Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA


MANAJERIAL RUMAH SAKIT

Diajukan sebagai salah satu tugas individu


Mata kuliah : ……………………………..
Dosen : ………………………………..

Disusun Oleh :

………………………………….
…………………….

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
ARTIKEL
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA
MANAJERIAL RUMAH SAKIT

 Pendahuluan
Isu tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility-CSR) sudah cukup lama muncul di negara-negara maju.
Di Indonesia, isu tersebut baru akhir-akhir ini mengalami perhatian
yang cukup intens dari berbagai kalangan (perusahaan, pemerintah,
akademisi, dan NGOs/LSM). Respons pemerintah terhadap
pentingnya CSR ini misalnya terlihat dari dikeluarkannya Kebijakan
Pemerintah melalui Kepmen. BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang
mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya
untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang
implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN,
SE No. 433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari
Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas (Badaruddin, 2008).
Corporate Social Responsibility didefinisikan sebagai tanggung
jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders)
untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
(triple bottom line). Hal ini yang membuat bergesernya konsep
filantropis (kedermawaan semata) menjadi konsep pemberdayaan
masyarakat.
Etika menentukan standar sejauh mana dalam tingkah laku dan
pengambilan keputusan dianggap baik atau buruk. Tanggung jawab
sosial adalah bentuk kontribusi terhadap kesejahteraan dan
kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri. Etika manajemen
dan tanggung jawab sosial merupakan aspek yang paling penting
dalam melaksankan aktivitas sebuah perusahaan demi terjaminnya
kelangsungan perusahaan. Penerapan etika manajemen dan tanggung
jawab sosial bukan hanya menjadi tanggungan bagi manajer atau

1
pipinan melainkan juga karyawan. Tak hanya itu, partisipasi dari
masyarakat dan pemerintah juga diperlukan dalam lingkup ini.

 Pembahasan
Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara
kebutuhan sebagian dan keseluruhan individu dengan perusahaan,
perusahaan dengan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Kadang-
kadang suatu keputusan etika menimbulkan konflik antara dua pihak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi etika manajemen dalam
mengambil keputusan yaitu hukum, peraturan pemerintah, kode etik
perusahaan, dan tegangan antara standar perorangan dan kebutuhan
perusahaan. Para manajer yang menghadapi jenis pilihan etis yang
sulit, sering memanfaatkan suatu pendekatan normatif yang
berdasarkan norma dan nilai-nilai untuk membimbing  pembuatan
keputusan mereka.
Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk
menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan yang
etis. Empat diantaranya yang relevan bagi para manajer adalah
pendekatan manfaat, pendekatan individualisme,  pendekatan hak-hak
moral, dan pendekatan keadilan.
A. Tanggung jawab sosial Rumah sakit
Tanggung jawab sosial berarti manajemen harus
mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dalam mengambil
keputusan. Tanggung jawab sosial merupakan konsep yang sukar
untuk dipahami, karena orang yang berbeda memiliki keyakinan
yang berbeda mengenai tindakan apa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Yang lebih sulit lagi, tanggung jawab
sosial mencakup sejumlah isu, kebanyakan diantaranya bersifat
ambigu terkait dengan masalah benar atau salah. 
Terdapat dua pandangan terhadap pelaksanaan tanggung
jawab sosial. Pertama, menganggap perusahaan bagian dari
masyarakat, maka harus melakukan tanggung jawab sosial demi

2
kemakmuran masyarakat. Kedua, menganggap perusahaan tidak
perlu menjalankan tanggung jawab sosial karena bertentangan
dengan tujuan ekonomi perusahaan sebab mengurangi laba. 

Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial ada empat strategi :


 Strategi menghindari tanggung jawab sosial karena
mementingkan ekonomi
 Melaksanakan tanggung jawab sosial sebatas yang diisyaratkan
dalam peraturan atau undang-undang
 Melakukan tanggung jawab sosial etika manajemen yang dapat
diterima masyarakat
 Melakukan tanggung jawab sosial secara pro-aktif agar tidak
terjadi gejolak atau dampak sosial yang buruk terhadap
organisasi

Beberapa ahli rumah sakit (RS) sering menganggap bahwa


kewajiban menjalankan fungsi sosial RS yang dimaksud dalam UU
tentang RS (UU 44 tahun 2009, pasal 29 ayat 4) adalah kewajiban
yang sama seperti yang berlaku untuk Badan Usaha Milik Negara
yaitu untuk melakukan program kemitraan dan bina lingkungan
(menurut Kepmen BUMN Nomor 236 tahun 2003) dan seperti
perusahaan pengelola sumber daya alam untuk menjalani
tanggung jawab sosial dan lingkungan (menurut UU nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas).
Menurut UU tentang RS, yang dimaksud dengan fungsi sosial
RS adalah melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin,
pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis,
pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti
sosial bagi misi kemanusiaan. Menilik pengertian ini maka fungsi
sosial RS "hanya" bersifat filantropis atau kedermawaan semata.

3
Sebagai bagian dari masyarakat, keberadaan setiap Rumah
Sakit harus mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya,
khususnya bagi masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya.
Salah satu perwujudan peran sebuah rumah sakit dalam
memberikan manfaat tersebut adalah melalui penyelenggaraan
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/Corporate
Social Responsibility). Pelaksanaan CSR merupakan perwujudan
salah satu misi rumah sakit sebagai bentuk partisipasi dan
kontribusi rumah sakit dalam membangun kesejahteraan
masyarakat maupun pemangku kepentingan lainnya. Berbagai
program CSR yang telah dilakukan oleh sebuah rumah sakit
selama ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Lingkungan Hidup
2) Praktik Ketenagakerjaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja
3) Pengembangan Sosial dan Kemasyarakatan
4) Tanggung Jawab Produk dan Layanan

B. Etika Manajerial Rumah sakit


Salah satu Amanah Undang Nomor 44 tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit Pasal (2) “Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan
Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial”.
Pemikiran diatas menititikkan beratkan pelayanan kesehatan
di rumah sakit harus lah berlandaskan etik, norma, nilai yang hidup
dalam masyarakat, seiring perkembangan zaman fungsi sosial
rumah sakit bergeser kearah bisnis oriented, hal ini disebabkan
biaya rumah sakit yang cukup tinggi untuk pembangunan sarana
dan pra sarana rumah sakit, juga permintaan profesi yang bekerja
yang tidak lagi semata mata pengabdian tetapi sudah meminta
imbalan jasa yang layak.

4
Oleh sebab itu Semua yang terlibat dalam tata kelola
manajemen dan tata laksana organisasi rumah sakit, pemberi
asuhan pelayanan kesehatan, (pengobatan, perawatan,
penunjang, (Pegawai negeri sipil, Non Pegawai negeri sipil,
Peserta didik program dokter spesialis, mahasiswa
magang/praktek) dalam berbuat, bertindak, berkoordinasi harus
taat dan patuh pada nilai nilai dan kebijakan etik-etika yang
ditetapkan oleh pihak rumah sakit.
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, manajer
rumah sakit akan berpikiran lebih luas dibandingkan para klinisi.
Ada suatu tarik ulur antara penanganan klinik dan pelayanan
nonklinik yang harus dipikirkan oleh manajer. Dalam penanganan
klinik, manajer rumah sakit harus memperhatikan pula mengenai
kemampuan pasien, keluhan, atau sumber subsidi bagi yang tidak
mampu membayar. Besarnya biaya proses penyembuhan juga
merupakan hal penting dalam etika pelayanan kesehatan. Dokter
klinik seharusnya juga memikirkan mengenai masalah pembiayaan
pasien. Disamping itu, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi
masalah bangunan yang bersih dan bersifat manusiawi merupakan
bagian penting dari pelayanan untuk pasien. Dapat disimpulkan
bahwa lembaga pelayanan kesehatan tidak hanya memberi
pelayanan klinik, tetapi memberikan pelayanan menyeluruh yang
seharusnya tidak bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
Rumah sakit sebagai organisasi yang memberikan pekerjaan
pada banyak orang harus memikirkan berbagai hal, misalnya
terkait dengan gaji dan kompensasi nonkeuangan, masalah
merekrut dan memberhentikan karyawan, menilai para staf,
memberikan santunan apabila ada musibah yang menimpa
stafnya, memperhatikan masalah keselamatan kerja para staf
terutama yang terpapar langsung atau tidak langsung pada
berbagai risiko, memberlakukan kebijakan tidak merokok untuk
para staf, dan berbagai hal lain. Sebagai bagian dari warga

5
negara, rumah sakit harus memikirkan fungsi untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat dan eksternalitas yang dimilikinya.
Rumah sakit dapat memberikan eksternalitas baik yang
meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Dalam hal ini rumah sakit layak diberi subsidi. Sebaliknya,
rumah sakit dapat memberikan eksternalitas buruk yang dapat
menurunkan status kesehatan masyarakat, misalnya mencemari
lingkungan. Dengan demikian, etika bisnis rumah sakit tidak hanya
terbatas pada mematuhi peraturan hukum, tidak terbatas pada
etika profesional, ataupun pada etika klinik. Etika bisnis rumah
sakit akan dipakai sebagai acuan bagi semua profesional yang
berada di rumah sakit. Dalam hal ini tentunya etika bisnis rumah
sakit tidak akan bertentangan dengan etika profesional yang ada.
Bagi profesi manajer pelayanan kesehatan, etika bisnis rumah
sakit akan menjadi pegangan dalam memutuskan atau menilai
sesuatu hal.
Sebagian etika bisnis rumah sakit berhubungan langsung
dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu: biaya dan mutu pelayanan,
insentif untuk pegawai, kompensasi yang wajar, dan eksternalitas.
Etika bisnis rumah sakit tidak hanya terbatas pada mematuhi
peraturan hukum, tidak terbatas pada etika profesional, ataupun
pada etika klinik. Etika bisnis rumah sakit akan dipakai sebagai
acuan bagi semua profesional yang berada di rumah sakit. Dalam
hal ini tentunya etika bisnis rumah sakit tidak akan bertentangan
dengan etika profesional yang ada. Bagi profesi manajer
pelayanan kesehatan, etika bisnis rumah sakit akan menjadi
pegangan dalam memutuskan atau menilai sesuatu hal.
Berdasarkan buku Weber (2001) sebagian etika bisnis rumah sakit
berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu: biaya
dan mutu pelayanan, insentif untuk pegawai, kompensasi yang
wajar, dan eksternalitas. Secara satu persatu, hal-hal tersebut
akan dibahas.

6
Saat ini sistem pelayanan kesehatan diharapkan
menggunakan prinsip evidence-based medicine. Dalam memilih
terapi atau prosedur diagnosis para dokter diharapkan
menggunakan bukti-bukti yang tepat. Dalam kaitannya dengan
biaya dan etika bisnis rumah sakit maka konsep evidence based
medicine sangat relevan. Menurut Weber (2001) disebutkan
bahwa sebagai aturan umum, pelayanan yang paling murah harus
diberikan sampai ada bukti yang menunjukkan bahwa pelayanan
yang lebih mahal memberikan hasil yang bermakna. Kemudian,
apabila terjadi perbedaan biaya yang semakin besar antara satu
penanganan dan alternatifnya, maka semakin besar kebutuhan
akan bukti manfaatnya. Di samping itu, kebutuhan untuk
memberikan pelayanan bermutu dengan biaya paling rendah tidak
berarti harus merugikan kepentingan dan keselamatan staf rumah
sakit. Dalam hal perawatan pasien yang terkait dengan biaya maka
prinsip yang harus diacu antara lain: pelayanan kesehatan yang
disebut bermutu baik pada suatu tempat adalah yang tepat
berdasarkan kebutuhan pasien akan pelayanan medik dan
biayanya. Pada saat merawat pasien, rumah sakit sebaiknya
mempunyai mekanisme untuk secara rutin mengkaji mutu dan
efektivitas biaya pelayanan para pasien yang menggunakan
sumber biaya besar. Di samping itu, selama dirawat pasien
sebaiknya diberi informasi secara teratur mengenai biaya yang
telah dipergunakan dan pelayanan yang mereka terima. Dalam hal
pemberian subsidi dan sumber dana bagi pasien yang miskin,
etika bisnis rumah sakit harus memperhatikan berbagai hal.
Komitmen rumah sakit untuk memberikan pelayanan bagi
orang miskin (tanpa memperhatikan kemampuan atau sumber
pembiayaannya) tidak berarti masalah biaya merupakan hal yang
tidak penting. Bagi pasien yang disubsidi pun, faktor biaya harus
diperhatikan karena pemberi subsidi tidak berharap bahwa uang
yang disumbangkan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh

7
rumah sakit. Dalam hal ini komitmen rumah sakit untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi kepada
semua orang membutuhkan tindakan untuk mencari sumber
pembiayaan bagi pasien yang tidak mampu dan harus dicari
secara bijaksana. Akan menjadi ironi apabila untuk membiayai
orang miskin, rumah sakit sendiri akan menjadi tidak sehat
keuangannya dan akan bangkrut. Disamping itu, rumah sakit harus
mempunyai dana yang dapat dipakai untuk menanggung risiko jika
ada pasien yang sangat membutuhkan biaya.

 Kesimpulan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien para
manajer sering menghadapi keadaan harus membuat keputusan yang
juga terkait langsung dengan proses pelayanan klinik untuk pasien.
Sebagai contoh, dalam rapat tahunan untuk menyusun anggaran
rumah sakit, para manajer harus memutuskan alat apa yang akan
dibeli. Dalam keputusan ini akan terjadi perbandingan antara cost dan
efek dari pemberian alat. Adalah hal yang sangat tidak etis apabila
pembelian alat atau proyek pembangunan fisik dilakukan tanpa dasar
pertimbangan evaluasi ekonomi cost-effectiveness yang mantap,
bahkan hanya dipakai untuk mendapatkan komisi bagi manajer yang
memutuskan. Keputusan mengenai kondisi pekerjaan dan
perencanaan sumber daya manusia harus dilakukan secara baik.
Dalam hal ini contohnya kasus jumlah dan mutu perawat. Disadari
bahwa selama ini jumlah perawat ternyata kurang. Akibatnya, mutu
pelayanan dapat menurun. Pertanyaan penting adalah sampai
seberapa banyak jumlah perawat yang ideal. Hal ini membutuhkan
keputusan manajemen yang terkait dengan biaya dan hasil perawatan.

 Referensi
https://www.academia.edu/12006424/Manajemen_Rumah_Sakit
http://manajemenrumahsakit.net/

8
https://kebijakankesehatanindonesia.net/23-agenda/611-program-
pengembangan-eksekutif-manajemen-rumah-sakit

Anda mungkin juga menyukai