” CIDERA KEPALA “
Oleh :
Dosen Pembimbing :
Ns. Ida Suryati, M.Kep
Morton (2012). Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271).
Wahyu Widagdo, dkk (2007). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai
otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan peubahan tingkat
kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku
dan emosional.
2. Etiologi
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya cedera
kepala adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan
dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakkan turun
turun maupun sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain,
atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksa).
Beberapa mekanisme yang timbul terjadi cedera kepala adalah seperti translasi
yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke
suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan
gerakan kepala, maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah
tersebut.
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam
cedera kepala yaitu:
a. Trauma tajam
Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat dan
menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa
lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk:
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanyaa.
4. Patofisiologi
Trauma kranio serebral menyebabkan cedera pada kulit, tengkorak dan
jaringan otak. Ini bisa sendiri atau secara bersama-sama. Beberapa keadaan yang
dapat empengeruhi luasnya cedera kepala pada kepala yaitu:
a. Lokasi dari tempat benturan lansung
b. Kecepatan dan energi yang dipindahkan
c. Daerah permukaan energy yang dipindahkan
d. Keadaan kepala saat benturan (Wahyu Widagdo, dkk, 2007).
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah untuk
mengalami cedera dan kerusakan. Cedera kepala dapat mengakibatkan
malapetakan besar bagi seseorang. Tepat diatas tengkorak terletak galea
aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan dengan bebas yang
membantu menyerap kekuatan trauma eksternal diantara kulit dan galea terdapat
suatu lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung pembuluh-
pembuluh besar. Bila robek pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan
vasokonstriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita
laserasi kulit kepala.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya salah satu dari
arteri, perdarahan arteri yang diakibatkan tertimbun dalam ruang epidural bisa
mengakibatkan fatal. Kerusakan neurologik disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi - deselerasi
pada otak. Derajat kerusakan yang disebabkan bergantung pada kekuatan yang
menimpa, makin besar kekuatan maka makin parah kerusakan yang terjadi.
Kerusakan yang tejadi karena benda tajam berkecepatan rendah dengan sedikit
tenaga. Kerusakan fungsi neurologik terjadi pada tempat tertentu dan disebabkan
oleh benda atau fragmen tulang yang menembus duramater pada tempat serangan.
Cedera menyeluruh sering dijumpai pada trauma tumpul kepala. Kerusakan terjadi
waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap oleh
lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma
hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Bila kepala bergerak dan
berhenti secara mendadak dan kasar (pada kecelakaan) kerusakan tidak hanya
terjadi akibat cedera setempat pada jaringan saja tetapi juga akibat akselerasi dan
deselerasi.
5. Komplikasi cedera kepala
a. Faktor kardiovaskular
1) Cedera kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas
atipikal moikardial, peubahan tekanan vaskuler dan edema paru
2) Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan
kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan
meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh berkompensasi dengan
meningkatkan tekanan sisolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan
atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
b. Faktor respiratori
1) Adanya edema paru pada cedera kepala dan vasokonstriksi paru atau
hipetensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
2) Konsentrasi oksigen dan karbon doiksida mempengaruhi aliran darah. Bila
PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi.
Penurunan PCO2, akan tejadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi
(arteri kecil) dan penurunan CBF (Cerebral Blood Fluid) sehingga oksigen
tidak sampai ke otak denan baik.
3) Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya
tekanan intra cranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan
penekanan batang otak atau medulla oblongata.
c. Faktor metabolisme
1) Pada cedera kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh
lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air, dan hilangnya
sejumlah nitrogen
2) Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
d. Faktor gastrointestinal
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera kepala
(3 hari) terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas hipotalamus dan
stimulus vagal. Hal ini akan meransang lambung menjadi hiperasiditas, dan
mengakibatkan terjadinya stress alser.
6. Manifestasi klinis
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013).
a. Cedera kepala ringan-sedang
1) Disorientai ringan
2) Amnesia post trauma
3) Hilang memori sesaat
4) Sakit kepala
5) Mual dan muntah
6) Vertigo dalam perubahan posisi
7) Gangguan pendengaran
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut (Wahyu
Widagdo, dkk, 2007).
a. Non pembedahan
1) Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
2) Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter untuk
mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis
3) Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan
tekanan intracranial
4) Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan ventilasi
mekanik untuk megontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat
meningkatkan resiko peningkatan tekanan intracranial
b. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
1) Mengatasi subdural atau epidural hematoma
2) Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
CEDERA KEPALA
2) Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini yang
digunakan secara internasional:
Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan otot 5
Kelemahan sedang, bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, 4
namun tidak mampu menahan tahanan pemeriksa, gerakan
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, terangkat sedikit 450 3
Kelemahan berat, dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Tidak ada gerakan 0
Sumber: Wijaya dan Yessi.
2013
f. Aspek neurologis
1) Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13, cedera
kepala berat 3-8).
2) Disorientasi tempat/waktu
3) Reflek patologis dan fisiologis
4) Perubahan status mental
5) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
6) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia, kehilangan
sebagian lapang pandang
7) Perubagan tanda-tanda vital
8) Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
9) Tanda-tanda peningkatan TIK
a) Penurunan kesadaran
b) Gelisah letargi
c) Sakit kepala
d) Muntah proyektil
e) Pupil edema
f) Pelambatan nadi
g) Pelebaran tekanan nadi
h) Peningkatan tekanan darah systole
g. Aspek kardiovaskuler
1) Perubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2) Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3) TD naik, TIK naik
h. System pernafasan
1) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak
2) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
3) Ronki, mengi positif
i. Kebutuhan dasar
1) Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi, hematuri)
2) Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan, kaji bising
usus
3) Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
j. Pengkajian psikologis
1) Gangguan emosi/apatis, delirium
2) Perubahan tingkah laku atau kepribadian
k. Pengkajian social
1) Hubungan dengan orang terdekat
2) Kemampuan komunikasi, afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti,
disartria, anomia
l. Nyeri/kenyamanan
1) Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda
2) Gelisah
m. Nervus cranial
1) N.I : penurunan daya penciuman
2) N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
3) N.III, IV, VI : penurunan lapang pandang, reflek cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor
4) N.V : gangguan mengunyah
5) N.II, XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada 2/3
anterior lidah
6) N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh
7) N.IX, X, XI : jarang ditemukan
1. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
1) X-ray/CT scan
a) Hematom serebral
b) Edema serebral
c) Perdarahan intracranial
d) Fraktur tulang tengkorak
2) MRI : Dengan/tanpa mempengaruhi kontras.
3) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
4) EEG :memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis.
5) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi korteks dan
batang otak.
6) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukan perubahan aktivitas
metabolism pada otak.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) AGD, PO2, PH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi
(mempertahankan AGD dalam rentang normaluntuk menjamin aliran
darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah oksigenasi yang dapat
meningkatkan TIK.
2) Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan
regulasi natrium, retensi Na dapat berakhir beberap hari, diikuti dengan
dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat
ketidakseimbangan elektrolit.
3) Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
4) CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid (warna,
komposisi, tekana).
5) Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
6) Kadar Antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektif mengatasi kejang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d gangguan serebrovaskular, edema
cerebri, meningkatnya aliran darah ke otak (TIK).
b. Resiko Ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler, obstruksi
trakeobronkial, kerusakan medula oblongata.
c. Nyeri akut b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, danalat traksi.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi cairan, trauma.
e. Gangguan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran, peningkatantekanan
intra cranial
f. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan sarafmotorik.
g. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.
h. Resiko kekurangan volume cairan b/d haluaran urine danelektrolit
meningkat.
3. Intervensi keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ketidakefektifan perfusi a. Circulation status Oxygen Therapy
. jaringan serebral Definisi: Kriteria hasil: a) Periksa mulut,
penurunan sirkulasi 1) Tekanan systole dan hidung, dan sekret
jaringan otak yang dapat diastole dalam rentang trakea
mengganggu kesehatan. yang diharapkan b) Pertahankan jalan
2) Tidak ada ortostatik napas yang paten
hipertensi c) Atur peralatan
3) Tidak ada tandatanda oksigenasi d) Monitor
peningkatan tekanan aliran oksigen
intrakranial e) Pertahankan posisi
b. Perfusi jaringan: pasien
serebral Kriteria hasil: f) Observasi tandatanda
1) Mempertahankan hipoventilasi
tekanan intrakranial g) Monitor adanya
2) Tekanan darah dalam kecemasan pasien
rentang normal terhadap oksigenasi
3) Tidak ada nyeri
kepala Monitoring
4) Tidak ada muntah Peningkatan
5) Memonitor tingkat Intrakranial
kesadaran a) Monitor tekanan
perfusi serebral
b) Catat respon pasien
terhadap stimulasi
c) Monitor tekanan
intrakranial pasien dan
respon neurologi
terhadap aktifitas
d) Monitor intake dan
output cairan
e) Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
2 Ketidakefektifan pola nafas a.Respiratory Status: Airway management
. Ventilation Indikator : 1. Buka jalan nafas.
1) Respiratory rate 2. Posisikan pasien
dalam rentang normal untuk memaksimalkan
2) Tidak ada retraksi ventilasi. 3. Identifikasi
dinding dada pasien perlunya
3) Tidak mengalami pemasangan alat jalan
dispnea saat istirahat nafas.
4) Tidak ditemukan 4. Lakukan fisioterapi
orthopnea dada bila perlu
5) Tidak ditemukan 5. Auskultasi suara
atelektasis nafas , catat adanya
suara tambahan
b.Respiratory Status : 6. Monitor respirasi
Airway Patency dan status O2
Indikator :
1) Respiratory rate Oxygen Therapy
dalam rentang normal 1. Pertahankan jalan
2) Pasien tidak cemas nafas yang paten
3) Menunjukkan jalan 2. Atur peralatan
nafas yang paten oksigenisasi
3. Monitor aliran
oksigen
4. Pertahankan posisi
pasien
5. Observasi adanya
tanda – tanda
hipoventilasi
6. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenisasi.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnose keperawatan dan
intervensi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan bedasarkan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan dan implementasi keperawatan yang dilihat dari hasil perkembangan
klein/pasien selama melakukan asuhan keperawatan.
LAPORAN KASUS
Oleh :
2030282028
TAHUN 2020/2021
FORMAT PENGKAJIAN
Ruangan : R1
A. PENGKAJIAN
Nama : Ny. D
Umur : 23 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Minang
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Mahasiswa
PenanggungJawab : Ayah
Nama : Tn. J
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
A. ALASAN MASUK :
Pasien masuk ke IGD dengan pasien mengalami kecelakaan lalu lintas sepada motor,
pasien mengalami muntah proyektil dan keluar darah dari telinga.
Pada saat pengkajian keluhan pasien Ny. D seperti pasien mengalami penurunan
kesadaran GCS 10, E2 V3 M5, tampak ada bekas memar pada kepala, mata sembab,
terpasang oksigen 6L, terpasang infus NACL 0,9% 28 tetes/menit, tampak bekas darah
pada telinga, tampak bekas lecet pada dada pasien.
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki penyakit bawaan ataupun penyaki
keturunan dan pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Genogram :
Keterangan :
= Meninggal = Laki-Laki
0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
MenaikiTangga
Berbelanja
Memasak
PemeliharaanRumah
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – Tanda Vital
TD :160/90 mmHg
Nadi :114 kali/menit
RR :24kali/menit
S :36.8 0C
b. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala dan hidung tampak ada lesi dan bengkak. Mata sembab. Wajah
pasien tampak sembab, memar. Mata tampak membengkak, tampak edema, ada nyeri
saat ditekan dan penglihatan terganggu Telinga ada bekas darah yang sudah
mengeras dan kadang tidak mendengar apa yang dibicarakan. Tampak bekas memar
pada dada. Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit kering. Pada perut ada bekas
goresan. Pada ekstermitas atas Terpasang IVFD NaCl 0,9% 28 tetes/menit, akral
teraba dingin, tampak ada bekas goresan pada kaki pasien.
G. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium kimia klinik di dapatkan hasil labor, yaitu
- Hb 14,0 ( 14-18 g/dl)
- Leukosit 17.610 (5.000-10.000 /mm3 )
- Trombosit 299.000 (150.000- 400.000 /mm 3 )
- Hematokrit 40 (40-48 %), PT 10,7 (9,2- 12,4 detik)
- APTT 35,5 (28,2- 38,1 detik).
- Pemeriksaan CTscan Didapatkan pasien mengalami hematoma serebral.
L. Personal Hygiene
a. Mandi 1 kali sehari
b. Keramas 1 hari sekali
c. Memotong kuku setiap 1 minggu sekali jika kuku panjang
d. Ganti pakaian 1 kali sehari
e. Sikat gigi 1 hari sekali
8) Diagnosa Kepeawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubung dengan keruskana neorologis.
ANALISA DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
NY.D
NY. D
Daftar Pustaka
Amran. 2012. Analisis Faktor Resiko Kematian Penderita Stroke, Makassar.
Bararah, Taqiyyah dan Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan
Lengkap Menjadi Perawat Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Kementrian Kesehatan RI, 2013, Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Kumar, dkk. 2013. Buku Ajar Patologis Robbin, Ed.7, Vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.