Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

INFEKSI PASCA PARTUM

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Yelmi Reni Putri, S.Kep., M.A.N

DISUSUN OLEH :

CANTIKA FARADISA SALSABILA (1814201011)

SEMESTER IV PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan
tuntunannya sehingga penyusunan makalah tentang INFEKSI PASCA PARTUM
keperawatan maternitas II dapat terselesaikan dengan baik. Semua ini semata- mata
adalah kehendak Tuhan.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah semata-mata sebagai pemenuhan tugas
yang diberikan oleh dosen, juga  untuk menambah wawasan mahasiswa keperawatan
tentang klimakterium.
Kami berharap melalui makalah ini  yaitu mata kuliah keperawatan
maternitas II seluruh  mahasiswa khususnya mahasiswa Keperawatan dapat mengerti
dan memahaminya. Kami juga berharap apabila ada kesalahan dalam penyusunan
makalah ini pembaca dapat memberikan saran atau kritik demi pembangunan
karakter pendidikan yang lebih baik.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu dosen
Ns.Yelmi Reni Putri, S.Kep. M.A.N atas bimbingan yang diberikan kepada saya
dalam penyusunan makalah ini.

Bukittinggi , 26 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................i


Daftar Isi .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1


A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Pengertian infeksi pasca melahirkan...............................................4
B. Etiologi infeksi pasca melahirkan...................................................6
C. Klasifikasi infeksi pasca melahirkan..............................................7
D. Patofisiologi infeksi pasca melahirkan...........................................12
E. Manifestasi infeksi pasca melahirkan.............................................14
F. Komplikasi infeksi pasca melahirkan.............................................14
G. Penatalaksanaan infeksi pasca melahirkan.....................................15
H. Pencegahan Keperawatan pada infeksi pasca melahirkan..............16
I. Asuhan keperawatan pada infeksi pasca melahirkan......................17
J. Komplementer pada infeksi pasca melahirkan...............................32
BAB III PENUTUP.........................................................................................35
A. Kesimpulan ....................................................................................35
B. Saran ..............................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................36

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

     Dinegara maju, kebanyakan perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi
baik. Mereka melahirkan bayinya dirumah sakit atau rumah sakit bersalin dan sedikit
yang menjadi subjek dari berbagai prosedur diagnostic yang infasif seperti dialami
oleh kebanyakan pasien rumah sakit. Bahkan untuk mereka yang memerlukan secsio
sesarea, pembedahannya berlangsung singkat (kurang dari satu jam), biasanya tidak
ada komplikasi, kateterisasi urin, kalau perlu sebentar (1-2 hari), dan jarang sekali
memerlukan bantuan ventilasi pasca bedah. Disamping itu, kebanyakan perempuan
hamil tidak menggunakan antibiotic sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama
sebelum persalinan (Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004).
Dinegara-negara yang sedang berkembang infeksi pasca persalinan tetap
menjadi nomor dua dari perdarahan pasca persalinan yang menjadi penyebab
kematian maternal, dan menjadi penyebab utama komplikasi maternal dari persalinan.
Hal ini masih tetap terjadi sekalipun lebih dari 150 tahun yang lalu. Semmelweis dan
holmes secara terpisah mengatakan bahwa tidak hanya demam anak, sepsis
puerperalis, juga disebarkan dari perempuan lain keperempuan dari tangan dokter
(Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004).
Morbiditas postpartum dikatakan ada bila seorang ibu bersalin mengalami demam
yang bersuhu sekurangnya 380C (100,4F) pada dua kesempatan atau lebih dalam
masa 10 hari setelah melahirkan, tidak termasuk 24 jam pertama (Rayburn,WF &
Carey, JC, 2001).
Infeksi pascapartum terjadi pada sekitar 6 % kelahiran di Amerika serikat dan
kemungkinan besar merupakan penyabab utama morbiditas dan mortalitas maternal
diseluruh dunia. Organism yang paling sering menginfeksi ialah organisme
streptococcus dan bakteri anaerobic. Infeksi staphylococcus aureus, gonococcus,

1
koliformis, dan klosrtidia lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organism pathogen
serius yang menyebabkan infeksi pascapartum.
Insidensi morbiditas demam berpariasi besar, berkisar dari 1% untuk wanita
yang tergolong tidak miskin yang melahirkan melalui vagina sampai setinggi 87%
untuk wanita miskin yang melahirkan melalui bedah sesar. Factor-faktor yang secara
pasti telah dikenali dan yang dapat meninggikan resiko infeksi adalah bedah sesar
darurat, persalinan darurat, dan ketuban pecah sudah 6 jam atau lebih, dan status
sosio ekonomi yang rendah. Factor-faktor lain yang bisa mempengaruhi risiko infeksi
tetapi yang korelasinya terbukti kurang kuat adalah anemia, anastesia umum, keadaan
gizi yang buruk, obesitas, dan banyak kali mengalami pemeriksaan melalui vagina.
Semua factor-faktor lain serupa, pemakaian monitoring janin secara internal
tampaknya tidak mempengaruhi risiko infeksi rahim (Rayburn,WF & Carey, JC,
2001).
Seratus tahun yang lalu sekitar satu dalam 50 wanita yang melahirkan
dirumah sakit, meninggal karena infeksi yang biasanya terjadi pada masa puerperium.
Hal ini sekarang sudah jauh berkurang, pertama akibat pengertian asepsis dan
antisepsis yang lebih baik dan kedua karena diperkenalkannya kemoterapi dan
antibiotika (Chamberlain,G & Dewhurst, SJ, 1994).

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian infeksi pasca melahirkan
2. Menjelaskan etiologi infeksi pasca melahirkan
3. Menjelaskan klasifikasi infeksi pasca melahirkan
4. Menjelaskan patofisiologi infeksi pasca melahirkan
5. Menjelasakan manifestasi klinis infesksi pasca melahirkan
6. Menjelaskan Komplikasi infeksi pasca melahirkan
7. Mejelaskan penatalakasanaan infeksi pasca melahirkan
8. Menjelaskan pencegahan infeksi pasa melahirkan
9. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada infeksi pasca
melahirkan

2
10. Menjelaskan intervensi keperawatan pada infeksi pasca melahirkan
11. Mejelaskan komplementer terkait infeksi pasca melahirkan

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu infeksi pasca melahirkan dan bagaimana Asuhan
keperawatan pada infeksi pasca malahirkan serta untuk mengetahui
komplementer terkait infeksi pasca malahirkan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi

Biasanya baik sewaktu atau sesudah bersalin seorang ibu tidak mengalamii
kesulitan apa-apa alias berjalan lancar saja,karena kelahiran itu dianggap normal-
normal saja. Kondisi ini berarti lancar saja ,tidak bergantung pada orang yang
melakukan persalinan itu,baik dukun kampung (Paraji biasa) atau seorangbidan
ahli kandungan
kenamaan yang
sudah
berpengalaman
puluhan tahun, dari
poliklinik atau
rumah sakit
tertensu. Ibu yang
sudah melahirkan
itu
mengalamiradang
atau infeksi,yang
disebut infeksi setelah sang ibu itu melahirkan .
Infeksi tersebut terjadi disaat sang bayitelah selamat lahir . Akibat ketidak
normalan ini, bisa saja sang ibu mengeluarkan darah yang terlalu banyak, atau
luka-luka bekas melahirkan seperti vagina atau organ lainnya . kondisi seperti ini
juga tidak begitu sering terjadi,namun daoat membahayakan pada jiwa sang Ibu
atau sang wanita. Tidak jarang akibat infeksi ini bisa saja saja salah satu pihak
( Ibu atau Bayi) yang mengalami cedera yang kadang harus dibayar dengan
jiwanya.

4
Biasanya, setelah seorang wanita melahirkan, suhu tubuhnya menaik sampai
lebih mencapai 38 derajat celcius yang jauh lebih tingidari 12 jam pertama setelah
melahirkan . Namun, dalam beberapa kasus wanita tersebut harus diperiksa oleh
dokter atau bidan ahli kandungan yang berpengalaman. Infeksi setelah melairkan
ini banyak di diagnosa selama 24 jam sejak sesudah melahirkan dan suhu badan
wanita itu biasanya lebih tinggi dari suhu semula atau enam jam sejak pertama
suhu tubuhnya dideteksi .
Kondisi seperti ini biasanya jarang terjadi, karena ahli medis selalu berusaha
untuk mencegah atau memberi obat yang bisa meniadakan infeksi demikian,
meskipun demikian infeksi kemungkinan dapat juga menjadi satu hal yang serius.

Infeksi ini biasanya akibat langsung dengan proses kelahiran yang terjadi pada
pada rahim atau daerah sekitar rahim,misalnya terjadi pada ginjal,kandung kemih ,
paru-paru atau organ yang tidak dikenal oleh persalinan tersebut.

Infeksi nifas atau infeksi pasca melahirkan mencakuP semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu
persalinan dan nifas . Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika
Serikat ), defenisi morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38 derajat
celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari ptertama post partum , dengan
mengecualikan hari pertama. Suhu harus di ukur di ukur dari mulutsetidaknya 4
kali sehari .

Infeksi masa nifas merupakan infeksi postpartum pada uterus dan struktur
yang letaknya lebih tinggi dengan disertai pola demam yang khas . Infeksi ini
dapat mengakibatkan endometritis , parametritis , tromboflebitis pelvik atau pun
peritonitis. Infeksi ini dapat bersifat lokalitas (misalnya dalam bentuk endometritis
atau salpingitis ) atau meluas ke bagian tubuh yang lain (misalnya dalam bentuk
peritonitis atau selulitis pelvik) (Saputra & Lockhart, 2012)

5
B. Etiologi
Sebagai Penyebab terjadinya
infeksi ini adalah bakteri yang
besangkutan dalam vagina atau
organ lainnya.Setelah si perempuan
itu melahirkan,bakteri tresebut
yang beraksi pada luka-luka yang
timbul akibat persalinan. Namun
Infeksi yang terjadi bisa saja karena anemia (kurang darah), atau akibat dari
pemeriksaan vagina yang dapat menimbulkan infeksi, persalinan yang terlalu
lama sehingga memungkinkan
masuknya bakteri. Infeksi bisa
juga terjadi karena persalian itu
dilakukan dengan cara operasi
caesar yang pada alat-alat operasi
terbawa berbagai macam bakteri ,
sehingga bisa juga sebagai
penyebab utama. Infeksi ini bisa
juga disebabkan oleh adanya
serpihan yang tertinggal dalam rahim, sehingga bisa lupa menimbulkan infeksi
pada penderita.(Saydam, 2012)
Namun proses infeksi ini bisa jiga timbul karena disebabkan oleh pendarahan
yang berlebihan, sehingga wanita tersebut memerlukan tambahan darah dariluar
yang banayak. Infeksi ini pun dapat terjadi karena dalam proses persalinan itu,
ada alat-alat yang digunakan kurang bersih , sehingga memungkinkan bakteri ikut
serta menimbulkan infeksi yang memerlukan penanganan tersendiri.
Faktor Pre Disposisi terjadinya infeksi pasca melahirkan :

6
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita ,seperti
perdarahan, pre eklamsi, eklamsi dan juga infeksi lain.
2. Partus lama , terutama dengan ketuban pecah dini
3. Tindakan bedah vaginal , yang menyababkan perlukaan jalan lahir
4. Tertinggalnya sisi plasenta , selaput ketuban dan bekuan darah.

C. Klasifikasi
1. Infeksi pada Vulva, Vagina dan
Serviks
a. Vulvitis
Pada luka infeksi bekas
sayatan episiotomy atau luka
perineum, jaringan
sekitarnya membengkak,tepi
luka perineum, jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan pus
b. Vaginitis
Infeksi Vagina
dapat terjadi secara
langsung pad luka
vagina atau melalui
perineum.
Permukaan Mukosa
membengkak dan
kemerahan , terjadi ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas .

7
c. Servisitis
Infeksi sering juga
terjadi, akan tetapi
biasanya tidaak
menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks
yang dalam, luas , dan
langsung ke dasar
ligamentum latum
dapat menyebabkan
infeksi yang menjalar
ke parametrium.

2. Endometritis
Jenis infeksi ini
biasanya yang paling
sering terjadi. Kuman –
kuman yang memasuki
endometrium , biasanya
pada luka bekas
implantasi plasenta dam
dalam waktu singkat
mengikutsertakan
seluruh
endometrium.Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
pathogen,infeksi hanya terbatas pada endometrium. Jaringan desidua

8
bersama-sama dengan bekuandarah menjadi nekrotis dan mengeluarkan
getah berbau , yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada
batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat lapisan
yang terdiri atas leukosit. Pada infeksi yang lebih berat,batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.tanda dan gejala yang dapat
timbul apad endometritis
a. Uterus membesar
b. Nyeri pada saat perabaan uterus
c. Uterus membengkak
d. Suhu meningkat
e. Nadi menurun

3. Septikemia dan Pyemia


Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman
yang sangat pathogen,biasanya streptococcus haemolyticus golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian
karena Infeksi pasca melahirkan

a. Septikemia

Pada infeksi ini, kuman-


kuman dari uterus langsung
masuk ke dalam peredaran
darah umum dan
menyebabkan infeksi
umum. Adanya septikemia
dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-
kuman dari darah.

9
Gejala yang muncul dari pasien ,antara lain :

1) Permulaan penderitaan sudah sakit dan lemah.


2) Sampai hari ke-3 post partum , suhu meningkat dengan cepat
dan menggigil
3) Selanjutnya suhu berkisar anatara 39 derajat -40 derajat celcius
, KU Memburuk , nadi menjadi cepat (140-160 kali/menit)
b. Pyemia

Pada
pyemia ,teradapat
trombophlebitis
dahulu pada vena-
vena di uterus dan
sinus-sinud pada
bekas implantasi
plasenta .
Trombophlebitis ini
menjalar ke vena
uterine,vena
hipogastrika , dan
/atau vena ovari . Dari
tempat-tempat thrombus
ini ,embolus kecil yang
berisi kuman dilepaskan.
Tiap kali dilepaskan
,embolus masuk kedalam
peredaran darah umum

10
dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain,di antarnya paru-
paru ,ginjal,otak ,jantung dan sebagainya , yang dapat mengakibatkan
terjadinya abses-abses di tempat tersebut

Gejala yang muncul pada pasien

1) Perut nyeri
2) Yang khas adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan
cepat disertai menggigil ,kemudian diikuti dengan turunnya
suhu
3) Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pad saat
dilepaskannya embolus dari trombophlebitis pelvika
4) Lambat Laun timbul gejala abses pada paru-paru , jantung ,
Pneumoni dan pleuritis .

4. Peritonitis , Salpingitis dan Ooforitis


a. Peritonitis
Infeksi pasca melahirkan dapat menyabar melalui pembuluh
limfe di dalam uterua,
langsung mencapai
peritoneum dan
menyebabkan peritonitis
atau melalui jaringan di
antara kedua lembar
ligamentum latum yang
menyababkan
parametritis .
Peritonitis yang tidak
menjadi peritonitis umun
hanya terbatas pad daerah pelvic.Gejala-gejalanya tidak seberapa
berat seperti pada jenis yang umum . Pada pelvio peritonitis

11
(peritonitis terbatas),terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang
biasanya terkumpul dalam cavum douglas harus dikelurkan dengan
kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya nanah melalui
rectum atau kandung kemih.
Pada peritonitis umum,Gejala yang mincul :
1) Suhu meningkat emnjadinlebih tinggi
2) Nadi Cepat dan kecil
3) Perut kembung dan nyeri
4) Ada Defense usculair
5) Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat,mata cekung,kulit muka dingin ,terdapatyang
disebut fasies hypocratica
b. Salpingitis dan ooforitis
Kadang –kadang
walaupun jarang ,infeksi
menjalarsampai ke tuba
falopi,bahkan sampai ke
ovarium. Disini terjadi
salpingitis dan/atau
ooforitis yang sukar
dipisahkan dari pelvio
peritonitis.(Sulistyawati,
2009)

D. Patofisiologi
1. Infeksi pasca melahirkan terjadi karena masuknya mikro-organisme
vagina ke dala kavum uteri yang steri melalui ketuban pecah dini,luka
insisi pembedahan,hematoma, jaringan yang rusak atau tindakan yang
kurang steril

12
2. Mikro-organsime yang sering menyebabkan infeksi pasca melahirkan
meliputi streptococcus hemolyticus golongan A, Stafilokud dengan
koagulase –negatif,clostridum prefringens,bacteroides fragilis ,
klebsiella ,proteusmirabilis, pseudomonas, Staphylococcus aureus dan
escherchia coli.
3. Sebagian besar Mikro-organisme ini dianggap sebagai flora vagina yang
normatetapi kuman ini juga dikenal sebagai penyebab infeksi pasca
melahirkan ketika terdapat faktor predisposisi tertentu yaitu :
a. Ketuban yang pecah lama dan pecah dini (ketuban sudah pecah
melebihi 24 jam sehingga memberikan kesempatan bagi bekteri
untuk masuk kedalam kavum uteri sementara janin masih berada
didalam uterus )
b. Partus lama (melebihi waktu 24 jam ) atau partus macet
c. Pemeriksaan vagina (VT; vaginal toucher yang sering atau tidak
steril ,atau tindakan melahirkan bayi yang tidak steril
d. Kelahiran yang memerlukan unsttrumen sehingga terjadi trauma
jaringan yang menjadi tempat masuk untuk incvasi mikro-
organisme(Saputra & Lockhart, 2012)
e. Monitoring internal janin yang memungkinkan masuknya mikro-
organisme pad ssat pemasangan elektroda
f. Retensi produk keosepsi seperti retensi fragment plasenta sehingga
terjadi nekrosis jaringan yang menjadi media yang sangat baik bagi
pertumbuhan bakteri
g. Perdarahan yang melemahkan pertahanan tubuh pasien
h. Keadaan maternal seperti anemia atau penurunan keadaan
umunakibatmalnutri sehingga menurunkan kemampua pasien
untuk bertahan terhadap invasi mikro-organisme
i. Kelahiran Sectio Cesarea
j. Adanya infeksi lokal vagina pada saat melahirkan sehingga terjadi
penularan langsung infeksi

13
E. Manifestasi Klinis
Timbulnya infeksi setelah persalinan ini dapat di amati dari berbagai gejala
yang timbul pada penderita . Misalnya gejala itu terlihat dari wajah pasien yang
pucat,pasiemenggigil kerana kedinginan , atau adanya persaan tidak nyaman atau
ada rasa nyeri yang menyertaibpersalinan itu.
Pasien kehilnagan nafsu makan , sedangkan jantung selalu berdebar-
debar,berat badan menurun dan bila di teliti lebih lanjut jumlah sel darah putih
korban bertambah tinggi serta rahim membengkan dan sebagainya . Bisa pula
darah selalu mengalir dari vagina bekas melahirkan , hal ini akan terjadi bila
memang jaringan di sekitar rahim pasien mengalami nyeri yang cukup berat dan
disertai oleh demam yang tinggi. Semua gejala yang tampak dariluar dan hasil
pemeriksaan laboratorium itu disebabkan oleh zat racun yang dikeluarkan oleh
bakteri yang menyebabkan infeksi, yang tidak cepat mendapat pertolongan
medis,bisa menyebabkan kematian penderita dalam waktu dekat.(Saydam, 2012)

F. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di
dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan
bahkan kematian

14
G. Penatalaksanaan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
pasca melahirkan, asalkan pemilihan jenis antibiotika benar-benar berdasarkan
hasil pertimbangan yang akurat.Pertimbangan dapat dilakukan melalui pembiakan
getah vagina dan serviks sehingga kuman yang diketahui dapat dipastikan peka
terhadap antibiotik tertentu. Karena pemeriksaan pembiakan ini cukup meakan
waktu , kadang pengobata degan antibiotik sudah dilakukan tanpa menunggu
hasilnya terlebih dahulu. Dalam hal ini,
apat diberikan Penicilin dalam dosis tinggi
atau antibiotik dengan spektrum luas,
seperti Tetrasiklin. (Sulistyawati, 2009)
Disamping Antibiotika , pemeberian
robo rantia untuk meningkatakan daya
tahan tubuh pasien juga sangat perlu untuk
diberikan. Pada selulitis pelvika dan pelvio
peritonitis, perlu diamatai dengan seksama
apakah terjadi abses atau tidak . Jika teradi
maka abses harus dibuka untukmenghindari
nanah masuk kedalam rongga peritoneum dam
pembuluh darah yang agak besar supaya jangan
sampai dilukai.(Sulistyawati, 2009)
1. Terapi antibiotik
2. Preparat analgetik ntuk meredakan
rasa nyeri
3. Sits bath
4. Tindakan penjagaan untuk mengendalikan infeksi
5. Pengaturan posisi tubuh untuk memperlancar drainase

15
6. Pemeliharaan keseimbangan caira dan elektrolit
7. Monitoring tanda tanda vital dan gejala
8. Pembedahan untuk mengakat setiap produk konsepsi atau potongan
plasenta yang masih tertinggal atau untuk memasang drain pada
infeksi lokal seperti abses pada perimetritis

H. Pencegahan
Peristiwa infeksi setelah persalinan ini sebenarnya masih bisa dicegaj sejak
dini, baik oleh penderita yang bersangkutan atau oleh anggota keluarga terdejat
seperti suami atau orang tua pasien yang sehari-hari dekat dan turut merawat
penderita. Memang dalam kesehatan amat perlu diingat bahwa mencegah sebelum
terjadinya pentyakit akan jauh lebih baik dari pengobatan penyakit itu sendiri.
Sebab bila sudah terjangkit pada seseatu penyakit , untuk itu mengobatinya amat
memerlukan dana,tena dan waktu yang besar dan mahal.
Sebaiknya pasien atau pihak keluarganya , harus mengingatkan bahwa pasien
itu perlu memeriksakan sisri dan kandungannya ke puskesmas atau rumah sakit
sekali dalam sebulan masa kandungan berjalan. Guna pemeriksaan diri dan
kandungan pasien sehat dan normal dantidak mengandung suatu maslah yang
berat.
Pencegahan lain yang perlu diperhatikan adalah selalu menjga kebrsihan
badan dan lingkungan agar sumber penyakit tidak mudah mendekati pasien. Bila
pola hidup yang melingkupi pasien tidak mendukung kemudahan dalam
persalian , dikhawatirkan akan terjadi seperti hal-hal yang ditakutkan dan sering
diidap oleh ibi-ibu setelah melakukan proses persalinan . oleh karena itu yang
palig utam tentulah selalu emelihara kebersihan diri, alat-alat dan lingkungan
pasien serta mempertinggi dayabtahan tubuh untuk menghadapi
persalinan.Memang kadang-kadang proses persalinan bisa selamat,namun pasca
persalinan itu bisa mengancam jiwa penderita.

16
1. Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu.
2. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-
hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi
akan mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban
pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
4. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
5. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
6. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
7. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk
ke kamar bersalin.
8. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
9. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI PASCA PARTUM


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record, dan lain-lain.

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:

17
a) Pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2
minggu postpartum.
b) adanya leukore dan lochia berbau menyengat

2) Riwayat kesehatan dahulu


a) Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik,
hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan
lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta retensi sisa plasenta.

b) Riwayat penyakit keluarga


Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita
hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.

c) Riwayat obstetric
i. Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya
siklus,
banyaknya,baunya,keluhan waktu haid.
ii. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin
yang keberapa,
usia mulai hamil

d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu


i. Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua,
apakah ada abortus.
ii. Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan

18
dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan
panjang anak waktu lahir.
iii. Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada
perdarahan, ASI cukup atau tidak, kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.

e) Riwayat kehamilan sekarang


i. Hamil muda:keluhan selama hamil muda
ii. Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan
BB,suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
iii. Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan,
berapa kali,perawatan serta pengobatannya yang
didapat

f) Riwayat persalinan sekarang

Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya


kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah
ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio plasenta,
perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak lahir
hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca
partum multipel )

19
b) Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c) Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
d) Status Psikologis
Tanda :
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
e) Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
f)  Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus
serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis)
c. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral
( salpingitis / ooferitis, parametritis ).
g) Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).
h) Keamanan
Suhu 40 derajat celcius atau lebih tinggi pada 2 hari secara
terus menerus, namun 24 jam pasca partum adalah tanda
infeksi, namun suhu tinggi dari 38 derajat celcius pada 24 jam
pertama menandakan berlanjutnya infeksi.

d. Pemeriksaan khusus
1) Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.

20
2) Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3) Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
4) Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5) Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut Berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
b. Hipertermia Berhubungan dengan Proses penyakit
c. Ansietas Berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian
d. Gangguan integritas kulit/jaringan Berhubungan dengan kurang terpapar
informasi upaya mempertahankan/melindungi Integritas kulit/jaringan
e. Resiko Hipovolemia

3. Intervensi Keperawatan
a. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut Berhubungan 1. Menajemen Nyeri
dengan Agen pencedera a. Identifikasi Lokasi ,karakteristik,
fisiologis durasi
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non
verbal
d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri

21
e. Berikan teknik non
famakologisuntuk mengurangi
rasa nyeri
f. Kontrol lingkungan yang
memperberat ras nyeri
g. Pertimbnagkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
h. Fasilitasi istirahat dan tidur
i. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
j. Jelaskan strategi meredakan nyeri
k. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
l. Kolaborasi pemberian
analgentik,jika perlu

2. Edukasi Proses Penyakit


a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
b. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
d. Berikan kesemptan untuk
bertanya
e. Jelaskan penyebabdan faktor
resiko penyakit
f. Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit

22
g. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
h. Jelsakan kemungkinan terjadinya
komplikasi
i. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan
j. Ajarkan cara meminimalkan
efeksamping dari intervensi atau
pengobatan
k. Informasikan kondisi pasien saat
ini

2 Hipertemi Berhubungan 1. Menajemen Hipertermi


dengan Proses Penyakit a. Identifikasi penyebab hipertermi
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Sediakan lingkungan yag dingin
e. Longgarkan atau lepaskan
pakaiaan dingin
f. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
g. Berikan cairan oral
h. Lakukan pendinginan eksternal
i. Hndari pemberian antipiretik atau
aspirin
j. Anjurkan tirah baring
k. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,jika perlu
2. Pemantauan Cairan

23
a. Monitor frekuensi dan kekuatan
nadi
b. Monitor frekuensi napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor waktu pengisian kapiler
e. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
f. Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
g. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
h. Dokumentasikan hasil
pemantauan
i. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
j. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
3. Kompres Dingin
a. Identifikasi kontraindikasi
kpmpres dingin
b. Identifikasi kondisi kulit yang
akan dilakukan kompres dingin
c. Periksa suhu alat kompres
d. Monitor iritasi kulit atau
kerusakan jaringan selama 5
menit
e. Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat
f. Pilih lokasi kompres
g. Balut alat kompres dingin dengan

24
kain pelindung ,jika
h. Lakukan kompres dingin pada
daerah yang cedera
i. Jelaskan prosedur penggunaan
kompres dingin
j. Ajarakan cara menghindari
kerusakan jaringan kaibat dingin
3. Ansietas Berhubungan 1. Terapi Relaksasi
dengan Ancaman terhadap a. Identifikasi teknik relaksasi yang
kematian efektif dugunakan
b. Identifikasi kesedian,kemampuan
dan penggunaan teknik
sebelumnya
c. Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
d. Ciptakan lingkungan tenang
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
e. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
f. Gunakan pakaian longgar
g. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan lain,jika
sesuai
h. Jelaskan tujuan,manfaat ,batasan
dan jenis relaksasi yang tersedia
i. Jelaskan secara rinci intervensi

25
relaksasi yang dipilih
j. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
k. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
l. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
m. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
2. Dukungan Keyakinan
a. Identifikasi keyakinan,masalah
dan tujuan perawatan
b. Identifikasi kesembuhan jangka
panjang sesuai kondisi pasien
c. Monitor kesehatan fisik dan
mental
d. Integrasikan keyakinan dalam
recana perawatan sepanjang tidak
membahayakan/beresiko
keselamatan,sesuai kebutuhan
e. Berikan harapan yang realitis
sesuai prognosis
f. Fasilitasi pertemuan antara
keluarga antara keluarga dan tim
kesehatan untuk membuat
keputusan
g. Fasilitasi memberikan makna
terhadap kondisi kesehatan
h. Jelsakan bahaya atau resiko yang
terjadi akibat keyakinan negatif

26
i. Jelsakan alternatif yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan dan
perawatan
j. Berikan penjelasan yang relavan
dan mudah dipahami

4. Gangguan integritas 1. Perawatan Luka


kulit/jaringan Berhubungan a. Monitor karakteristik luka
dengan kurang terpapar b. Monitor tanda-tanda infeksi
informasi upaya c. Cukur rambut disekitar daerah
mempertahankan/melindungi luka
Integritas kulit/jaringan d. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,sesuai
kebutuhan
e. Berikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi,jika perlu
f. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
g. Berikan suplemen vitamin dan
mineral
h. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
i. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
j. Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
k. Kolaborasi pemberian
antibiotik,jika perlu
2. Edukasi perawatan kulit
a. Identifikasi kesiapan dan

27
kemampuan menerima informasi
b. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
d. Berikan kesmpatan untuk
bertanya
e. Anjurkan minum cukup cairan
f. Anjurkan melapor jika ada lesi
yang tidak biasa
g. Anjurkan membersihkan dengan
air hangat bagian perineal selama
periode diare
3. Perawatan Integritas Kulit
a. Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit
b. Bersihkan perieneal denganair
hangat,terutama selama periode
diare
c. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
d. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
e. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
f. Anjurkan minum air yang cukup
g. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

28
h. Anjurkan asupan buah dan sayur
i. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
j. Anjurkan mandi dan
menggunkan sabun secukupnya
5. Resiko Hipovolemia 1. Menajemen Hipovolemia
a. Periksa tanda dan gejala
hipovolemia
b. Hiting kebutuhan cairan
c. Berikan asuapan cairan oral
d. Anjurkan memperbanyak asupa
cairan oral
e. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Pemantauan Cairan
a. Monitor frekuensi dan kekuatan
nadi
b. Monitor frekuensi napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor waktu pengisisan kapier
e. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
f. Monitor intake output dan intake
cairan
g. Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
h. Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
i. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien

29
j. Dokumentasikan hasil
pemantauan
k. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
l. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
3. Pencegahan Infeksi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Berikan perawatan kulit pada
area edema
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien pertahankan
teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
e. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
f. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
g. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
h. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
i. Anjurkan meningkat asupan
cairan
j. Kolaborisasi pemberian
imunisasi, jika perlu

30
b. Interveni keperawatan secara umum

1) Melaksanakan tindakan untuk mencegah infeksi

a) Selalu mematuhi tindakan penjagaan baku


b) Mempertahankan teknik sterilitas ketika membantu atau melakukan VT
(vaginalb Toucher)
c) Membatasi jumlah pemeriksaan VT selama persalinan
d) Membasuh kedua tangan sampai benar-benar bersih setiap kali sesudah
menyebtuh pasien
e) Mengintruksikan kepada pasien untuk menelepon dokter ketika
ketubanya pecah
f) Mengingatkan kepada pasien untuk menghindari hubgna seks setelah
terjadi ruptur atau kebocoran ketuban
g) Menjaga agar luka episiotomi selalu bersih dan mengajarkan kepada
pasien begaimana mempertahankan higiene perineum yang baik
h) Melakukan skrining terhadap petugas dan pengunjung agar mereka
yang menderita infek akut menjauhi pasien-pasien di ruang bersalin
2) Jika seorang pasien postpartum megalami infeksi

a) Memantau tanda vital setiap 4 jam sekali(atau lebih sring menurut


kondisi pasien)
b) Menilai dengan ketat asupan dan keluaran cairan dan mengharuskan
pasien untuk tirah baring yang ketat
c) Sering melakukan inspeksi perineum
i. Memriksa fundus dan melakukan palpasi untuk menemukan
gejala nyeri tekan (subinvolusi depat mengindikasikan
endometritis)

31
ii. Mencatat jumlah , warna serta bau sekret vagina dan mencatat
hasil observasi
d) Menganjurkan kepada pasien agar sering mengganti linen tempat tidur
dan tampon perineum dengan melepaskan tanpon dari depan ke
belakang; mengenakan sarung tangan ketika membantu pasien
melepaskan tampon perineum
e) Memberikan antibiotik dan analgetik sesuai dengan instruksi dokter
f) Menilai dan mencatat jenis ,derajat, dan lokasi nyeri selain respon
pasien terhadap preparat analgetik
g) Memberikan kepada pasien preparat antiematik untuk mengurangi
nausea dan vomitus jika diperlukan
h) Menyediakan keperluan sitz bath atau kompres hangat untuk lesi lokal
i) Menjaga kenhangatan tubuh pasien
j) Memberikan dukungan emosional , jelaskan secara detail semua yang
akan dikerjakankepada pasien dan keluarganya

J. Komplementer pada Infeksi pasca melahirkan


1. Penggunaan Daun sirih pada Luka Perineum Pasca Melahirkan
Infeksi Pasca Melahirkan merupakan morbiditas dan mortalitas bagi
ibu pasca bersalin. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Masa nifas dapat terjadi
infeksi khususnya infeksi pada perlukaan jalan lahir. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh daun sirih terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas. Metode Penelitian dengan quasi experiment
rancangan posttes with control group, kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol yang menggunakan betadin. Sampel penelitian yaitu ibu nifas
dengan luka perinium. Teknik pengambilan sampel dengan metode cluster
sampling pada 6 BPM. Analis data univariat dan bivariat menggunakan uji
chi square. Hasil penelitian menunjukkan kelompok perlakuan yang
menggunakan daun sirih 22 (73,3%) luka perineum kering dalam 7 hari,

32
sedangkan 8 (26,7%) luka perinium masih basah. Kelompok kontrol yang
menggunakan betadin 12 (40%) luka perinium kering dalam waktu 7 hari,
sedangkan 18 (60%) luka perinium masih basah. uji chi square p 0,009 dan
OR 4,12. Simpulan penelitian ada pengaruh penggunaan daun sirih dalam
penyembuhan luka perinium dan 4,12 kali lebih efektif dibandingkan
penggunaan betadin.(Kurniarum & Kurniawati, 2015)

Perawatan luka perineum merupakan salah satu cara untuk mencegah


terjadinya infeksi perlukaan jalan lahir. Perawatan perineum terdiri dari 3
teknik, yaitu teknik dengan memakai antiseptik, tanpa antiseptik dan cara
tradisional, salah satunya menggunakan air rebusan daun sirih tersebut untuk
membasuh agar luka perineum cepat sembuh dan bau darah yang keluar
tidak amis. (Kurniarum & Kurniawati, 2015)

Daun sirih mengandung saponin yang memacu pembentukan kolagen,


yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka
(Suratman et al., 1996 dalam Celly, 2010). Chavicol adalah salah satu
komponen yang terkandung dalam daun sirih yang dapat berfungsi sebagai
antiseptik. Kandungan daun sirih hijau adalah minyak atsiri yang mengandung
antara lain chavicol dan chavibetol, yaitu senyawa yang mempunyai khasiat
antiseptik. Khasiat antiseptik itu diduga erat berkaitan dengan pemakaiannya
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada luka (Arifin, 2008 dalam
Celly, 2010 Luka/robekan perineum adalah luka pada daerah perineum yang
disebabkan oleh tindakan episiotomi. Dapat juga terjadi secara alami karena
pada saat proses persalinan(Kurniarum & Kurniawati, 2015)
Hasil penelitian mengenai kesembuhan atas luka perineum diketahui
bahwa sebanyak 26 orang (43,3%) luka perineumnya masih basah
sedangkan 34 orang (56,7%) sudah kering dalam jangka waktu 7 hari post
partum. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa kesembuhan luka perineum pada
ibu post partum dapat sembuh sempurna dalam jangka waktu 7 hari.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesembuhan luka

33
perineum pada responden yang menggunakan daun sirih cenderung lebih
cepat dibandingkan responden yang tidak menggunakan daun sirih, hal ini
dikarenakan kandungan kimia dari daun sirih yang dapat mempercepat
proses penyembuhan luka.(Kurniarum & Kurniawati, 2015)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

34
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24
jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa
terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital
infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang
muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari
tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat
memperburuk keadaan penderita.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat memperbaiki
perbuatan makalah yang akan datang.
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i UNIVERSITAS
FORT DE KOCK Bukittinggi dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan
Infeksi pasca melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniarum, A., & Kurniawati, A. (2015). Kefektifan Penyembuhan Luka Perineum


Pada Ibu Nifas Menggunakan Daun Sirih. 12, 162–167.

Saputra, L., & Lockhart, A. (2012). Masa Nifas Fisiologis dan Patologis (pp. 120–
126).

35
Saydam, S. G. (2012). Waspadai Penyakit Reproduksi (pp. 56–59).

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.pdf (pp. 181–
186).

36

Anda mungkin juga menyukai