Oleh :
Putu Ari Paramitha Widiani (1902612050)
Hearty Indah Oktavian (1902612059)
A.A. Ngurah Satya Pranata (1902612071)
Penguji :
dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K)
Oleh :
Putu Ari Paramitha Widiani (1902612050)
Hearty Indah Oktavian (1902612059)
A.A. Ngurah Satya Pranata (1902612071)
Penguji :
dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya maka tugas laporan kasus dengan topik “Infeksi Saluran Kemih pada
Kehamilan” ini dapat selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini. Referat ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUP Sanglah/Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. T. G. A. Suwardewa, Sp.OG(K), selaku ketua Departemen/KSM
Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
2. Dr. dr. I Gede Ngurah Harry Wijaya Surya, Sp.OG(K) selaku koordinator
pendidikan profesi dokter Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK
Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
3. dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K), selaku penguji dalam pembuatan
tinjauan pustaka ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tinjauan
pustaka ini.
Penulis menyadari tinjauan pustaka ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Definisi ISK pada Kehamilan ............................................................................ 3
2.2 Klasifikasi ISK pada Kehamilan ....................................................................... 3
2.3 Epidemiologi ISK pada Kehamilan ................................................................... 4
2.4 Etiologi ISK pada Kehamilan .......................... Error! Bookmark not defined.
2.5 Faktor Risiko ISK pada Kehamilan ................................................................... 5
2.6 Patofisiologi ISK pada Kehamilan .................................................................... 6
2.7 Diagnosis ISK pada Kehamilan ......................................................................... 6
2.8 Penatalaksanaan ISK pada Kehamilan .............................................................. 8
2.9 Komplikasi ISK pada Kehamilan ...................................................................... 9
2.10 Prognosis ISK pada Kehamilan ....................................................................... 10
2.11 Pencegahan ISK pada Kehamilan .................................................................... 10
BAB III SIMPULAN ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi yang sering
dijumpai pada wanita hamil. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu
kondisi dimana kuman atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna. ISK pada kehamilan dapat diklasifikasikan
menjadi simtomatik dan asimtomatik. Infeksi simptomatik bisa melibatkan
kandung kemih (sistitis), atau bisa juga melibatkan kaliks, pelvis, dan parenkim
ginjal (pielonefritis).1,2
Peningkatan probabilitas infeksi saluran kemih pada wanita hamil terjadi
oleh karena perubahan anatomi dan fisiologis selama kehamilan seperti stasis
kemih dan refluks vesikoureter yang membuat wanita hamil lebih rentan terjadi
ISK atas simtomatik.2 Selain itu, kehamilan adalah keadaan immunocompromise
relatif. Penurunan sistem kekebalan ini mungkin menjadi penyebab lain
peningkatan frekuensi ISK pada kehamilan.3
Bertambahnya usia, umur gestasional, paritas, diabetes, riwayat ISK
sebelumnya, kondisi imunodefisiensi, dan kelainan saluran kemih dapat
meningkatkan risiko terjadinya ISK pada wanita hamil.1
Insiden bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bervariasi dari 2% hingga
7%.2 Penelitian menunjukkan bahwa 25% - 40% wanita hamil dengan bakteriuria
asimtomatik yang tidak diobati, dapat berkembang menjadi pielonefritis akut yang
menyebabkan pasien rawat inap sebelum melahirkan.1,2 Karena tingginya angka
morbiditas maupun mortalitas pielonefritis, maka disarankan agar semua wanita
hamil diskrining untuk bakteriuria asimptomatik pada kunjungan antenatal.3
American College of Obstetrician and Gynecologist juga telah menganjurkan
pemeriksaan penyaring untuk bakteriuria pada kunjungan antenatal pertama.2
Menurut beberapa studi, ISK juga berhubungan dengan persalinan
prematur, berat badan lahir rendah, persalinan sesar, hingga kematian bayi jika
diagnosis dan pengobatan tidak tepat.1 Melihat tingginya prevalensi kejadian ISK
pada kehamilan serta kemungkinan morbiditas serta mortalitas pada ibu maupun
1
janin, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai infeksi saluran kemih
pada kehamilan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dasar yang mengganggu sistem imunitas individu sehingga meningkatkan risiko
infeksi dan kegagalan terapi. 5
4
hominis, Ureaplasma parvum, Gardnerella vaginalis, lacto bacilli, dan
Chlamydia trachomatis.4
5
2.6 Patofisiologi ISK pada Kehamilan
Mikroorganisme dapat berkembang biak dan mencapai saluran kemih
melalui jalur hematogen dan jalur asending.
Pada jalur infeksi hematogen bakteri berasal dari infeksi di bagian tubuh
yang lain terutama disebabkan oleh gram positif. Penyebab dari infeksi
hematogen yaitu infeksi S.aureus pada ginjal karena penyebaran dari fokus infeksi
di tulang, kulit, endotel dan di tempat lain. E.coli juga dapat menyebabkan infeksi
hematogen, namun hal ini jarang terjadi dikarenakan ginjal yang normal memiliki
daya tahan infeksi E.coli.3
Pada jalur infeksi asending bakteri gram negatif dari saluran pencernaan
menginvasi naik ke saluran kemih. Penyebab paling umum dari infeksi asending
merupakan bakteri E.coli, bakteri ini memiliki faktor virulensi seperti fimbria atau
vili, yang meningkatkan perlekata sel-sel vagina dan uropitelial yang dapat
memfasilitasi proses asenden ke parenkim ginjal, dimana uropatogen dari flora
tinja berkolonisasi dengan introitus vagina dan distal uretra, naik ke kandung
kemih dan berinteraksi dengan faktor biologis.10
6
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif (frekuensi, nocturia,
urgensi, dysuria)
- Trias: disuria, frekuensi, urgensi;
- Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi sebagai nyeri
pinggang bawah;
- Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30%
kasus;
- Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
2. Pemeriksaan Penunjang
Kultur Urine
Kultur urin (dari urin porsi tengah atau sampel diambil langsung dari
kateter) dapat menegakkan diagnosis definitif ISK apabila:
-
Jumlah koloni ~105/mL dari jenis sampel apapun. Apabila
didapatkan jumlah koloni > 105/ mL tetapi banyak spesies bakteri
ditemukan, kemungkinan sampel mengalami kontaminasi;
-
Pada pasien simtomatik, jumlah koloni 102-104/mL mungkin
mengindikasikan infeksi;
- Urin berasal dari pungsi suprapubik: berapapun jumlah koloni;
Urin berasal dari kateter: jumlah koloni 102-104/mL.
Dipstick Urine
- Jika terdeteksi adanya nitrit, meningkatkan kemungkinan terkena
infeksi saluran kemih, namun memiliki sensitifitas yang rendah.
- Jika mendeteksi leukosit esterase kemungkinannya lebih tinggi
- Sedangkan jika terdapat darah memiliki sensitifitas yang tinggi
namun spesifisitas yang rendah
Urinalisis
- Ditemukan sel epitel >10 lapang pandang, piuria, bakteriuria,
hematuria, nitrit (+), Leukosit >10/LPB;
Pemeriksaan Radiologis
- Dapat dilakukan USG ginjal, CT scan abdomen, sistografi.
7
2.8 Penatalaksanaan ISK pada Kehamilan
Secara umum penatalaksanaan dari ISK adalah dengan pemberian
antibiotik. Namun sebelum diberikan antibiotik, pasien perlu menjalankan tes
skrining rutin yaitu kultur urine untuk menentukan antibiotik yang dapat diberikan
kepada pasien.3 Antibiotik dikatakan efektif pada ISK bakteriuria asimptomatik
dalam kehamilan dan dapat menurunkan insiden pielonefritis serta prematuritas
dan dismaturitas.13
Pada pasien ibu hamil dengan ISK bakteriuria simptomatik, dapat
diberikan beberapa jenis antibiotik, yaitu : 2
- Amoxicillin 500 mg tiga kali sehari
- Ampicillin 250 mg empat kali sehari
- Cephalosporin 250 mg empat kali sehari
- Ciprofloxacin 250 mg dua kali sehari
- Levofloxacin 250 or 500 mg satu kali sehari
- Nitrofurantoin 50-100 mg empat kali sehari atau 100 mg dua kali
sehari
- Trimethoprim-sulfamethoxazole 160/800 mg dua kali sehari
Apabila pada hasil kultur urine ditemukan gambaran Streptokokus Grup
B, maka terapi yang dapat diberikan yaitu antibiotik intravena saat persalinan
untuk mencegah sepsis yang berisiko terjadi pada pasien hamil yang terinfeksi
Streptokokus Grup B dan janinnya.3
Pasien dengan pielonefritis dalam kehamilan merupakan kondisi serius
yang biasanya membutuhkan rawat inap. Pada kondisi ini, pasien tetap menjalani
kultur urine terlebih dahulu dan dilakukan pemantauan tanda-tanda vital dan urine
output pasien.2 Pemberian antibiotik pada pasien pielonefritis diberikan melalui
intravena. Antibiotik oral dapat diberikan apabila pasien sudah tidak ada demam.
Cephalosporin generasi ke-2 atau ke-3 merupakan obat pilihan pertama dan
amoxicillin merupakan pilihan kedua untuk pengobatan pielonefritis selama
kehamilan. Pada sistitis dalam kehamilan, amoxicillin atau nitrofurantoin
merupakan obat pilihan pertama yang dapat diberikan pada pasien, namun
nitrofurantoin tidak boleh digunakan sebelum persalinan. Wanita hamil dengan
sistitis biasanya dianjurkan untuk dirawat selama 3–7 hari.13
8
Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik, pasien perlu dilakukan kultur urine
kembali. Pada pemeriksaan ulang kultur urine tersebut, diharapkan hasil yang
didapat yaitu negatif. Apabila masih terdapat bakteri, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan berupa uji sensitivitas bakteri dan diberikan antibiotik
lanjutan untuk menemukan apakah terdapat penyebab patologis lainnya. Selain
pemberian antibiotik, dapat diberikan terapi farmakologi lain yang dapat
mengurangi gejala yang dialami pasien, seperti pemberian antipiretik dan
analgesik.14
9
2.10 Prognosis ISK pada Kehamilan
Dalam kebanyakan kasus bakteriuria dan ISK pada kehamilan,
prognosisnya sangat baik. Kebanyakan gejala sisa jangka panjang disebabkan oleh
komplikasi yang berhubungan dengan syok septik, gagal napas, dan hipoksia
hipotensi.17
Apabila, ISK tidak diobati dengan baik, maka dapat berbahaya pada ibu
dan janin. Sekitar 30% pasien dengan bakteriuria asimtomatik yang tidak diobati
dapat berkembang menjadi sistitis simtomatik dan 50% berkembang menjadi
pielonefritis. Bakteriuria asimtomatik berkaitan dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin dan bayi dengan berat lahir rendah.18 ISK pada kehamilan juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi ibu, anemia, amnionitis, dan
kelahiran prematur, dan BBLR. Maka dari itu penanganan awal ISK harus
dilakukan dengan benar agar tidak membahayakan ibu dan bayi.6
10
BAB III
SIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu kondisi dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah yang
bermakna. ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya gejala,
berdasarkan lokasi infeksi, dan berdasarkan ada atau tidaknya faktor penyulit.
Escherichia coli merupakan patogen penyebab ISK paling umum, dimana 70%
hingga 80% dari semua ISK dalam kehamilan. Faktor risiko yang dapat
menyebabkan ISK pada kehamilan yaitu multiparitas, usia gestasional, sosial
ekonomi, riwayat ISK sebelumnya, aktivitas sosial, dan anemia.
Diagnosis ISK dalam kehamilan dapat dilihat dari anamnesis, tanda dan
gejala serta dari pemeriksaan penunjang. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan
pada ISK seperti disuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, hematuria dan adanya
pyuria. Pada pemeriksaan penunjang, diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan
kultur urine, dipstick urine, urinalisis, dan pemeriksaan radiologi. Pada hasil
pemeriksaan penunjang dapat ditemukan jumlah koloni ~105/mL, leukosit, dan
bakteriuria.
Secara umum penatalaksanaan dari ISK adalah dengan pemberian
antibiotik. Antibiotik yang dapat diberikan harus berdasarkan hasil sensitivitas
kultur urine. Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik, pasien dilakukan
pemeriksaan ulang kultur urine. Apabila masih terdapat bakteri, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa uji sensitivitas bakteri dan diberikan
antibiotik lanjutan. Selain pemberian antibiotik, pemberian antipiretik dan
analgesik dapat diberikan untuk mengurangi gejala lainnya yang dialami pasien.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu anemia, persalinan prematur, bayi
dengan berat lahir rendah, penularan infeksi ke bayi yang baru lahir, serta edema
paru atau sindrom gangguan pernapasan akut/Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu
dengan menjaga higienitas genitalia eksterna, menghindari penggunaan kateter
urin, dan pemberian jus cranberry. Selain itu, dapat diberikan antibiotik
profilaksis pada ibu hamil usia tua untuk mencegah risiko ISK berulang.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
15. Wing D, Fassett M, Getahun D. Acute pyelonephritis in pregnancy: an 18-
year retrospective analysis. American Journal of Obstetrics and Gynecology.
2014;210(3):219.e1-219.e6.
16. Sheffield J, Cunningham F. Urinary Tract Infection in Women. Obstetrics &
Gynecology. 2005;106(5, Part 1):1085-1092.
17. Platte RO, Reynolds K. Urinary Tract Infections in Pregnancy [Internet].
2019. Tersedia dari : https://emedicine.medscape.com/article/452604-
overview#a7
18. Jr. J, Lefevre M. Urinary Tract Infections During Pregnancy. American
Family Physician. 2000;61(3):713-720.
19. Zeng G, Zhu W, Lam W, Bayramgil A. Treatment of urinary tract infections
in
the old and fragile. World Journal of Urology. 2020;38(11):2709-2720.
13