Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

KEGIATAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS ASUHAN KEBIDANAN PADA


KELUARGA TN. M RT. 2 RW.6 DUSUN BALONG DESA SIDODADI KECAMATAN
SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO

TANGGAL: 12 DESEMBER 2021 s/d 19 DESEMBER 2021

Disusun Oleh:

NAMA : NADYA SRI KUSUMAWATI

NIM : P27824519006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN
KEBIDANAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN BOJONEGORO TAHUN
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu “Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn. M RT. 2 RW. 6 Desa Sidodadi
Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro” yang disusun oleh Mahasiswa Semester V
program studi D3 Kebidanan Bojonegoro Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya Tahun Akademik 2021/2022, disusun dalam keadaan yang sebenarnya.

Tempat Praktik : Dsn. Balong, Ds. Sidodadi Kec. Sukosewu Kab. Bojonegoro

Tanggal Praktik : 09 – 21 Desember 2021

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Praktik

Masfuah Ernawati., SST.,S.Pd.,M.M.Kes Supartiningsih.,SST

NIP. NIP.

Mengetahui,

Kaprodi D3 Kebidanan Bojonegoro

Esti Yuliani.,SSiT.,S.Pd..,M.Kes

NIP.

Dosen Tabulasi,

Aris Handayani, Amd.Keb., S.Pd., M.Kes


NIP.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembinaan wilayah Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten


Bojonegoro mulai tanggal 09 Desember s/d 21 Desember 2021 yang dilaksanakan oleh
Mahasiswa Program Studi D3 Kebidanan Bojonegoro. Berdasarkan hasil pengkajian data dan
analisa yang dilakukan dapat ditentukan beberapa masalah pada tingkat keluarga yang juga
telah ditindak lanjuti selama kegiatan praktik kerja lapangan tersebut.

Tindak lanjut yang dilakukan berupa asuhan kebidanan pada keluarga yang telah
dilaksanakan oleh masing-masing mahasiswa pada keluarga sasaran berdasarkan prioritas
masalah yang ditemukan pada keluarga tersebut. Melalui asuhan kebidanan pada keluarga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat menciptakan
perilaku kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan serta dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus


1 Mahasiswi mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
2 Mahasiswi mampu menganalisa data hasil pengkajian yaitu diagnosa atau masalah
3 Mahasiswi mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan sesuai diagnose
4 Mahasiswi mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan

1.3 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilakukan mahasiswa ketika melakukan praktik klinik, pada:

Tempat : Dusun Balong, Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro

Tanggal : 09 Desember s/d 21 Desember 2021

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan mengenai latar belakang kasus, tujuan, pelaksanaan dan
sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Pada bab ini menguraikan teori mengenai asuhan kebidanan pada keluarga.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Pada bab ini menguraikan tentang asuhan kebidanan pada keluarga.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan.


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kasus
2.1.1 KB (Keluarga Berencana)
Balita Bawah Garis Merah adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah
atau dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Balita Bawah Garis Merah (BGM) dapat
ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kondisi ini berarti balita tersebut
mengalami gangguan pertimbuhan dan perlu perhatian khusus. Bawah Garis Merah (BGM)
merupakan gambaran status gizi balita yang mengalami Kurang Energi Protein (KEP) sedang atau
berat. Menurut Supariasa (2002), Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makana sehari-hari dan atau
gangguan penyakit tertentu. Kurang Energi Protein pada balita adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk usia dibawah lima tahun. Faktor yang dapat
menyebabkan BGM, yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung, akar masalah, dan pokok
masalah dapat dilihat secara rinci pada bagan pada lembar berikutnya (Supariasa, 2002).

2.2.2 Dampak Dari BGM


1 Kecerdasan Berkurang
2 Anak sering lemas, sehingga menghambat aktifitas
3 Gangguan tumbuh kembang
4 Kematian

2.2.3 Konseling Gizi


Konseling gizi adalah kegiatan pemberian informasi atau nasehat gizi dan dietik yang erat kaitannya
dengan kondisi gizi dan kesehatan seseorang, konseling gizi terlebih dahulu di awali dengan
pengkajian gizi (Depkes RI, 2002). Konseling gizi merupakan suatu proses komunikasi dua arah
antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali dan mengatasi masalah gizi (Depkes RI,
2010). Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi
juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan bertujuan mengubah agar masyarakat memiliki perilaku hidup sehat (Anneahira, 2010).
2.2 Kesehatan Lingkungan
2.2.1 Definisi Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan lingkungan adalah keseimbangan ekologi
yang harus tercipta diantara manusia dengan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan sehat dari
manusia

2.2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Menurut WHO ruang lingkup kesehatan dibagi menjadi 17, yaitu:

1. Penyediaan air minum


2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector, ialah segala macam usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau
mengurangi poulasi vector dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang
ditularkan vector atau gangguan yang diakibatkan vector.
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta mausia (seluruh zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh).
6. Hygiene makanan termasuk juga susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic atau wabah, bencana
alam dan migrasi penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

2.2.3 Tujuan Kesehatan Lingkungan


1. Melakukan korelasi, memperkecil terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan serta
kesejahteraan hidup manusia.
2. Untuk pencegahan, dengan cara mengefisienkan pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia serta untuk mencegah dari bahaya
penyakit.
2.3 Fisik Rumah
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang


cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar
keluarga dan penghuni rumah
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah meliputi
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinat matahari pagi
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Saluran Air


Menurut Suripin (2004 :7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

2.5 Jamban Keluarga


Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja
yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang
penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi
aturan kesehatan adalah:

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya


2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Pembuatannya murah
7. Mudah digunakan dan dipelihara (Notoatmodjo, 2003).
2.6 Saluran Pembuangan Air
Limbah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang digunakan untuk
mengumpulkan air bungan sisa pemakaian dari kran / hidran umum, sarana cuci tangan, kamar
mandi, dapur, dan lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap kedalam
tanah dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan sekitarnya.
SPAL tidak menyalurkan air kotor dari peturasan/jamban.

2.7 Pembuangan Sampah


Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/ benda yang sudah tidak terpakai lagi baik berasal
dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA TN. Y RT.5 RW.7 DUSUN BALONG


DESA SIDODADI KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO DI
PRAKTIK MANDIRI BIDAN VIVIN MARTONO WILAYAH KAB. SIDOARJO
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
a. Daftar nama anggota rumah tangga
No Nama Hubungan Sex Umur pendidikan Pekerjaan
ART ART
1. Mustahan Kepala Laki-laki 42 SMP Tukang Batu
keluarga tahun
2. Dasmini Istri Perempuan 34 SMP Petani
tahun
3. Wahyu Anak Laki-laki 12 SD pelajar
Novianto tahun
4. By. Ny Anak Perempuan 3 bulan Belum -
Lasmini Sekolah
b. Genogram
Isilah sesuai genogram keluarga yang anda asuh

Keterangan:
Laki – laki Mati
Perempuan Menikah
Klien Laki Cerai
Klien Perempuan tinggal dalam 1
rumah

c. Tipe keluarga
Beri tanda check (√), pada pilihan tipe keluarga yang anda asuh
√ Keluarga inti Keluarga dyad (Suami+istri tanpa anak)

Keluarga besar Single Parents

Single adult Keluarga lansia

Ayah + ibu tanpa nikah Community Family (tanpa ikatan darah)


d. Status sosial ekonomi (berdasarkan acuan Rp.20.000/hari/keluarga)
Miskin (penghasilan < Rp.600.000)/bulan

√ Menengah (penghasilan Rp.600.000-1.500.000)/bulan

Kaya (penghasilan > Rp.1.500.000)/bulan


e. Aktivitas rekreasi keluarga ( nonton TV, mendengarkan radio, wisata, dll)
Tidak pernah

√ Pernah

II. Data Khusus


f. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pasangan baru (Keluarga baru)

Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child bearing)

√ Keluarga dengan anak Balita

Keluarga dengan anak prasekolah

√ Keluarga dengan anak sekolah

Keluarga dengan anak remaja (reproduksi remaja)

Keluarga dengan lansia (Menopuase)

Keluarga dengan ibu hamil


Keluarga dengan ibu nifas

g. Riwayat kesehatan saat ini


Keluarga dengan riwayat penyakit kronik

Keluarga dengan penyakit menular

Keluarga dengan penyakit khusus (RM, kusta, HIV/AIDS)

Keluarga dengan penyakit keturunan

III. Sanitasi lingkungan


h. Karakteristik Rumah; kebersihan, penerangan, air minum, SPAL, sampah?
√ Permanen, bersih, cukup

Permanen, tidak bersih, tidak cukup

Tidak permanen, bersih, cukup

Tidak permanen, tidak bersih, tidak cukup

i. Karakteristik tetangga yang di asuh


√ Pedesaan dan teratur

Pedesaan dan kumuh

Perkotaan dan teratur

Perkotaan dan kumuh


j. Interaksi keluarga dengan tetangga dekat
√ Harmonis

Tidak harmonis

IV. Fungsi keluarga


k. Struktur peran masing-masing ART (anggota rumah tangga)
√ Sesuai

Tidak sesuai
l. Pola komunikasi keluarga untuk masing-masing ART
√ Terbuka

Tertutup
m. Pola keputusan dalam keluarga (ART) tergantung pada:
√ Suami/Bapak
Istri/Ibu

Orang tua/Mertua/ dari Bapak/Ibu

Anak
n. Fungsi reproduksi berkaitan dengan pernah melahirkan (Paritas)
Jumlah anak 1 (P-1)

√ Jumlah anak 2 (P-2)

Jumlah anak lebih dari 2 (P>2)

o. Family Planning (Perencanaan Keluarga Berencana)


√ Ya, sekarang menggunakan alat kontrasep

Pernah, sekarang tidak menggunakan alat kontrasepsi

Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi


p. Jenis alat kontrasepsi ( di isi bila sekarang menjadi peserta KB)
Berkala

PIL

√ Suntik

MOW

Implat

AKDR

Kondom

MOP
q. Strategi Koping yang dipakai Keluarga bila ada masalah/krisis
Konfrontasi; menyangkal dan marah
Mencari dukungan sosial
Problem solving; mengatasi masalah dengan diskusi keluarga
Control diri; bicara seperlunya, penyelesaian lama/perlu waktu
Bikin jarak; komunikasi terputus

M Menghindar; tidak merasa ada masalah


√ Bertanggung jawab; merasa ada masalah dan berusaha mengatasinya

M Bersikap positif; selalu menerima masalah dan mengatasinya


r. Stress dan Koping Keluarga, yang dipilih keluarga sesuai point (Q)
M Adaptif

M Maladaptif

s. Riwayat Imunisasi
Beri tanda check (√) bila sudah diberi imunisasi, dan beri tanda nol (0) apabila
belum diberikan karena belum waktunya.
Bulan
Jenis
Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9
imunisasi
Hepatitis
B
Polio

BCG

DPT
Campak
t. Riwayat ASI
Ya

M Tidak
u. Status Gizi sekarang, bisa ditimbang, bisa dilihat riwayat penimbangan 3 bulan
berurutan, Kalau ditimbang gunakan konversi TB/BB saja.
M Kurus sekali

Kurus

M Normal

M Gemuk
v. Makanan pengganti/pendamping ASI, yang sekarang diberikan pilih paling
sering/dominan
M Susu Formula

Sari buah
M

Bubur tepung/ SUN dan sejenisnya

Pi Bubur nasi/nasi tim

Pi Pisang dihaluskan dan sejenisnya


w. Perkembangan anak sekarang (Gunakan KPSP) untuk deteksi
Normal

Pi Meragukan

Pi Menyimpang
B. ANALISIS DATA
Data Mayor: Keluarga inti, keluarga dengan anak balita yang mengalami BGM, dengan
status gizi kurus sekali, karena keadaan lingkungan, ketidakmampuan daya beli makanan
dan kurangnya pengetahuan mengenai makanan yang bervariasi dan bergizi serta cara
mengolahnya.
Data Minor: Status ekonomi menengah, keluarga ketika terdapat masalah selalu
mendiskusikannya untuk mendapat solusi yang tepat, hubungan keluarga harmonis,
keputusan ada di suami, ibu menggunakan KB suntik 3 bulan sejak setelah melahirkan,
berada di lingkungan perkotaan yang teratur, serta keadaan rumah permanen dan bersih.
C. DIAGNOSA KEBIDANAN KELUARGA
keadaan lingkungan, ketidakmampuan daya beli makanan dan kurangnya pengetahuan
mengenai makanan yang bervariasi dan bergizi serta cara mengolahnya.

Prioritas diagnosa kebidanan keluarga ditetapkan berdasarkan kriteria :


Sifat masalah :
Pi Aktual (terjadi gangguan/defisit kesehatan)

Pi Resiko tinggi ( sudah ada ancaman kesehatan )

Pi Resiko ( kemungkinan adanya ancaman kesehatan)

Kemungkinan masalah dapat diubah;


Pi Mudah

Pi Sebagian saja

Tidak dapat
Pi

Kemungkinan masalah tersebut dapat dicegah;


Pi Tinggi

Pi Cukup

Pi Rendah

Keberadaan masalah dalam keluarga:


Pi Masalah dirasakan berat, perlu penanganan segera

Pi Ada masalah tetapi tidak perlu penanganan segera

Pi Keluarga tidak merasakan adanya masalah


Rasional diagnosa:

Data Mayor (dari tugas perkembangan dan Data Minor (dari data lainnya)
pemeriksaan fisik)
Keluarga dengan bakita BGM, usia 38 bulan, Keputusan keluarga ada di suami, strategi
status gizi kurus sekali coping keluarga dengan cara problem solving,
ibu sedang menggunakan KB suntik 3 bulan,
stress dan koping adaptif, tipe keluarga inti.

D. PERENCANAAN
keadaan lingkungan, ketidakmampuan daya beli makanan dan kurangnya pengetahuan
mengenai makanan yang bervariasi dan bergizi serta cara mengolahnya.

Indikator
NO Perencanaan Sasaran Waktu
keberhasilan

E. PELAKSANAAN
Waktu Status perkembangan Hasil tindakan

F. POA
Hari ke
No Kegiatan
BAB IV
PENUTUP
IV.1Kesimpulan
Masalah kurang gizi adalah sebuah masalah yang komplek yang terjadi di Indonesia. Anak
Indonesia pada hakikatnya lahir dengan berat dan panjang yang normal kegagalan pertumbuhan
yang nyata pada dasarnya akan terlihat pada saat anak berusia empat bulan sampai dua tahun.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus mendapatkan perhatian yang
serius. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2008), ada sekitar 3,1 juta anak di
seluruh dunia yang meninggal akibat kekurangan gizi setiap hari. Kebanyakan dari mereka
berusia di bawah 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai