Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS (NEC)

DISUSUN OLEH:
EKO YEPPIANTO

131411123029

RACHMAD HANDANI

131411123031

DIMAS SURYA B

131411123033

LULUK ANGGARANI

131411123035

GRANDIS DWI K

131411123037

YAN LARAS M

131411123039

ASTRID DYAH

131411123042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enterokolitis nekrotikans (necrotizing enterocolitis, NEC) merupakan gangguan
abdomen paling serius pada bayi preterm (kurang bulan). Enterokolitis nekrotikans
(necrotizing en- te ro co litis, NEC) merupakan sindrom multifaktorial nekrosis iskemik
intestinal akut dan menjadi salah satu penyebab kegawatan gastrointestinal pada
neonatus. Terdapat inflamasi pada dinding usus, yang dapat berkembang menjadi
nekrosis dan perforasi. Gangguan ini dapat melibatkan bagian usus tertentu (paling sering
ileum terminalis) atau semua bagian usus. (Tom & Avroy, 2009). Kemajuan unit
perawatan neonatus menyebabkan NKB (neonatus kurang bulan) yang mampu bertahan
hidup bertambah, sehingga insiden NEC juga bertambah.( Hunter CJ, Upperman JS,
Ford HR, Camerini V, 2008). Karakteristik NEC terlihat dengan adanya kerusakan pada
saluran intestinal mulai dari adanya injuri sampai nekrosis pada mukosa atau submukosa
terbanyak pada ileum dan colon ascendingusus yang didahului oleh adanya hipoksia.
(Shelley C. Spinger, 2014).
Penyebab NEC belum diketahui secara jelas sampai saat ini, tetapi beberapa hal
yang diduga menjadi penyebab, yaitu respon hipereaktivitas sistem imun, iskemik,
infeksi, pengenalan makanan enteral, kolonisasi mikroflora yang abnormal, ataupun
respon terhadap translokasi mikroflora pada saluran cerna. (Lin PW, Nasr TR, Stoll BJ,
2008). Imaturitas sel epitel intestinal dan mekanisme respons imun traktus
gastrointestinal pada bayi prematur memudahkan terjadinya kerusakan sawar intestinal
dan kolonisasi abnormal mikroflora. Paparan terhadap beragam bakteri nosokomial di
NICU dan ketidakmampuan respon sistem imun terhadap kolonisasi mikroflora abnormal
memudahkan terjadi NEC pada bayi prematur. (Wendelboe AM, Smelser C, Lucero CA,
McDonald LC, 2010)
Beberapa penulis melaporkan angka kejadian lebih banyak pada orang afrika
daripada orang kulit putih ataupun ras hispanik. Insiden NEC adalah 1 per 1000 kelahiran
hidup (5%-10%), dan lebih dari 90% terjadi pada NKB. (Stoll BJ, Hansen NI, Bell EF,
2010) Selama tahun 2009, di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak
(IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) terdapat 31 kasus NEC dari sekitar
737 kelahiran kurang bulan. (Juniarto, Ratno dkk, 2014) Angka kematian akibat NEC
berkisar antara 15%-30%, lebih tinggi pada bayi dengan usia gestasi yang lebih muda,
dan merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di neonatal intensive care unit
(NICU). Angka kematian dapat mencapai 40% pada neonatus yang mengalami NEC
dengan perforasi dan membutuhkan intervensi bedah.1 Neonatus dengan NEC juga lebih
sering mengalami infeksi nosokomial, asupan nutrisi yang tidak adekuat, pertumbuhan

yang lambat, insiden displasia bronkopulmonal dan retinopati prematuritas lebih tinggi,
serta membutuhkan waktu perawatan intensif yang lama. (Leviton A, Damman O,
Engelke S, 2010)
Penanganan sejauh ini yang bisa dilakukan pada bayi dengan NEC adalah
mengamankan jalan nafas, menjaga sirkulasi yang adekuat, menjaga kesimbangan nutrisi
melalui pemasangan nasogastrik, pemberian antibiotik, mengatasi koagulopati, serta
hingga tindakan pembedahan. Penanganan dilakukan sesuai dengan staging NEC.
Penanganan ini telah diketahui guna meningkatan angka harapan hidup neonatus dengan
NEC, itu sendiri. (Tom & Avroy, 2009)
Dari dasar-dasar yang sudah dijelaskan diatas, sehingga kami sebagai perawat &
calon profesional, merasa perlu mengetahui segala hal yang berkaitan dengan NEC
secara lebih mendalam, agar asuhan keperawatan yang kita berikan dapat diberikan
secara cepat dan tepat serta dapat berpengaruh terhadap penyembuhan pasien. Pendidikan
kesehatan dan dukungan psikologis kepada keluarga khususnya orangtua merupakan hal
yang juga penting sebagai salah satu upaya penegakan asuhan keperawatan yang meliputi
biopsikososial dan spiritual.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien anak
dengan Enterokolitis Nekrotikans (NEC).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
2. Mengetahui etiologi dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
3. Mengetahui manifestasi klinik Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
4. Mengetahui patofisiologi dan WOC Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
6. Mengetahui penatalaksanaan dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
7. Mengetahui Komplikasi dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
8. Mengetahui Prognosis dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
9. Mengetahui WOC dari Enterokolitis Nekrotikans (NEC)
10.Mengetahui proses keperawatan pada klien dengan Enterokolitis Nekrotikans
(NEC).

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Bayi Prematur dan sitem Pencernaan Bayi Prematur
a. Klasifikasi Bayi Prematur

No.
Batasan
1. Sangat prematur
2.

Prematur sedang

3.

Prematur borderline

Kriteria
-Usia kehamilan 24-30 minggu
-BB bayi 1000-1500 g
-Usia kehamilan 31-36 minggu
-BB bayi 1501-2000 g
-Usia kehamilan 36-38 minggu
-Berat bayi 2001-2499 g
-Lingkaran kepala 33 cm
-Lingkaran dada 30 cm
-Panjang badan sekitas 45 cm

.
b. Kondisi Sistem Pencernaan pada Bayi Prematur
Kondisi yang terjadi pada bayi prematur adalah ketidakmatangan saluran
pencernaan, khusunya pada konteks motilitas, digesti, perfusi, barrier function, dan
kekebalan tubuh. Ketidakmatangan motilitas dan dan pencernaan ini dapat
menyisakan makanan yang tidak tercerna di lumen usus untuk waktu yang lama dan
membuat jumlah bakteri lebih banyak di usus.
Ketidakmatangan fungsi pertahanan pada usus bayi prematur akan memicu
translokasi bakteri dan meningkatkan resiko NEC. Lapisan musin glikoprotein akan
disekresi oleh sel goblet yang terdiri dari struktural barrier usus, sedangkan igA,
lisosim, fossolipase A2, dan peptida antimikroba (defensin dan katelicidin) adalah
komponen barrier biokimia. Ketidakmatangan sel paneth khususnya sel crypt yang
menghasilkan antimikroba alami dan MD2 (komponen penting dari reseptor
lipopolisakarida) merupakan salah satu faktor resiko mudahnya bakteri masuk
kedalam usus.
Sekretori antibodi igA (sIgA) adalah host yang penting untuk mekanisme
pertahanan, mencegah antigen luminal dan mikroorganisme untuk memasuki mukosa
usus. Pada manusia dewasa, 70%-80% dari semua sel Ig yang diproduksi dalam tubuh
terletak di mukosa tubuh dan sebagian besar sel-sel ini menghasilkan IgA.
Sebaliknya, nenoatus yang kekurangan IgA saat lahir, IgA tidak muncul antara 2 8
minggu setelah melahirkan, namun dapat diimbangi dengan pemberian kolostrum (0,5
10 gr/hr antibodi dalam ASI yang sebanding dengan dengan 2.5gr produksi antibodi
harian pada dewasa).
Dibandingkan dengan bayi cukup bulan, bayi prematur terjadi peningkatan oermeabilitas
mukosa usus. Produksi oksida nitrat yang berlebihan baik secara langsung maupun
melalui derivat nitrogen yang raktif dan perioksinitrat mungkin menekankan cedera
epitel melalui oksidasi membran, induksi apoptosis, dan kerusakan mitokondria.
( Apoptosis = Suatu bentuk kematian sel yang diprogram dalam urutan kejadian yang
mengarah pada penghapusan sel tanpa melepaskan zat berbahaya ke daerah sekitarnya).
Sumber: Maheswari, Akhil., et.al,. 2011. Journal: Neonatal Necrotizing
Enterocolitis. Portland: Dove Press Journal.

Normally Intestinal

Inflammation Intestinal

2.2 Konsep Teori Enterokolitis Nekrotikan (NEC)


2.2.1 Definisi
Adalah penyakit gastrointestinal yang didapat dan paling sering pada bayi baru
lahir, atau suatu peradangan pada usus yang sebagian besar akibat prematuritas dan berat
bayi lahir yang sangat rendah.( Camilia R. Martin, MD, and W. Allan Walker, MD,
2008).
Terdapat inflamasi pada dinding usus, yang dapat berkembang menjadi nekrosis
dan perforasi. Gangguan ini dapat melibatkan bagian usus tertentu (paling sering ileum
terminalis) atau semua bagian usus. Kerusakan pada lapisan sel mukosa dinding usus
sangat besar, Berkurangnya asupan darah ke sel ini menyebabkan kematian sel dalam
jumlah besar, penurunan suplay darah ini menghentikan mukus yang mensekresi mukus
pelindung dan pelumas, dan dinding usus yang tipis dan tidak terlindungi kemudian
diserang oleh enzim proteolitik. Akibatnya, dinding usus semakin bengkak dan rusak,
tidak mampu mensintesis IgM pelindung, dan mukosa dapat ditembus oleh
makromolekul (mis.eksotoksin), yang selanjutnya semakin merusak pertahanan usus.
Bakteri penghasil gas menginvasi daerah yang rusak dan menghasilkan pneumatosis
intestinalis, keadaan adanya udara pada permukaan mukosa dan submukosa usus.Kasus
ini dapat bersifat sporadik atau kadang-kadang terjadi pada epidemik.(Tom & Avroy,
2009)
2.2.2

Pencegahan
Menurut Bhoomika K.Pateland Jigna S.Shah, 2012 beberapa tindakan pencegahan
NEC antara lain :
1. Strategi Feeding dengan pemberian susu ASI dikenal intervensi yang efektif
dalam pencegahan necrotising enterocolitis (NEC). Faktor protektif dalam
ASI mendukung salah satu keuntungan berlipat ganda susu manusia . Lucas
dan Cole dalam sebuah studi prospektif pada 926 bayi prematur mencatat
bahwa 6 hingga 10- kali lebih mungkin terjadi NEC pada bayi dengan

pemberian susu formula dibandingkan pada mereka yang menerima ASI


eksklusif. ASI merupakan nutrien enteral yang paling disarankan karena
memberikan beberapa imunitas pasif (IgA), makrofag, dan lisozim.
2. Pemberian makan oral, ditunda paling tidak 24 sampai 48 jam pada bayi yang
diyakini menderita asfiksia kelahiran dan selama dianggap perlu pada bayi
BBLER dan BBLSR.
3. Asam Lemak polyunsaturated Suplemen. Asam lemak rantai panjang telah
diusulkan untuk memodulasi peradangan dan imunitas. Baru-baru ini Carlson
telah ditampilkan mengurangi insidensi NEC dalam kelompok dilengkapi
dengan fosfolipid telur
2.2.3 Etiologi & Faktor Resiko
Menurut Tom & Avroy, 2009. Patogenesis NEC belum diketahui namun, ada beberapa
faktor resiko yang telah diidentifikasi antara lain :
1. Prematuritas ( merupakan faktor resiko utama)
Lebih dari 90 % kasus NEC terjadi pada bayi prematur, berat badan lahir rendah,
dan telah menjadi faktor resiko utama. Walaupun banyak perbedaan antara bayi
prematur dengan bayi cukup bulan, mekanisme yang bertanggung jawab terhadap
predileksi (kegemaran) NEC pada kondisi NEC masih belum dipahami sepenuhnya.
Penelitian yang dilakukan pada manusia dan hewan telah mengidentifikasi perubahan
dalam komponenkomponen sistem pertahanan usus, motilitas, kolonisasi bakteri,
regulasi aliran darah, dan reaksi inflamasi yang berperan dalam terjadinya kerusakan
pada usus.
2. Hipoksia-Iskemia pada usus
Prenatal :
- PJT, khususnya jika aliran akhir-diastolik pada arteri umbilikalis dan fetalis tidak
ada/ membaik saat antenatal
Postnatal :
- PDA, berkurangnya aliran darah
Studi menunjukkan bahwa bayi baru lahir memiliki penyimpangan respon terhadap
stres sirkulasi, yang menyebabkan penurunan aliran saluran cerna atau resistensi
vaskuler. Dalam respon terhadap hipotensi, bayi baru lahir menunjukkan defek
tekanan-autoregulasi aliran darah, menyebabkan penurunan penyediaan oksigen
saluran cerna dan oksigenasi jaringan. Sebagai tambahan, pada hipoksemia arteri,
sirkulasi saluran cerna bayi baru lahir memiliki respon yang berbeda dari orang
dewasa. Walapun setelah hipoksemia, terjadi vasodilatasi dan peningkatan perfusi
saluran cerna, hipoksemia berat akan menyebabkan vasokonstriksi dan iskemia atau
hipoksia saluran cerna, dimediasi oleh tidak adanya produksi nitrat oksida.
Kebanyakan mediator kimia (nitrat oksida, endotelin, substansi P, norepinefrin, dan
angiotensin) berdampak pada vasomotor, regulasi abnormal menghasilkan penekanan
autoregulasi sirkulasi, mengarah pada iskemia saluran cerna dan nekrosis jaringan.
3. Pemberian Makanan

- Peningkatan yang cepat dalam memberikan makan secara enteral


- Pemberian ASI yang minim
- Formula yang hipertonik
Walaupun hubungan antara makanan enteral dan NEC masih belum dipahami
sepenuhnya, tapi beberapa studi membuktikan pentingnya pemberian Air Susu Ibu
(ASI), yang memang berbeda dengan susu formula, baik dari segi jumlah, komposisi,
dan osmolalitas. ASI mengandung berbagai faktor bioaktif yang mempengaruhi
imunitas, inflamasi, dan proteksi mukosa, termasuk sekresi Immunoglobulin A (IgA),
leukosit, laktoferin, lisozim,musin, sitokin, faktor pertumbuhan, enzim, oligosakarida,
dan asam lemak tak jenuh rantai ganda, yang mana sebagaian besar tidak terkandung
pada susu formula
4. Infeksi
Bakteri di dalam dinding usus dan aliran darah. In Utero, usus janin terus dibasahi
dalam cairan amnion yang steril, diperkaya dengan nutrisi, hormon, dan faktor-faktor
pertumbuhan yang membantu perkembangan dari traktus intestinal. Saat lahir, bayi
akan meninggalkan lingkungan yang steril tersebut. Pemberian ASI pada bayi akan
membentuk kolonisasi beberapa jenis organisme pada minggu pertama kehidupan,
termasuk spesies anaerob seperti Bifidobacteria dan Lactobacill. Dibandingkan
dengan bayi yang dirawat Rumah Sakit, saluran cerna pada bayi yang prematur
memiliki spesies bakteri yang sedikit, dan
bakteri anaerob yang lebih sedikit atau mungkin sama sekali tidak ada. Kolonisasi
oleh bakteri komensal membuat sebuah flora usus yang stabil dan sangat penting bagi
perkembangan struktur intestinal. Bakteri komensal mampu meningkatkan dan
menjaga kesatuan sebagai mukoprotektor dengan menurunkan produksi mukus,
memperkuat Intestinal Tight Junction, memproduksi zat-zat racun yang melawan
bakteri aerobik, dan menurunkan pH intralumen.
Ketidakseimbangan kolonisasi bakteri, dimana terdapat ketidakseimbangan antara
bakteri patogen dan komensal menyebabkan dominasi dan proliferasi patologis yang
dilakukan oleh bakteri patogen. Bukti terakhir menunjukkan bahwa kontaminasi dan
kolonisasi bakteri pada pemberian makanan formula melalui Nasogastric tube (NGT)
pada bayi prematur merupakan predisposisi pada beberapa bayi untuk terjadinya
NEC. Mekanisme spesifik bagaimana inisiasi bakteri dalam kejadian NEC belum
sepenuhnya dimengerti, namun pada kebanyakan kasus ditemukan bahwa dinding sel
bakteri patogen menghasilkan endotoksin, dan beberapa komponen aktif menyerupai
reseptor di epitel usus, dan mengaktivasi mediator inflamasi yang memicu kerusakan
usus. (Tom & Avroy, 2009)
Faktor resiko :
1. Pemberian susu formula
2. Asfiksia (kurang O2)
3. Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
4. Polisitemia) / hiperviskositas

Peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah | sehingga
menibulkan gesekan.
5. Pemasangan kateter umbilical
6.Gastroskisis (hernia)
7. Penyakit jantung bawaan
8. Mielomeningokel. (Penonjolan selaput pelindung tulang belakang melalui cacat pada
selubung tulang dari kolom vertebral. Cacat tulangnya disebut spina bifida.)
Necrolitizing Enterocolitis bisa timbul sebagai kumpulan penyakit atau penyakit dominan
di Unit Rawat Intensif Neonatus. Beberapa kumpulan tampaknya berhubungan dengan
organisme spesifik (misalnya Klebsiella, Escherichia coli, Staphylococcus koagulasenegatif), tetapi sering kuman patogen spesifik tidak diketahui.
2.2.4

Patofisologi
Meskipun etiopatogenesis NEC masih belum jelas, epidemiologi saat ini dan
bukti-bukti pengalaman mengidentifikasi beberapa faktor resiko dan multifaktor yang
mendukung model penyakit. Berikut merupakan mekanisme perjalanan penyakit dari ke
empat faktor yang diyakini sebagai penyebab NEC :
Pertama, Prematur adalah faktor resiko yang paling utama pada NEC.
Ketidakmatangan saluran pencernaan, khusunya pada konteks motilitas, digesti, perfusi,
barrier function, dan kekebalan tubuh adalah faktor predisposisi utama untuk NEC.
Bukti untuk faktor predisposisi genetik untuk NEC sangat sederhana. Bhandari
et.al mencatat dengan mengontrol kovariat pada bayi1 dari 9 bayi kembar dengan NEC,
bahwa faktor genetik bukan merupakan faktor yang menyebabkan NEC. NEC dikaitkan
dengan nukleotida tunggal polimorfisme di interleukin (IL)-4 reseptor (+1902G,
proteksi), IL-18 dan sintesa karbomil fosfat 1 gen (T450N, meningkatkan resiko).
Sebaliknya, NEC tidak terkait dengan sebagian besar polimorfisme nukleotida tunggal
yang telah dikaitkan dengan penyakit chron dan/atau ulserasi colitis.
Kedua, NEC biasanya terjadi pada bayi yang menerima makanan secara enteral.
Meskipun NEC dapat terjadi pada semua neonatus yang tidak pernah menerima makanan
secara enteral, 90%-95% kasus terjadi pada bayi dengan riwayat pemberian makanan
secara enteral yang baru dimulai kembali. Selain resiko cedera osmotik langsung pada
mukosa usus, pemberian makanan juga dapat mebubah splanknik aliran darah dan
meningkatkan resiko cidera iskemik pada area underperfused dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen lokal. Selain itu, ketidakmatangan motilitas dan dan pencernaan dapat
menyisakan makanan yang tidak tercerna di lumen usus untuk waktu yang lama dan
membuat jumlah bakteri lebih banyak di usus.
Bayi yang menerima pemberian susu formula meningkatkan resiko NEC
dibandingkan dengan pemberian ASI. Kandungan formula seluler yang kurang baik yang
larut sebagai faktor imunoproktektif, seperti igA dan berbagai antimikroba alami,
memiliki kecenderungan untuk mengubah kolonisasi bakteri postnatal di usus yang
normal. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemberian susu formula pada hewan
yang baru lahir mungkin langsung menyebabkan inflamasi pada mukosa usus.

Meskipun sebagian besar data dari penelitian fisiologis dan retrospektif, hubungan
langsung antara jenis makanan tertentu dan/atau kecepatan pemberian makanan langsung
pada bayi dengan penyakit NEC belum meyakinkan terbukti. Beberapa studi
observasional menyarankan untuk menunda pengenalan pemberian makanan secara
enteral pada beberapa hari pertama setelah lahir dan menggunakan standar yang sesuai
untuk meningkatkan jumlah pemberian makanan yaitu kurang dari 24mL/kgBB/hr. Hal
ini mungkin terkait dengan resiko yang lebih rendah untuk NEC. National Institute of
Child Health and Development Neonatal Research Network mengatakan kejadian NEC
tertinggi disebabkan karena pemberian makanan enteral yang terlalu dini dan jumlah
pemberian makanan yang terlalu banyak. Beberapa penelitian baru-baru ini dari sistem
multihospital, fulminan NEC ditandai dengan nekrosis usus besar dan progresivitas
kematian dalam kurun waktu 48 jam dikaitkan dengan pemberian makanan lebih dari 20
mL/kg/hr dan/atau peningkatkan fortifier susu manusia dalam 48 jam sebelum
berkembang menjadi NEC.
Cedera mukosa mungkin kejadian awal mula. Epitel usus yang mengalami injury
atau cidera diyakini secara awal terjadinya NEC. Cedera pada mukosa usus menyebabkan
gangguan pertahanan epitel yang memungkinkan translokasi bakteri, yang pada akhirnya
akan memicu respon inflamasi.
Ketiga, Iskemia mungkin berperan penting dalam NEC. Koagulasi nekrosis
biasanya terkait dengan iskemia akan ditemukan dalan pemeriksaan histopatologi pada
NEC. Bayi dengan NEC akan mengalami penurunan sistesis endotel oksida nitrit dan
penurunan produksi oksida nitrat arteriol dapat meningkatkan resiko cidera iskemik yang
lebih tinggi. Meskipun episode hipoksi dan/atau hipotensi yang tidak biasa pada neonatus
prematur, kejadian iskemik jelas hanya merupakan sebagian kecil bayi prematur dengan
NEC dan terjadi di awal periode neonatal dan bukan di minggu ke 2-4 pada postnatal
ketika terjadi NEC. Pada bayi yang cukup bulan, NEC cenderung terjadi pada awal usia
postnatal dibandingkan pada bayi prematur dan jelas terkait dengan faktor-faktor yang
menyebabkan hipoperfusi splanknik/ Banyak bayi cukup bulan dengan NEC mempunyai
riwayat insufisiensi plasenta dan tidak adanya aliran darah diastolik akhir dalam
pembuluh umbilikus dalam rahim, asfiksia perinatal, polisitemia, episode curah jantung
rendah, dan penyakit kongenital jantung,
NEC yang kronis ditandai dengan respon inflamasi yang tidak teratur. Leukosit
akan melakukan infiltrasi yang terdiri dari pengaktivan makrofag dan neutrofil.
Peningkatan ekspresi jaringan TNF dan PAF meningkatkan penyebaran cidera mukosa
yang sedang berlangsung dengan memicu mediator inflamasi termasuk, IL-1, IL-6, IL-8,
IL-10, Il-12, dan IL-18. Aktivasi komplenen dan koagulasi sitokin, oksigen reaktif, dan
oksida nitirat memperkuat terjadinya cedera mukosa. Pada bayi dengan NEC,
peningkatkan ekpresi PAF dan menurunnya tingka PAF asetilhidrolase (enzim yang
menurunkan PAF) dapat menambah efek inflamasi lokal.
Keempat, Bakteri memainkan peranan penting dalam patogenesis NEC. NEC
hanya terjadi setelah kolonisasi bakteri pada saluran gastrointestinal postnatal. Bakteri

mengkatifkan sistem kekebalan tubuh dalam mukosa dan menyebabkan cedera inflamasi.
Produk penghasil bakteri seperti asam lemak rantai pendek (asetat, butirat) juga dapat
langsung merusak pertahanan epitel. NEC biasanya menghasilkan mikroorganisme yang
menyerang bayi prematur yang kritis. Interaksi bakteri dan produk bakteri dengan usus
yang belum matang cenderung meningkatkan penekanan yang lebih besar dalam
patogenesis NEC.
Ketidakmatangan fungsi pertahanan pada usus akan memicu translokasi bakteri
dan meningkatkan resiko NEC. Lapisan musin glikoprotein akan disekresi oleh sel goblet
yang terdiri dari struktural barrier usus, sedangkan igA, lisosim, fossolipase A2, dan
peptida antimikroba (defensin dan katelicidin) adalah komponen barrier biokimia.
Ketidakmatangan sel paneth khususnya sel crypt yang menghasilkan antimikroba alami
dan MD2 (komponen penting dari reseptor lipopolisakarida) merupakan salah satu faktor
resiko NEC. NEC akut yang memiliki jumlah sel paneth yang rendah menunjukkan
kelemahan reaktivitas imun atau ketidaklengkapan lisosim/
Sekretori antibodi igA (sIgA) adalah host yang penting untuk mekanisme
pertahanan, mencegah antigen luminal dan mikroorganisme untuk memasuki mukosa
usus. Pada manusia dewasa, 70%-80% dari semua sel Ig yang diproduksi dalam tubuh
terletak di mukosa tubuh dan sebagian besar sel-sel ini menghasilkan IgA. Sebaliknya,
nenoatus yang kekurangan IgA saat lahir dan yang sIgA tidak muncul antara 2 8
minggu setelah melahirkan dapat diimbangi dengan pemberian kolostrum (0,5 10 gr/hr
antibodi dalam ASI sebanding dengan dengan 2.5gr produksi antibodi harian pada
dewasa). Dibandingkan dengan bayi cukup bulan, bayi prematur terjadi peningkatan
oermeabilitas mukosa usus dan meningkatkan resiko terjadi NEC. Produksi oksida nitrat
yang berlebihan baik secara langsung maupun melalui derivat nitrogen yang raktif dan
perioksinitrat mungkin menekankan cedera epitel melalui oksidasi membran, induksi
apoptosis, dan kerusakan mitokondria.
Sumber: Maheswari, Akhil., et.al,. 2011. Journal: Neonatal Necrotizing Enterocolitis.
Portland: Dove Press Journal.
Secara ringkas berikut patofisiology NEC dalam bentuk bagan :

Keterangan : Apoptosis = Suatu bentuk kematian sel yang diprogram dalam urutan
kejadian yang mengarah pada penghapusan sel tanpa melepaskan zat berbahaya ke
daerah sekitarnya
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Tom & Avroy, 2009. Berikut beberapa gambaran klinis dari NEC :
Onset dalam usia 1-2 minggu namun dapat sampai usia beberapa minggu, dengan:
- Aspirat/muntah biliosa
- Intoleransi makanan
- Tinja berdarah
- Distensi dan nyeri abdomen yang mungkin dapat berlanjut menjadi perforasi
- Gambaran sepsis:
a. Instabilitas suhu
b. Ikterus
c. apnea dan bradikardia
d. letargi
e. hipoperfusi, syok
- Tanda-tanda klinis peritonitis/perforasi
a. Nyeri abdomen
b. Tahanan
c. Dinding abdomen yang keras dan pucat

d. Edema dinding abdomen


e.Suara usus yang menghilang
f. Massa abdomen
Sedangkan menurut Gomela, dikutip dari Bhoomika K. Pateland & Jigna S.Shah, 2012
manifestasi klinis dari NEC dapat dikategorikan sesuai dengan kriteria Bells, yaitu:
Stadium 1 (suspek NEC)
a. Kelainan sistemik : Tandanya tidak spesifik, termasuk apneu, bradikardia, letargi dan
suhu tidak stabil.
b. Kelainan abdominal : Termasuk intoleransi makanan, rekuren residual lambung, dan
distensi abdominal.
c. Kelainan radiologik : Gambaran radiologi bisa normal atau tidak spesifik.
2. Stadium 2 (terbukti NEC)
a. Kelainan sistemik : Seperti stadium 1 ditambah dengan nyeri tekan abdominal dan
trombositopenia<.
b. Kelainan abdominal : Distensi abdominal yang menetap, nyeri tekan, edema dinding
usus, bising usus hilang dan perdarahan per rektal.
c. Kelainan radiologik : Gambaran radiologi yang sering adalah pneumatosis intestinal
dengan atau tanpa udara vena porta atau asites.
3. Stadium 3 (NEC lanjut)
a. Kelainan sistemik : Termasuk asidosis respiratorik dan asidosis metabolik, gagal nafas,
hipotensi, penurunan jumlah urin, neutropenia dan
disseminated(sebar
luas)
intravascular coagulation (DIC).
b. Kelainan abdominal : Distensi abdomen dengan edema, indurasi dan diskolorasi.
c. Kelainan radiologic : Gambaran yang sering dijumpai adalah pneumoperitoneum.
TABEL KRITERIA BELLS
Stadium
IA.
Terduga NEC

IB.
Terduga NEC

Kelainan sistemik
- Suhu tidak stabil
- Apnu
- Bradikardia

- Suhu tidak stabil


- Apnu
- Bradikardia

- Suhu tidak stabil


- Apnu
NEC definitif - Bradikardia
IIA.

Kelainan abdominal
- Residu lambung
meningkat
- Distensi abdomen
ringan
- Darah samar di
dalam feses
- Residu lambung
meningkat
- Distensi abdomen
ringan
- Darah segar per
rectal
- Residu lambung
meningkat
- Distensi abdomen

Kelainan radiologik
- Normal
- Ileus ringan

- Normal
- Ileus ringan

- Ileus
- Pneumatosis

ringan
-

NEC definitif sedang


IIB.

Suhu tidak stabil


Apnu
Bradikardia
Asidosis metabolik
ringan
- Trombositopenia
ringan

NEC
lanjut, sakit
berat, usus utuh
IIIA.

IIIB.
NEC
sakit
perforasi

lanjut, berat, -

Suhu tidak stabil


Apnu
Bradikardia
Trombositopenia
ringan
Hipotensi
Asidosis respirasi
Asidosis metabolic
Neutropenia

Suhu tidak stabil


Apnu
Bradikardia
Trombositopenia
ringan
- Hipotensi
- Asidosis respirasi
- Asidosis metabolic
Neutropenia

ringan
Darah segar per
rectal
Peristaltik (-)
Nyeri tekan
Residu lambung
meningkat
Distensi abdomen
ringan
Darah segar per
rectal
Peristaltik (-)
Nyeri tekan
Selulitis
Benjolan kuadran
kanan bawah
Residu lambung
meningkat
Distensi abdomen
ringan
Darah segar per
rectal
Peristaltik (-)
Nyeri tekan
Selulitis
Benjolan kuadran
kanan bawah
Peritonitis
Distensi abdomen
Residu lambung
meningkat
Distensi abdomen
ringan
Darah segar per
rectal
Peristaltik (-)
Nyeri tekan
Selulitis
Benjolan kuadran
kanan bawah

intestinal

- Ileus
- Pneumatosis
intestinal
- Udara vena porta
- Asites

- Pneumatosis
intestinal
- Udara vena porta
Asites

- Pneumatosis
intestinal
- Udara vena porta
- Asites
- Pneumoperitoneum

- Peritonitis
Distensi abdomen
Dikutip dari: Lavene MI, Tudehope DI, Sinha S.Essensial Neonatal Medicine.Ed 4
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah lengkap dan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat dengan shift to the left, atau
rendah (leukopenia), trombositopenia sering terlihat. 50 % kasus terbukti NEC, jumlah
platelet < 50.000 uL.
b. Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk
kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
c. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia sering
terjadi.
d. Analisa gas darah
Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan respiratorik mungkin
terlihat.
e. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih lanjut
harus dilakukan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin time
memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah fibrin, merupakan
indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC).
f. C-Reaktif protein
Mungkin tidak meningkat atau pada kasus NEC yang lanjut karena bayi tidak bisa
menghasilkan respon inflamasi yang efektif.
g. Biomarker
Dilakukan untuk mendiagnosis dan memprediksi penyebab NEC seperti gas hydrogen,
mediator inflamasi didalam darah, urin atau feses dan genetic marker, tetapi semua
kerugian membatasi kegunaannya. Penelitian lebih lanjut tentang genomic dan proteomic
marker terus diteliti.
Selain dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis merupakan
pemeriksaan rutin yang sering dilakukan oleh klinisi untuk mendeteksi adanya kelainan.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara polos ataupun dengan media kontras. Pada anak
dengan NEC yang umumnya menunjukkan gejala penyakit akut dan berat, perut
kembung, muntahmuntah, menyerupai gejala ileus, maka tidak dilakukan dengan
kontras, foto polos dan tanpa persiapan.
Foto dilakukan pada posisi Anteroposterior, erek atau semierek dengan diafragma
terlihat, ataupun left lateral dekubitus (LLD). Beberapa klinisi menyukai posisi LLD
karena dapat menunjukkan fenomena anak tangga pada ileus, distensi usus, dan adanya
udara di luar rongga usus.

2. Gambaran Radiografik Dini


Gambaran radiografik dini yang mungkin tampak yaitu hilangnya batas dinding
usus, elongasi usus, serta gas intestinal yang terdisorganisasi, dan atonik. Pengenalan
gambaran tersebut sangat penting sehingga dapat dilakukan pengobatan dini dan
komplikasi NEC dapat dihindari.
3. Gambaran Radiografik Klasik
Adanya Pneumatisasi intestinalis dan gas dalam vena porta merupakan gambaran
radiografik klasik yang dianggap sangat penting dalam diagnosis NEC. Gas dalam
dinding usus bisa berlokalisasi di submukosa akan memberikan gambaran seperti garis
(rel kereta api) pada penampang bujur atau sebagai cincin kembar pada penampang
lintang. Meskipun tanda ini sangat penting, kadangkadang sukar mengenalinya.
Tanda penting lainnya yang harus diperhatikan yaitu gas dalam vena porta.
Gambaran menunjukkan garis lusen bercabang cabang sesuai dengan percabangan vena
porta di daerah hepar. Gambaran tersebut bisa juga muncul pada post kateterisasi vena
umbilikalis.

Gambar : Pneumatisasi Intestinalis


4. Gambaran Radiografik Perforasi (berlubang/bocor)
Adanya gambaran perforasi merupakan indikasi tindakan bedah, oleh karena itu penting
bagi klinisi dan ahli radiologis untuk mengenali dan menemukan tanda dini perforasi.
Gambaran radiografik perforasi yaitu:
1. Gas bebas intraperitoneal

2. Cairan bebas intraperitoneal

3. Gas usus berkurang dengan lingkar asimetrik,

4. Lingkar usus melebar persisten

2.2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan dari segi Keperawatan
1. Penanganan NEC dimulai dengan pencegahan. Sebagai perawat kita memberikan
edukasi kepada ibu untuk menunda pemberian makan oral, paling tidak 24
sampai 48 jam pada bayi yang diyakini menderita asfiksia kelahiran dan selama
dianggap perlu pada bayi BBLER dan BBLSR. pemberian ASI merupakan nutrien
enteral yang paling utama, karena memberikan beberapa imunitas pasif (IgA),
makrofag, dan lisozim.
2. Perawat menyarankan untuk menunda pengenalan pemberian makanan secara
enteral pada beberapa hari pertama setelah lahir dan menggunakan standar yang

sesuai untuk meningkatkan jumlah pemberian makanan yaitu kurang dari


24mL/kgBB/hr
3. Tanggung jawab keperawatan dimulai dengan pengenalan awal. Perawat
merupakan faktor kunci pada pengenalan dini tanda peringatan awal NEC
Memantau Tanda & Gejalanya :
a. Tanda Klinis Nonspesifik :
- Letargia,Nafsu makan jelek, Hipotensi, Muntah, Apnea, Peningkatan haluaran
urin, Suhu tidak stabil ,Jaundice
b. Tanda Spesifik
-Abdomen Distensi (sering mengilap), Darah dalam tinja atau isi lambung,
Retensi Lambung, Eritema atau indurasi dinding perut lokal( proses menjadi
keras), Muntah bilious (muntah warna hijau, tanda ileus, obstruksi distal dari
insersi common bile duct ke duodenum)
4. Bila pasien dicurigai mengalami penyakit ini, perawat membantu prosedur
diagnostik dan mengimplementasikan program terapeutik. Tanda vital, termasuk
tekanan darah dipantau mengenai adanya perubahan yang mungkin merupakan
petunjuk adanya perforasi usus, septikemia, atau syok kardiovaskular, dan upaya
dilakukan untuk mencegah kemungkinan penularan ke bayi lain.
5. Terutama penting untuk menghindari pengukuran suhu rektal karena tingginya
bahaya perforasi.
6. Untuk menghindari tekanan pada abdomen yang distensi dan memfasilitasi
observasi terus-menerus, bayi sering dibiarkan tanpa popok dan dilentangkan atau
miring.
7. Karena NEC adalah penyakit menular, salah satu fungsi keperawatan yang paling
penting adalah mengontrol infeksi. Cuci tangan ketat adalah pelindung primer
terhadap penyebaran dan kasus multiple yang telah tegak harus diisolasi, Individu
dengan gejala ganguan gastrointestinal tidak boleh memberikan asuhan bayi ini
atau yang lainnya.
8. Observasi adanya indikasi perkembangan awal NEC dengan memeriksa abdomen
sesering mungkin untuk adanya distensi ( mengukur lingkar perut, mngukur
residu lambung sebelum makan, dan mendengarkan suara usus) dan melakukan
semua pengkajian rutin untuk bayi resiko tinggi.
9. Tindakan kolaboratif : Mengamankan jalan napas dan pernapasan
Tujuan : Mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat, Distensi
abdomen dapat membahayakan pernapasan.
10. Tindakan Kolaboratif : Mengamankan sirkulasi pasien (pemasangan infus)
Tujuan : Mengatasi bila terjadi hippoperfusi/syok Hipolovemik
(Sumber : Wong,L Donna, 2008). .
B. Penatalaksanaan dari segi Medis
Menurut Kitterman, J. 2006. Prinsip dasar penatalaksanaan NEC yaitu merencanakan
asuhan keperawatan pada akut abdomen dengan ancaman terjadi peritonitis septik.
Tujuannya adalah untuk mencegah perburukan penyakit, perforasi intestinal, dan syok.

Jika NEC terjadi pada kelompok epidemis, para penderita perlu dipertimbangkan untuk
isolasi.

1. Pengelolaan Dasar
a. Pasien dipuasakan untuk mengistirahatkan saluran cerna selama 7-14 hari (pada NEC
stadium 1 waktunya lebih singkat). Pemenuhan kebutuhan nutrisi dasar melalui
parenteral total.
b. Lakukan dekompresi lambung dengan replogle orogastric tube atau lakukan suction
berkelanjutan.
c. Lakukan monitoring ketat pada vital sign dan kondisi abdomen.
d. Lakukan monitoring perdarahan saluran cerna. Periksa semua cairan aspirasi lambung
dan feses, apakah ada perdarahan.
e. Perbaikan kondisi respiratorik sesuai yang dibutuhkan untuk memelihara parameter gas
darah yang dapat diterima.
f. Perbaikan kondisi sirkulasi. Penggantian cairan mungkin dibutuhkan pada keadaan
yang mengarah kepada syok. Penggunaan inotropik mungkin dibutuhkan untuk menjaga
tekanan darah dalam batas normal.
g. Lakukan monitoring ketat terhadap intake dan output cairan. Usahakan untuk
mempertahankan produksi urin 1-3 mL/KgBB/jam. Hentikan pemberian kalium pada
infus jika pasien dalam keadaan hiperkalemia atau anuria.
h. Lepas pemasangan kateterisasi pada arteri dan vena umbilikal dan ganti dengan
kateterisasi arteri dan vena perifer, tergantung pada keparahan penyakit.
i. Lakukan monitoring hasil pemeriksaan laboratorium, Periksa hitung sel darah lengkap
dan elektrolit tiap 12-24 jam hingga stabil. Lakukan kultur darah dan urin sebelum
memulai pemberian antibiotik.
j. Berikan antibiotik. Berikan antibiotik parenteral selama 10 hari. Mulai dengan
pemberian Ampicillin dan Gentamicin (atau Ceftriaxone). Pertimbangkan pemberian
Vancomycin (sebagai pengganti Ampicillin) pada keadaan penyakit sentral atau curiga
infeksi stafilokokus. Tambahkan Metronidazole atau Clindamycin untuk meng-cover
kuman anaerob, jika curiga terjadi peritonitis atau perforasi usus. Penelitian terbaru tidak
menganjurkan ataupun menolak penggunaan laktoferin sebagai adjuvant terapi antibiotik.
k. Lakukan monitoring adanya DIC. Bayi pada NEC stadium II dan III dapat mengalami
DIC dan membutuhkan fresh-frozen plasma dan cryoprecipitate. Transfusi PRC dan
trombosit mungkin juga dibutuhkan.
l. Pemeriksaan radiografik. Abdominal flat plate dengan posisi lateral dekubitus pada
pemeriksaan cross-table lateral tiap 6-8 jam pada stadium akut untuk medeteksi perforasi
usus.
m. Konsul bedah pada NEC ( stadium II dan III)
2. Pengelolaan Berdasarkan Derajat Klinis
a. Stadium I

Puasa dan pemberian minum dapat diberikan setelah 3 hari perbaikan. Antibotik
spektrum luas selama 3 hari dan selanjutnya sesuai hasil kultur.
b. Stadium IIA dan IIB
-Puasa selama 2 minggu.
-Pemberian minum dapat dimulai setelah 7-10 hari puasa jika pada pemeriksaan radiologi
tidak tampak pneumatosis. Nutrisi parenteral 90-110 kal/kgBB/hari.
-Pemberian oksigen.
-Pemberian antibotik spektrum luas selama7-10 hari.
-Natrium bikarbonat 2 meq/kgBB jika terjadi asidosis metabolik.
-Dopamin dengan dosis rendah untuk memperbaiki sirkulasi darah usus.
c. Stadium IIIA dan IIIB
Pengobatan stadium II
Ventilasi mekanik jika dibutuhkan. Jika terdapat syok, segera atasi dengan pemberian
cairan.
Pemberian plasma segar dan dopamin untuk mempertahankan tekanan darah.
3. Tatalaksana Bedah
Pneumoperitonium merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan intervensi bedah.
Indikasi relatif pembedahan yaitu gas vena portal, selulitis dinding abdomen, dilatasi
segmen intestinal yang menetap dilihat dari radiografi (sentinel loop), massa abdomen
yang nyeri dan perubahan kondisi klinis yang refrakter terhadap tatalaksana medis.
Secara ringkas menurut Lissauer Tom & Fannaroff A.Avroy. 2009, Penatalaksanaan NEC
sebagai berikut :
Penanganan
1.Mengamankan jalan napas dan
Pernapasan
2.Sirkulasi
-membuat akses vaskular
-memberikan
cairan
pengganti
Intravaskular (salin, darah plasma beku
segar)
3.Memasang selang naso-/orogastrik yang
berdiameter besar
-NPO (tidak ada yang lewat Mulut)- mulai
nutrisi parenteral
-Antibiotik spektrum luas

Alasan/tujuan
1.-Mempertahankan oksigenasi dan
-Ventilasi yang adekuat
-Distensi abdomen dapat
-Membahayakan pernapasan
2. Infus cairan
-Mengatasi hippoperfusi/syok Hipolovemik

3.Memperbaiki perfusi organ dan jaringan


-Dekompresi usus, mengistirahtkan usus
-Mendukung kebutuhan nutrisi untuk
Pertumbuhan
-Mencakup organisme Gram-positif,
negatif, dan anaerob
4.Atasi koagulopati (plasma beku Segar, 4.Enterokolitis
nekrotikans
dapat
trombosit, kriopresipitat)
memburuk dengan sangat cepat
-Pantau secara teratur-dengan pemeriksaan

klinis, radiografis, dan laboratorium


5. Pembedahan
5. Indikasi-perforasi usus atau kegagalan
Pilihannya adalah:
untuk sembuh dengan terapi medis
-drainase peritoneal di tempat tidur
-laporotomi-reseksi usus yang tidak viabel
dan membuat anastomosis atau ileostomi,
atau kolostomi
2.2.8 Komplikasi
Menurut Springer SC et al2011 dan Aguayo P, Fraser JD, Sharp S, et al; 2009 beberapa
komplikasi dan prognosis bisa terjadi pada NEC antara lain :
1.Perforasi.
2.Acquired sindrom usus pendek (setelah operasi).
3.Komplikasi-stoma terkait.
4. DIC.
5.Sepsis dan shock.
6. Prolaps, nekrosis)..
7.Striktur usus (~ 30%).
8.Fistula Enterocolic.
9.Pembentukan abses.
10.Berulang necrotising enterocolitis (NEC) (jarang)
11. Komplikasi NEC post operatif lain yaitu short-bowel syndrome (malabsorbsi, gagal
tumbuh, malnutrisi), komplikasi yang berhubungan dengan kateter vena sentral (sepsis,
trombosis), dan cholestatic jaundice.
11.Komplikasi iatrogenik - misalnya peristiwa vena sentral yang berhubungan dengan
kateter trombotik dan infeksi nosokomial, komplikasi metabolik sekunder hiperalimentasi
berkepanjangan (campuran nutrisi yang diberikan kepada bayi prematur sebelum
memberikan susu).
2.2.9 Prognosis
Menurut Wong,L Donna, 2008, dengan pengenalan dan penanganan awal, penatalaksaan
medis semakin berhasil. Bila terjadi deteriorasi progresif dengan penatalaksanaan medis
atau tanda perforasi, dilakukan reseksi bedah dan anastomosis. Keterlibatan ekstensif
memerlukan ileostomi, jejunostomi, atau kolostomi. Sekuele pada bayi yang selamat
meliputi sindrom usus pendek, striktur kolon dengan obstruksi, malarbsorbsi lemak, dan
gagal tumbuh kembang akibat disfungsi ususpenelitian yang dilakukan. Sumber lain
menyatakan melalui jurnal Springer SC et al2011 dan Aguayo P, Fraser JD, Sharp S, et al;
2009, Tingkat kelangsungan hidup pasien dengan NEC secara keseluruhan adalah 75%
tetapi angka kematian bervariasi sesuai dengan berat lahir (10-44% pada bayi kurang dari
1.500 g, 0-20% pada bayi lebih dari 2.500 g), selain itu Manajemen medis gagal pada
sekitar 20-40% pasien dengan pneumatosis intestinal saat didiagnosis, 10-30%nya
meninggal dunia.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah sebuah proses yang terdiri dari lima tahap yaitu;
pengkajian, analisa data atau perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental dan lingkungan. Hal yang perlu dikaji pada penderita NEC adalah :
a. Identitas pasien yang meliputi ; nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab yang meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
c. Keluhan utama
Pasien dengan NEC biasanya orang tua mengeluh bayinya rewel hal ini menujukkan
adanya distensi abdomen
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang penyakit yang sedang dialami mencakup:

a) Provocatif/Paliatif : Pada pasien NEC biasanya keaadaan akan memburuk jika diberi
makan.
b) Qualitas/Quantitas : Kualitas keluhan pasien NEC tergantung pada tingkat keparahan
NEC.
c) Region/radiasi : Pasien NEC akan merasakan keluhan di daerah perut.
d) Skala : Pasien EKN terutama pasien bayi biasanya akan mudah rewel.
e) Timing : Biasanya keluhan dirasakan dalam waktu bertahap.
2) Riwayat kesehatan yang lalu.
Pasien dengan EKN biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan pencernaan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit menular ataupun
penyakit keturunan .
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Menjelaskan tentang bagaimana, keadaan ibu pasien selama hamil, kemana ibu pasien
memeriksakan kehamilan, apakah mendapat suntikan TT dan tablet Fe.
2) Natal
Menjelaskan saat ibu persalinan, jenis persalinan, siapa yang menolong, dan dimana
tempat persalinan. Bagaimana letak bayi waktu lahir dan keadaan bayi saat lahir
(APGAR SKORE). Berat badan dan panjang badan dan terdapat kelainan atau tidak.
3) Post natal
Menjelaskan apa yang diberikan ibu pasien saat pasien masih bayi, apakah pasien diberi
ASI atau tidak, berapa bulan pasien mendapat ASI eksklusif, MPA (Makanan Pengganti
ASI), apa dan siapa yang merawat tali pusat dan hari keberapa tali pusat lepas.
f. Riwayat imunisasi
Menerangkan status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulang
(booster).
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat dilihat dari KMS, dan
pemeriksaan lingkar kepala, TB, BB, LL.
2) Perkembangan
Status perkembangan pasien perlu diteliti secara rinci untuk mengetahui apakah semua
tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan.
h. Pemeriksaan Fisik.
1) Penilaian keadaan umum
Menilai keadaan umum pasien meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran, tandatanda vital dan hal umum yang mencolok. Pada pasien dengan NEC mungkin letargi
dapat menjadi tampilan awal.
2) Pemeriksaan Sistemik.
a) Sistem pernapasan
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya apnea
b) Sistem kardiovaskuler

Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan bradikardi, serta perfusi perifer yang
buruk.
c) Sistem pencernaan
Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus yang
kemungkinan tidak ada, edema di daerah abdomen dan darah di dalam feses.
d) Sistem muskuloskeletal.
Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya perubahan aktifitas, seperti mudah menangis
terutama pada pasien bayi.
e) Sistem integumen
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya eritema pada dinding abdomen
serta suhu badan yang tidak stabil.
f) Sistem neurosensori
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan kondisi letargi.
g) Sistem endokrin
Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan adanya hipoglikemi.
h) Sistem genitourinarius
Pada pasien dengan EKN biasanya tidak ditemukan adanya gangguan dalam sistem ini.
i. Aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien EKN biasanya mengalami
penurunan pola makan), eliminasi (mungkin akan ditemukan darah dalam feses pada
pasien EKN), pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktivitas sebelum dan
selama sakit.
j. Aspek psikologis
Perlu di ketahui dampak hospitalisasi anak terhadap orang tua pasien.
k. Aspek sosial.
Perlu dikaji status pasien dalam keluarga, hubungan pasien dengan lingkungannya yang
akan dipengaruhi oleh aspek psikologis sebagai dampak dari penyakit yang dideritanya.
l. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan Radiografik
Ditemukan adanya dilatasi nonspesifik fokal di usus, penebalan dinding abdomen karena
edema, dan pneumatosis intestinalis (gelembung-gelembung gas kecil di dalam dinding
usus).
2) Pemeriksaan laboratorium
Biasanya akan ditemukan leukopenia (hitung sel darah putih total <6000/mm3),
trombositopenia (hitung trombosit <5000/mm3 sebelum pembedahan) dan asidosis
metabolik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI
1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb
NOC :
Nutritional Status
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Nutritional Status : nutrient Intake

Weight control
Kriteria Hasil :
-Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition management:
Definisi: mengatur diet sesuai kemajuan dietnya sesuai dengan toleransinya
-Kaji suara peristaltik
-Anjurkan pasien Non Per Os (nothing by mouth/NPO) puasa, jika dibutuhkan
-Klem NGT dan monitor toleransinya, jika sesuai
-Monitor kesiapan dan adanya reflek menelan/gag, jika sesuai
-Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan tentang kemajuan diet pasien
Management Cairan :
Definisi:. Peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi karena kadar
cairan yang abnormal
-Monitor kecenderungan BB harian
-Hitung BB popok/diapers
-Pertahankan pencatatan intake dan output secara akurat
-Monitor status hidrasi (missal kelembaban membrane muklosa, denyut nadi yang
adekuat, tekanann darah orthostatic)
-Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan (missal: peningkatan berat jenis,
peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan osmolalitas urin)
-Monitor status hemodinamik, meliputi: tingkat CVP, MAP, dan PCWP, jika ada
-Monitor tanda-tanda vital
-Kaji lokasi dan luas dari edema, jika ada.
-Berikan terapi IV dalam temperature ruangan
Konseling laktasi:
Definisi.: Penggunaan bantuan secara interaktif untuk membantu memelihara proses
menyusui yang baik
-Tentukan pemahaman ibu tentang menyesui
-Didik orang tua untuk membuat keputusan tentang menyusui bayi
-Berikan informasi tentang keuntungunan dan kerugian menyusui
-Benarkam miskonsepsi, informasi yang salah dan ketidak akuratan tentang menyusui
-Tentukan keinginan dan motivasi untuk menyusui
-Berikan dukungan pada keputusan ibu
-Berikan orang tua rekomendasi materi penyuluhan, jika dibutuhkan
-Evaluasi pengertian ibu tentang isyarat bayi lapar (misalnya: rooting, sucking, alertness)
-Tentukan frekuensi menyusui hubungannya dengan kebutuhan bayi
-Demonstrasikan cara melatih menghisapkan, jika sesuai
-Instruksikan teknik relaksasi, termasuk masase payudara

-Tentukan penggunaan pompa payudara yang sesuai


-Kembangkan informasi tentang masalah persediaan yang kurang selama beberapa waktu
2.

Nyeri akut b/d agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)


Definisi :
Perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. atau gambaran adanya kerusakan. Hal ini
dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya dari ringan atau berat.
Batasan karakteristik :
a. Laporan verbal dan nonverbal
b. Laporan pengamatan
c Gangguan tidur (tampak rewel, pergerakan yang sulit )
d.Perubahan respon otonomi pada tonus otot (tampak dari lemah ke kaku)
e.Tingkah laku ekspresif (gelisah, menangis,rewel)
f. Perubahan nafsu makan minum
Faktor yang berhubungan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
NOC Label :
- Kontrol nyeri
- Tungkat nyeri
- Tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil :
1.Pasien menunjukkan rasa nyaman
2.Orangtua mengatakan pasien menunjukkan adanya peningkatan pola istirahat
3.Pasien tidak rewel
NIC :
Pain Management
Intervensi
a.Lakukan pengkajian komprehensif pada bayi
b.Observasi Reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c.Gunakan Komunikasi terapeutik kepada orangtua untuk mengetahui Pengalaman Nyeri
d.Bantu Pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
e.Kurangi factor presipitasi Nyeri
g.Pilih dan lakukan penanganan nyeri(Farmakologik,Nonfarmakologi dan interpersonal),
bila memungkinkan
h.Kaji sumber dan tipe nyeri untuk menentukan intervensi
i.Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
j.Monitor tanda-tanda vital bayi
Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien sepeti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman

Hindari penyinaran langsung dengan mata


Sediakan lingkungan yang tenang
Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
Atur posisi pasien yang membuat nyaman

3. Cemas/anxiety (perasaan gelisah yang tidak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan
yang disertai respon autonom, perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang
dan memungkinksn individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui suatu tindakan)
b/d Kurangnya pengetahuan tentang perubahan dalam status kesehatan anak
NOC :
- Anxiety Control
- Aggression Control
- Coping
- Impulse Control
Kriteria Hasil :
-Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
-Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal
-Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
-Menunjukkan peningkatan konsenrtasi dan akurasi dalam berpikir
-Menunjukkan peningkatan fokus eksternal
NIC :
1. Menurunkan cemas/Anxiety Reduction:
- Kaji tingkat kecemasan orangtua
- Tenangkan orangtua pasien(dengan mengajarkan teknik relaksasi)
- Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada orantua pasien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
- Berusaha memahami keadaan orantua pasien
- Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
- Mendampingi orantua pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
- Dorong orantua pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
- Dengarkan orantua pasien dengan penuh perhatian
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Bantu orantua pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
KASUS SEMU
A.Pengkajian
1.Biodata
Nama
: An. L
Umur
: 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Madura/ Indonesia

a.

b.

c.

d.

e.
f.

Agama
: Islam
Tgl Masuk RS : 27 Februari 2015
Tgl Pengkajian
: 1 Maret 2015
Diagnosa
: NEC
Alamat
: Sampang
2.Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Orangtua mengatakan bayi rewel, anak muntah cairan berwarna hijau, BAB bercampur
darah, perut teraba keras, dan suhu badan mengalami kenaikan (demam)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut ibu pasien keluhan dirasakan pada daerah dada dan perut. Ibu pasien
mengatakan perut pasien teraba keras, Muntah cairan berwarna hijau, kondisi bertambah
jika perut pasien bertambah kembung. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan.
Menurut ibu pasien anaknya mengalami sejak 2 hari sebelum MRS, kemudian ibu klien
memutuskan untuk membawa ke Puskesmas terdekat, kemudian dirujuk ke RS
Dr.Sutomo, kemudian pasien mendapat perawatan di IRD hingga akhirnya harus
mendapat perawatan di ruang NICU . Riwayat Kesahatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya tidak pernah mengalami sesak nafas,
tapi pernah mengalami diare sebelumnya. Menurut ibu pasien sekitar beberapa hari yang
lalu pasien pernah mengalami kejang demam dua kali, dan sekarang suhu tubuh pasien
naik turun.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya ia maupun anggota keluarga yang lain yang
belum pernah sakit seperti yang dialami pasien. Ibu pasien juga mengatakan bahwa ia
maupun anggota keluarga yang lain tidak mempunyai riwayat penyakit menular ataupun
penyakit keturunan.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1.Prenatal
Ketika hamil ibu pasien rajin memeriksakan kehamilan setiap bulan di Posyandu. Ibu
pasien mengatakan tidak ada kelainan ketika hamil dan tidak mempunyai riwayat
pengobatan rutin. Ibu pasien juga mengatakan bahwa ketika hamil dia sudah diimunisasi
TT 2 kali.
2.Natal
Ketika melahirkan ibu pasien ditolong oleh bidan dirumah bersalin dan jenis
persalinannya spontan/normal, ibu pasien juga mengatakan ketuban pecah di usia 36
minggu
3.Post Natal
Ibu pasien mengatakan bahwa bayi lahir prematur, dengan berat bayinya ketika baru lahir
2 kilogram dengan panjang 43 cm.
Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah mendapat imunisasi
Riwayat Laktasi

Bayi belum jarang sekali memberikan ASI, dan kadang di kombinasi dengan susu
formula.
g. Pengkajian Tumbuh Kembang
1.Pertumbuhan
BB lahir
: 2 kilogram
BB saat sakit : 2,5 kilogram
TB
: 46 cm
LLA
: 12 cm
2.Perkembangan
a.Perkembangan personal sosial
Mengamati tangannya
: F (fail)
Tersenyum spontan
: P (pass)
Membalas senyum
: R (refusal)
Menatap muka
: P (pass)
Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan personal sosial
pasien normal
b.Perkembangan motorik halus
Mengikuti lewat garis tengah : R (refusal)
Mengikuti ke garis tengah
: P (pass)
Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan motorik halus
pasien normal
c. Perkembangan bahasa
Berteriak
: F (fail)
Tertawa
: F (fail)
Bersuara
: P (pass)
Bereaksi terhadap bel
: P (pass)
Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan bahasa pasien
normal
d. Perkembangan motorik kasar
Duduk kepala tegak`
: F (fail)
0
Kepala terangkat 90
: F (fail)
Kepala terangkat 450
: F (fail)
Mengangkat kepala
: P (pass)
Gerakan seimbang
: P (pass)
Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan motorik kasar
pasien normal
h. Pemeriksaan Fisik
a.Penilaian Keadaan Umum
Lemah, CM (Compos Mentis), dengan Pediatric coma scale : E4, V5, M6
b.Pemeriksaan Sistemik
1.Pernafasan
Inspeksi
: bentuk hidung simetris, septum nasal ditengah, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada polip dan tidak ada secret dihidung, terpasang O2 1 liter/menit,
frekuensi pernafasan 62x/menit.
Perkusi
: terdengar bunyi sonor

Auskultasi
: suara nafas ronchi.
Palpasi
: ekspansi simetris
2.Kardiovaskuler
Inspeksi
: konjungtiva pucat (HB=10,3 gr%), tidak ada pembesaran jantung.
Palpasi
: tidak ada pembesaran vena jugularis, terdapat edema, CRF < 2 detik.
Auskultasi
: denyut jantung 160x/menit, Bunyi jantung I terdengar lub pada ICS 5
dan bunyi jantung II terdengar dub pada ICS 2, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
Perkusi
: suara perkusi terdengar pekak.
3.Pencernaan
Inspeksi
: Bibir pasien agak kering, pasien tidak mengalami stomatitis, terdapat
distensi abdomen, terpasang NGT, terkadang pasien muntah bilious, BAB bercampur
darah namun samar.
Auskultasi
: terdengar bising usus 10x/menit.
Palpasi
: lien dan hepar tidak teraba
Perkusi
: suara terdengar timpani pada semua kuadran
4.Musculoskeletal
Inspeksi
: pada ekstremitas kiri pasien terpasang infus KaEn 4B tetesan 20x/menit,
bentuk kepala klien normochepal, ada edema pada ekstremitas, tidak ada fraktur.
Palpasi : reflek patella positif
5.Integumen
Inspeksi
: Rambut klien berwarna hitam, kulit kepala bersih, suhu 37,2 oC.,terkaji
jaundice
Palpasi
: terdapat edema pada ekstremitas
6.Neurosensori
Kesadaran pediatric coma scale : E4, V5, M6(compos mentis)
Pemeriksaan Nervus
a.Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman pasien tidak terkaji karena pasien belum bisa berbicara
b.Nervus II (Optikus)
Fungsi penglihatan pasien tidak terkaji, karena pasien belum bisa berbicara
c.Nervus III, IV, dan VI (Okulomotorius, Thorakalis dan Abdusen)
Pasien dapat mengangkat kelopak mata, refleks pupil baik terhadap cahaya
d.Nervus V (Trigeminus)
Pasien belum dapat mengunyah karena usianya masih bayi
e.Nervus VII (Fasialis)
Pada pasien ketika diobservasi ketika diam tidak ada gerakan abnormal seperti tic facialis
f.Nervus VIII (Austikus)
Fungsi pendengaran tidak terkaji, karena pasien menangis ketika dikaji
g.Nervus IX (Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus)
Uvula terletak ditengah-tengah, menurut ibu pasien reflek muntah pasien baik. Klien
dapat menelan ASI dan PASI dengan baik
h.Nervus XI (Assesorius)
Pasien dapat dapat menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan
i.Nervus XII (Hypoglosus)

Pasien dapat menjulurkan lidah


7.Endokrin
Inspeksi
: Kelenjar tiroid tidak teraba
Palpasi
: tidak ada pembesaran lipatan paha.
8.Genitourinaria
Inspeksi
: normal, tidak terpasang deuer kateter
Palpasi
: tidak terdapat dilatasi kandung kemih
Aktifitas sehari-hari
Jenis
Aktivitas
(ASI dan

Nutrisi
PASI)
Makan:
-Frekuensi
-Porsi
-Jenis makanan
-Nafsu makan
Minum:
-Frekuensi
-Jumlah
- Jenis minuman
Keluhan

Sebelum Sakit

Sesudah Sakit

4 jam sekali
-

6 jam sekali
-

ASI dan PASI


baik

ASI dan PASI (via NGT)


kurang

Tidak ada keluhan

Nafsu makan menurun, muntah


cairan hijau

3-4x/hari
Kuning
Normal

4x/hari
Kuning bercampur darah
Normal

4x/hari
Kuning
Tidak ada keluhan

4x/hari
Kuning
BAB bercampur darah
Tidak teratur

-Gangguan tidur
Keluhan

Malam : 9 jam/hari
Siang : 2 jam/hari
Tidak ada keluhan

Gangguan pola tidur

Personal Hygiene
-Mandi
-Keramas

2x/hari
2x/hari

1x/hari
-

Eliminasi
BAB
- Frekuensi
- Warna
- Konsistensi
BAK
-Frekuensi
-Warna
- Jumlah
Keluhan
Pola istirahat/tidur
-Lamanya tidur

-Gosok gigi
-Gunting kuku
Keluhan
Pola Aktivitas
Keluhan

Tidak ada keluhan


Aktif
Tidak ada keluhan

Lemas
Tidak ada keluhan

i. Aspek Psikologis (Hospitalisasi anak dan orang tua)


Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Ibu membawa anaknya ke RS karena kejang dan demam tinggi, serta muntah cairan
hijau. Ibu mengatakan bahwa dokter telah menceritakan tentang kondisi anaknya.
Walaupun begitu ibu pasien mengatakan bahwa ia dan suaminya tetap merasa cemas dan
bingung dengan keadaan pasien
j.Aspek Sosial
Pasien tinggal bersama orang tuanya dilingkungan dengan tingkat sosial ekonomi
menegah ke bawah.
k.Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin
Trombosit
Leukosit
Albumin
Protein total
Globulin
Hematokrit
l.Terapi
Cefotaxim
Phenobarbital
Kaen 4B
KCL
Paracetamol

Hasil
10,2
150.000
9.110
12,67
530
2,63
32

Satuan
gr%
/mm3
/mm3
g/dl
g/dl
g/dl
%

Nilai Rujukan
L :13,5-18 P:11,5-16,5
150.000-400.000
4000-10.000
3,4-5
6,4-8,2
2,7-3,2
37-47

3x200 mg
2x8 mg
10 cc
30 cc

Analisa Data
Data Fokus
DS:
- pasien nafsu makan menurun
-Ibu pasien mengatakan jika
perut pasien kembung
-ibu pasien mengatakan klien
muntah cairan berwarna hijau
DO:
-Perut pasien tampak kembung

Etiologi
Nekrosis jar. Usus

Perforasi usus

Gagal absorbsi usus

Mual &Muntah

Masalah
Ketidakseimbangan
nutrisi

DS:
- orang tua mengatakan jika
pasien tampak rewel
DO:
-Pasien tampak rewel

Asfiksia

Penurunan aliran darah ke


usus

Nekrosis usus
DS:
Nekrosis usus/perlukaan
- ibu pasien mengatakan jika
pada usus

tinja pasien ada darahnya


Pecah PD
DO:

-Tampak darah pada tinja pasien


Tinja berdarah

Kurangnya pengetahuan

Nyeri akut

Ansietas

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
2. Nyeri akut berhubungan dengan agents cedera
3. Ansietas berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan tentang perubahan dalam status
kesehatan anak
Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb
NOC :
Nutritional Status
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Nutritional Status : nutrient Intake
Weight control
Kriteria Hasil :
-Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
-Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-Tidk ada tanda tanda malnutrisi
-Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition management:
Definisi: mengatur diet sesuai kemajuan dietnya sesuai dengan toleransinya
-Kaji suara peristaltik
-Anjurkan pasien Non Per Os (nothing by mouth/NPO) puasa, jika dibutuhkan
-Klem NGT dan monitor toleransinya, jika sesuai
-Monitor kesiapan dan adanya reflek menelan/gag, jika sesuai
-Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan tentang kemajuan diet pasien
Management Cairan :

Definisi:. Peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi karena kadar


cairan yang abnormal
-Monitor kecenderungan BB harian
-Hitung BB popok/diapers
-Pertahankan pencatatan intake dan output secara akurat
-Monitor status hidrasi (missal kelembaban membrane muklosa, denyut nadi yang
adekuat, tekanann darah orthostatic)
-Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan (missal: peningkatan berat jenis,
peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan osmolalitas urin)
-Monitor status hemodinamik, meliputi: tingkat CVP, MAP, dan PCWP, jika ada
-Monitor tanda-tanda vital
-Kaji lokasi dan luas dari edema, jika ada.
-Berikan terapi IV dalam temperature ruangan
Konseling laktasi:
Definisi.: Penggunaan bantuan secara interaktif untuk membantu memelihara proses
menyusui yang baik
-Tentukan pemahaman ibu tentang menyesui
-Didik orang tua untuk membuat keputusan tentang menyusui bayi
-Verikan informasi tentang keuntungunan dan kerugian menyusui
-Benarkam miskonsepsi, informasi yang salah dan ketidak akuratan tentang menyusui
-Tentukan keinginan dan motivasi untuk menyusui
-Berikan dukungan pada keputusan ibu
-Berikan orang tua rekomendasi materi penyuluhan, jika dibutuhkan
-Evaluasi pengertian ibu tentang isyarat bayi lapar (misalnya: rooting, sucking, alertness)
-Tentukan frekuensi menyusui hubungannya dengan kebutuhan bayi
-Demonstrasikan cara melatih menghisapkan, jika sesuai
-Instruksikan teknik relaksasi, termasuk masase payudara
-Tentukan penggunaan pompa payudara yang sesuai
-Kembangkan informasi tentang masalah persediaan yang kurang selama beberapa waktu
2. Diagnosa Keperawatan :Nyeri akut berhubungan dengan agents cedera
Definisi :
Perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. atau gambaran adanya kerusakan. Hal ini
dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya dari ringan atau berat.
Batasan karakteristik :
a. Laporan verbal dan nonverbal
b. Laporan pengamatan
c Gangguan tidur (tampak rewel, pergerakan yang sulit )
d.Perubahan respon otonomi pada tonus otot (tampak dari lemah ke kaku)
e.Tingkah laku ekspresif (gelisah, menangis,rewel)
f. Perubahan nafsu makan minum
Faktor yang berhubungan
a.Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
NOC Label :

- Kontrol nyeri
- Tungkat nyeri
- Tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil :
1.Pasien menunjukkan rasa nyaman
2.Orangtua mengatakan pasien menunjukkan adanya peningkatan pola istirahat
3.Pasien tidak rewel
NIC :
Pain Management
Intervensi Keperawatan :
a.Lakukan pengkajian komprehensif pada bayi
b.Observasi Reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c.Gunakan Komunikasi terapeutik kepada orangtua untuk mengetahui Pengalaman Nyeri
d.Bantu Pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
e.Kontrol lingkungan (batasi yang masuk diruangan NICU)
f.Kurangi factor presipitasi Nyeri
g.Pilih dan lakukan penanganan nyeri (Farmakologik,Nonfarmakologi dan interpersonal),
bila memungkinkan
h.Kaji sumber dan tipe nyeri untuk menentukan intervensi
i.Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
j.Monitor tanda-tanda vital bayi
Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
a.Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
b.Batasi pengunjung
c.Tentukan hal hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien sepeti pakaian lembab
d.Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
e.Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
f. Hindari penyinaran langsung dengan mata
g.Sediakan lingkungan yang tenang
h. Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
i. Atur posisi pasien yang membuat nyaman
3. Diagnosa Keperawatan :Ansietas berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan
tentang perubahan dalam status kesehatan anak
Definisi: kecemasan yang disebabkan tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
tentang hal yang spesifik.
Batasan karakteristik:
-Mengungkapkan masalah
-Tidak tepat mengikuti perintah
-Tingkah laku yang berlebihan (histeris, apatis, sikap bermusuhan, agitasi, kecemasan)
Faktor yang berhubungan :
-Kurang paparan
-Misintepretasi informasi
-Keterbatasan kognitif
-Kurang keinginan untuk mencari informasi

-Tidak mengenal sumber informasi


NOC :
-Anxiety Control
- Aggression Control
-Coping
-Impulse Control
Kriteria Hasil :
-Tingkat kecemasan berkurang setelah diberikan informasi
-Mengetahui nama penyakit yang diderita anak
-Mendeskripsikan proses penyakit anak
-Mendeskripsikan faktor penyebab penyakit anak
-Mendeskripsikan faktor resiko
-Mendeskripsikan efek penyakit
-Mendeskripsikan tanda dan gejala
-Mendeskripsikan perjalanan penyakit
-Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas penyakit
-Mendeskripsikan komplikasi
-Mendeskripsikan tanda dan gejala darikomplikasi
-Mendeskripsikan tindakan pencegahan untuk komplikasi
NIC:
Menurunkan cemas/Anxiety Reduction:
- Tenangkan orantua pasien
- Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada orantua pasien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
- Berusaha memahami keadaan orantua pasien
- Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
- Mendampingi orangtua pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
- Dorong orantua pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
- Kaji tingkat kecemasan orangtua
- Dengarkan orantua pasien dengan penuh perhatian
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
- Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas
- Ajarkan pasien teknik relaksasi
TEACHING: PENGETAHUAN PROSES PENYAKIT
Definisi : membantu orangtua pasien memahami informasi yang berhubungan dengan
penyakit yang spesifik
Intervensi :
-Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan orangtua pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
-Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaiman hal ini berhubungan dengan
anatomi
dan fisiologi

-Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit


-Gambarkan proses penyakit
-Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
-Sediakan informasi tentang kondisi pasien
-Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
-Sediakan pengukuran diagnostik yang tersedia
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan proses pengontrolan
penyakit
-Diskusikan pilihan terapi
-Gambarkan rasional rekomendasi manajemen terapi
-Instruksikan orantua pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan

BAB IV
KESIMPULAN
Necrolitizing Enteroolitis merupakan penyakit yang memiliki angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi pada bayi baru lahir, resiko meningkat pada bayi prematur dan
bayi berat lahir sangat rendah. Kelainan ini diduga muncul sebagai akibat dari respon
inflamasi dari suatu iskemia intestinal, kolonisasi bakteri atau dan pemberian makanan
enteral. Bayi prematur berbeda dibandingkan bayi-bayi aterm dan pasien yang lebih besar
dalam beberapa hal antara lain pertahanan tubuh pada sistem pencernaan, motilitas
intestinal, pola kolonisasi bakteri, autoregulasi aliran darah splanknikus, dan regulasi
jalur inflamasi.

Bayi prematur menjadi lebih rentan diakibatkan sistem imun yang imatur yang
mana tidak memadai dalam melindungi terhadap organisme patogen. Mencegah
prematuritas, pemberial antibiotik enteral, penggunaan cairan parenteral secara bijak,
pemberian IgG dan IgM enteral, pemberian kortikosteroid antenatal, penundaan atau
melambatkan pemberian makanan pendamping ASI, pemberian ASI dan penggunaan
probiotik dapat menjadi pendekatan yang paling baik dalam mencegah NEC.

DAFTAR PUSTAKA

1.

2.

Aguayo P, Fraser JD, Sharp S, et al; Stomal complications in the newborn with
necrotizing enterocolitis. J Surg Res. 2009 Dec;157(2):275-8. Epub 2009
Jul 10.
Bhoomika K.Pateland Jigna S.Shah, 2012.Necrotizing Enterocolitisin Very Low
Birth Weight Infants: A Systemic Review. Department of Clinical
Pharmacy, Shri Sarvajanik Pharmacy College, Near Arvind Baug, Gujarat,
Mehsana 384001, India

3.

4.

Camilia R. Martin, MD, and W. Allan Walker, MD, 2008 : Probiotics: Role in
Pathophysiology and Prevention in Necrotizing Enterocolitis in Seminars
Perinatology, Harvard Medical School, Pediatric Gastroenterology and
Nutrition, Massachusetts General Hospital for Children, page 127-137
cit, Subijanto Marto Sudarmo, Reza Gunadi Ranuh, Pitono Soeparto, Like S.Djupri,
2000 : Kontribusi Prebiotik pada formula untuk pemeliharaan ekosistem
mikrobiota normal pada usus, Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak
RS.Dr.Soetomo/FK Unair

5.

Hunter CJ, Upperman JS, Ford HR, Camerini V. Understanding the susceptibility of
the premature infants to necrotizing enterocolitis. Pediatr Res
2008;63:117- 23

6.

Juniarto, Ratno dkk 2014, Faktor Risiko yang Memengaruhi Kolonisasi Mikroflora
Saluran Cerna Neonatus Kurang Bulan dengan Enterokolitis Nekrotikans,
Journal Sari Pediatri IDAI vol 15 no 6

7.

Kitterman, J, 2006 : Enterokolitis Nekrotikan dalam Buku Ajar Pediatri Rudolph, Vol
1, edisi 20, EGC, Jakarta, hal 297-300
Leviton A, Damman O, Engelke S. The clustering of disorders in infants born before
the 28th week of gestation. Acta Pediatr 2010;99:1795-800.

8.
9.

Lin PW, Nasr TR, Stoll BJ. Necrotizing enterocolitis: recent scientific advances in
patophysiology and prevention. Semin Perinatol 2008;32:70-82.

10. Lissauer Tom & Fannaroff A.Avroy. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta :
Penerbit Erlangga
11. Maheswari, Akhil., et.al,. 2011. Journal: Neonatal Necrotizing Enterocolitis.
Portland: Dove Press Journal.
12. Springer SC et al; Necrotizing Enterocolitis (Pediatric perspective), Medscape, May
2011
13. Stoll BJ, Hansen NI, Bell EF. Neonatal outcomes of extremely preterm infants from
the NICHD neonatal research network. Pediatrics 2010;126:443-56.
14. Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC
15. Wendelboe AM, Smelser C, Lucero CA, McDonald LC. Cluster of necrotizing
enterocolitis in a neonatal intensive care unit. Am J Infect control
2010;38:144-8.
16. WHO, 2008 : Enterokolitis Nekrotikan dalam Pelayanan Keseshatan Anak di Rumah
Sakit, DepKes RI, Jakarta, hal 67
17. Wong,L Donna, 2008 .Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi.6. Volume 1. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai