Anda di halaman 1dari 13

TETANUS NEONATORUM

DESAK GEDE SRI BAKTIASIH


 
A. PENGERTIAN

• Tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus  yang


berarti kencang atau tegang.
• Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang
ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani
• Tetanus berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi
menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi
(umum), tetanus local dan tetanus sefalik.
PENGERTIAN MENURUT AHLI
• Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru
lahir dengan tanda klinik yang khas , setelah 2 hari pertama
bayi baru hidup, menangis dan menyusui secara normal,pada
hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan
kesulitan membuka mulut dan menetek disusui dengan kejang-
kenjang(WHO,1989).
• Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi
baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang
yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat
atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin
(racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)

Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh


kuman Clostridium Tetani  memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang
kurang terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria
kasus TN berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang rangsangan, dapat terjadi
sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S, 1995).

Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah


namun dapat berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari
kuman Clostridium tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin
yang dapat menyerang sistem syaraf pusat.
B. PENYEBAB

 Penyebab  clostridium tetani


(Kapitaselekta,2000)
 clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana
kuman tersebut berkembang tanpa adanya
oksigen
 Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari
), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas ku
man tetanus  neonatorum.(Sudarjat S,1995)
Faktor Risiko terjadi Tetanus Neonatorum

• Pemberian imunisasi TT ( Tetanus toksoid)


pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan
program
• Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat
• Perawatan tali pusat tidak memenuhi
persyaratan kesehatan
C. GEJALA KLINIS

• Kejang sampai pada otot pernafasan


• Leher kaku
• Dinding abdomen keras
• Mulut mencucu seperti mulut ikan
• Suhu tubuh dapat meningkat (Deslidel,2011)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium didapati
peninggian leukosit
• Pemeriksaan cairan otak biasanya normal
• Pemeriksaan elektromiogram dapat
memperlihatkan adanya lepas muatan unit
motorik secara terus menerus .(Teddi,2010)
D. PENCEGAHAN

1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih,


yaitu bersih tangan, bersih alas, dan bersih
alat .
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pada ibu hamil
4. Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali
( 2 dosis). 
Tabel dosis perlindungan vaksin TT

Dosis Saat Pemberian % Perlindungan Lama


Perlindungan

TT1 Pada kunjungan pertama atau sedini mungkin 0 Tidak ada


TT2 pada kehamilan Minimal 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun
TT3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama 95 % 5 tahun
TT4 kehamilan berikutnya 99 % 10 tahun
TT5 Minimal setahun setelah TT3 atau selama 99 % selama usia
kehamilan berikutnya subu
Minimal setahun setelah TT4 atau selama
kehamilan berikutnya
 
E. PENANGANAN

1. Mengatasi kejang
2. Pemberian antitoksin
3. Pemberian antibiotika
4. Perawatan Tali pusat
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda
vital
6. Kebutuhan nutrisi dan cairan
7. Penjelasan kepada orang tua dan keluarga
mengenai penyakit
Tindakan segera bila kejang

• Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.
• Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang,
karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang
telah berhenti turunkan lagi).
• Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.
• Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea
dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
• Observasi tanda vital setiap ½ jam .
• Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
• Jika bayi menderita apnea :
• Hisap lendirnya sampai bersih
• O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
• Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus
jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6
x/menit.
• Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan
hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiu pan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai