Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berlansung lama
akan menyebabkan kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia
dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,
pembebsan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,
memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
(taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan Uliyah, 2005).
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen kedalam paru – paru melalui
saluran pernafasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada
pasien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal dan masker
oksigen. Oksigenisasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh(Kristina (2013) dalam Saryono dan Widianti, 2010).
Oksigenisasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan
fisika. Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksa, energy dan air. Penambahan karbondioksida yang melebihi normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel
(ADITYA, Rosi (2012) dalam mubarak dan Chayatin, 2007).
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk
menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan
oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus
dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler
bertanggungjawab untuk perfusi darah melalui paru, sedangkan system pernafasan
melaakukan dua funsi terpisah ventilasi dan respirasi (Maryudianto, Wahyu (2012)
dalam Elisabeth J. Corwin, 2009)
B. Jenis
1. Nasal kanul dan nasal kateter
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan
sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri dari
sepasang tube dengan panjang + dua cm yang dipasangkan pada lubang hidung
pasien dan tube dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter. Alat
ini dapat menjadi alternatif bila tidak terdapat sungkup muka, terutama bagi
pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen (O2) rendah oleh karena
tergolong sebagai alat yang sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya.
Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6
liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2) 18 antara 24-44%. Aliran yang
lebih tinggi tidak meningkatkan fraksi oksigen (O2) (FiO2) secara bermakna
diatas 44% dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi kering.
Adapun keuntungan dari nasal kanul yaitu pemberian oksigen (O2) yang
stabil serta pemasangannya mudah dan nyaman oleh karena pasien masih dapat
makan, minum, bergerak dan berbicara. Walaupun nasal kanul nyaman
digunakan tetapi pemasangan nasal kanul dapat menyebabkan terjadinya iritasi
pada mukosa hidung, mudah lepas, tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen
(O2) lebih dari 44% dan tidak dapat digunakan pada pasien dengan obstruksi
nasal. Nasal kateter mirip dengan nasal kanul di mana sama-sama memi-liki
sifat yang sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya serta tersedia
dalam berbagai ukuran sesuai dengan usia dan jenis kelamin pasien. Untuk
pasien anak-anak digunakan kateter nomor 8-10 F, untuk wanita digunakan
kateter nomor 10-12 F dan untuk pria digunakan kateter nomor 12-14 F. Fraksi
oksigen (O2) (FiO2) yang dihasilkan sama dengan nasal kanul.
2. Sungkup muka tanpa kantong penampung
Sungkup muka tanpa kantong penampung merupakan alat terapi oksigen
(O2) yang terbuat dari bahan plastik di mana penggunaannya dilakukan dengan
cara diikatkan pada wajah pasien dengan ikat kepala elastis yang berfungsi
untuk menutupi hidung dan mulut. Tubuh sungkup berfungsi sebagai
penampung untuk oksi-gen (O2) dan karbon dioksida (CO2) hasil ekspirasi.
Alat ini mam-pu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit. Pada penggunaan alat ini,
direkomendasikan agar aliran oksigen (O2) dapat tetap dipertahankan sekitar 5
liter/ menit atau lebih yang bertujuan untuk mencegah karbon dioksida (CO2)
yang telah dikeluarkan dan tertahan pada sungkup untuk terhirup kembali.
Adapun keuntungan dari penggunaan sungkup muka tanpa kantong penampung
adalah alat ini mampu memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang lebih tinggi
daripada nasal kanul ataupun nasal kateter dan sistem humidifikasi dapat
ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar sedangkan kerugian
dari alat ini yaitu tidak dapat memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) kurang
dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan karbon dioksida (CO2) jika aliran
oksigen (O2) rendah dan oleh karena penggunaannya menutupi mulut, pasien
seringkali kesulitan untuk makan dan minum serta suara pasien akan teredam

3. Sungkup muka dengan kantong penampung.


Terdapat dua jenis sungkup muka dengan kantong penampung yang
seringkali digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2), yaitu sungkup muka
partial rebreathing dan sungkup muka nonrebreathing. Keduanya terbuat dari
bahan plastik namun perbedaan di antara kedua jenis sungkup muka tersebut
terkait dengan adanya katup pada tubuh sungkup dan di antara sungkup dan
kantong penampung. Sungkup muka partial rebreathing tidak memiliki katup
satu arah di antara sungkup dengan kantong penampung sehingga udara
ekspirasi dapat arah antara sungkup dan kantong penampung sehingga pasien
hanya dapat menghirup udara yang terdapat pada kantong penam-pung dan
menghembuskannya melalui katup terpisah yang terletak pada sisi tubuh
sungkup. Sungkup muka dengan kantong penampung dapat mengantarkan
oksigen (O2) sebanyak 10 – 15 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2)
sebesar 80 – 85% pada sungkup muka partial rebreathing bahkan hingga 100%
pada sungkup muka nonrebreathing. Kedua jenis sungkup muka ini sangat
dianjurkan penggunaannya pada pasien-pasien yang membutuhkan terapi
oksigen (O2) oleh karena infark miokard dan keracunan karbon monoksida
(CO). Adapun gambar sungkup muka partial rebreathing dan nonrebreathing
secara berturut-turut

C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengearuhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
 Lingkungan, pada lingkungan yang panastubuh berespons dengan terjadinya
vasodilatasi pembulug darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit.
Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respons
demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat, sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah
mengalami kontruksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja
jantung dan kebutuhan oksigen. Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga
ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat yang tinggi tekanan barometer
akan turun, sehingga tekanan oksigen juga turun, implikasinya, apabila
seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3.000
meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang, ini
mengindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian,
pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada
pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen, selain itu oksigen
juga dipengaruhi oleh polusi udara, udara yang dihirup pada lingkungna yang
mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya juga rendah, hal tersebut juga
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal.
 Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktifitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi
 Emosi
Takut, cemas dan banyak marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat
 Gaya hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner akibatnya, suplai darah ke
jaringan menurun
 Status kesehatan
Pada orang sehat sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan
baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernafasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh.
D. Gangguan/Masalah Yang Terjadi
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantarnya oleh karena
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut
akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat,
secara garis besar gangguan respirasi dikelompokkan menjadi 3 yaitu gangguan
irama/ frekuensi pernafasan, insufisiensi pernafasan dan hipoksia.
1. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernapasan
1) Pernapasan “cheny stoke” yaitu sikulus pernapasan yang amplitudonya
mula mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti, lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini
biasanya terjadi pada pasien gagal jantung, overdosis obat
2) Pernapasan “biot” yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan yang
mirip dengan “cheny stoke”, tetapi amlitudonya disertai apnea,
ditemukan pada penyakit selaput otak
3) Pernapasan “kusmaul” yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali / menit.
b. Gangguan frekuensi pernapasan
1) Takipnea/hipernea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya
meningkat diatas frekuensi pernapasan normal
2) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernapasan
yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal
c. Insufisiensi pernapasan
Penyebab infisiensi dibagi 3 yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan
b) Penyakit yang meningkatkan ventilasi pernapasan seperti asma, TBC
dll
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kerusakan jaringan paru seperti TBC, kanker
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi misalnya trombosis paru
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru ke jaringan :
a) Anemia
b) Keracunan karbondioksia
c) Penurunan alirah darah ke jaringan disebabkan curah jantung yang
rendah
2. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen jaringan istilah tepatnya anoksia,
yang dibagi menjadi 4 bagian
a. Hipoksemia, adalah kekurangan oksigen ke darah arteri. Terbagi atas 2 jenis
yaitu hiposemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi sedangkan
hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen
dapat diikat hemoglobin sedikit terjadi karena anemia dan keracunan
karbondioksida
b. Hipoksia hipokinetik terjadi akibat adanya bendunganatau sumbatan dan
hipoksia ini terbagi atas 2 yaitu ischemic dimana kekurangan oksigen pada
jaringan yang disebabkan kurangnya suplai darah ke jaringan akibat
penyempitan arteri sedangkan hipoksia hipokinetik terjadi akibat
penumpukan darah secara berlebihan
c. Overventilasi hipoksia, yaitu terjadi karena aktifitas yang berlebihan sehingga
penyediaan oksigen lebih rendah penggunaannya
d. Hipoksia histoktosik yaitu keadaan dimana darah kapiler jaringan mencukupi,
tetapi jaringan tidak menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida hal
tersebut mengakibatkan oksigen masuk kembali ke vena dalam jumlah yang
banyak daripada normal (oksigen darah meningkat)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang
masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk; sputum;
nyeri; medikasi; dan adanya Faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
b) Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
- Nyeri
- Paparan lingkungan atau geografi
- Batuk
- Bunyi nafas mengi
- Faktor resiko penyakit paru (misalnya perokok aktif atau pasif)
- Frekuensi insfeksi pernapasan
- Masalah penyakit paru masa lalu
- Penggunaan obat
- Adanya batuk dan penanganan
- Kebiasaan merokok
- Masalah pada fungsi system kardiovaskuler (kelemahan,dispnea)
c) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
- Riwayat hipertensi
- Merokok
- Usia paruh baya atau lanjut usia
- Obesitas
- Diet tinggi lemak
- Peningkatan kolesterol
d) Riwayat penggunaan medikasi
e) Stressor yang dialami
f) Status atau kondisi kesehatan (Wahit Iqbal.2005).
1) Pola batuk dan produksi sputum
Menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan
suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker juga dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan
produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau pada
saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal
pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan
mengakibatkan alergi). Pengkajian sputum dilakukan dengan cara
memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur dengan darah
(Aziz Alimul.2006).
2) Sakit Dada
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, Faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila pasien berubah posisi, serta ada atau tidaknya hubungan antara
waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit (Aziz Alimul.2006).
2. Pengkajian Fisik
- Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas, (frekuensi,
kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara
umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.
- Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada
pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan
penggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara
berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya.
Normaalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan
meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk
mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, titik
impuls maksimum abnormalitas masa dan kelenjar sirkulasi perifer, denyut
nadi, serta pengisian kapiler.
- Perkusi
Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk
mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru,. Perkusi
sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada
penyakit tertentu adanya udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi
hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar
apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
- Auskultasi
Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang
terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas durasi, atau kualitasnya.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid atau akurat, auskultasi sebaiknya
dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi
dilakukan untuk mendengar bunyi napas vasikuler, bronchial,
bronkovasikular, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi
napas serta lokasi dan waktu terjadinya (Wahit Iqbal.2005).
3. Pemeriksaan Diagnostic
Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap. Tes struktur pernapasan: sinar-x dada,
bronkoskopi, scan paru. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan:
kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis (Wahit Iqbal.2005)
4. Analisa data
Data Subjektif
- Perasaan lemah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Batuk tak efektif
- Demam
- Riwayat merokok
- Ansietas
- Berat badan menurun
Data Objektif
- Gelisah Dispnea
- Trauma
- Suara napas tidak normal
- Perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan
- Obstruksi trakeal
- Pendarahan aktif
- Infeksi paru
- Perubahan irama dan jumlah pernapasan
- Penggunaan otot bantu napas
- Vasokontriksi
- Hipovolemia
- Edema
- Efusi pleura
- Atelektasi Nilai AGD tidak normal (Wahit Iqbal.2005)

B. Rumusan masalah
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas
 Ketidakefektifan pola napas
 Gangguan pertukaran gas.
 Gangguan perfusi jaringan (Wahit Iqbal.2005)..

C. Perencanaan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Berhubungan dengan :
- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif
- Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus berlebih,
adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan napas, secret di
bronki, dan eksudat di alveoli
- Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial, PPOK,
infeksi, asma, trauma jalan napas.
Tujuan :
- Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif
- Menunjukkan status pernapasan : kepatenan jalan napas
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami aspirasi
- Mengeluarkan secret secara efektif
- Mempunyai jalan napas yang paten
- Irama dan frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Suara napas jernih
Intervensi dan rasional :
- Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat
Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat /
obstruksi jalan napas
- Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna (bercak darah) atau air
umumnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
- Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Beri cairan tambahan melalui
IV sesuai indikasi
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran secret
untuk membantu pengeluarannya.
- Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi
jantung
Rasional : hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan
pengeluaran.
- Lakukan penghisapan jalan napas (suction)
Rasional : untuk mengeluarkan secret yang tertahan dari jalan napas.
- Pantau pernapasan pasien
Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat (Dongoes.1999).
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
Berhubungan dengan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Penurunan energy dan kelelahan
- Hiperventilasi
- Kelelahan otot-otot pernapasan
Tujuan
- Menunjukkan pola pernapasan efektif
- Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu
- Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan
Kriteria Hasil
- Pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
- Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
- Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi dan Rasional :
- Manajemen jalan napas
Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas
- Pengisapan jalan napas
Rasional : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara masukkan kateter
penghisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien.
- Bersihkan jalan napas buatan
Rasional : memelihara selang endotrakea dan selang trakeostomi untuk
mencegah komplikasi yang berhubungan dengan penggunaannya
- Pantau pernapasan
Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat
- Pantau tanda-tanda vital
Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,
pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah
komplikasi (Wahit Iqbal.2005)

3. Gangguan Pertukaran Gas


Berhubungan dengan :
- Perubahan membran kapiler-alveolar
- Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Tujuan :
- Gangguan pertukaran gas akan berkurang
- Status pernapasan : pertukaran gas tidak akan terganggu
- Status pernapasan : ventilasi tidak akan terganggu
Kriteria Hasil :
- Fungsi paru dalam batas normal
- Ekspansi paru yang simetris
- Tidak menggunakan otot aseksoris untuk bernapas
Intervensi dan Rasional :
- Manajemen asam-basa
Rasional : meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah
komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.
- Manajemen jalan napas
Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas
- Manajemen elektrolit
Rasional : meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi
akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan.
- Terapi oksigen
Rasional : memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya
- Bantuan ventilasi
Rasional : meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal dalam
memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru.
- Pantau tanda-tanda vital
Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,
pernapasan dan suhu tubuh untuk mentetukan dan mencegah komplikasi
(Wahit Iqbal.2005).

Anda mungkin juga menyukai