Dosen Pembimbing
NS. ALDO YULIANO, S.Kep. MM
R.N. Angga Saputra
2030282012
LAPORAN PENDAHULUAN
Halusinasi Penglihatan
A. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Menurut May Durant Thomas (2004) halusinasi secara umum dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil
pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi.
C. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak
ada suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang
atau sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien
yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau
kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi
bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan
merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini
merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
E. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti
pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan,
kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab
halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
2) Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobilogi yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menghadapi rangsangan.
b) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan terdapat ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadi
gangguan perilaku.
c) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon Neurobiologi yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan ( gizi buruk, infeksi)lingkungan ( rasa
bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalam hubungan
interpersonal) sikap dan perilaku (keputusan dan kegagalan).
H. Manifestasi Klinis
Halusinasi penglihatan
Adapun perilaku yang dapat teramati sebagai berikut :
a. Tiba-tiba tampak gagap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,benda mati atau
stimulus yang tidak Nampak.
b. Tiba-tiba berlari ke ruang lain.
I. Mekanisme Koping
1. Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
perilaku perkembangan anak (Berhubungan dengan masalah proses informasi
dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi,mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancauan persepsi)
3. Menarik Diri
Reaksi yang ditampilakan dapat berupa reaksi fisik maupun psikolgis,reaksi
fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor,misalnya
menjauhi polusi,sumber infeksi gas beracun dan lain-lain,sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukan perilaku apatis,mengisolasi diri,tidak
berminat,sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. TUM :
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
1) TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi :
Setelah 3x interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat :
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau menjawab salam
g. Mau duduk berdampingan dengan perawat
h. Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi
Intervensi :
1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
4. Buat kontrak yang jelas
5. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Berikan kx perhatian kebutuhan dasar klien
8. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
9. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
10. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
11. Dengarkan ungkapan klien dengan sikap empati
2) TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Setelah 3x interaksi klien menyebutkan:
a. Isi
b. Waktu
c. Frekuensi
d. Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
Intervensi:
- Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang-kadang)
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi.
Kriteria Evaluasi
Setelah 3x interaksi klien menyatakan perasaan dan respon yang saat mengalami
halusinasi
- Marah
- Takut
- Sedih
- Senang
- Cemas
- Jengkel
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut
3. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
3) TUK 3 :
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
a. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya
b. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi lihat
c. Setelah 3x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi
halusinasi lihat
d. Setelah 3x interaksi klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
e. Setelah 3x pertemuan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan cara yang digunakan klien.
- Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian
- Jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian cara tersebut
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timbulnya halusinasi:
- Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau melihat
pada saat halusinasi terjadi)
- Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya
- Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah
disusun
- Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika sedang berhalusinasi
4. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
6. Pantau pelaksanaan yang terpilih dan dilatih. Jika berhasil beri pujian
7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
4) TUK 4 :
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi:
a. Setelah 3x pertemuan keluarga. Keluarga menyatakan setuju untuk
mengikuti pertemuan dengan perawat
b. Setelah 3x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala.
proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
Intervensi:
1. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topic)
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/kunjungan
rumah)
- Pengertian halusinasi
- Tanda dan gejala halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
- Obat-obatan halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan sendiri, bepergian bersama, memantau
obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu control ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah
5) TUK 5:
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria Evaluasi:
a. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan :
- Manfaat minum obat
- Kerugian tidak minum obat
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
b. Setelah 3x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar
c. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
Intervensi:
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
2. Pantau klien saat penggunaan obat
3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
I PELAKSANAAN KEGIATAN
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam 2001)
Ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan yaitu:
1. Persiapan
a. Review antisipasi tindakan keperawatan
b. Menganalisa dan keterampilan yang diperlukan
c. Mengetahui komplikasi yang timbul
d. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
2. Intervensi
a. Independen
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya
b. Independen
Menjelaskan suatu kegiatan yag memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga
kesehatan lainnya
c. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan
II EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai dari dignosa keperawatan,
rencana tindakan dari pelaksanaan.Adapun hal-hal yang dievaluasi pada klien dengan
perubahan sensori persepsi halusinasi bagi klien dan keluarga adalah sebagai berikut:
1) Klien
a. Klien mampu menyebutkan perasaan saat terjadi halusinasi
b. Klien mampu membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
c. Kllien mampu menjelaskan waktu isi frekuensi muncul halusinasi
d. Klien mampu menyebutkan dosis,nama,manfaat dan efek samping obat
e. Klien mampu mengontrol terjadinya halusinasi
f. Klien mampu untuk tidak melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
2) Keluarga
a. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi
b. Keluarga mampu mengetahui cara merawat klien (cara mengontrol halusinasi
dan obat yang diminum
c. Keluarga memberi dukungan perawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Directoral kesehatan jiwa, Dit. JenYan. Kes. Dep. Kes R.i. keperawatan jiwa. Teori dan
tindakan keperawatan jiwa, 2003
Keliat Budi, Anna, peran serta keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC,
1998
Keliat Budi, Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, 1987
Maramis, W,f, ilmu kedokteran jiwa, Erlangga universitas Press, 1990
Rasmun, keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga,
CV.Sangung Seto, 2007
Residen bagian psikiatrik UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC,1997 Stuart & Sunden,
Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, 2001