Oleh Kelompok 5
Kelas C
ILMU KEPERAWATAN
2019
Anatomi Fisiologi Sistem Imun
A. Anatomi
1. Sel sistem Imun
a) Fagosit mononukleus
merupakan salah satu jenis sel fagosit yang terdiri dari sel monosit dan
makrofag
b) Limfosit
Limfosit adalah salah satu dari beberapa jenis leukosit yang berukuran
kecil dan memiliki fungsi terkait reaksi imunitas. Jumlah limfosit adalah 20-
25% dari keseluruhan leukosit (sel darah putih). Sel-sel limfosit dibentuk di
sumsum tulang.
Sel-sel limfosit berperan dalam kekebalan tubuh dengan cara tertentu.
Selain itu, limfosit juga bekerja sama dengan sel-sel fagosit di dalam melawan
mikroorganisme atau zat asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh.
c) Null cells
limfosit agranular besar yang berkembang di dalam sumsum tulang.
d) Neutrofil
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksibakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya
juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas
dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanyananah.
e) Eosinofil
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan
demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
f) Basofil
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi danantigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkanperadangan.
g) Epitel
2. Organ sistem imun
a) Sumsum tulang
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang
merupakan jaringan limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan
diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau
limfosit B.
b) Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga
dada bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
c) Kelenjar limfe, limpa, dan jaringan limfoid terkait usus
1. Kelenjar limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi
memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya
seperti rangkaian petasan. Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler
limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis
endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler
yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan
berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus)
dijumpai dalam vili usus kecil.
2. Limpa
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi sebagai
penghancur sel darah merah tua.
3. Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri dari daerah seperti mesh jaringan ikat
dalam tubuh yang mengandung sel darah putih, limfosit paling umum.
Jaringan dan pembuluh limfatik limfoid, yang mengangkut cairan
tubuh yang jelas disebut getah bening ke jantung, terdiri dari sistem
limfatik.
B. Fisiologis
1. Imunitas Bawaan dan didapat
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel
makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme
pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu
antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga
menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan
lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan
terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang
merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen. Sel yang berperan dalam
imunitas didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC =
antigen presenting cell = makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel
limfosit T dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas selular dan
imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel
target yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel
plasma dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan
fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan
sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan prosesantibody
dependent cell mediated cytotoxicy (ADCC). Limfosit berperan utama dalam
respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi atas 2 jenis yaitu Limfosit B dan
Limfosit T. Berikut adalah perbedaan antara Limfosit T dan Limfosit B.
2. Antigen
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor
sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang
mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu
sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan
tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
3. Respon Imun
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki
spesifisitas dan memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya
infeksi berulang. Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan
menggunakan faktor soluble yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins
(CRP), dan interferon. Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui
dua mekanisme pertahanan utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang
bersifat bakterisidal dan mekanisme fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4).
Sel fagosit akan mengenali berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan
menimbulkan respons inflamasi akibat migrasi sel-sel yang terlibat dalam
respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi.
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan
terhadap adanya stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki
tiga karakter utama, yaitu spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi.
Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons imun humoral dan
respons imun seluler.
7. Pengaktifan Limfosit B
Limfosit B jumlahnya mencapai 30% dari keseluruhan limfosit di
dalam tubuh. limfosit B dibentuk dan mengalami pematangan dalam sumsum
tulang (bone marrow). Huruf "B" pada limfosit B berasal dari kata :bursa
fabrisius:, yaitu organ pada unggas tempat pematangan limfosit B. Pada
organ bursa fabrisius inilah limfosit B pertama kali ditemukan. Akan tetapi,
beberapa ahli juga menyebutkan bahwa huruf "B" pada limfosit B berasal dari
"bone marrow" (sumsum tulang).
Limfosit B yang berkembang dalam sumsum tulang mengalami
pembelahan atau diferensiasi menjadisel plasma dan sel limfosit B memori.
Sel plasma yang terbentuk bertugas menyekresikan antibodi ke dalam cairan
tubuh. Adapun sel limfosit B memori berfungsi menyimpan informasi antigen.
b. FUNGSI ANTIBODI
Secara umum, Antibodi pada manusia memiliki dua
fungsi yang terpisah. Yaitu :
1. Antibodi memiliki kemampuan untuk mengenali dan
menempel/melekat pada antigen yang dianggap dapat
menyebabkan penyakit oleh tubuh.
2. Dalam mengenali dan melekatkan diri dengan antigen, zat
Antibodi senantiasa bertindak sebagai penanda, dan
selanjutnya akan mengirimkan sinyal ke sel darah putih
yang lain untuk menyerang zat asing tersebut.
3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus yang berlebih
NOC : Menunjukan pembersihan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan
oleh pencegahan aspirasi, status pernapasan, kepatenan jalan nafas, dan status
pernapasan, ventilasi tidak terganggu.
Menunjukan status kepatenan jalan nafas yang dibuktikan dengan, kemudahan
bernafas, frekuensi dan irama pernapasan, pergerakan sputum dan atau
sumbatan total keluar dari jalan nafas.
Intervensi :
a. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketidakadaan ventilasi dan adanya suara tambahan
Rasional : whezzing, ronchi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan
nafas/obstruksi
b. Kaji dan dokumentasikan adanya ketidakefektifan pemberian oksigen,
adanya nyeri, batuk tidak efektif, mukus yang kental dan kelelahan
Rasional : adanya nyeri, batuk tidak efektif maupun penumpukan sekret
menyebabkan oksigen tidak maksimal masuk ke dalam paru.
c. Tentukan kebutuhan pengisapan lendir oral atau trakhea
Rasional : suction merupakan tindakan yang beresiko menimbulkan
trauma mukosa jalan nafas jika dilakukan terus menerus
d. Pantau status oksigen klien dengan mengamati nilai SaO2 dan status
hemodinamik klien dengan melihat MAP serta irama jantung segera
sebelum melakukan pengisapan
Rasional : Suction dapat menghisap lendir dan oksigen yang ada di
saluran pernapasan
e. Anjurkan aktivitas fisik minimal (alih baring) guna mobilisasi sekret
Rasional : Mobilisasi pasien bertujuan untuk memobilisasi sekret agar
tidak nomaden dalam satu bagian lobus paru.
f. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
perlatan pendukung
Rasional : Perkusi bertujuan untuk memobilisasi sekret agar jatuh pada
bronkus, agar secret lebih mudah untuk dikeluarkan
g. Berikan oksigen yang telah dilembabkan sesuai dengan instruksi
Rasional : Oksigen bersifat kering, sehingga dapat mengiritasi mukosa
saluran nafas
h. Beritahu dokter terkait hasil analisa gas darah yang abnormal.
Rasional : Perubahan hasil AGD, menunjukan tingkat kemajuan ataupun
kemunduran proses pernapasan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan
ventilasi
NOC : Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh tidak
terganggunya respon alergik, sistematik, keseimbangan elektrolit dan asam
basa
Status pernapasan, pertukaran gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh
indikator gangguan status kognitif, PaO2, PaCO2, Ph arteri dan saturasi O2.
Intervensi :
a. Pantau saturasi oksigen dengan oksimetri nadi
Rasional : tingkat saturasi menggambarkan adekuat perfusi oksigen ke
jaringan
b. Pantau hasil analisa gas darah
Rasional : Kadar PaO2 yang rendah dan PaCO2 yang tinggi menunjukan
perburukan pernapasan
c. Pantau kadar elektrolit
Rasional : Perubahan kadar elektrolit yang ekstrim pada tubuh, dapat
memperburuk proses pernapasan dan memunculkan komplikasi lain, aritia,
konvulsif
d. Pantau status mental (misalnya tingkat kesadaran, gelisah dan konvulsif)
Rasional : Pada kondisi hipoksia berat, perubahan status mental sering
terjadi
e. Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
Rasional : Peningkatan kecepatan pernapasan dengan disertai penurunan
kesadaran merupakan indikasi terjadinya ketidaksesuaian antara Suplai
dan deman O2
f. Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut
Rasional : Sianosis pada ujung jari dan tepi bibir menunjukan terjadinya
hipoksia
g. Indikasikan kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan nafas aktual atau
potensial
Rasional : Jalan nafas buatan diperlukan pada kondisi dimana secret
menutup jalan nafas, terjadinya fatigue maupun penurunan kesadaran yang
beresiko besar terjadinya henti nafas
h. Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
Rasional : Hilangnya suara nafas maupun munculnya suara nafas
tambahan menunjukan adanya hambatan complain dan recoil paru
i. Pantau status pernapasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Pemberian oksigen yang baik, cukup akan sejalan dengan
perbaikan status pernapasan yang tampak secara klinis
j. Auskultasi bunyi jantung, catat jika terdapat bunyi S3 dan S4
Rasional : Adanya suara tambahan jantung menunjukan terjadinya
kompensasi jantung terkait perburukan keadaan maupun bentuk
kompensasi akan terjadinya hipoksi
k. Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan analisa gas
darah
Rasional : Analisa gas darah menggambarkan kemajuan maupun
kemunduran proses pernapasan
l. Manajemen jalan nafas, berikan udara yang dilembabkan, berikan
bronkhodilator (jika perlu), berikan terapi aerosol (bila perlu), berikan
terapi nebulisasi (jika perlu).
Rasional : bronkhodilator diberikan pada pasien dengan spasme jalan nafas
untuk membuka jalan nafas yag spasme.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia (over mucus), cairan
tubuh statis, perubahan sekresi PH, perubahan peristaltik)
NOC : Status kekebalan pasien meningkat dengan indilaktor, tidak didapatkan
infeksi berulang, tidak didapatkan tumor, status respirasi sesuai yang
diharapkan, temperatur badan sesuai yang diharapkan, integritas kulit baik,
integritas mukosa baik, tidak didapatkan fatigue kronis, WBC absolut dalam
batas normal.
Intervensi :
Intervensi :
a. Pertahankan jalan udara pasien dengan mengekstensikan leher
Rasional : Mencegah adanya obstruksi jalan nafas
b. Auskultasi suara nafas, dengarkan adanya kumur-kumur, mengi
Rasional : Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh
mukus, lidah dan dapat diatasi dengan mengubah posisi maupun
penghisapan
c. Berikan posisi fowler atau semifowler
Rasional : Posisi fowler/semi fowler memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan
pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas
d. Ajarkan teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau pernapasan
diafragma abdomen bila diindikasi serta latiahan batuk efektif.
Rasional : Membantu pengeluaran sputum
e. Observasi TTV (RR atau frekuensi permenit)
Rasional : Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik pad fungsi jantung