkan papil kabur, hiperemia, arteri dan vena membesar dan
berkelok. Keadaan ini dikelola dengan mencari penyebabnya (yang biasanya sulit)
dan dengan pengobatan nonspesifik.
2.4.3. Papiledema
9
belakang bola mata. Oftalmoskopi pada papilitis didapatkan adanya hiperemi dan
edema ringan pada papil, sedangkan pada neuritis retrobulbar papil dalam batas
normal, sehingga sering dikatakan "the doctor sees nothing and the patient sees
nothing".5
pandangan sebelah bawah. Bentuk-bentuk gangguan lapang pandangan yang lain bisa
saja terjadi. Pemeriksaan defek pupil aferen relatif (Marcus-Gunn) perlu dilakukan.
CT-scanning perlu untuk visualisasi nervus optikus, jaringan lunak di sekitarnya,
otak, tulang kanalis optikus, dan sinus paranasalis.5,6
2.9.2. Anisokoria
Anisokoria patologis terjadi karena adanya defek eferen parasimpatis atau
simpatis pada satu mata. Pada adanya kebutaan satu mata tidak terjadi anisokoria
sebab mata yang sehat akan memberikan impuls aferen dan eferen yang sama kuat ke
14
kedua mata. Jadi defek aferen tidak menimbulkan anisokoria dan anisokoria
disebabkan oleh defek eferen.7
jaraknya sangat dekat. Dengan demikian pasien tidak menyadari adanya diplopia,
tetapi merasa kabur.
2.10.4. Vertigo
Pasien yang mengalami ketidakseimbangan verstibular akan mengeluh
ketidakseimbangan atau unsteadiness (bergoyang) dan terutama adalah vertigo.
Vertigo adalah sensasi ilusi gerak pada dirinya sendiri atau sekitarnya. Gejala ini akan
bersama dengan nistagmus. Tanyakan arah gerak pada badannya sendiri saat mata
ditutup.
2.10.5. Osilopsia
Osilopsia adalah gerakan ilusi bolak-balik alam sekitarnya yang bisa
horizontal, vertikal, torsional, atau gabungan. Osilopsia bisa disebabkan oleh fiksasi
yang tidak stabil. Apabila osilopsia timbul atau bertambah berat saat menggerakkan
kepala, maka osilopsia ini disebabkan oleh gangguan vestibuler. Oslopsia tidak
terjadi pada disfungsi motorik okuler kongenital.
mengalami ptosis, mata tidak bisa bergerak ke atas, ke bawah dan ke medial. Kadang-
kadang kelainan N III hanya mengenai komponen parasimpatisnya sehingga terjadi
midriasis dan kelumpuhan akomodasi. Kelainan demikian biasanya karena N III
terdesak oleh aneurisme arteria komunikans posterior. Kadang-kadang kelumpuhan N
III tidak desertai kelumpuhan pupil dan keadaan demikian disebut oftalmoplegi
eksterna atau sering disebut paresis N III sparing pupil dan paling sering disebabkan
oleh gangguan mikrovasa N III yang mengenai motoriknya sedangkan disebabkan
oleh kencing manis, tekanan darah tinggi, arteriosklerosis dan hiperkolesterolemia.
terjadi gerak ke lateral pada mata yang sehat. Pada kelumpuhan nervus VI bilateral
pasien akan mengeluh diplopia saat melirik ke kanan atau ke kiri maupun pada saat
melihat jauh.
2.15. Nistagmus
Nistagmus adalah gerak mata osilasi yang berirama (ritmis). Yang penting
dalam praktek adalah adanya nistagmus fisiologis dan nistagmus patologis.
nistagmus jerki searah dengan arah putaran kursi dan gerak lambatnya
berlawanan arah dengan putaran kursi.
menetap, vertigo, mual, dan muntah lebih ringan, serta tanpa ketulian
maupun tinnitus.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballantyne. A.y. And Michaelson I.C.: Textbook of the Fundus of the Eye.
Second E dition, Thc Williams and Wilkins Company, Baltimorc : 637 —
652, 1970.
3. Duke Elder Sir Stewart : Parson's Diseases of the eye .Fifteenth Edition,
The English language book society and Churchill Livingstonc, Edinburg,
London and New York : 338 — 342, 1970
4. Sadun, A.A., 2009., Papil edema and raised intracranial pressure., in:.Yanoff
& Duker Ophthalmology., Boston: Mosby., 3rd Edition., chapter 9.5
7. Helen, V., Meyer, D., Savino, P.J., 2012., Papil edema., in: Neuro-
Ophtalmology Color Atlas & Synopsis of Clinical Ophtalmology.,
Philadelphia: Lippicot William & Wilkins., 2nd edition., page 1620
9. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ke-1. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2004
25