Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL

Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, Nopember 2011, hlm. 45-94

ETIKA PROFESSI SEBAGAI “LANDASAN” BAGI PRAKTIK


PROFESSI KEPERAWATAN
H.Edi Sukamto 1), 2)
1)Pembantu Direktur III Poltekkes Kemenkes Kaltim, 2)Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kaltim

Kata Kunci : Etika, Professi, Praktik, Perawat

Pendahuluan (Caring), Rela mengabdi, dengan


Pelayanan Keperawatan ada- meletakkan kepentingan pribadi di
lah manifestasi dari praktik bawah kepentingan masyarakat
keperawatan dan merupakan bagian (altruistic), peka (emphaty) dan
integral dari Pelayanan Kesehatan. mengamalkan komitmen moral atau
Untuk pelayanan di Rumah Sakit kesungguhan dalam menjalankan
(RS), Pelayanan ini dianggap etika professi dalam bekerja.
sebagai sentral pelayanan. Hal ini Sebagai suatu professi,
terjadi akibat interaksi yang secara Perawat wajib menerapkan kode
terus menerus antara Perawat dan etik keperawatan yang menjadi
Pasien. Perawat bekerja selama 24 landasan dalam pelayanan kepe-
jam sehari dan 7 hari dalam rawatan yang diberikannya. Menurut
seminggu (Loveridge dan Cuming, Herkutanto (2005), Hal ini,
1996). Menurut Gillies (1994), merupakan keniscayaan. Karena
bahwa 40 persen sampai 60 persen dalam kontrak / transaksi sosial,
tenaga kesehatan yang bekerja di seperti pelayanan perawat kepada
RS adalah tenaga Perawat. Bahkan pasien, sudah menjadi nilai (value),
sumber lain sudah menggambarkan yang harus dimiliki dan dilaksanakan
proporsinya melebihi angka 70 oleh Perawat, dengan memandang
persen. Dengan demikian, berarti bahwa pasien sebagai manusia
Perawat merupakan indeks holistic dengan segenap
terpenting dalam menentukan citra keunikannya harus dijunjung tinggi
baik atau buruk suatu pelayanan di harkat dan martabatnya. Hal ini
RS (Depkes; Rijadi, 1994). Untuk itu, sejalan dengan pendapat Suseno
sosok Perawat yang memiliki (2005), yang menyebutkan bahwa
kompetensi yang memadai dan nilai baik dan buruk yang menjadi inti
berperilaku professional, termasuk dari suatu etika, harus benar-benar
etis dalam bekerja, adalah pilihan dapat dijadikan alas an bagi pemberi
yang tidak bisa ditawar keber- layanan (provider) seperti Perawat,
adaannya. untuk memberikan hak-hak pasien
Perawat yang professional, (Patien’s Right) akan pelayanan
dapat tergambar dalam sosok yang dibutuhkannya.
seorang perawat yang memiliki Mencermati hal di atas, maka
kemampuan intelektual, teknikal dan tidaklah berlebihan, jika kita
interpersonal. Selain itu, Perawat bertanya, Sejauhmana Aplikasi
juga mampu mengimplementasikan Etika Professi Sebagai Landasan
karakter yang disandangnya dan Dalam Pelayanan Keperawatan ?
akan terus dibawanya sepanjang Pertanyaan ini penting, bukan saja
hayat, seperti jiwa kepedulian sebagai pesan moral bagi Perawat,

1
Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, Nopember 2011, hlm.45-94

tetapi juga bisa berlaku bagi seluruh berkemahiran, yang diperoleh


tenaga kesehatan, sebagai otokritik. melalui proses pendidikan dan
Dengan harapan, ini semua tentunya pelatihan yang berkualitas dan
bermuara pada upaya meningkatkan berstandar tinggi, yang dalam
kualitas layanan kepada masya- menerapkan semua keahlian dan
rakat, di samping juga meningkatkan kemahirannya yang tinggi itu, hanya
citra positif bagi pemberi layanan, dapat dikontrol dan dinilai dari dalam
khususnya layanan keperawatan. oleh rekan sejawat, sesama professi
sendiri. Karena itu Kehadiran
Selayang Pandang tentang Etika organisasi professi dengan perang-
dan Professi kat “built-in mechanism” berupa
Menurut Isnanto (2009), Kata kode etik professi dalam hal ini jelas
etik (atau etika) berasal dari kata akan diperlukan untuk menjaga
ethos (bahasa Yunani) yang berarti martabat serta kehormatan
karakter, watak kesusilaan atau professi,dan di sisi lain melindungi
adat. Sebagai suatu subyek, etika masyarakat dari segala bentuk
akan berkaitan dengan konsep yang penyimpangan maupun penyalah-
dimilki oleh individu ataupun gunaan kehlian.
kelompok untuk menilai apakah Adapun Istilah professi, telah
tindakan-tindakan yang telah dimengerti oleh banyak orang,
dikerjakannya itu, buruk atau baik. bahwa suatu hal yang berkaitan
Etika akan memberikan dengan bidang pekerjaan, yang
semacam batasan maupun stan- sangat dipengaruhi oleh pendidikan
dard, yang akan mengatur pergaulan dan keahlian. Tetapi dengan keah-
manusia di dalam kelompok lian saja yang diperoleh dari
sosialnya. Etika ini, kemudian pendidikan kejuruan, juga belum
diwujudkan dalam bentuk aturan cukup disebut professi. Melainkan
(code) tertulis, yang secara perlu penguasaan teori sistematis
sistematik sengaja dibuat ber- yang mendasari pelaksanaan praktik
dasarkan prinsip prinsip moral yang dan hubungan antara teori dan
ada dan pada saat yang dibutuhkan penerapan dalam praktik.
akan bisa difungsikan sebagai alat
untuk menghakimi segala macam Ciri-Ciri Professi
tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense), dinilai Secara umum ada beberapa
menyimpang dari kode etik. Dengan ciri atau sifat yang selalu melekat
demikian, etika adalah refleksi dari pada professi, yaitu :
apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya 1. Adanya pengetahuan khusus,
dibuat dan diterapkan dari dan untuk yang biasanya keahlian dan
kepentingan kelompok social keterampilan ini dimiliki berkat
(professi) itu sendiri. pendidikan, pelatihan dan pe-
ngalaman yang bertahun-tahun.
Selanjutnya, Wignjosoebroto 2. Adanya kaidah dan standar moral
(1999, dalam Isnnato, 2009), yang sangat tinggi. Hal ini
menjelaskan bahwa, karena kelom- biasanya setiap anggota
pok professional “seperti halnya professi mendasarkan
Perawat dan Bidan serta tenaga kegiatannya pada kode etik
kesehatan lainnya”, merupakan professi.
kelompok yang berkeahlian dan

2
Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, Nopember 2011, hlm. 45-94

3. Mengabdi pada kepentingan ma- dalam memberikan layanan, meliputi


syarakat, artinya setiap pelaksana :
professi harus mele-takkan
kepentingan pribadi di bawah 1. Menghormati Otonomi (Auto-
kepentingan masyarakat. nomy)
4. Ada izin khusus untuk menja- Pada kaedah ini, Perawat
lankan suatu professi. Setiap hendaknya menginsafi, bahwa
professi akan selalu berkaitan manusia adalah individu yang
dengan kepentingan masyarakat, memiliki harkat dan martabat,
seperti nilai-nilai kemanusiaan berakal budi (memiliki pikiran
berupa keselamat-an, keaman- rasional) dan mampu memilih apa
an, kelangsungan hidup dan yang menjadi keinginannya.
sebagainya, maka untuk Karena itu, setiap akan
menjalankan suatu profesi ha- memberikan asuhan kepera-
rus terlebih dahulu ada izin watan, termasuk terapi atau
khusus. tindakan apa yang akan diterima
5. Seorang professional biasanya oleh pasien, Perawat wajib
menjadi anggota dari suatu mengawalinya dengan membe-
organisasi professi. rikan penjelasan yang memadai
(informed concent), sehingga
Dengan melihat ciri-ciri memberi ruang kepada pasien
umum profesi di atas, kita dapat dan atau keluarganya untuk
menyimpulkan bahwa masyarakat mengambil keputusan.
professional adalah orang-orang
yang memiliki tolok ukur perilaku 2. Adil (Justice)
yang berada di atas rata-rata. Di Pada kaedah ini, Pasien dan atau
satu pihak ada tuntutan dan keluarganya, harus dipandang
tantangan yang sangat berat, tetapi sebagai insan yang memiliki nilai
di lain pihak ada suatu kejelasan tak terhingga, sehingga harus
mengenai pola perilaku yang baik diperlakukan sama, dilayani
dalam rangka kepentingan masya- sesuai dengan yang dibutuh-
rakat. Seandainya semua bidang kannya dan tetap menjamin
kehidupan dan bidang kegiatan netralitas siapapun dan predikat
menerapkan suatu standar pro- apapun yang disandang pasien.
fessional yang tinggi, bisa diha-
rapkan akan tercipta suatu kualitas 3. Manfaat (Beneficence)
masyarakat yang semakin baik.
Pada kaedah ini, Perawat dalam
Kaedah Dasar Etik Dalam Pela- memberikan layanan kepera-
yanan Keperawatan watan, harus selalu berorientasi
pada upaya yang memberi
Menurut Marsetio dan Suseno seluas-luasnya manfaat bagi
(2005), yang mengutip pendapat kepentingan pasien. Bahkan bisa
Tom Beauchamp dan James melewati batas kepentingan
Childress dalam buku Principles of pribadinya (altruistic).
Biomedical Ethics (1979), ada 4
prinsip / kaedah dasar yang harus 4. Tidak Merugikan (Non-
diperhatikan bagi seorang pro- maleficence)
fessional dalam bidang kesehatan

3
Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, Nopember 2011, hlm.45-94

Pada kaedah ini, Perawat dalam melalui forum yang terhormat ini,
memberikan layanan keperawat, maka saya meng-himbau kepada
wajib untuk bekerja secara cepat, kita semua, kiranya memperhatikan
tepat, teliti dan terkoordinasi. Jika dan mengawal penerapan etika
tidak, tentu akan berisiko ter- professi kepe-rawatan dalam pe-
hadap kondisi pasien yang layanan kepe-rawatan, sebagai satu
dilayaninya. Dengan kata lain, kesatuan yang tak terpisahkan dari
Perawat bukan membantu pa- pelayanan kesehatan secara umum.
sien untuk segera pulih, malah Dengan demikian, masya-rakat
menambah penderitaannya. sebagai penerima layanan (care
receiver), dalam sistem la-yanan
Di samping ke-4 kaedah dasar kesehatan secara umum, dapat
etik di atas, Makhfudli (2009), terpenuhi harapannya, yaitu layanan
menambahkan bahwa, yang juga kese-hatan secara merata dan ber-
harus diperhatikan oleh Perawat keadilan, sesuai dengan visi
dalam memberikan layanan Kementerian Kesehatan Republik
keperawatan, di antaranya, kae- Indonesia dan cita-cita luhur bangsa
dah jujur dalam bertindak (vera- Indonesia dalam memberikan dan
city) dan menjaga kerahasiaan memajukan Kesejahteraan Umum,
(confidentiality). Dengan kejujur- seperti yang tercantum dalam
an dan menjaga kerahasiaan pa- Pembukaan Undang-Undang Dasar
sien yang dilayani, Perawat pun 1945.
akan memiliki citra positif dan
bermartabat, sebagai seorang Penutup
professional.
Pada bagian ini, dapatlah disim-
Dalam praktiknya, sering kita pulkan, bahwa sebagai seorang
jumpai penyimpangan dalam Professional, Perawat bukan saja
penerapan prinsip/kaedah dasar etik dituntut, memiliki kompetensi yang
ini dalam pelaksanaan pelayanan memadai, namun juga diharapkan
keperawatan. Walaupun Persatuan dapat mengawal aplikasi etika
Perawat Nasional Indonesia (PPNI), professi sebagai landasan bagi
telah lama menerbitkan dan praktik professi keperawatan,
mensosialisasikan Kode Etik Kepe- sebagai wujud dari komitmen moral,
rawatan Indonesia. Bahkan dalam untuk memberikan layanan terbaik
struktur mata ajar, saat masih di kepada masyarakat.
bangku kuliah pun, juga telah
diberikan pembekalan tentang
pentingnya memahami dan mene-
rapkan Etika Professi Keperawatan Daftar Pustaka
dalam praktik professional.
Menurut asumsi umum, bah- Depkes (1994), Konsep dan Proses
wa walaupun sudah ada standard Keperawatan, Jakarta ; Dirjen
dan regulasi yang mengatur, namun Yanmed
jika tidak diterapkan atau diim- Gillies D.A. (1994), Nursing
plementasikan dengan baik, maka Management A sustem
tetap tidak akan memberi dampak Approach, 3rd edition,
yang berarti, dalam upaya Philadelphia : W.B. Sounders
meningkatkan kualitas pelayanan Company
kepada masyarakat. Untuk itu,

4
Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, Nopember 2011, hlm. 45-94

Herkutanto (2005), Profesionalisme Marsetio, M. (2005), Peran dan


dan Organisasi Profesi Fungsi Komite etik Rumah
Keperawatan, Jakarta : Tidak Sakit, Jakarta : Tidak
dipublikasikan dipublikasikan
Isnanto, R.R. (2009), Buku Ajar Etika Rijadi,S. (1994), Tantangan Industri
Professi, Semarang, F.T. Rumah sakit Indonesia 2020, :
Undip Jurnal Administrasi Rumah
Loveridge,C.C. dan Cuming, S.H. Sakit, 2 (2), 11-18
(1996), Nursing Management Suseno, F.M. (2005), Etika dalam
in the new paradigm, Maryland pelayanan kesehatan, Jakarta
: Aspen Publisher.Inc : Tidak dipublikasikan
Makhfudli (2009), Konsep Dasar
Etika Keperawatan, Surabaya,
FIK Unair

Anda mungkin juga menyukai