Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA KEHAMILAN

Oleh :
Putu Ari Paramitha Widiani (1902612050)
Hearty Indah Oktavian (1902612059)
A.A. Ngurah Satya Pranata (1902612071)

Penguji :
dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA KEHAMILAN

Oleh :
Putu Ari Paramitha Widiani (1902612050)
Hearty Indah Oktavian (1902612059)
A.A. Ngurah Satya Pranata (1902612071)

Penguji :
dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya maka tugas laporan kasus dengan topik “Infeksi Saluran Kemih pada
Kehamilan” ini dapat selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini. Referat ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUP Sanglah/Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. T. G. A. Suwardewa, Sp.OG(K), selaku ketua Departemen/KSM
Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
2. Dr. dr. I Gede Ngurah Harry Wijaya Surya, Sp.OG(K) selaku koordinator
pendidikan profesi dokter Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK
Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
3. dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K), selaku penguji dalam pembuatan
tinjauan pustaka ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tinjauan
pustaka ini.
Penulis menyadari tinjauan pustaka ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca.

Denpasar, 04 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Definisi ISK pada Kehamilan ............................................................................ 3
2.2 Klasifikasi ISK pada Kehamilan ....................................................................... 3
2.3 Epidemiologi ISK pada Kehamilan ................................................................... 4
2.4 Etiologi ISK pada Kehamilan .......................... Error! Bookmark not defined.
2.5 Faktor Risiko ISK pada Kehamilan ................................................................... 5
2.6 Patofisiologi ISK pada Kehamilan .................................................................... 6
2.7 Diagnosis ISK pada Kehamilan ......................................................................... 6
2.8 Penatalaksanaan ISK pada Kehamilan .............................................................. 8
2.9 Komplikasi ISK pada Kehamilan ...................................................................... 9
2.10 Prognosis ISK pada Kehamilan ....................................................................... 10
2.11 Pencegahan ISK pada Kehamilan .................................................................... 10
BAB III SIMPULAN ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi yang sering
dijumpai pada wanita hamil. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu
kondisi dimana kuman atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna. ISK pada kehamilan dapat diklasifikasikan
menjadi simtomatik dan asimtomatik. Infeksi simptomatik bisa melibatkan
kandung kemih (sistitis), atau bisa juga melibatkan kaliks, pelvis, dan parenkim
ginjal (pielonefritis).1,2
Peningkatan probabilitas infeksi saluran kemih pada wanita hamil terjadi
oleh karena perubahan anatomi dan fisiologis selama kehamilan seperti stasis
kemih dan refluks vesikoureter yang membuat wanita hamil lebih rentan terjadi
ISK atas simtomatik.2 Selain itu, kehamilan adalah keadaan immunocompromise
relatif. Penurunan sistem kekebalan ini mungkin menjadi penyebab lain
peningkatan frekuensi ISK pada kehamilan.3
Bertambahnya usia, umur gestasional, paritas, diabetes, riwayat ISK
sebelumnya, kondisi imunodefisiensi, dan kelainan saluran kemih dapat
meningkatkan risiko terjadinya ISK pada wanita hamil.1
Insiden bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bervariasi dari 2% hingga
7%.2 Penelitian menunjukkan bahwa 25% - 40% wanita hamil dengan bakteriuria
asimtomatik yang tidak diobati, dapat berkembang menjadi pielonefritis akut yang
menyebabkan pasien rawat inap sebelum melahirkan.1,2 Karena tingginya angka
morbiditas maupun mortalitas pielonefritis, maka disarankan agar semua wanita
hamil diskrining untuk bakteriuria asimptomatik pada kunjungan antenatal.3
American College of Obstetrician and Gynecologist juga telah menganjurkan
pemeriksaan penyaring untuk bakteriuria pada kunjungan antenatal pertama.2
Menurut beberapa studi, ISK juga berhubungan dengan persalinan
prematur, berat badan lahir rendah, persalinan sesar, hingga kematian bayi jika
diagnosis dan pengobatan tidak tepat.1 Melihat tingginya prevalensi kejadian ISK
pada kehamilan serta kemungkinan morbiditas serta mortalitas pada ibu maupun

1
janin, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai infeksi saluran kemih
pada kehamilan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu kondisi dimana kuman
atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
yang bermakna. ISK pada wanita hamil seringkali tidak bergejala atau biasa
disebut bakteriuria asimptomatik.2 ISK asimptomatik ditandai dengan
ditemukannya bakteri dalam biakan urin dengan jumlah 105 cfu/ml atau lebih
tanpa disertai adanya gejala infeksi saluran kemih. Pada pasien dengan tanda dan
gejala ISK seperti disuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, hematuria dan adanya
pyuria, ditemukan bakteri dengan jumlah lebih dari 102 cfu/ml dalam biakan urin
dapat dikatakan sebagai ISK simtomatik.

2.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih


Berdasarkan ada tidaknya gejala, ISK dapat dibagi menjadi 2, yaitu ISK
tanpa gejala (bakteriuria asimptomatik) dan ISK dengan gejala (bakteriuria
simtomatik). Pada bakteriuria asimtomatik, terdapat bakteri dalam biakan urin
dengan jumlah 105 cfu/ml dan pada urinalisis dapat dijumpai adanya leukosit,
namun tidak dijumpai adanya gejala-gejala infeksi saluran kemih yang
menyertai.2,5
Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dapat digolongkan menjadi ISK bawah
yang terdiri dari uretritis dan sistitis dan ISK atas yang terdiri dari ureteritis dan
pielonefritis.5
Berdasarkan ada atau tidaknya faktor penyulit maka ISK dapat
diklasfikasikan menjadi ISK sederhana (non komplikata) dan ISK berkomplikasi
(komplikata). Infeksi saluran kemih non komplikata banyak diderita oleh wanita
tanpa adanya kelainan struktural dan fungsional di dalam saluran kemih, tidak
ditemukan penyakit ginjal atau faktor lain yang dapat memperberat penyakit.
Infeksi saluran kemih komplikata dikaitkan dengan suatu kondisi seperti
abnormalitas struktur atau fungsional saluran genitourinari atau terdapat penyakit

3
dasar yang mengganggu sistem imunitas individu sehingga meningkatkan risiko
infeksi dan kegagalan terapi. 5

2.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi yang sering
dijumpai pada wanita hamil. Diperkirakan bahwa prevalensi bakteriuria
asimtomatik bervariasi antara 2% hingga 7%, serupa dengan wanita yang tidak
hamil.2,3 Data tentang prevalensi sistitis akut pada kehamilan sangat sedikit,
namun menurut studi yang tersedia terdapat 1-4% wanita hamil dengan sistitis
akut. Prevalensi pielonefritis akut di sebagian besar data berkisar antara 0,5-2%
kehamilan.6 Pengobatan pada bakteriuria asimtomatik dapat menurunkan risiko
infeksi klinis menjadi 3% sampai 4%.3
Pielonefritis adalah penyebab paling umum dari syok septik pada wanita
hamil. Faktor risiko ISK pada kehamilan termasuk status sosial ekonomi rendah,
usia muda, adanya riwayat pernah mengalami bakteriuria asimtomatik, sistitis,
atau pielonefritis di masa lalu. 3

2.4 Etiologi Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan


Perubahan saluran kemih selama kehamilan mempengaruhi wanita hamil
untuk menjadi lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih. Dilatasi ureter
terjadi karena adanya kompresi ureter oleh uterus yang membesar selama hamil.
Efek hormonal progesteron juga dapat menyebabkan relaksasi otot polos yang
menyebabkan pelebaran dan stasis urin, dan peningkatan refluks vesikoureteral.
Organisme penyebab ISK pada kehamilan sama dengan uropatogen yang terlibat
pada ISK individu yang tidak hamil.2,3
Escherichia coli adalah patogen penyebab ISK paling umum, dimana
70% hingga 80% dari semua ISK dalam kehamilan.2,3 Selain itu, terdapat bakteri
gram negatif lainnya yang juga merupakan penyebab umum ISK yaitu
Enterobacteriaceae, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Citrobacter. Bakteri
gram-positif, seperti Streptokokus grup B, juga merupakan patogen umum dan
merupakan penyebab hingga 10% ISK pada wanita hamil. Mikroorganisme
lainnya yang dapat menjadi penyebab ISK pada kehamilan adalah Mycoplasma

4
hominis, Ureaplasma parvum, Gardnerella vaginalis, lacto bacilli, dan
Chlamydia trachomatis.4

2.5 Faktor Risiko ISK pada Kehamilan


Faktor risiko yang dapat menyebabkan ISK pada kehamilan yaitu :
a. Multiparitas
Pada kehamilan multipara lebih tinggi risiko terjadi ISK karena adanya
perubahan fisiologis selama kehamilan dimana terjadi penurunan tonus dan
aktivitas otot-otot ureter sehingga terjadi penurunan kecepatan pengeluaran air
seni melalui sistem pengumpulan urin.7,8
b. Usia gestasional.
Semakin bertambah besarnya rahim maka akan menyebabkan kandng
kemih yang tertekan dan tidak dapat kosong dengan sempura. Hal ini
menyebabkan bakteri mudah tumbuh. Keasaman air kemih berkurang karena
terjadi perubahan PH urin yang semakin meningkat selama kehamilan, selain itu
juga kandungan hormone pada saat kehamilan menjadi lebih tinggi sehingga
membuat ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi bakteri yang berpotensi menjadi
ISK.8
c. Sosial Ekonomi
Ibu hamil dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah menjadi penyebab
terjadinya ISK. Hal ini dapat terjadi karena status nutrisi dan daya tahan tubuh
yang dimiliki.9
d. Riwayat ISK
e. Aktivitas Seksual
Hubungan seksual menyebabkan peningkatan kontaminasi bakteri terdorong
ke uretra.9 juga dapat menyebabkan trauma pada laposan epitel saluran uretra
sehingga terjadi invasi bakteri.
f. Anemia
Wanita dengah Hb dibawah 11 g/dL memiliki risiko terjadi UTI lebih tinggi
hal ini berhubungan dengan imunitas.1,9

5
2.6 Patofisiologi ISK pada Kehamilan
Mikroorganisme dapat berkembang biak dan mencapai saluran kemih
melalui jalur hematogen dan jalur asending.
Pada jalur infeksi hematogen bakteri berasal dari infeksi di bagian tubuh
yang lain terutama disebabkan oleh gram positif. Penyebab dari infeksi
hematogen yaitu infeksi S.aureus pada ginjal karena penyebaran dari fokus infeksi
di tulang, kulit, endotel dan di tempat lain. E.coli juga dapat menyebabkan infeksi
hematogen, namun hal ini jarang terjadi dikarenakan ginjal yang normal memiliki
daya tahan infeksi E.coli.3
Pada jalur infeksi asending bakteri gram negatif dari saluran pencernaan
menginvasi naik ke saluran kemih. Penyebab paling umum dari infeksi asending
merupakan bakteri E.coli, bakteri ini memiliki faktor virulensi seperti fimbria atau
vili, yang meningkatkan perlekata sel-sel vagina dan uropitelial yang dapat
memfasilitasi proses asenden ke parenkim ginjal, dimana uropatogen dari flora
tinja berkolonisasi dengan introitus vagina dan distal uretra, naik ke kandung
kemih dan berinteraksi dengan faktor biologis.10

2.7 Diagnosis ISK pada Kehamilan


Penentuan diagnosis ISK dalam kehamilan dapat dilihat dari anamnesis,
tanda dan gejala serta dari pemeriksaan penunjang:11,12
1. Tanda dan Gejala
 Bakteriuria asimptomatik
Dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri 105/mL dalam specimen urin
pancar tengah.
 Pielonefritis akut
- Ditemukannya bacteriuria dengan disertai gejala;
- Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare. Dapat
ditemukan gejala sistitis;
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut kostovertebra atau palpasi
abdomen dalam;
- Urinalisis: ditemukan silinder leukosit
 Sistitis Akut

6
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif (frekuensi, nocturia,
urgensi, dysuria)
- Trias: disuria, frekuensi, urgensi;
- Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi sebagai nyeri
pinggang bawah;
- Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30%
kasus;
- Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
2. Pemeriksaan Penunjang
 Kultur Urine
 Kultur urin (dari urin porsi tengah atau sampel diambil langsung dari
kateter) dapat menegakkan diagnosis definitif ISK apabila:
-
Jumlah koloni ~105/mL dari jenis sampel apapun. Apabila
didapatkan jumlah koloni > 105/ mL tetapi banyak spesies bakteri
ditemukan, kemungkinan sampel mengalami kontaminasi;
-
Pada pasien simtomatik, jumlah koloni 102-104/mL mungkin
mengindikasikan infeksi;
- Urin berasal dari pungsi suprapubik: berapapun jumlah koloni;
Urin berasal dari kateter: jumlah koloni 102-104/mL.
 Dipstick Urine
- Jika terdeteksi adanya nitrit, meningkatkan kemungkinan terkena
infeksi saluran kemih, namun memiliki sensitifitas yang rendah.
- Jika mendeteksi leukosit esterase kemungkinannya lebih tinggi
- Sedangkan jika terdapat darah memiliki sensitifitas yang tinggi
namun spesifisitas yang rendah
 Urinalisis
- Ditemukan sel epitel >10 lapang pandang, piuria, bakteriuria,
hematuria, nitrit (+), Leukosit >10/LPB;
 Pemeriksaan Radiologis
- Dapat dilakukan USG ginjal, CT scan abdomen, sistografi.

7
2.8 Penatalaksanaan ISK pada Kehamilan
Secara umum penatalaksanaan dari ISK adalah dengan pemberian
antibiotik. Namun sebelum diberikan antibiotik, pasien perlu menjalankan tes
skrining rutin yaitu kultur urine untuk menentukan antibiotik yang dapat diberikan
kepada pasien.3 Antibiotik dikatakan efektif pada ISK bakteriuria asimptomatik
dalam kehamilan dan dapat menurunkan insiden pielonefritis serta prematuritas
dan dismaturitas.13
Pada pasien ibu hamil dengan ISK bakteriuria simptomatik, dapat
diberikan beberapa jenis antibiotik, yaitu : 2
- Amoxicillin 500 mg tiga kali sehari
- Ampicillin 250 mg empat kali sehari
- Cephalosporin 250 mg empat kali sehari
- Ciprofloxacin 250 mg dua kali sehari
- Levofloxacin 250 or 500 mg satu kali sehari
- Nitrofurantoin 50-100 mg empat kali sehari atau 100 mg dua kali
sehari
- Trimethoprim-sulfamethoxazole 160/800 mg dua kali sehari
Apabila pada hasil kultur urine ditemukan gambaran Streptokokus Grup
B, maka terapi yang dapat diberikan yaitu antibiotik intravena saat persalinan
untuk mencegah sepsis yang berisiko terjadi pada pasien hamil yang terinfeksi
Streptokokus Grup B dan janinnya.3
Pasien dengan pielonefritis dalam kehamilan merupakan kondisi serius
yang biasanya membutuhkan rawat inap. Pada kondisi ini, pasien tetap menjalani
kultur urine terlebih dahulu dan dilakukan pemantauan tanda-tanda vital dan urine
output pasien.2 Pemberian antibiotik pada pasien pielonefritis diberikan melalui
intravena. Antibiotik oral dapat diberikan apabila pasien sudah tidak ada demam.
Cephalosporin generasi ke-2 atau ke-3 merupakan obat pilihan pertama dan
amoxicillin merupakan pilihan kedua untuk pengobatan pielonefritis selama
kehamilan. Pada sistitis dalam kehamilan, amoxicillin atau nitrofurantoin
merupakan obat pilihan pertama yang dapat diberikan pada pasien, namun
nitrofurantoin tidak boleh digunakan sebelum persalinan. Wanita hamil dengan
sistitis biasanya dianjurkan untuk dirawat selama 3–7 hari.13

8
Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik, pasien perlu dilakukan kultur urine
kembali. Pada pemeriksaan ulang kultur urine tersebut, diharapkan hasil yang
didapat yaitu negatif. Apabila masih terdapat bakteri, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan berupa uji sensitivitas bakteri dan diberikan antibiotik
lanjutan untuk menemukan apakah terdapat penyebab patologis lainnya. Selain
pemberian antibiotik, dapat diberikan terapi farmakologi lain yang dapat
mengurangi gejala yang dialami pasien, seperti pemberian antipiretik dan
analgesik.14

2.9 Komplikasi ISK pada Kehamilan


ISK pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan
anak. Selama kehamilan terdapat peningkatan risiko terjadinya ISK yang lebih
parah dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak.13
Pelepasan endotoksin oleh bakteri penyebab ISK dapat menyebabkan
anemia dan kontraksi uterus. Anemia merupakan komplikasi paling umum yang
terlihat pada pasien dengan pielonefritis dan biasanya sembuh secara spontan
setelah pengobatan. Sedangkan kontraksi uterus dapat berisiko terjadinya
persalinan prematur dan bayi dengan berat lahir rendah.13,15
Komplikasi yang jarang namun berbahaya adalah penularan infeksi ke
bayi yang baru lahir. Sangat sering infeksi yang ditularkan berasal dari persalinan
vaginam, biasanya pada pasien hamil dengan gambaran Streptokokus Grup B.6
Selain berdampak pada janin, ISK pada kehamilan ini juga dapat
berdampak pada paru-paru ibu hamil. Komplikasi paru terjadi pada 10% pasien
hamil yang menjalani pengobatan untuk pielonefritis.16 Hal ini disebabkan oleh
kerusakan alveolar yang dimediasi oleh endotoksin dan dapat bermanifestasi
sebagai edema paru atau sindrom gangguan pernapasan akut/Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Urine output dan status oksigen harus dipantau
secara ketat, dan pasien mungkin memerlukan perawatan di ICU untuk bantuan
pernapasan.15

9
2.10 Prognosis ISK pada Kehamilan
Dalam kebanyakan kasus bakteriuria dan ISK pada kehamilan,
prognosisnya sangat baik. Kebanyakan gejala sisa jangka panjang disebabkan oleh
komplikasi yang berhubungan dengan syok septik, gagal napas, dan hipoksia
hipotensi.17
Apabila, ISK tidak diobati dengan baik, maka dapat berbahaya pada ibu
dan janin. Sekitar 30% pasien dengan bakteriuria asimtomatik yang tidak diobati
dapat berkembang menjadi sistitis simtomatik dan 50% berkembang menjadi
pielonefritis. Bakteriuria asimtomatik berkaitan dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin dan bayi dengan berat lahir rendah.18 ISK pada kehamilan juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi ibu, anemia, amnionitis, dan
kelahiran prematur, dan BBLR. Maka dari itu penanganan awal ISK harus
dilakukan dengan benar agar tidak membahayakan ibu dan bayi.6

2.11 Pencegahan ISK pada Kehamilan


Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu dengan menjaga
higienitas genitalia eksterna pasien, menghindari penggunaan kateter urin, dan
pemberian jus cranberry. Selain itu, dapat diberikan antibiotik profilaksis pada ibu
hamil usia tua untuk mencegah risiko ISK berulang.19

10
BAB III
SIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu kondisi dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah yang
bermakna. ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya gejala,
berdasarkan lokasi infeksi, dan berdasarkan ada atau tidaknya faktor penyulit.
Escherichia coli merupakan patogen penyebab ISK paling umum, dimana 70%
hingga 80% dari semua ISK dalam kehamilan. Faktor risiko yang dapat
menyebabkan ISK pada kehamilan yaitu multiparitas, usia gestasional, sosial
ekonomi, riwayat ISK sebelumnya, aktivitas sosial, dan anemia.
Diagnosis ISK dalam kehamilan dapat dilihat dari anamnesis, tanda dan
gejala serta dari pemeriksaan penunjang. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan
pada ISK seperti disuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, hematuria dan adanya
pyuria. Pada pemeriksaan penunjang, diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan
kultur urine, dipstick urine, urinalisis, dan pemeriksaan radiologi. Pada hasil
pemeriksaan penunjang dapat ditemukan jumlah koloni ~105/mL, leukosit, dan
bakteriuria.
Secara umum penatalaksanaan dari ISK adalah dengan pemberian
antibiotik. Antibiotik yang dapat diberikan harus berdasarkan hasil sensitivitas
kultur urine. Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik, pasien dilakukan
pemeriksaan ulang kultur urine. Apabila masih terdapat bakteri, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa uji sensitivitas bakteri dan diberikan
antibiotik lanjutan. Selain pemberian antibiotik, pemberian antipiretik dan
analgesik dapat diberikan untuk mengurangi gejala lainnya yang dialami pasien.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu anemia, persalinan prematur, bayi
dengan berat lahir rendah, penularan infeksi ke bayi yang baru lahir, serta edema
paru atau sindrom gangguan pernapasan akut/Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu
dengan menjaga higienitas genitalia eksterna, menghindari penggunaan kateter
urin, dan pemberian jus cranberry. Selain itu, dapat diberikan antibiotik
profilaksis pada ibu hamil usia tua untuk mencegah risiko ISK berulang.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Amiri M, Lavasani Z, Norouzirad R, Najibpour R, Mohamadpour M,


Nikpoor AR, Raeisi M, Marzouni HZ. Prevalence of Urinary Tract Infection
Among Pregnant Women and its Complications in Their Newborns During
the Birth in the Hospitals of Dezful City, Iran, 2012 – 2013. Iran Red
Crescent Med J. 2015;17(8)
2. Cunningham, et al. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2. Jakarta:EGC; 2014.
1089-1100
3. Habak PJ, Griggs, Jr RP. Urinary Tract Infection In Pregnancy. [Updated
2020 Nov 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537047/
4. Glaser AP, Schaeffer AJ. Urinary Tract Infection and Bacteriuria in
Pregnancy. Urol Clin N Am. 2015; 547–560
5. Flores-Mireles AL, Walker JN, Caparon M, Hultgren SJ. Urinary Tract
Infection: epidemiology, mechanism of infection and treatment options. Nat
Rev Microbiol. 2015;13(5):269-284
6. Rowinska JM, Malyszko J, Wieliczko M. Urinary tract infections in
pregnancy: old and new unresolved diagnostic and therapeutic problems.
Arch Med Sci. 2015;11(1):67-77
7. Parveen K, Momen A, Begum AA, Begum Monowara. Prevalence of Urinary
Tract Infection During Pregnancy. J. Dhaka National Med. Coll. Hos, 2011;
17(02):8-12.
8. Amalia MR, Oka AAG. Paritas Dan Umur Gestasional Berhubungan
Terhadap Penyakit Infeksi Saluran Kemih (Isk) Pada Ibu Hamil Di Rsup
Sanglah Periode Januari 2014 Sampai Desember 2014. E-Jurnal Medika,
2018;7(7):1-7.
9. Emiru T, Beyene G, Tsegaye W, Melaku S. Associated risk factors of urinary
tract infection among pregnant women at Felege Hiwot Referral Hospital,
Bahir Dar, North West Ethiopia. BMC Res Notes. 2013;6:292.
10. Himpunan Uroginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) Infeksi Saluran Kemih Pada Kehamilan. Jakarta; 2015.p.
1-27.
11. Kapita Selekta. Infeksi Saluran Kemih. 2015;4(2):240-241.
12. Schmiemann G, Kniehl E, Gebhardt K, Matejczyk MM, Hummers-Pradier E.
The diagnosis of urinary tract infection: a systematic review. Dtsch Arztebl
Int. 2010;107(21):361-367. doi:10.3238/arztebl.2010.0361
13. Geerlings S. Clinical Presentations and Epidemiology of Urinary Tract
Infections. Microbiology Spectrum. 2016;4(5).
14. McCormick T, Ashe RG, Kearny PM. Review Urinary tract infection in
pregnancy. Obstet Gynaecol. 2008;10:156–62.

12
15. Wing D, Fassett M, Getahun D. Acute pyelonephritis in pregnancy: an 18-
year retrospective analysis. American Journal of Obstetrics and Gynecology.
2014;210(3):219.e1-219.e6.
16. Sheffield J, Cunningham F. Urinary Tract Infection in Women. Obstetrics &
Gynecology. 2005;106(5, Part 1):1085-1092.
17. Platte RO, Reynolds K. Urinary Tract Infections in Pregnancy [Internet].
2019. Tersedia dari : https://emedicine.medscape.com/article/452604-
overview#a7
18. Jr. J, Lefevre M. Urinary Tract Infections During Pregnancy. American
Family Physician. 2000;61(3):713-720.
19. Zeng G, Zhu W, Lam W, Bayramgil A. Treatment of urinary tract infections
in 
the old and fragile. World Journal of Urology. 2020;38(11):2709-2720.

13

Anda mungkin juga menyukai