Disusun oleh:
2165050057
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
SARI PUSTAKA
Disusun oleh:
2165050057
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
SARI PUSTAKA
Telah disetujui
Disusun Oleh:
2165050057
Pembimbing,
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Sari Pustaka
yang berjudul “Infeksi pada Usia Lanjut: Diagnosis Dan Tatalaksana Terkini”. Sari
Pustaka ini disusun guna memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
dalam di RS UKI.
Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua penulis
yang tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung kelancaran belajar selama
masa pendidikan penulis. Penulis juga berterima kasih khususnya kepada dr.
Hildebrand Hanoch Victor Watupongoh, Sp. PD, selaku pembimbing dalam
penulisan referat ini, yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan
meluruskan pembelajaran penulis sampai Sari Pustaka ini terselesaikan.
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Penuaan
dapat menyebabkan perubahan pada sistem kekebalan tubuh sehingga terjadi
penurunan proteksi secara signifikan. Pada lansia terjadi perubahan atau penurunan
imun yang disebut dengan immunosenesens. Penurunan sistem imun tubuh pada
lansia dapat diakibatkan faktor internal maupun eksternal. Akibat penurunan imun
pada lansia dapat meningkatkan keparahan infeksi yang terjadi dan peningkatan
risiko terpapar infeksi. Infeksi yang sering di derita pasien lansia yaitu pneumonia
dan infeksi saluran kemih (ISK). Pneumonia pada lansia sering tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang jelas. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
dapat melalui pemeriksaan imaging, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
mikrobiologis. Tatalaksana yang diberikan pada pasien pneumonia lanjut usia yaitu
berdasarkan klasifikasi dari pneumonia. Pada pneumonia komunitas atau CAP pada
lansia, tatalaksana dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya risiko frailty.
Tatalaksana pneumonia nosokomial atau HAP pada lansia diberikan berdasarkan
waktu terjadinya pneumonia setelah mendapatkan perawatan di Fasilitas
Kesehatan. Infeksi saluran kemih (ISK) pada lansia sering tidak menunjukkan
gejala klasik ISK. Perubahan status mental merupakan salah satu tanda ISK pada
lansia dan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh dan
nyeri pada perut. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
ISK pada lansia yaitu pemeriksaan urinalisis, pemeriksaan kultur urine, dan
pemeriksaan mikroskopik urin. Tatalaksana ISK pada lansia diberikan berdasarkan
klasifikasi dari ISK yaitu ISK komplikata dan non-komplikata.
Kata kunci: Lanjut usia, Immunosenesens, Pneumonia pada Lansia, Infeksi Saluran
Kemih pada Lansia
iii
ABSTRACT
Someone can be considered as an elderly if they have reached the age of 60 years
and over. Aging can make changes in the immune system resulting in a significant
decrease in protection. In the elderly there is a change or decrease in the immune
system called immunosenescence. The decline in the body's immune system in the
elderly can be caused by internal and external factors. Due to decreased immunity
in the elderly, it can increase the severity of infections that occur and increase the
risk of exposure to infections. Infections that are often suffered by elderly patients
are pneumonia and urinary tract infections (UTI). Pneumonia in the elderly often
does not show clear signs and symptoms. Supportive examinations to establish the
diagnosis can be through imaging examinations, laboratory examinations, and
microbiological examinations. The treatment given to elderly pneumonia patients
is based on the classification of the pneumonia. In community pneumonia or CAP
in elderly, treatment can be differentiated based on the presence or absence of the
risk of frailty. The management of nosocomial pneumonia or HAP in the elderly is
given based on the time of occurrence of pneumonia after receiving treatment at a
health facility. Urinary tract infections (UTIs) in the elderly often do not show the
classic symptoms of UTI. Changes in mental status is one of the signs of UTI in the
elderly and on physical examination can be found an increase in body temperature
and pain in the abdomen. Examinations that can be done to establish the diagnosis
of UTI in the elderly are urinalysis examination, urine culture examination, and
urine microscopic examination. Management of UTI in the elderly is given based
on the classification of UTI, namely complicated and non-complicated UTI.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia menurut UU nomer 13 tahun 1999 adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas.1 Populasi global berusia diatas 60 tahun
diperkirakan akan terus meningkat hingga 22% pada tahun 2050 seiring dengan
bertambahnya usia harapan hidup manusia.1,2 Penuaan pada manusia ditandai
dengan adanya penurunan kemampuan fisik dan fisiologis, dengan bertambahnya
usia maka akan terjadi penurunan sistem imun tubuh.3 Penuaan dapat menyebabkan
perubahan pada sistem kekebalan tubuh sehingga terjadi penurunan proteksi secara
signifikan.2 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, hampir separuh
dari lansia di Indonesia mengalami keluhan kesehatan baik fisik maupun psikis
(48.14%) (Gambar I.1).1
Pada lansia terjadi perubahan atau penurunan imun yang disebut dengan
immunosenesens.2,3 Penurunan sistem imun tubuh pada lansia dapat diakibatkan
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang berkaitan dengan genetik dan
1
jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan stress oksidatif,
sosiodemografi, dan malnutrisi.4 Akibat penurunan imun pada lansia dapat
meningkatkan keparahan infeksi yang terjadi dan peningkatan risiko terpapar
infeksi.2,5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2. Immunosenesens
Penuaan dapat terjadi kerusakan fungsi fisiologis yang terkait dengan
waktu. Kekebalan tubuh yang mengalami disregulasi seiring bertambahnya
usia sehingga terjadi peningkatan risiko terhadap infeksi virus maupun
3
bakteri, pengaktifan kembali virus laten dan penurunan respons terhadap
vaksin.2 Melemahnya atau terjadinya perubahan pada sistem kekebalan lansia
disebut dengan immunosenesens.2,3 Beberapa komponen dari sistem imun
bawaan dan adaptif mengalami perubahan terkait dengan penuaan, seperti
perubahan jumlah sel monositik dan dendritik, penurunan aktivitas
fagositosis neutrofil, inflasi sel T, dan produksi sitokin inflamasi kronik.12
4
Malnutrisi berkaitan dengan penurunan imunitas dan
peningkatan risiko terhadap berbagai penyakit infeksi.
Defisiensi terhadap satu atau lebih makro maupun mikronutrien
berpengaruh pada respon imun.4
5
2. Sistem Imun Non-spesifik atau Bawaan
Terdapat perubahan imun bawaan yang terjadi pada pasien
lanjut usia yaitu dapat terjadi peningkatan maupun penurunan pada
limfosit neutrofil, makrofag, sel dendritik, dan Natural Killer Cells
(Tabel II. 2).4,12
a. Neutrofil
Terjadi perubahan kemampuan fagositosis bakteri yang
teropsonisasi dan respon sel efektor yang dipicu Fc reseptor
menurun.4
b. Makrofag
Makrofag berperan penting pada inisiasi respon inflamasi,
eliminasi patogen, pengaturan respon imun spesifik dan
perbaikan jaringan yang rusak. Seiring proses menua, kadar
molekul MHC kelas II yang menentukan respon sel T CD4
menurun. Terjadi penurunan prekursor makrofag dan fungsi
fagosit makrofag juga mengalami penurunan.4
c. Sel Dendritik
Sel dendritik merupakan penghubung antara respons imun
spesifik dan non-spesifik, dengan berperan sebagai antigen
presenting cells, sel dendritik akan menginisiasi respon imun
dengan menangkap, memproses antigen dan melepaskan
berbagai macam sitokin.4
Sel dendritik turunan monosit (monocyte-derived
dendritic cells) mengalami penurunan kemampuan untuk
fagositosis sel yang mengalami apoptosis. Berdasarkan
kemampuan fagositosis maka terjadi respon anti-inflamasi,
sehingga pada lansia terbentuk status pro-inflamasi. Selain itu,
mikropinositosis dan kemampuan migrasi sel dendritik pada
lansia juga mengalami penurunan.4
d. Natural Killer Cells (Sel NK)
6
Sel NK merupakan sel sitotoksik yang berperan dalam
pengenalan sel yang terinfeksi virus dan rejeksi sel tumor.
Sitotoksisitas sel NK yang tinggi berhubungan dengan proses
menua yang sehat dan panjang usia, sedangkan sitotoksisitas sel
NK rendah berhubungan dengan peningkatan dan morbiditas
dan mortalitas hasil dari infeksi, aterosklerosis dan respon buruk
terhadap vaksin.4
Proses penuaan menyebabkan penurunan kapasitas
fungsional sel NK yang sedikit terkompensasi dengan
peningkatan jumlah sel NK yang matur.4
7
II.3. Infeksi pada Lansia
Infeksi pada lansia dapat menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas.5 Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan infeksi pada lansia
seperti immunoseneses, penyakit komorbid kronis, penurunan kemampuan
komunikasi, malnutrisi dan perubahan fungsi organ dapat mengubah
frekuensi dan tingkat keparahan infeksi pada lansia.5,7 Deteksi dini terjadinya
infeksi pada lansia sulit dilakukan karena tanda dan gejala infeksi (demam
dan leukositosis) sering tidak ada dan tidak khas.5,8,9
8
mekanik, aktivitas fagositik, imunitas humoral dan sel T,
serta penurunan fungsi sel natural killer, makrofag, dan
neutrofil. Keadaan ini dapat diperberat dengan kondisi
multipatologi yang sering dialami pada pasien usia lanjut.14
9
harus dirawat, sedangkan skor 4 atau 5 disarankan
untuk dirawat di ruangan intensif.14
10
ditemukan yaitu nyeri pleuritik, batuk, demam,
leukositosis.15
11
kasus yang tidak dapat diidentifikasi dengan
menggunakan pemeriksaan foto thorax.16
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan jumlah leukosit untuk
mengevaluasi adanya inflamasi dan evaluasi
kerusakan organ dan tingkat keparahan penyakit
dengan pemeriksaan kadar kreatinin, enzim hati, dan
jumlah trombosit. Berdasarkan beberapa penelitian,
tidak ditemukan adanya leukositosis dan leukopenia
pada pasien pneumonia lanjut usia. Pada pasien
pneumonia juga dapat ditemukan peningkatan
neutrofil.16
Menurut beberapa penelitian, pemeriksaan
CRP (C-Reactive Protein) dan PCT (Procalcitonin)
dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat
keparahan pneumonia pada pasien lanjut usia.
Terdapat hubungan antara kadar CRP yang tinggi
dengan tingkat keparahan pneumonia pada lansia.16
Pemeriksaan kadar albumin yang rendah dapat
menandakan prognosis yang buruk pada pasien
pneumonia komunitas. Kadar albumin serum yang
rendah dan limfosit yang rendah menandakan
prognosis yang buruk.16
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis dapat dengan
dilakukan pemeriksaan kultur sputum, kultur darah,
dan tes antigen urin untuk mengetahui adanya
Streptococcus pneumonia dan Legionella
pneumophila.16
12
II.3.1.6. Tatalaksana Farmakologis Pneumonia pada Lansia
Lama pemberian antibiotika pada pasien pneumonia
yaitu sekitar 7-10 hari, namun bila terdapat kecurigaan
terhadap infeksi Pseudomonas maka antibiotika diberikan
selama 14 hari.14
13
Rawat Inap Amoksisilin atau Seftriakson atau
atau Sefotaksim atau Seftarolin
Skor CURB- +
65 yaitu 2 Azitromisin atau Fluorokuinolon
Seftriakson atau Sefotaksim atau
Seftarolin atau Ertapenem
+
Pneumonia
Azitromisin atau Flurokuinolon
Berat
± Linezolid atau Vankomisin
± β Lactam Antipseudomonas
± Oseltamivir
14
Ertapenem
Atau
Frailty Amoksisilin / Klavunat
Atau
Seftriakson+Klindamisin
15
Saluran kemih dapat dibagi menjadi saluran atas (ginjal dan
ureter) dan saluran bawah (kandung kemih dan uretra).18
16
menetap, memiliki penyakit ginjal,
dan/atau dengan penyakit penyerta
lainnya yang dapat melemahkan imun
tubuh seperti diabetes.
ISK yang kambuh dengan komplikata atau
non-komplikata, dengan frekuensi
ISK
setidaknya setidaknya mengalami 3x
berulang
dalam setahun terakhir atau 2x dalam 6
bulan terakhir.
ISK yang terjadi pada pasien yang salurah
ISK terkait
kemihnya dipasang kateter dalam 48 jam
kateter
terakhir.
Keadaan yang mengancam organ dan jiwa
akibat respon imun host yang tidak
Urosepsis
sewajarnya terhadap infeksi saluran kemih
dan/atau organ genital pria.
1. Ginjal: Pyelonefritis
2. Kandung kemih: Sistitis
3. Uretra: Uretritis
4. Darah atau sistemik: Urosepsis
17
ISK pada pasien lanjut usia dapat muncul gejala seperti
kebingungan atau delirium, mudah lelah, inkontinensia urin
(mengompol), dan anoreksia.21
18
• Gejala yang tidak hilang atau terjadi kembali
dalam 4 minggu setelah penyelesaian terapi,
• Wanita yang menunjukkan gejala tidak khas,
• Wanita hamil
• Pria yang diduga ISK.
• Menentukan ada tidaknya bacteriuria yang
signifikan pada pasien yang dicurigai dengan
ISK komplikata
3. Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikrobiologi secara
kuantitatif, namun tidak ada hitungan bakteri yang
pasti dalam mengindikasikan adanya bakteriuria
yang yang bisa diterapkan pada semua jenis ISK.20
• ≥103 cfu/mL uropatogen dalam sebuah urin
sampel tengah dalam acute unkomplikata
cystitis pada wanita
• ≥104 cfu/mL uropathogen dalam urine porsi
tengah dalam acute unkomplikata
pyelonephritis pada wanita
• ≥105 cfu/mL uropathogen dalam urine porsi
tengah pada wanita, atau ≥104 cfu/mL
uropatogen dalam urine porsi tengah pada pria,
atau kateterisasi pada wanita dengan ISK
komplikata.
• Spesimen pungsi aspirasi suprapubic, hitungan
bakteri berapapun hasilnya dikatakan
bermakna.
• Bakteriuria asimptomatik didiagnosis apabila
berdasarkan hasil urine porsi tengah
menunjukkan kolonisasi bakteri ≥105 cfu/mL
19
pada 2 sampel berturut-turut pada wanita dan 1
sampel tunggal pada pria.
• ISK terkait kateter dapat di diagnosis apabila
ditemukan ≥103 cfu/mL pertumbuhan bakteri
pada 1 sampel spesimen urin kateter atau urin
mid-stream pada pasien yang telah dilakukan
pencabutan kateter (baik transurethra,
suprapubik, maupun kondom kateter) dalam
waktu 48 jam.
20
II.3.2.6. Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
A. Infeksi Saluran Kemih Non-Komplikata
Terdapat perbedaan terapi pasien infeksi saluran
kemih pada wanita dan pria, serta bila terdapat resistensi
lokal E.Coli (Tabel II. 7).20
21
160-800 Tidak untuk
Trimethoprim-
mg 2x 3 hari trimester akhir
sulphamethoxazole
sehari kehamilan
Terapi pada Pria
Terbatas pada
pria,
160-800 fluorokuinolon
Trimethoprim-
mg 2x 7hari dapat pula
sulphamethoxazole
sehari diberikan
berdasarkan tes
sensitivitas lokal.
22
2x secara empiris,
sehari dosis intravena
inisial dari
200mg
antimikroba
Cefpodoxime 2x 10 hari
parenteral long
sehari
acting sebaiknya
400mg
diberikan
Ceftibuten setiap 10 hari
hari
Dosis
Antimikroba Komentar
Harian
Terapi Lini Pertama
400mg 2x
Ciprofloxacin
sehari
750mg setiap
Levofloxacin
hari
Tidak diteliti sebagai
2 gram 3x monoterapi pada
Cefotaxime
sehari pielonefritis non-
komplikata akut
Telah diteliti dosis yang
1-2 gram lebih rendah, namun dosis
Ceftriaxone
setiap hari lebih tinggi
direkomendasikan.
Terapi Lini Kedua
23
1-2 gram 2x Telah diteliti dosis yang
Cefepime
sehari lebih rendah, namun dosis
Piperacillin/ 2,5-4,5 gram lebih tinggi
Tazobactam 3x sehari direkomendasikan
Ceftolozane/ 1,5 gram 3x
Tazobactam sehari
Ceftazidime/ 2,5 gram 3x
Avibactam sehari
5mg/kgBB Tidak diteliti sebagai
Gentamicin
setiap hari monoterapi pada
15mg/kgBB pyelonephritis non-
Amikacin
setiap hari komplikata akut
Alternatif
Imipenem/ 0,5 gram 3x Pertimbangkan pemberian
Cilastatin sehari hanya carbapenem pada
pasien dengan kultur
sebelumnya
1 gram 3x
Meropenem mengindikasikan adanya
sehari
organisme multi-drug
resistance.
24
terutama untuk mikroorganisme yang sudah resisten
antara lain:20
25
II.4. Kerangka Konsep
Pasien Geriatri
Faktor Eksternal
Sindroma Geriatri
Immunosenesens
Infeksi
Faktor Internal
26
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi pada lansia dapat menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas.5
Deteksi dini terjadinya infeksi pada lansia sulit dilakukan karena tanda dan gejala
infeksi sering tidak ada dan tidak khas.5,8,9 Infeksi yang sering di derita pasien lansia
yaitu pneumonia dan infeksi saluran kemih (ISK).5,7,10
Infeksi saluran kemih (ISK) pada lansia terdapat tanda dan gejala seperti
delirium, mudah lelah, mengompol, dan anoreksia serta tanda khas infeksi saluran
kemih yaitu disuria, poliuria, dan urgensi urin.21,22 Perubahan status mental
merupakan salah satu tanda ISK pada lansia dan pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan peningkatan suhu tubuh dan nyeri pada perut.22 Pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis ISK pada lansia yaitu pemeriksaan
urinalisis, pemeriksaan kultur urine, dan pemeriksaan mikroskopik urin.
Tatalaksana ISK pada lansia diberikan berdasarkan klasifikasi dari ISK yaitu ISK
komplikata dan non-komplikata.20
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistik;
2021.
https://www.bps.go.id/publication/2020/12/21/0fc023221965624a644c111
1/statistik-penduduk-lanjut-usia-2020.html
4. Setiati S, Aulia R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. (Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Marcelius S, Setiyohadi B, Syam AF, eds.). Interna Publishing;
2014.
28
9. Michener A, Heath B, Crnich CJ, et al. Infections in Older Adults: A Case-
Based Discussion Series Emphasizing Antibiotic Stewardship.
MedEdPORTAL J Teach Learn Resour. 2018;14:1-10.
doi:10.15766/mep_2374-8265.10754
12. Oh SJ, Lee JK, Shin OS. Aging and the immune system: The impact of
immunosenescence on viral infection, immunity and vaccine
immunogenicity. Immune Netw. 2019;19(6):1-18.
doi:10.4110/in.2019.19.e37
16. Henig O, Kaye KS. Bacterial Pneumonia in Older Adults. Infect Dis Clin
North Am. 2017;31(4):689-713. doi:10.1016/j.idc.2017.07.015
29
17. Rai IBN, Artana IG. B. “Workshop On Pneumonia” Deal The Challenge -
Improve The Outcome.; 2016.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/5549/1/66822ee3d9bf3b983fdd86eec5e331
af.pdf
18. Tan CW, Chlebicki MP. Urinary tract infections in adults. Singapore Med J.
2016;57(9):485-490. doi:10.11622/smedj.2016153
20. Seputra PK, Tarmono, Noegroho BS, et al. Panduan Tatalaksana Infeksi
Saluran Kemih Dan Genitalia Pria 2020. (Purnomo AF, Hakim MBI,
Samudra FS, et al., eds.). Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2020.
21. Manas LR. Urinary tract infections in the elderly : a review of disease
characteristics and current treatment options. Drug Context. 2020;9:1-8.
doi:10.7573/dic.2020-4-13
22. Alpay Y, Aykin N, Korkmaz P, Gulduren HM, Caglan FC. Urinary tract
infections in the geriatric patients. Pakistan J Med Sci. 2018;34(1):67-72.
doi:10.12669/pjms.341.14013
30