Anda di halaman 1dari 23

SAP PENYULUHAN DIARE PADA ANAK

PEMBIMBING:
Ns. Andrye fernandes, M.Kep, Sp Kep An

Di susun oleh :
R.N. ANGGA SAPUTRA
2030282028

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS
TA 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10
juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
dan sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Meskipun diare membunuh
4 juta orang tiap tahun di negara berkembang, ternyata diare juga merupakan
masalah utama di negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode
diare dengan rata-rata usia 5 tahun. Di negara berkembang rata-rata tiap anak
dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali pertahun (WHO, 2009).
Sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Depkes RI, 2008) diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi
(31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare
setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi semua umur.
Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1- 2 kali pertahun
(Depkes RI, 2011).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare berjumlah 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB
di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756
orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.) (Depkes, 2011).
Menurut Ramaiah (2000), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu : sanitasi yang
buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi buruk (tidak mencuci
tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Salah satu langkah dalam
pencapaian target Millenium Development Goal’s (MDG’s) Goal ke-4 adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun
2015. Langkah yang dibuat pemerintah untuk mengurangi angka kejadian diare
khususnya pada anak usia sekolah adalah dengan mengadakan usaha kesehatan
sekolah (UKS) disetiap sekolah dasar (SD). Program ini dibuat di sekolah, karena
sekolah adalah institusi yang terorganisir dengan baik dan merupakan wadah
pembentukan karakter dan media yang mampu menanamkan pengertian dan
kebiasaan hidup sehat (Martianto, 2005).
UKS merupakan suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan
kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua pegawai
di sekolah. UKS juga sebagai sarana yang digunakan oleh programprogram
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Suhartinia, 2010). Salah
satu program UKS yang dibuat untuk meningkatkan kesehatan siswa adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sedangkan indikator PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Depkes RI (2009), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian
terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka
penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan
perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran
penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu
burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak
yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat
mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak
karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas, setelah diintervensi
dengan CTPS (Depkes RI, 2009).
Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di
Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan hanya
dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah
makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat
prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kebiasaan cuci
tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak
merupakan agen perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan
lingkungannya sekaligus mengajarkan pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak juga
cukup efektif dalam memberikan contoh terhadap orang yang lebih tua khususnya
mencuci tangan yang selama ini dianggap tidak penting (Batanoa, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Joni (2012) tentang hubungan tingkat
pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian diare pada
siswa SD dengan sampel 72 siswa SD kelas 4-5 di SDN Pujokusuman 1 didapatkan
hubungan antara tingkat pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD
dengan kejadian diare pada siswa SD. Hasil dari penelitian tersebut adalah semakin
kurang tingkat pengetahuan sikap dan perilaku siswa tentang kebersihan diri maka
kejadian diare semakin tinggi.
Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa mereka
tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan yang terlihat
panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak sekolah membeli jajanan
tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui wawancara dengan siswa kelas V di
SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena
diare. Setelah ditelusuri anak yang yang pernah mengalami diare kurang memahami
dan tidak melakukan CTPS dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh
guru dan orang tua dirumah.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Anak mampu menerapkan bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat serta
membiasakan mencuci tangan dengan baik dan benar

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Tingkat penderita diare anak berkurang atau tidak ada
b. Tingkat konsumsi jajanan tidak sehat siswa berkurang
c. Siswa mampu memperaktekkan dan menerapkan cuci tangan 6 langkah
dengan sabun dan air mengalir secara baik dan benar
BAB 2

DESKRIPSI KEGIATAN

Nama Kegiatan :Pendidikan Kesehatan Sadar Cuci Tangan dan Pembentukan


Dokcil

Sasaran : Totler

Metode : Ceramah, Role play

Waktu : 2 (Dua) hari

Hari dan tanggal : Kamis 29 April 2021

A. Deskripsi Umum Kegiatan


Progam yang akan dilaksanakan merupakan Pendidikan Kesehatan Sadar Cuci
Tangan dan Pembentukan Dokcil yang menjadi salah satu progam dalam
meningkatakan pengetahuan dan praktek mencuci tangan sebagai upaya
menurunkan angka diare pada siswa dan siswi SDN Kluwut 1. Acara ini akan
dilakukan selama dua hari. Kegiatan pada hari pertama diisi dengan pendidikan
kesehatan dengan pemberian materi yang edukatif bagi para siswa, serta roleplay
bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar serta bagaimana PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang dapat diterapkan siswa siswi yang telah
dibagi dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok akan didampingi fasil dari
panitia. Sedangkan, pada hari ke dua akan dilakukan prakterk bagi Dokcil dengan
masuk ke kelas-kelas dan memaparkan bagaimana cara mencuci tangan yang benar
serta pentingnya PHBS baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan tempat
tinggal dengan menggunakan media poster.
1. Tujuan Intruksional
- Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui dan
memahami cara mencuci tangan dengan baik dan bagaimana menerapkan
PHBS.

- Khusus
a. Anak memahami tentang diare dan cara mencegahnya
b. Anak mampu mempraktekan cara mencuci tangan yang baik dan benar
c. Anak mengerti cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan
baik dan benar
d. Anak memahami dan dapat menerapkan PHBS dengan adanya Dokcil
Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Kegiatan Kegiatan Metod


No Waktu Media
Pengajar Siswa e
1 5 menit Pembukaan Ceram PPT
1. Penyuluh memulai 1. Anak menjawab ah
penyuluhan dengan salam
mengucapkan salam 2. Anak
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
3. Menjelaskana tujuan penyuluh
penyuluhan 3. Anak menyetujui
4. Menyebutkan materi yang kontrak waktu
akan diberikan
5. Kontrak waktu
2 20 Pelaksanaan Video,
Menit 1. Pembagian fasil pada anak 1. Anak Ceram PPT
2. Menjelaskan apa yang memperhatikan ah,
dimaksud diare mulai dari materi tentang demon
pengertian sampai dengan penyuluhan strasi
penatalaksanaan 2. Anak
3. Menjelaskan apa yang mempraktekkan
dimaksud dengan cuci cara mencuci
tangan tangan yang baik
4. Mendemonstrasikan dan benar dengan
bagaimana cara mencuci didampingi
tangan dengan baik dan
benar
5. Mengajak siswa untuk
mempraktekkan cara cuci
3 5 menit Evaluasi
1. Penyuluh meminta anak 1. Anak mengulang Prakte Tempat
untuk mengulang tentang dan menjawab k cuci
penjelasan mengenai tujuan pertanyaan yang tangan,
mencuci tangan diberikan lagu,
2. Penyuluh meminta anak 2. Anak video
untuk mempraktekkan cara mempraktekkan
mencuci tangan di depan cara cuci tangan di
aula depan aula

4 3 Menit Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih 1. Menjawab Ceram
atas partisipasi sekolah dan salam dan ah
siswa karena telah mengikuti terima kasih
penyuluhan dan pemberian 2. Menerima
kenang-kenangan kenang-
2. Mengucapkan salam penutup kenangan
Lampiran Materi

1. Diare
1.1. Definisi Diare
Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan feses yang
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian
kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya (Priyanto & Lestari,
2009).
Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau
fluiditas (tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang
melebihi 250 gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare yang
berat dapat keluar cairan 14 liter/hari (Kumar dkk, 2007).

1.2. Penyebab Diare


a. Diare akibat virus
Diare akibat virus , misalnya “influenza perut” dan “travellers
diarrhoea” yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus.
Virus tersebut melekat pada sel mukosa usus yang mengakibatkan
rusaknya sel mukosa usus sehingga kapasitas resorbsi menurun.
b. Diare bakterial invasif
Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu), diare akibat bakteri ini
mengurang seiring dengan meningkatnya derajat higiene masyarakat.
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa dimana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.

c. Diare parasiter
Diare parasiter, diare parasiter terjadi akibat protozoa seperti
Entamoeba, histolytica dan Giardia lamblia terutama terjadi di daerah
(sub)tropis.

d. Diare akibat penyakit


Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p. Crolm, irritable
Bowel Syndrome (IBS), kanker colon dan infeksi-HIV juga akibat gangguan.
e. Diare akibat obat
Diare akibat obat yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium,
sarbitol, beta blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan
antibiotika berspektrum luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin,
klindamisin, tetrasiklin).

1.3. Pencegahan Diare


Salah satu pencegahanpenularan diare pada balita adalah Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,
2006).

1.4. Tanda Gejala Diare


- Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses.
- Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus.
- Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif
(tenesmus) mungkin terjadi setiak kali defekasi.
- Gejala yang berkaitan adalah dehidrasi dan kelemahan.
- Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
- Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon.
- Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus
- Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau
kolitis
- Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi.
1.5. Penanganan Diare
Menurut (Baughman & Hackley, 2000) penatalaksanaan medik primer
diarahkan pada pengontrolan penyembuhan penyakit yang mendasari.

a. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; diresepkan


glukosa oral dan larutan elektrolit.
b. Untuk diare sedang, obat-obatan non spesifik, difenoksilat (Lomotif)
dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber
non-infeksius.
c. Jika diare terus memburuk resepkan antimikrobial jika telah
teridentifikasi preparat infeksius.
d. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang
sangat muda atau lansia.
Menurut (Octa,dkk, 2014) penatalaksanaan kasus diare pada balita
adalah sebagai berikut:

a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)


b. Diatetik (pemberian makanan)
c. Obat-obatan
d. Lintas diare meliputi:
- Dehidrasi menggunakan oralit
- Zinc Diberikan berturut-turut selama 10 hari
- Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh
yang dapat menghambat enzim INOS (inducible Nitric Oxide
Synthase) dimana eksresi enzim ini meningkat selama diareyang
mengakibatkan hipersekresi epitel usus
- Teruskan pemberian ASI
- Antibiotik selektif
- Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare yang disertai
darah
2. Mencuci tangan
2.1. Definisi mencuci tangan
Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan
yang berbahan dasar alcohol.

Menurut Tim Depkes (2009) mencuci tangan adalah membersihkan


tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan

2.2. Tujuan mencuci tangan


Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk
mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang
(cross infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari
infeksi, memberikan perasaan segar dan bersih.

2.3. Indikasi mencuci tangan


Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,


berkebun dll)
b. Setelah BAB (buang air besar)
c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
e. Setelah pulang dari bepergian
f. Setelah bermain

2.4. Langkah cara mencuci tangan


Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan
40 - 60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut
anjuran WHO (2008) yaitu sebagai berikut :

- Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan
- Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan
tangan kanan, begitu pula sebaliknya.
- Ketiga, gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan
- Keempat, jari - jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
- Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
- Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
- Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


3.1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. PHBS di institusi
pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan.

Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi:

- Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun


- Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
- Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
- Olahraga yang teratur dan terukur
- Memberantas jentik nyamuk
- Tidak merokok
- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
- Membuang sampah pada tempatnya

3.2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support),
dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam
program perilaku hidup bersih dan sehat.12 Kebijakan pembangunan
kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang
sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan
perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik,
mental, spiritual maupun sosial.

3.3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah
yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan
semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar
siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan
kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah
sehat bagi daerah lain.

3.4. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain:

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun


Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan,
penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya.
WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena
dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung
kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan,
setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain,
setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari
toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di
lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak
sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat
menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah


Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi
makanan/jajanan yang bersih dan tertutup di warung sekolah sehat.
Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral
dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi
sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang
bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air
matang untuk kebutuhan minum.

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat


Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung
tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang
tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak
dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah
dibersihkan dan aman digunakan.

d. Olah raga yang teratur dan terukur


Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat
terkait dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah
raga disekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental
anak agar tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran
jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar
tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara
teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan
kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot,
mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat badan,
memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit
jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.

e. Memberantas jentik nyamuk


Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit
yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam
berdarah. Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah
dilakukan dengan gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur)
tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban
bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali.
Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di
sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

f. Tidak merokok di sekolah


Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah.
Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya
merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari
teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak
menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa.
Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok
mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan
kesehatan anak sekolah.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan


Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan. Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi
anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun
gizi lebih pada anak usia sekolah.

h. Membuang sampah pada tempatnya


- Pengertian
Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun alam. Sampah ditampung dan dibuang
setiap hari ditempat pembuangan yang memenuhi syarat karena
membuang sampah tidak pada tempatnya akan dapat mengakibatkan
penyakit dan akan mencemari udara disekitarnya. Mendidik anak
untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan dapat menekan
angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan sekolah.
- Jenis Sampah
Sampah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Sampah anorganik/kering yaitu tidak dapat mengalami
pembususkan secara alami seperti logam, besi, kaleng plastik,
karet, atau botol.
2. Sampah organik/basah dapat memngalami pembususkan secara
alami seperti sisa makanan, sayuran, sampah dapur, dan lain
sebagainya.
3. Sampah berbahaya yaitu sampah yang dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan seperti botol racun nyamuk, jarum
suntik, batere, dan lain sebagainya.

- Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan, dan
pemusnahan sampah sehingga sampah tidak mengganggu lingkungan:

1. Penyimpanan sampah
Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum sampah
dimusnahkan.
2. Pengumpulan sampah
Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian diangkut
serta dibuang ke tempat pembuangan akhir.
3. Pemusnahan sampah

- Dampak Pengelolaan Sampah yang Negatif


1. Terhadap Kesehatan
- Pengelolaan sampah yang tidak baik merupakan media yang
subur untuk berkembangnya vektor-vektor penyakit seperti
serangga, tikus, dan binatang lainnya untuk berkembang biak
sehingga dapat menyababkan timbulnya penyakit.
- Sampah menjadi sumber polusi seperti pencemaran tanah, air,
serta udara.
- Sampah menjadi tempat hidup mikroorganisme berbahaya
yang dapat membahayakan kesehatan.
- Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran

.
2. Terhadap Lingkungan
- Dapat mengganggu estetika dan polusi udara akibat
pembusukan sampah oleh mikroorganisme.
- Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata dan
pernafasan.
- Jika terjadi proses pembakaran yang dekat dengan sekolah
maupun pemukiman asapnya akan mengganggu penglihatan,
pernafasan, serta mencemari udara.
- Pembuangan sampah ke saluran air menyebabkan
pendangkalan saluran dan mengurangi daya aliran saluran.
- Dapat menyebakan banjir jika sampah dibuang di sembarang
tempat. Terutama ke saluran yang daya serapnya sudah
menurun.
- Membuang sampah ke selokan dapat mengotori badan air.

i. Media Promosi
Media promosi membuang sampah di sekolah dapat berupa:
- Poster.
- Slogan tentang kebersihan lingkungan dan anjuran membuang
sampah pada tempatnya yang dipasang disetiap kelas.
- Video tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar di
sekolah.

j. Aturan atau Tata Tertib


Untuk menjaga agar lingkungan agar selalu terjaga dari sampah
maka tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah
selalu pada tempatnya.
- Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang
sampah di sembarang tempat.
- Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang
tempat pada buku/kartu pelanggaran.
- Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda
terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang
tempat.
Lampiran Poster
Daftar Pustaka

 Depkes RI. 2009. Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktoral


Jenderal Pelayanan Medik
 Susiati, 2008, Keterampilan Keperawatan Dasar, Paket 1, Jakarta: Erlangga
Medical Series,
 WHO. 2005. Pedoman Keperawatan Pasien. Jakarta: EGC
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007 . Promosi Kesehatan Di
Sekolah. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan . 2009.
Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
 WHO. Diarrhoeal Disease . August 2009, diunduh dari
(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html.)
 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007.
 Kumar V., Cotran R & Robbins S., 2007. Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC
 Priyanto, A., dan Lestari, S., 2009, Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta: Salemba
Medika.
 Depkes RI, 2006, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta:
Badan POM RI
 Baughman, Diane C, 2000, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk
Brunner dan. Suddart, alih bahasa oleh Yasmin Asih, EGC
 WHO. 2005. Pedoman Keperawatan Pasien. Jakarta: EGC
 Susiati M. 2008. Keterampilan Dasar Keperawatan Paket 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai