DI RUANGAN MAWAR
Oleh :
(2030282028)
( ) ( )
TAHUN AJARAN
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
2030282028
Diketahui
( ) ( )
TAHUN AJARAN
2020/2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
Laporan Pendahuluan
A. Pengertian...................................................................................................... 1
B. Etiologi ......................................................................................................... 1
C. Manifestasi Klinis......................................................................................... 1
D. Patofisiologi.................................................................................................. 2
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 2
F. Penatalaksanaan............................................................................................ 3
1. Pengkajian..................................................................................................... 4
2. Diagnosa ....................................................................................................... 6
3. Intervensi....................................................................................................... 6
Daftar Pustaka....................................................................................................... 8
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak
terlalu banyak (Manuaba, 2001).
B. Etiologi
Menurut Manuaba dikutip dalam Ani (2019), penyebab ketuban pecah dini antara
lain:
1. Servik inkompeten (penipisan serviks) adalah kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium
uteri internum pada servik atau peningkatan intra uteri secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik.
4. Kelaianan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karea tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah, kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
5. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecag
dini.
C. Manifestasi klinis
Menurut Mansjoer (2008) manifestasi klinis KPD, yaitu:
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
D. Patofisiologis
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
E. Pemeriksaan penunjang
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah
dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas (Manuaba, 2013).
2. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
a. Induksi atau akselerasi persalinan.
b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban.
Yang harus segera dilakukan:
a. Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
b. Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil
nafas dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
a. Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko
terinfeksi kuman.
b. Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena
air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.
1. Pengkajian
a. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus
didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan
kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
2) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
3) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air
besar (BAB)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
d. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi
lahir prematur.
3. Intervensi keperawatan
Daftar Pustaka
Ani, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. D. B. Dengan Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC