Disusun Oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah“Asuhan Kebidanan pada
perempuan dan anak dalam kondisi rentan covid terhadap pelayanan maternal ibu
hamil dan ibu bersalin”, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu syarat
kenaikan pangkat.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna
tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya
Sukabumi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Gambaran sebelum Pandemi Covid19.......................................................3
B. Gambaran setelah Pandemi Covid19.........................................................5
C. Permasalahannya.........................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
A. Implementasi atau metode pelayanan ibu hamil dan bersalin.................10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
iii
LEMBAR PENGESAHAN
(…………………………………………….) (………………………………………………)
NIP. NIP.
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengaturan jarak sosial diterapkan untuk menghidari dan memutus rantai penyebaran
COVID-19, dimana hal ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi bertemu secara fisik
dari satu orang ke orang lainnya, agar penyebaran COVID-19 dapat dihentikan, bahkan
dibeberapa negara seperti China, Spanyol, Italia, Malaysia dan masih banyak negara
lainnya menerapkan sistem lock down dengan menutup seluruh akses publik dan
transportasi (Mona, 2020). Maragakis (2020) mengatakan bahwa dalam pengaturan jarak
sosial, setidaknya dibutuhkan jarak sekitar enam kaki atau sekitar 2 meter untuk
berinteraksi dengan orang lain, menggunakan kain penutup wajah/masker, menjaga
kebersihan diri untuk di daerah-daerah yang tingkat penularannya signifikan.
Protokol kesehatan disiapkan untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam
memastikan kelanjutan pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat tetap
terlaksana sebagai upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi selama wabah pandemi
Covid-19. Protokol disusun dengan mengacu pada referensi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi, seperti: Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu
Nifas dan Bayi Baru Lahir selama pandemi COVID-19 (Kemenkes, 2020).
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran sebelum pandemi covid pada dan gambaran setelah
adanya pandemi covid serta permasalahannya
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi/pelayanan di indonesia
3. Untuk mengethaui implementasi/pelayanan
2
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
6. Jadwal kunjungan ANC
Standar kunjungan pelayanan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil
yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2016).
Menurut Padila (2014) setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil perlu melakukan kunjungan
kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama masa kehamilan:
a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 Minggu)
Pada kunjungan ini melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi serta mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).
Pada kunjungan ini pemeriksaannya sama dengan sebelumnya, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (gejala preeklamsi, pemantauan
tekanan darah, evaluasi adanya edema)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36).
Pada pemeriksaan trimester tiga antara minggu 28-36 ini ditambah pemeriksaan
palpasi abdominal untuk mengetahui ada atau tidaknya kehamilan ganda.
Setelah minggu ke 36 di tambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
5
diduga harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit
tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection
Isolation Room (AIIR) pasien harus ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di
mana fasilitas isolasi khusus tersedia.
b. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan
c. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan infeksi
terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
d. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan analisis
riskbenefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi
janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk
pengobatan COVID-19, walaupun antivirus spektrum luas digunakan pada
hewan model MERS sedang dievaluasi untuk aktivitas terhadap SARS-CoV-2
e. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan maternal. Perawatan antenatal lanjutan dilakukan 14 hari setelah
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila
pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk
pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun
tidak ada bukti bahwa gannguan pertumbuhan janin (IUGR) adalah risiko
COVID-19, duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio
plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan.
f. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter
anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin
setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut. Pembahasan dalam rapat tim meliputi: Prioritas utama untuk
perawatan medis pada ibu hamil, lokasi perawatan yang paling tepat (mis. unit
perawatan intensif, ruang isolasi di bangsal penyakit menular atau ruang isolasi
lain yang sesuai), evaluasi kondisi ibu dan janin , perawatan medis dengan terapi
suportif. Standar untuk menstabilkan kondisi ibu Pertimbangan khusus untuk ibu
hamil adalah: Pemeriksaan radiografi harus dengan perlindungan terhadap janin.
6
Frekuensi dan jenis pemantauan detak jantung janin harus dipertimbangkan
secara individual, dengan mempertimbangkan usia kehamilan janin dan kondisi
ibu. Stabilisasi ibu adalah prioritas sebelum persalinan dan apabila ada kelainan
penyerta lain seperti contoh pre-eklampsia berat harus mendapatkan penanganan
yang sesuai. Keputusan untuk melakukan persalinan perlu dipertimbangkan,
kalau persalinan akan lebih membantu efektifitas resusitasi ibu atau karena ada
kondisi janin yang mengharuskan dilakukan persalinan segera. Pemberian
kortikosteroid untuk pematangan paru janin harus dikonsultasikan dan
dikomunikasikan dengan tim dokter yang merawat. Pemberian kortikosteroid
untuk pematangan paru janin harus sesuai indikasi.
g. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
pejalanan keluar ke negara dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas
SARS-CoV-2.
h. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Sejak
memposting SARSCoV-2 urutan genetik virus online pada 10 Januari 2020,
beberapa organisasi berusaha mengembangkan vaksin COVID-19 dengan cepat.
Kita masih menunggu pengembangan cepat vaksin yang aman dan efektif.
2. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor risiko
(termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
anak / PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama.
Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu
hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter.
3. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita
Tuberculosis.
4. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama
dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida.
5. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan dan
tata laksana lebih lanjut.
6. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada ibu dengan PDP
atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
7
7. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari termasuk mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau
tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke fasyankes.
8. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi
COVID-19 .
9. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19 atau dapat
mengikuti kelas ibu secara online.
10. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal
dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda
bahaya.
11. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko atau
penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu tidak
datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk
melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika
diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan
dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B.
12. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan tujuan
utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran
persalinan.
13. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mualmuntah
hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala
hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan
penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri
buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
14. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia
kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan
per 2 jam).
15. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik
8
berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu
tetap bugar dan sehat.
16. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era
Pandemi COVID-19.
17. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk komplikasi
yang diakibatkan kondisi COVID-19.
18. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan,
kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut
berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin,
14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan
pertumbuhan janin (IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga
kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus
MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
19. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter
anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah
masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga
tersebut.
20. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory)
yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan
terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas COVID-19.
C. Permasalahannya
1. Penyebaran yang sangat cepat dan transmisi antar manusia dari COVID-19.
2. Belum adanya pedoman nasional terkait COVID-19 pada ibu hamil.
9
10
BAB III
PEMBAHASAN
a. Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses DAN tidak ada
riwayat kontak erat ATAU tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah
terjadi transmisi lokal, SERTA hasil rapid test negatif (jika mungkin,dilakukan),
dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang WAJIB menggunakan APD level
1
b. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus
DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa
diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
c. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal (sesuai
SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara DITUNDA pada ibu dengan
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode
isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko
tinggi
e. Ibu hamil diminta untuk kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis,
Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC dilakukan
maka ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter :
11
c. Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru
lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru
lahir dan jika terjadi infeksi masa nifas.
d. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK)
pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi
pulang dari fasilitas kesehatan.
e. FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP
atau tidak terkonfirmasi COVID-19:
1. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
2. Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
3. Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
4. Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya pneumonia
12
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Corona virus merupakam keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi
saluran pernapasam atas ringan hingga berat. Seperti Penyakit Flu. Banyak orang
terinfeksi virus ini setidaknya satu kali dalam hidupnya. Prinsip-prinsip manajemen
COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai
standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris
(mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-
2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus,
ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif,
perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.
B. Saran
Bagi Bumil dan Petugas Kesehatan. Tetaplah menjaga kesehatan dan tetap
mematuhi rambu-rambu dari pemerintah dan mengikuti protokol kesehatan yang
sudah ditetapkan dari pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
http://covid19.ntt.go.id.
http://repository.unimus.ac.id
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus. Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020.
Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir Selama
Pandemi Covid-19 Nomor: B-4 (05 April 2020)
Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Kemenkes RI
14