Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah“Asuhan Kebidanan pada


perempuan dan anak dalam kondisi rentan covid terhadap pelayanan maternal ibu hamil dan ibu
bersalin”, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas asuhan Kebidanan pada perempuan dan
anak dalam kondisi rentan Dalam hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Ibu Yustina Ananti,
S.ST.M.Kes selaku ketua prodi 2. Ibu Evy Ernawati,S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu 3. Serta semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diperlukan guna tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya Yogyakarta, 06 Juni 2020 Penulis iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii DAFTAR
ISI ........................................................................................................... iii BAB 1
PENDAHULUAN........................................................................................ A. Latar
Belakang ............................................................................................ 1 B.
Tujuan ......................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORI A.
Gambaran sebelum Pandemi Covid19 ...................................................... 3 B. Gambaran setelah Pandemi
Covid19 ....................................................... 5 C.
Permasalahannya ........................................................................................ 9 BAB III PEMBAHASAN A.
Implementasi atau metode pelayanan ibu hamil dan bersalin di provinsi Nusa Tenggara
Timur................................................................................ 10 BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan ........................................................................................................ 13 B.
Saran................................................................................................................... 13 DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 14 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Akhir bulan Desember tahun 2019 seorang Dokter bernama Li mengidentifikasi munculnya
virus Corona pada seorang pasien yang berobat kepadanya. Li menyampaikan hasil temuannya kepada
Pemerintah Negara China, namun hal tersebut dianggap berita bohong. Dari hal sederhana tersebut,
terjadilah fenomena yang mengakibatkan suatu pandemi baru untuk dunia (Khan & Fahad, 2020). Awal
pandemi terjadi disebabkan dari munculnya virus Corona (2019-nCoV) di kota Wuhan, salah satu kota di
Negara China, dimana individu yang terserang oleh virus Corona mengalami pneumonia atau radang
paru-paru, penumpukan cairan di paru-paru, gangguan pernafasan karena bocornya cairan di paru-paru,
penurunan fungsi organ tubuh, khususnya paru-paru, yang kemudian meninggal (Chen et al., 2020).
Virus Corona menyebar dengan pesatnya secara global dan memberikan dampak langsung kepada 33
negara di berbagai belahan dunia yang terjangkiti virus Corona. Dimana 33 negara yang terjangkiti virus
Corona melaporkan terdapat 78.966 kasus kematian yang disebabkan oleh virus Corona pada awal
tahun 2020 dan angka kematian bertambah sekitar 2.468 kasus kematian setiap harinya karena virus
Corona (Khan & Fahad, 2020). Penularan yang sangat cepat dan kasus yang terus bertambah
menyebabkan WHO memutuskan pada tanggal 11 Maret 2020, sebagai hari Pandemi Corona (Mona,
2020). Salah satu negara yang mengalami dampak akibat virus Corona adalah Indonesia. Awal mula
informasi yang diberitakan oleh media massa, memberitakan ada tiga orang dari Depok ditetapkan
sebagai pasien positif pertama kali di Indonesia (Suminar, 2020). Di Indonesia virus (2019- nCoV) dikenal
dengan istilah COVID-19. Bertambahnya kasus orang-orang yang positif COVID-19 memunculkan rasa
panik bagi masyarakat Indonesia atas COVID-19 dan Pemerintah. Untuk mengurangi rasa panik tersebut,
lembaga kesehatan dunia mengenalkan istilah-istilah yang tidak asing, namun wajib dilakukan oleh
setiap warga negara di seluruh dunia. Istilah-istilah yang dimaksudkan adalah ‘social distancing’ atau
"jarak sosial", ‘physical distancing’, ‘self-quarantine’. Ketiga Istilah tersebut menjadi sangat familiar bagi
masyarakat Indonesia, bahkan orang-orang diseluruh dunia pun mengetahui ketiga istilah dilakukan
untuk menghadapi COVID-19. Salah satu provinsi yang mengalami dampak positif virus corona adalah
Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai update data website gugus tugas percepatan penanganan COVID-
19 provinsi 2 NTT jumlah total saat ini keseluruhan 103 Kasus positif terkonfirmasi 30 diantaranya sudah
dinyatakan sembuh dan meninggal 1 orang. Pengaturan jarak sosial diterapkan untuk menghidari dan
memutus rantai penyebaran COVID-19, dimana hal ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi bertemu
secara fisik dari satu orang ke orang lainnya, agar penyebaran COVID-19 dapat dihentikan, bahkan
dibeberapa negara seperti China, Spanyol, Italia, Malaysia dan masih banyak negara lainnya menerapkan
sistem lock down dengan menutup seluruh akses publik dan transportasi (Mona, 2020). Maragakis
(2020) mengatakan bahwa dalam pengaturan jarak sosial, setidaknya dibutuhkan jarak sekitar enam kaki
atau sekitar 2 meter untuk berinteraksi dengan orang lain, menggunakan kain penutup wajah/masker,
menjaga kebersihan diri untuk di daerah-daerah yang tingkat penularannya signifikan. Protokol
kesehatan disiapkan untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam memastikan kelanjutan pelayanan
kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat tetap terlaksana sebagai upaya penurunan angka kematian ibu
dan bayi selama wabah pandemi Covid-19. Protokol disusun dengan mengacu pada referensi yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi, seperti: Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu
Nifas dan Bayi Baru Lahir selama pandemi COVID-19 (Kemenkes, 2020). B. Tujuan 1. Untuk mengetahui
gambaran sebelum pandemi covid pada dan gambaran setelah adanya pandemi covid serta
permasalahannya 2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi/pelayanan di indonesia 3. Untuk
mengethaui implementasi/pelayanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 3 BAB II TINJAUAN TEORI A.
Gambaran sebelum Pandemi Covid19 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan proses yang
alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat
fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah meminimalkan intervensi.
Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang
bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya (Walyani,2015). Kehamilan merupakan waktu transisi,
yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013). Kehamilan merupakan masa
yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14
minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-
42 minggu (Yuli, 2017). 2. Ibu Hamil Golongan Resiko Tinggi Sukarni dan Wahyu (2013), menulis ada
beberapa golongan ibu hamil yang dikatakan memiliki risiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup
dengan sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Golongan yang dimaksud berisiko tinggi meliputi: a.
Ibu hamil terlalu muda dan terlalu tua (< 16 tahun dan > 35 tahun). b. Ibu baru hamil setelah perkawinan
selama 4 tahun. c. Jarak dengan anak terkecil dengan anak > 10 tahun. d. Jarak kehamilan terlalu dekat
yaitu < 2 tahun. e. Terlalu banyak anak yaitu > 4. f. Tinggi badan terlalu pendek < 145 cm. g. Terlalu
gemuk atau terlalu kurus, ini akan berpengaruh pada gizi keduanya. h. Riwayat persalinan jelek. i.
Riwayat adanya cacat bawaan atau kehamilan masa lalu j. Ibu seorang perokok berat, kecanduan obat
dan memiliki hobi minum-minuman Keras 4 3. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil Menurut Yuli (2017),
Kehamilan merupakan saat terjadinya krisis bila keseimbangan hidup ternggangu. a. Teori krisis. Tahap
syok dan menyangkal, bingung dan preoccupation, tindakan dan belajar dari pengalaman, intervensi
memudahkan kembali keadaan keseimbangan. b. Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu
maupun bapak mengalami syok. 1) Persepsi terhadap peristiwa bervariasi menurut individu. 2)
Dukungan situsional penting untuk memberikan bantuan dan perhatian. 4. Asuhan Antenatal Care (ANC)
Asuhan antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Yulaikhah, 2008). Pelayanan ANC dilakukan oleh
tenaga yang profesional dibidangnya sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari/ digeluti (Yeyeh, 2010).
5. Tujuan Asuhan Antenatal Care (ANC) Menurut Maulana (2008), Status kesehatan dapat diketahui
dengan memeriksakan diri dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, atau
poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Antenatal Care
(ANC) adalah sebagai berikut: a. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian, kesehatan ibu dan
janin pun dapat dipastikan keadaannya. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan
mental ibu. c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan. d. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. e. Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. f. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal. 5
6. Jadwal kunjungan ANC Standar kunjungan pelayanan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil yaitu
paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2016). Menurut Padila (2014)
setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu,
wanita hamil perlu melakukan kunjungan kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama masa
kehamilan: a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 Minggu) Pada kunjungan ini melakukan
tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi serta mendorong
perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya). b. Satu kali kunjungan selama
trimester kedua (antara minggu 14-28). Pada kunjungan ini pemeriksaannya sama dengan sebelumnya,
ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (gejala preeklamsi, pemantauan tekanan darah,
evaluasi adanya edema) c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36). Pada pemeriksaan trimester tiga antara minggu 28-36 ini ditambah pemeriksaan
palpasi abdominal untuk mengetahui ada atau tidaknya kehamilan ganda. Setelah minggu ke 36 di
tambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit. B. Gambaran setelah Pandemi Covid19 1. Antenatal care Prinsip-prinsip manajemen COVID-19
pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen,
hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat
infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin
dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif,
perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis
tim dengan multidisipin. Beberapa rekomendasi saat antenatal care : a. Wanita hamil yang termasuk
pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 harus segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19). Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau 6 diduga
harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak memiliki ruangan isolasi
khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection Isolation Room (AIIR) pasien harus ditransfer secepat
mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia. b. Investigasi laboratorium rutin seperti tes
darah dan urinalisis tetap dilakukan c. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu
dengan infeksi terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi. d. Penggunaan pengobatan di luar
penelitian harus mempertimbangkan analisis riskbenefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi
ibu dan keamanan bagi janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk pengobatan
COVID-19, walaupun antivirus spektrum luas digunakan pada hewan model MERS sedang dievaluasi
untuk aktivitas terhadap SARS-CoV-2 e. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19
pasca perawatan maternal. Perawatan antenatal lanjutan dilakukan 14 hari setelah periode penyakit
akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan
dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut.
Meskipun tidak ada bukti bahwa gannguan pertumbuhan janin (IUGR) adalah risiko COVID-19,
duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus MERS,
sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan. f. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala
memburuk dan diduga / dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika
tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk
perawatan pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan
dengan ibu dan keluarga tersebut. Pembahasan dalam rapat tim meliputi: Prioritas utama untuk
perawatan medis pada ibu hamil, lokasi perawatan yang paling tepat (mis. unit perawatan intensif,
ruang isolasi di bangsal penyakit menular atau ruang isolasi lain yang sesuai), evaluasi kondisi ibu dan
janin , perawatan medis dengan terapi suportif. Standar untuk menstabilkan kondisi ibu Pertimbangan
khusus untuk ibu hamil adalah: Pemeriksaan radiografi harus dengan perlindungan terhadap janin. 7
Frekuensi dan jenis pemantauan detak jantung janin harus dipertimbangkan secara individual, dengan
mempertimbangkan usia kehamilan janin dan kondisi ibu. Stabilisasi ibu adalah prioritas sebelum
persalinan dan apabila ada kelainan penyerta lain seperti contoh pre-eklampsia berat harus
mendapatkan penanganan yang sesuai. Keputusan untuk melakukan persalinan perlu dipertimbangkan,
kalau persalinan akan lebih membantu efektifitas resusitasi ibu atau karena ada kondisi janin yang
mengharuskan dilakukan persalinan segera. Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin
harus dikonsultasikan dan dikomunikasikan dengan tim dokter yang merawat. Pemberian kortikosteroid
untuk pematangan paru janin harus sesuai indikasi. g. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil
sebaiknya tidak melakukan pejalanan keluar ke negara dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam
14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas SARS-CoV-2. h. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin
untuk mencegah COVID-19. Sejak memposting SARSCoV-2 urutan genetik virus online pada 10 Januari
2020, beberapa organisasi berusaha mengembangkan vaksin COVID-19 dengan cepat. Kita masih
menunggu pengembangan cepat vaksin yang aman dan efektif. 2. Pemeriksaan kehamilan pertama kali
dibutuhkan untuk skrining faktor risiko (termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu hamil
datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh
dokter. 3. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita Tuberculosis. 4.
Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan RDT
malaria dan diberikan kelambu berinsektisida. 5. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil
dirujuk untuk pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut. 6. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara
dapat DITUNDA pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi dari
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi. 8 7. Ibu hamil
diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari termasuk mengenali
TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera
memeriksakan diri ke fasyankes. 8. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19 . 9.
Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19 atau dapat mengikuti kelas ibu
secara online. 10. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal
dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda bahaya. 11. Ibu hamil
yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko atau penyulit harus memeriksakan
kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan
melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor
penyulit. Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan dan
tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B. 12. Pemeriksaan
kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan tujuan utama untuk menyiapkan proses
persalinan. Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran persalinan. 13. Ibu hamil harus memeriksa kondisi
dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA),
seperti mualmuntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala
hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit diabetes
mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit
penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. 14. Pastikan
gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitunglah
gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan per 2 jam). 15. Ibu hamil diharapkan senantiasa
menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap
mempraktikan aktivitas fisik 9 berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di
rumah agar ibu tetap bugar dan sehat. 16. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era
Pandemi COVID-19. 17. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk komplikasi yang diakibatkan kondisi
COVID-19. 18. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan,
kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut berakhir. Periode 14
hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal
untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti
bahwa gangguan pertumbuhan janin (IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga kehamilan
dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut
ultrasonografi diperlukan. 19. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan
diduga / dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut: Pembentukan tim
multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia, dokter
kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien
sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut. 20. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan
pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah
dengan penyebaran luas COVID-19. C. Permasalahannya 1. Penyebaran yang sangat cepat dan transmisi
antar manusia dari COVID-19. 2. Belum adanya pedoman nasional terkait COVID-19 pada ibu hamil. 10
BAB III PEMBAHASAN A. Implementasi Atau Metode Pelayanan Ibu Hamil Dan Bersalin Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur 1. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) a. Ibu hamil TANPA demam dan gejala
influenza like illnesses DAN tidak ada riwayat kontak erat ATAU tidak ada riwayat perjalanan dari daerah
yang telah terjadi transmisi lokal, SERTA hasil rapid test negatif (jika mungkin,dilakukan), dapat dilayani
di FKTP oleh bidan/dokter yang WAJIB menggunakan APD level 1 b. Ibu hamil dengan status ODP dapat
dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan
bahwa diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta penanganan selanjutnya
oleh dokter spesialis. c. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal (sesuai
SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara DITUNDA pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi
COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu
dianggap sebagai kasus risiko tinggi d. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO e. Ibu
hamil diminta untuk kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1 direkomendasikan oleh dokter
untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka
setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter : 1)
Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum taksiran persalinan) harus oleh
dokter untuk persiapan persalinan. 2) Kunjungan selebihnya DAPAT dilakukan atas nasihat tenaga
kesehatan dan didahului dengan perjanjian untuk bertemu. 3) Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
11 4) Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil DAPAT menggunakan
aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati teleCTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi
berkelanjutan melalui SMSBunda. 2. Layanan Persalinan: a. Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh
ibu hamil sebelum proses persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia). b. Persalinan dilakukan di tempat
yang memenuhi persyaratan dan telah dipersiapkan dengan baik. c. FKTP memberikan layanan
persalinan tanpa penyulit kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan kasus ODP,
PDP atau terkonfirmasi COVID-19. d. Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk
ke RS rujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK. e. Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD
level-2. f. Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-
19 atau hasil skrining rapid test positif, maka pertolongan persalinan hanya dilakukan dengan
menggunakan APD level3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery chamber. g. Bahan habis pakai
dikelola sebagai sampah medis yang harus dimusnahkan dengan insinerator. h. Alat medis yang telah
dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan disinfetan dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%. i.
Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik dan terkena sinar
matahari. 3. Layanan Paska Bersalin: a. FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode
kontrasepsi jangka panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan konseling
KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paska bersalin. b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID19 pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali
pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian
imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin). 12 c. Ibu dan keluarga mendapat nasihat
dan edukasi tentang perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit
pada bayi baru lahir dan jika terjadi infeksi masa nifas. d. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining
hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi
pulang dari fasilitas kesehatan. e. FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan
PDP atau tidak terkonfirmasi COVID-19: 1. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP) 2. Asuhan neonatal
(sesuai Pedoman) 3. Konseling menyusui (sesuai Pedoman) 4. Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk
tanda bahaya pneumonia 13 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Corona virus merupakam keluarga besar
virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasam atas ringan hingga berat. Seperti Penyakit Flu.
Banyak orang terinfeksi virus ini setidaknya satu kali dalam hidupnya. Prinsip-prinsip manajemen COVID-
19 pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen,
hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat
infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin
dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif,
perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis
tim dengan multidisipin. B. Saran Bagi Bumil dan Petugas Kesehatan. Tetaplah menjaga kesehatan dan
tetap mematuhi rambu-rambu dari pemerintah dan mengikuti protokol kesehatan yang sudah
ditetapkan dari pemerintah 14 DAFTAR PUSTAKA http://covid19.ntt.go.id. http://repository.unimus.ac.id
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus. Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. 2020. Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir
Selama Pandemi Covid-19 Nomor: B-4 (05 April 2020) Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press. Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai