Pembimbing :
ENDANG WARTINI S.ST., S.PD., M.KES
disusun oleh :
WINDA NOVITA SARI
(12631078)
1.3 manfaat
1.3.1 bagi penulis
penulis mendapatkan pengalaman serta menerapkan teori yang telah didapat
diperkuliahan pada kasus nyata dengan perdarahan post partum.
1.3.2 bagi lahan praktek
untuk dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada
………………dengan perdarahan post partum.
persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir. (rohani,2011)
persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks serta janin turun ke jalan
lahir. (prawihardjo,2007).
persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim
ibu. (kurniawati,2009)
2.1.2 etiologi persalinan
perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormone
yang dominan yaitu estrogen dan progesterone. estrogen dan progesterone harus dalam
komposisi yang seimbang supaya kehamilan bisa dipertahankan. perubahan keseimbangan
antara estrogen dan progesterone memicu oksitisin dikeluarkan oleh hipofisis posterior,
sehingga menyebabkan kontraksi braxton hicks.
oksitosin diduga bekerja sama dengan prostaglandin yang kadarnya makin meningkat
mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. di samping itu, factor status gizi wanita hamil dan
keregangan otot rahim juga mempengaruhi mulainya kontraksi otot rahim.
sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanya berupa teori-teori yang kompleks antara factor-faktor hormone, stuktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. (sulistyawati,2010)
2.1.3 teori persalinan
B. pembukaan serviks
pembukaan serviks disebabkan karna pembesaran ostium uretra externum (oue) karna
otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk dilewati kepala.pada
pembukaan 10cm atau pembukaan lengkap,bibir portio tidak teraba lagi,vagina dan
segmen bawah rahim telah menjadi satu rahim.
C. perubahan system kardiovaskuler.
1. tekanan darah
tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata 10-20 mmhg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmhg.diantara kontraksi-kontraksi uterus,tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi
kontraksi.
posisi tidur terlentang selama persalinan akan menyebabkan adanya
penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta),yang akan
menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu,ibu
biasa mengalami hipotensi dan janin dapat asfiksia.
A. denyut jantung.
denyut jantung meningkat selama kontraksi.dalam posisi terlentang
denyut jantung akan menurun.denyut jantung antara kontraksi sedikit
lebih tinggi dibanding selama periode segera sebelum persalinan.hal ini
mencerminkan kenaikan metabolisme selama persalinan.selain itu
peningkatan denyut jantung dapat di pengaruhi oleh rasa takut,tegang
dan khawatir.
2. perubahan metabolisme
selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik
akan naik secara perlahan.kenaikan ini sebagian besar disebabkan karna
kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh.kegiatan metabolisme yang
meningkat tercermin dari kenaikan suhu badan,denyut
nadi,pernafasan,kardiak output dan kehilangan cairan.
3. perubahan system respirasi
pada respirasi atau pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan
sebelum persalinan,hal ini disebabkan adanya rasa nyeri,kehawatiran serta
penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
4. kontraksi uterus
kontraksi uterus terjadi karna adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormon yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin.kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri dan terus menyebar
kedepan dan kebawah abdomen,gerak his dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus adalah sumber dari timbulnya kontraksi pada pace
maker.
5. perubahan pada ginjal.
poliuria sering terjadi selama persalinan.kondisi ini bisa diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.poliuri menjadi
kurang jelas pada posisi telentang karna posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama kehamilan.
6. perubahan pada saluran cerna.
motilitas dan absorsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang.apabila kondisi ini di perburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan,maka saluran cerna bekerja dengan
lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
7. pembentukan segmen atas rahim bawah rahim
segmen atas rahim (sar) di bentuk oleh korpus uteri yang sifatnya aktif yaitu
berkontraksi,dan dinding tambah tebal dengan majunya persalinan serta
mendorong anak keluar. segmen bawah rahim (sbr) terbentang di uterus
bagian bawah atas ishmu, dengan serviks serta sifat otot yang tipis dan
elastis. pada bagian ini banyak otot melingkar dan memanjang.
8. perubahan hematologis
hemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan akan
kembali ke tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan.
9. perubahan renal
polyuri sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh kardiak
output yang meningkat serta di sebabkan oleh glomerolus serta aliran
plasma ke renal.
10. perubahan gastrointernal.
kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang,menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan
dan mengalami kontipasi.
11. perubahan suhu.
suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran.
12. perubahan psikologi kala i
1. perasaan tidak enak.
2. takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
3. sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal.
4. menganggap persalinan sebagai cobaan.
5. apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
6. apakah bayinya normal atau tidak.
7. apakah ia sanggup merawat bayinya.
8. ibu merasa cemas.
13. perubahan fisiologis kala ii
1. kontraksi
kontraksi uterus
A. kontraksi bertambah kuat, datang setiap 2-3 menit dan berlangsung
antara 50-90 detik.
B. setiap kali kontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian
presentasi / kantong amnion didorong ke bawah, kedalam serviks.
serviks pertama-tama menipis, mendatar, kemudian terbuka dan otot
pada fundus menjadi lebih tebal.
kontraksi abdomen
A. setelah uterus terbuka, isinya dapat didorong keluar
B. otot abdomen, dibawah kontrol sadar dapat mengencangkan dan
mengompres rongga abdomen, menambahkan tekanan pada kantung
yang terbuka dan mendorong bayi
C. sampai serviks berdilatasi sempurna, tekanan abdomen hanya cukup
untuk merobek membran amnion. setelah berkontraksi, upaya mengedan
akan sangat membantu ekspulsi janin.
D. ketika bagian presentasi terdapat pada rektum dan perinium, terjadi
keinginan tiba-tiba untuk mengedan. (asrinah, 2010)
2. Dorongan otot-otot dinding uterus
anatomi
selama kehamilan lapisan otot mengalami perubahan dan menyiapkan
diri untuk pengeluaran fetus. otot uterus terdiri dari 3 lapisan :
A. lapisan luar : seperti kap melengkung melalui fundus menuju ke arah
ligament.
B. lapisan dalam : merupakan serabut otot yang berfungsi sebagai spincter
terletak pada ostium internum tuba dan orifium internum.
C. lapisan tengah : terletak di antara dua lapisan, merupakan anyaman
serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah.
retraksi
A. setelah kontaksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan
sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya
seperti sebelum berkontraksi. dengan retraksi ini maka rongga rahim
mengecil dan anak berangsur didorong kebawah dan tidak banyak naik
lagi keatas setelah his hilang. akibat retraksi ini segmen atas semakin
tebal dengan majunya persalinan dan setelah bayi lahir.
B. kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat didaerah fundus uteri dan
berangsur berkurang kebawah dan paling lemah pada segmen bawah
rahim. jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi di
bagian atas, maka tidak akan ada kemajuan dalam persalinan.
3. perubahan uterus
A. pendataran cerviks/effacement
` ialah pemendekan dari kanalis cervicalis, yang semula berupa saluran
yang panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis.
B. pembukaan serviks/ dilatasi serviks
ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu
lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat
dilalui anak. kira-kira 10 cm diameternya (pembukaan lengkap).
C. perubahan ligamentum rotundum dalam persalinan
ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus
berkontraksi, otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek.
4. perubahan pada vagina dan dasar panggul
dalam kala 1 ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan ,hingga dapat dilalui oleh anak. setelah
ketuban pecah, segala perubahan terutama dasar panggul ditimbulkan
oleh bagian depan anak. bagian depan anak yang maju itu, dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. waktu kepala
sampai divulva,lubang vulvamenghadap keatas. dari luar, peregangan
oleh bagian depan nampak pada perinium yang menonjol menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka. regangan yang kuat ini dimungkinkan
karena bertambahnya pembuluh darah pada vagina dan dasar panggul,
tetapi kalau jaringan tersebut robek, maka menimbulkan perdarahan
yang banyak.
5. pergeseran organ-organ dasar panggul
dengan turunnya kepala terjadi tekanan dan tarikan pada jaringan lunak
dan organ panggul.
A. kandung kemih terdorong keatas dan menjadi satu dengan abdomen,
memberikan ruang lebih pada fetus dan menurunkan resiko trauma pada
kandung kemih. pada kala ii, uretra terjepit antara panggul dan kepala
fetus sehingga akan sulit bahkan tidak terjadi pengeluaran urin.
B. bagian posterior dari dasra panggul terdorong kebawah dan memanjang
semakin tipis. karena rectum tertekan oleh kepala, maka feses akan
terdorong keluar anus. anus akan mulai menganga dan membuka ke
dinding rectum anterior.
3. flexion (fleksi)
pada umumnya terjadi fleksi penuh/ sempurna sehingga sumbu
panjang kepala sejajar sumbu panggul sehingga membantu penuruna kepala
selanjutnya.
fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis(puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala)
4. internal rotation (putar paksi dalam)
selalu disertai turunya kepala,putaran ubun-ubun kecil kearah depan
(kebawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparentalis
hal ini mutlak perlu terjadi karena untuk menyesuaikan denagn bentuk
jalan lahir.
putar paksi dalam terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum sampai hodge iii
5. ekstention
dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala semakin turun
dan menyebabkan perineum distensi. pada saat ini kepala berada di simfisi
dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala
ekspulsi dan melewati introitus vaginae
ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.
lahir berturut-turut : oksiput,bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. external rotation (putar paksi luar)
setelah kepala lahir maka kepala memutar kembali ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi). selanjutnya
putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikum sifihak (putaran paksi luar sebenarnya). putaran paksi luar
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pap
7. expultion
setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah syimfisis dan
menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
2.1.6 tanda – tanda persalinan
A. lightening
lightening yang mulai dirasa kira-kira 2 minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. lightening
menyebabkan tfu menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada
usia kehamilan 8 bulan.
B. perubahan serviks
terjadi akibat peningkatan intensitas braxton hicks. serviks menjadi matang
selama periode yang berbeda-bedasebelum persalinan. kematangan serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
C. persalinan palsu
terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh
signifikan terhadap serviks. timbul akibat kontraksi braxton hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
D. ketuban pecah dini
pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. apabila
terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut ketuban pecah
dini (kpd). hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. kurang lebih 80%
wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami kpd
mulai mengalami persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam.
E. bloody show
plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan. plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan
lahir selama kehamilan. pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud
sebagai bloody show.
temuan-temuan anamnesis
rencana untuk asuhan atau perawatan
dan/pemeriksaan
riwayat bedah sesar 1. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
mempunyai kemampuan untuk
melakukan bedah sesar
2. dampingi ibu ke tempat rujukan.
berikan dukungan dan semangat
kurang dari 37 minggu (persalinan kurang 1. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
bulan) memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir.
2. damping ibu ke tempat rujukan.
berikan dukungan dan semangat.
ketuban pecah dan air ketuban bercampur 1. dengarkan djj, jika ada tanda-tanda
dengan sedikit mekonium disertai tanda- gawat janin laksanakan asuhan
tanda gawat janin yang sesuai(lihat di bawah)
ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau 1. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
ketuban pecah pada kehamilan kurang memiliki kemampuan
bulan (usia kehamilan kurang dari 37 penatalaksanaan gawat darurat
minggu) obstetri.
2. damping ibu ke tempat rujukan
dan berkan dukungan serta
semangat.
tekanan darah lebih dari 160/110 dan/ 1. baringkan ibu miring ke kiri.
terdapat protein dalam urin (preeklampsia 2. pasang infuse menggunakan jarum
berat) berdiameter besar (ukuran 16-18)
dan berikan rl
primipara dalam fase aktif kala satu 1. baringkan ibu miring ke kiri.
persalinan dengan penurunan kepala janin 2. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
5/5 memiliki kemampuannn
penatalaksaan gawatdarurat
obstetric bayi baru lahir.
3. damping ibu ke tempat rujukan.
berikan dukungan dan semangat.
tali pusat menumbung (jika tali pusat 1. gunakan sarung tangan dtt,
masih berdenyut) letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat
yang menumbung. tangan lain
mendorong bayi melalui dinding
abdomen agar bagian terbawah
janin tidak menekan tali pusatnya
(minta keluarga ikut membantu)
2. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat
obstetri.
tanda dan gejala fase laten 1. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
berkepanjangan: memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat
1. pembukaan serviks < 4 cm setelah
obstetri.
8 jam
2. dampingi ibu ke tempat rujukan.
2. kontraksi uterus (>2 dalam 10
berikan dukungan dan semangat.
menit)
tanda dan gejala belum in partu: 1. anjurkan ibu untuk minum dan
makan
1. frekuensi kontraksi < 2x dalam 10
2. anjurkan ibu untuk bergerak bebas
menit dan lamanya < 20 detik
3. jika kontraksi berhenti dan/tidak
2. tidak ada perubahan pada serviks
ada perubahan serviks, evaluasi
dalam waktu 1 hingga 2 jam
djj, jika tidak ada tanda-tanda
kegawatan pada ibu dan janin,
persilahkan ibu pulang dengan
nasehat untuk: menjaga cukup
makan dan minum, datang untuk
mendapat asuhan jika terjadi
peningkatan frekuensi dan lama
kontraksi.
tanda dan gejala partus lama: 1. segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
1. pembukaan serviks mengarah ke
penatalaksanaan gawat darurat
sebelah kanan garis waspada
obstetri.
partograf
2. dampingi ibu ke tempat rujukan.
2. pembukaan serviks < 1 cm / jam
berikan dukungan dan semangat.
3. frekuensi kontraksi < 2x dalam 10
menit dan lamanya < 40 detik
2.1.11 partograf
partograf digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. partograf
memberi peringatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan
janin, bahwa ibu mungkin dirujuk. untuk penggunaan yang benar adalah sebagai
berikut :
1. djj, diobservasi dan dicatat stiap 30 menit
2. air ketuban, diobservasi setiap 4 jam dan dicatat :
u : selaput utuh
j : selaput pecah, air ketuban jernih
m : air ketuban bercampur mekonium
d : air ketuban bercampur darah
3. moulage, diobservasi setiap 4 jam dan dicatat :
0 : tidak ada penyusupan sutura
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4. pembukaan serviks, diobservasi setiap 4 jam dan dicacat dengan cara memberi
tanda silang
5. penurunan, mengacu pada bagian kepala yang terabaa diatas simpisis pubis.
catat dengan tandaa lingkaran pada setiap pemeriksaan dalam(diperiksa setiap 4
jam).
6. waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani setelah pasien
diterima.
7. kontraksi, catat setiap 30 menit; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam
hitungan detik.
8. oksitosin, bila memakai oksitosin catat berapa banyak oksitosi per volume
cairan infus dan dalam tetesan per menit.
9. obat yang diberikan, catat semua obat lain yang diberikan
10. nadi, catatlah setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
11. tekana darah, catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
12. suhu, catatlah setiap 2 jam
13. protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu berkemih.
2.1.12 penatalaksanaan
untuk melakukan asuhan persalinan normal (apn) dirumuskan 58 langkah
asuhan persalinan normal sebagai berikut:
1) mendengar & melihat adanya tanda persalinan kala dua yaitu ketika ibu
merasa ingin meneran lalu tekanan pada vagina semakin kuat ,perineum
menonjol dan vulva membuka.
6) mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
10) memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan
djj dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12) meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13) melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran agar meneran dengan baik dan benar,mendapatkan posisi
yang nyaman sesuai pilihanya lalu anjurkan ibu untuk istirahat diantara
kontraksi.
15) meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
19) saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah. setelah
itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum
dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah
satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang
lain pada belakang kepala bayi. tahan belakang kepala bayi agar posisi
kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum).
20) setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi kemudian
memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin apabila tali pusat
longgar lepas tali pusat lewat atas kepala bayi tapi apabila tali pusat kuat
potong tali pusat menggunakan klem dan gunting tali pusat.
21) menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23) setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
26) mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. membiarkan bayi atas perut ibu.
27) memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus dengan cara memegang fundus ibu apakah ibu mengandung bayi
gemeli atau tidak?
28) memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
29) dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit im
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30) setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) dengan satu tangan. pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32) mengikat tali pusat dengan benang dtt atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya setelah itu letakkan bayi didada ibu biarkan bayi
mencari sendiri puting susu ibu.
33) menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
34) memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
35) meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. tangan lain menegangkan tali pusat.
36) setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokrainal. jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan mengulangi prosedur.
38) setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39) segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40) periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
42) memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43) lakukan imd dengan membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. setelah 1 jam beri tetes mata
antibiotik dan beri vitamin k1 1mg intramuskuler dipaha kiri.
45) setelah satu jam pemberian vitamin k1 berikan suntikan imunisasi hepatitis
b di paha kanan anterolateral. tempatkan bayi pada jangkauan ibu agar
bisa menyusu,bila imd tidak berhasil tetap biarkan bayi diatas perut ibu
dan tunggu sampai bayi berhasil menyusu.
46) melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
yaitu 2-3x dalam 15 menit pertama kemudian tiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2. apabila uterus tidak
berkontraksi dengan baik maka lakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanaan antonia uteri.
49) memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan lalu memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam
selama 2 jam pertama paasca persalinan dan melakukan tindakan yang
sesuai dengan tindakan yang tidak normal.
50) memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik yaitu 40-60x/menit serta suhu tubuh 36-37,5c apabila terdapat nafas
cepat retraksi dinding dada bawah yang berat,sulit bernafas dan merintih
segera lakukan rujukan apabila kaki terasa dingin pastikan ruaangan
hangat, lalu kembalikan bayi kontak kulit dengan ibunya dan segeran
selimuti ibu dan bayi dalam satu selimut.
51) menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
53) membersihkan ibu dengan menggunakan air ddt. membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. bantu ibu memakai memakai pakaian bersih
dan kering.
54) memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum dan makan yang diinginkan,pastikan ibu merasa
nyaman .
58) melengkapi partograf lembar depan belakang ,serta periksa tanda vital dan
asuhan kala iv.
b. penyakit sekarang
ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun seperti
jantung, hipertensi, penyakit menurun seperti diabetes mellitus, asma,
penyakit menular seperti tbc, hepatitis, hiv/aids.
c. penyakit keluarga
ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menahun seperti jantung, hipertensi, penyakit menurun seperti diabetes
mellitus, asma, penyakit menular seperti tbc, hepatitis, hiv/aids.
4. riwayat obstetri
a. riwayat menstruasi
amenorhea : 3 bulan
menarche : 12 – 16 tahun
lama : 5 – 7 hari
banyak : ± 50 cc ( berapa kali ganti pembalut, penuh
/ tidak)
siklus : 21 – 30 hari
teratur/tidak : teratur
disminorhea : ada/tidak ( sebelum/sesudah menstruasi)
flour albus : ada/tidak ( sebelum/sesudah menstruasi) warna, bau/tidak,
gatal/tidak.
hpht :
tp/hpl : ( tanggal + 7)
( bulan + 9 / -3)
` ( tahun + 1 / tetap )
b. riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
selama kehamilan, persalinan, nifas yang lalu tidak terjadi komplikasi,
sehingga tidak timbul faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya
komplikasi.
c. riwayat kehamilan sekarang
1. ibu mengatakan ini hamil ke....dengan usia kehamilan....bulan.
2. melakukan anc berapa kali pada tm i,ii,iii selama kehamilan, serta
terapi apa yang diberikan saat anc, dan bagaimana hasil pemeriksaan
dan penyuluhan apa yang di dapat.
3. berapa kali ibu mendapatkan imunisasi tt, status tt, gerak anak yang di
rasakan sejak berapa bulan, gerak anak dalam 24 jam terakhir, keluhan
ibu selama hamil, dan penyuluhan apa yang di dapat
5. riwayat kb
untuk mengetahui ibu pernah mengikuti kb atau tidak, jika pernah sejak kapan,
lama mengikuti, keluhan selama menggunakan, dan jika berhenti alasan
berhentinya atau ganti.
6. riwayat perkawinan
untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama menikah, umur pertama kali
menikah, dan status pernikahan sah atau tidak.
7. riwayat psikologi
untuk mengetahui respon ibu terhadap kehamilannya dan bagaimana
dukungan suami atau keluarga terhadap kehamilannya.
8. riwayat budaya
ibu melakukan atau tidak budaya atau mitos yang membahayakan
kehamilannya.
9. perilaku kesehatan
mengkaji selama hamil apa ibu pernah minum jamu, merokok, dan minum
minuman keras yang dapat meningkatkan resiko saat persalinan.
10. pola kebiasaan sehari – hari
a. pola nutrisi
perubahan konsumsi makan sebelum dan selama hamil pada ibu hingga
300 kalori per hari, mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, minum cukup cairan (gizi seimbang).
b. pola eliminasi
bagaimana pola eliminasi klien sebelum dan selama hamil yang terdiri dari
bab, bagaimana frekuensinya, konsistensi, warna, bau, dan ada keluhan
atau tidak. bak bagaimana frekuansinya, warna, bau, dan ada keluhan atau
tidak.
c. pola istirahat
istirahat yang diperlukan adalah 8 jam malamhari dan 1 jam siang hari
walaupun tidak baiknya berbaring saja untuk istirahat.
d. pola personal hygiene
dalam sehari berapa kalin klien mandi, gosok gigi, ganti pakaian dalam
dan luar, dalam seminggu berapa kali cuci rambut sebelum dan selama
hamil.
e. pola aktifitas
bagaimana aktifitas ibu selama hamil dan sebelum hamil. aktifitas ibu
sehari – hari yang berlebihan akan membuat stamina ibu menurun dan
akan mengganggu pertumbuhan janin.
f. pola seksual
frekuensi seksual sebelum dan selama hamil. jika melakukan hubungan
seksual saat usia kehamilan masih muda jika tidak dilakukan dengan
tehnik yang baik maka akan menyebabkan keguguran, jika dengan
hubungan seksual dilakukan saat hampir memasuki persalinan/ saat
kehamilan tua akan mempermudah / mempercepat persalinan karena
prostaglandin akan membantu merangsang kontraksi.
B. data objektif
1. pemeriksaan umum
keadan umum : baik, cukup, lemah
kesadaran : composmentis ( sadar penuh, baik/
sempurna )
apatis ( perhatian berkurang )
somnolent ( mudah tidur walaupun sedang diajak
bicara)
sopor ( harus dengan rangsangan kuat )
sopora comateus ( hanya tinggal reflek kornea saja)
coma ( tidak ada respon )
keadaan emosi : mencermati mimik wajahb pasien, nada bicara,
bahasa tubuh.
cara berjalan : tegak, lordosis
ttv : suhu : 36,5 – 37,5 oc
nadi : 60 – 100 x per menit
rr : 16 – 24 x per menit
td : 110/70 – 130/90 mmhg
berat badan : sesuai dengan umur kehamilan
tinggi badan : ≥145 cm
lila : ≥ 23,5 cm
2. pemeriksaan khusus
a. inspeksi
kepala : warna rambut, besih / tidak, rontok/ tidak, ada
benjolan / tidak.
muka : untuk mengetahui chloasma gravidarum,
pucat/ tidak, oedema / tidak.
hidung :apakah ada gangguan pernafasan, ada polip/
tidak, ada sekret/ tidak.
mulut dan gigi : lesi pada lidah/ tidak, bibir lembab/tidak, gigi karies/
tidak ada pembesaran tonsil/ tidak.
telinga : simetris/ tidak, ada serumen/ tidak.
leher : untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar tyroid, pembesaran vena jugularis,
dan kelenjar limfe.
dada : menilai payudara ( pembesaran, kesimetrisan,
keadaan papila mammae, pengeluaran colostrum,
hiperpigmentasi, areola mammae).
abdomen : pembesaran pada abdomen sesuai dengan umur
kehamilan/ tidak, ada linea/ striae, ada bekas operasi/
tidak.
genetalia : keadaan perineum, warna vulva dan
pengeluaran per vagina.
ekstremitas : atas dan bawah (simetris/ tidak, oedem/ tidak)
b. palpasi
leopold i : menentukan tfu, dan menentukan bagian yang ada di
fundus
leopold ii : menentukan letak punggung dan bagian kecil janin
leopold iii : menentukan bagian terendah janin sudah
masuk pap atau belum
leopold iv : seberapa jauh bagian terendah janin masuk
pap
konvergen : hanya bagian kecil yang masuk pap
sejajar : separuh bagian masuk pap
divergen : sebagian besar sudah masuk
pap
variasi :
1. mc. donald : ....cm
2. budin : satu tangan menekan fundus dan
tangan satunya mencari bagian yang
terkecil.
3. ahfeld : pinggir tanagn kiri di letakkan di
tengah perut /linear, sedangkan tangan
kanan mencari punggung janin.
4. tafsiran berat janin (tbj)
(tfu – 11) x 155 bila sudah masuk pap
(tfu – 13) x 155 bila belum masuk pap
5. his:kontraksi uterus sifatnya teratur selama janin dalam rahim.
penulisannya = ...(kali)x10’, ...”
c. auskultasi
djj: denyut jantung janin (frekuensi, ritme kuat /lemah), normalnya 120 –
160 x/menit, dihitung satu menit penuh.
punctum maximum: melalui letak punggung janin.
d. perkusi
reflek patella:+/-
e. pemeriksaan dalam
oleh.......................jam........................
v/v (vulva/vagina) :blood/blood slym/slym (lendir saja)
ø (pembukaan ) : 1-10 cm
eff (effacement ): penipisan dan pemendekan porsio =25% seperti
hidung, 50 % seperti telinga bagian bawah, 75
% seperti bibir, 100 % seperi kertas.
ketuban : +/-,(+)utuh,(-)sudah pecah
presentasi : kepala/kaki/tangan/bokong
hodge : bidang hodge 1 – 4
1. hodge i : bidang yang dibentuk pada lingkaran pap
dengan bagian tepi atas simpisis sampai dengan
promontorium.
2. hodge ii : bidang hodge 2 sejajar dengan bidang
hodge 1 terletak setinggi bagian bawah simfisis
3. hodge iii : bidang ini sejajar dengan bidang hodge
1 dan 2 terletak setinggi spina iskiadika kanan kiri
4. hodge iv : bidang sejajar dengan bidang hodge i, ii,
dan iii terletak setinggi os koksigeus.
denomenator : uuk/sakrum/
bagian kecil janin : kaki/tangan
2. interpretasi data dasar
dituliskan diagnosa dan semua masalahnya yang mungkin muncul sesuai dengan
teori disertai dengan ds dan do.
A. diagnosa
ds:................................................
do:................................................
B. masalah
ds :..........................
do:...............................
3. antisipasi masalah potensial
di isi jika kasus patologis
isinya dx. potensial dan mx. potensial serta antisipasinya
dx potensial : dx. yang kemungkinan terjadinya
antisipasi :
mx potensial : masalah yang kemungkinan terjadi
antisipasi :
4. identifikasi kebutuhan segera
di isi sesuai dengan teori data objektif:ditulis keadaan normalnya saja
contoh:
tb:>145 cm
lila:>23,5 cm
5. intervensi
di isi dengan teori
intervensi disusun sesuai dengan diagnosa dan semua masalah yang mungkin
terjadi
dx:....................................
tujuan:.................................
kriteria hasil:.........................................
kala i.......................................
kala ii.......................................
kala iii......................................
kala iv.....................................
intervensi:
dx : gravida, para, abortus dengan usia kehamilan berapa minggu
tujuan : setelah dilakukan asuhan persalinan, ibu dapat melewati masa
persalinan dengan aman tanpa ada komplikasi
kriteria hasil : mengacu pada menegakkan diagnose
intervensi : melakukan asuhan pada ibu bersalin sesuai kebutuhan
rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang ada dan
tidak di buat – buat
mx : masalah yang dialami oleh ibu selama masa persalinan
tujuan : setelah dilakukan asuhan persalinan, ibu dapat
mengatasi masalah dan menjalani masa persalinan dengan
aman tanpa ada komplikasi.
kriteria hasil : mengacu untuk menegakkan masalah
intervensi : melakukan asuhan pada ibu bersalin sesuai kebutuhan
rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang ada dan
tidak dibuat – buat
6. implementasi
sesuai dengan intervensi
7. evaluasi
mengacu pada kriteria hasil dengan
Plasenta previa
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada
serviks, vagina, dan varises yang pecah
penanganan
5. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksa
darah, HB, clot observasi (LOT)
pencegahan perdarahan post partum
tindakan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu
hamil dengan melakukan anc yang baik. ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi/riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin di
rs. diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar hb, golongan darah, dan bila
mungkin tersedia donor darah. sambil mengawasi persalinan dipersiapkan
keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika). setelah
ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu
bayi lahir diberikan lampul mathergin/kombinasi dengan s satuan suntosinon
(sama dengan intravena). hasilnya biasanya memuaskan.
pengobatan perdarahan kala uri
sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri adalah :
1. berikan oksidasin
2. cobalah mengeluarkan placenta menurut cara crede (1-2 kali)
3. keluarkan placenta dengan tangan
pengeluaran placenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan jika
a. ada sangkaan akan terjadi perdarahan post partum.
b. ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc)
c. terjadi retensio plasenta
d. dilakukan tindakan obstetric dalam narkosa
e. ada riwayat perdarahan post partum pada persalinan yang lalu
jika masih ada sisa-sisa placenta yang agak melekat dan masih terdapat
perdarahan, segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti
pemberian utrotonika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari keempat baru
lakukan kurerase untuk membersihkannya.
jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan
berhenti (sinopsis obstetri)
penatalaksanaan antonia uteri
antonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pijatan fundus uteri :
seberapa lakukan kompresi bimanual internal
a. pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
masukan tangan (dengan cara menyatakan kelima ujung jari) ke introitus dan
kedalam vagina ibu.
b. periksa vagina dan serviks. jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada
kavum uteri tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c. letakkan kepala tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus,
sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat di
dinding.
d. tekan uterus dari kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah didalam dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. evaluasi keberhasilan :
i. jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan kbi
selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam
vagina.
ii. jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa
perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian tersebut.
seberapa lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
iii.jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan
langkah-langkah penatalaksanaan antonia uteri selanjutnya minta tolong
keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
alasan : antonia uteri seringkali bisa di atasi dengan kbi tidak berhasil dalam
waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
berikan 0,2 mg ergometrin 1 m (jangan berikanergometrin kepada ibu dengan
hipertensi).
alasan : ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darag lebih tinggi
dari kondisi normal.
menggunakan jarum berdiameter (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan
50 melakukan larutan rl yang mengandung 20 unit oksitosin.
alasan : jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan iv secara
cepat, dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. oksitosin
iv akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. rl akan membantu mengganti
volume cairan yang hilang selama perdarahan.
pakai sarung tangan steril atau ddt dan ulangi kbi.
alasan : kbi yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat
membantu membuat uterus berkontraksi.
jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera lakukan
rujukan.
berarti ini bukan atonika ateri sederhana. ibu membutuhkan perawatan gawat
darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan
transfusi darah.
dampingi ibu ke tempat rujukan. teruskan melakukan kbi hingga ibu tiba di
tempat rujukan. teruskan pemberian cairan iv hingga ibu tiba di fasilitas rujukan :
a. infus 500 melakukan yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b. kemudian berikan 500/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah
cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125/jam.
c. jika cairan iv tidak cukup, infus botol kedua berisi 500 melakukan cairan
dengan tetes lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan
tambahan.
kompresi bimanual eksternal
1. letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simpisis pubis.
2. letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri)
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi
pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua
tangan tersebut.akan membantu uterus berkontraksi.(apn 2007).
4. Pemijitan fundus uteri segera setelah
lahirnya plasenta (maksimal 15 deik)
1. Bersihkanlah bekuan tidakdarah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang
serviks.
2. Pastikan bahwa kandungan kemih telah kosong. Jika penuh atau dapat di
palpasi, kaleterasi kandungan kemih menggunakan teknik aseptic.
3. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI selama 5 menit).
tidak
5. Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal.
6. keluarkan tangan perlahan-lahan
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jaringan diberikan jika hipertensi)
8. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml ringer
laktat ± 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin
9. Ulangi KBI
Uterus
berkontraksi?
I. pengkajian
tanggal pengkajian : 29 oktober 2007
jam : 10.00 wib
A. data subyektif
1. biodata
nama : ny. a nama : tn. b
umur : 25 th umur : 27 th
agama : islam agama : islam
suku/bangsa : indonesia suku/bangsa : indonesia
pendidikan : smu pendidikan : smu
pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
alamat : kepatihan alamat :kepatihan
2. keluhan utama
ibu mengatakan tubuhnya terasa lemas setelah melahirkan dan keluar darah terus
menerus dari kemaluannya.
3. riwayat kebidanan :
a. riwayat menstruasi
menarche : 13 tahun
haid teratur/tidak : teratur
siklus : 28 hari
lama : 7 hari
banyaknya : 1-3 hari ganti kotex 4x/hari, 4-7 hari
ganti kotex 2x/hari
warna : merah pada hari 1-4, 5-7 hari warna coklat
keluhan : disminore
flour albus : kadang-kadang saat menjelang haid
hpht : 01 februari 2007
hpl : 08 november 2007
b. riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu pasien mengatakan ini
merupakan kehamilan yang pertama.
4. riwayat persalinan sekarang
kala i
pasien datang ke bps dengan keluhan kenceng-kenceng mulai tanggal 29
oktober 2007
dilakukan pemeriksaan dalam jam
7 cm, eff 70 %, hii, bagian terendah kepala.
pada tanggal ………..dilakukan pemeriksaan dalam lagi jam………
9 cm, eff 90 %, h iil, keterangan , bagian terendah, kepala disamping
bagian terendah tidak terdapat bagian-bagian kecil anak.
pasien mulai dipimpin mengejan setelah lengkap pada jam 13.15 wib
kala ii
pada jam 13.15 wib.mendengar dan melihat tanda dan gejala kala ii
pada jam 13.30 wib bayi lahir spontan seluruhnya, jenis kelamin laki-laki,
langsung menangis, bb = 3300 gram,. pb =50 cm.
kala iii
pada jam 13.45 wib plasenta lahir spontan lengkap.
kotiledon : 20 kotiledon
selaput : utuh
tebal : 2 cm
diameter : 20 x 20 cm
insersi tali pusat : marginalis
panjang tali pusat : 48 cm
berat plasenta : 500 gravidarum
dilakukan massage setelah plasenta lahir
kontraksi uterus lemah
laserasi tingkat ii
5. riwayat kesehatan yang lalu
sebelum hamil dan saat hamil pasien tidak pernah menderita penyakit menahun,
menurun dan menular seperti : jantung, ht, dm, hepatitis dll.
4. pemeriksaan penunjang
-
5. kesimpulan
p2002 post partum dengan antonia uteri
V. intervensi
diagnosa : p2002 post partum antonia uteri
tujuan jangka pendek : setelah dilakukan askeb selama 1 x 30 menit
perdarahan berhenti
tujuan jangka panjang : setelah dilakukan askeb selama 1 x 24 jam ibu
dalam keadaan normal
kriteria hasil :
k/u baik
ttv dalam batas normal
perdarahan berkuang ± 50 cc
tfu dalam batas normal
uc baik
wajah tidak pucat
conjungtiva merah muda
intervensi :
1. lakukan pemijitan fundus uteri segera setelah lahirnya placenta (maksimal 15
dettik).
r/ : pemijitan merangsang kontraksi uteri dan dapat melakukan penilaian
kontraksi uteri
2. bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks.
r/ : dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik
3. pastikan bahwa kandungan kemih kosong. jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan
katerisasi menggunakan teknik aseptic.
r/ : memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding
dalam uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi. jika
tidak berhasil setelah 5 menit, diperlukan tindakan lain.
4. lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
r/ : dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik
5. anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal
r/ : keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual/secara eksternal
selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. keluarkan tangan perlahan-lahan
r/ : agar tidak sakit
7. berikan ergometri 0,2 mg 1 m ( jangan diberikan jika hipertensi )
r/ : ergometri akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
8. pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml + 20
unit. habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.
r/ : dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan oksitosin iv akan dengan cepat merangsang kontraksi
uterus.
9. ulang kompresi bimanual/internal
r/ : kbi yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan
membantu membuat uterus berkontraksi.
10. rujuk segera jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit
r/ : berarti bukan atonia yang sederhana, ibu membutuhkan, perawatan gawat
darurat di fasilitas yang dapat dilaksanakan bedah dan pemberian darah.
11. dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan kbi
r/ : kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka
dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.
12. lanjutkan infus rl + 20 untuk oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500
ml/jam hingga ditempat rujukan/hingga menghabiskan 1,5 liter infus. kemudian
berikan 125 ml/jam. jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 ml kedua
dengan perlahan dan berikan minum untuk rehidrasi.
r/ : rl akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan. oksitosin iv akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus..
13. observasi tfu, kontraksi dan kandung kemih
r/ : penurunan fundus uteri yang sesuai, kontraksi yang bagus, kandungan kemih
yang kosong memperlancar involusi.
14. observasi ttv
r/ : deteksi dini adanya kelainan.
15. observasi jumlah perdarahan
r/ : deteksi dini adanya kehilangan cairan.
16. lakukan massage pada uterus searah jarum jam
r/: memperkuat kontraksi uterus.
VI. implementasi
diagnosa : p2002 post partum dengan hpp
1. memberikan penjelasan pada pasien tentang keadaannya saat ini.
2. memasang infus rl di tangan sebelah kiri, cairan i di grojok
3. melakukan pemberian uterotinika ulang yaitu :
- pada pemberian cairan ii oksitosin dari tiap lampiran
- metergin lampiran secara im
4. melakukan observasi ttv dan jumlah perdarahan
5. melakukan massage pada uterus
6. melakukan observasi penurunan fundus uteri
7. memberi minum hangat dan manis
8. menganjurkan/membantu pasien untuk makan
9. menyeka pasien dari bekas darah
10. menganjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap
11. menganjurkan pasien memberikan minum asi
VII.evaluasi
diagnosa : p2002 post partum dengan hpp
s : ibu mengatakan tubuhnya, sudah tidak lemas lagi
o :t : 100/70 mmhg
s : 370 c
n : 84x/menit
rr : 20x/menit
uc : baik
tfu : 3 jari bawah, pusat
t : 100/70 mmhg
s : 370 c
n : 84x/menit
rr : 20x/menit
a : p2002 post partum 1 jam pertama
p : lanjutkan observasi ttv dan jumlah perdarahan sampai 2 jpp, diet
tktp, mobilisasi bertahap
4.1 kesimpulan
perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kelas iv yang lebih dari 500-600 cc.
perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan post partum primer dan
perdarahan post partum sekunder.
sesuai dengan kasus di atas perdarahannya tergolong perdarahan post partum primer.
etiologi perdarahan post partum ada beberapa faktor predisposisi terjadi perdarahan
dalam kasus di atas perdarahannya disebabkan karena atonio uteri.
penanganan untuk atonio uteri ada 3 tahap untuk pengobatan kasus di atas adalah :
tahap i, pemberian utoretonik, massage uterus dan memasang gurita , tahap 2.
pemberian infus.
4.2 saran
1. bagi petugas
agar petugas dalam menjumpai kasus di atas menangani secara cermat dan teliti,
diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang lebih.
2. bagi pasien dan keluarga
agar pasien bisa bekerjasama dengan tenaga kesehatan sehingga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan dapat dilakukan dengan baik dan terjalin hubungan yang
kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb untuk pendidikan bidan prof. dr. ida bagus
gde manuaba, spog.
buku acuan asuhan persalinan normal, penerbit jaringan nasional pelatihaklinik kesehatan
reproduksi bekerjasama dengan jh. piego (mnh) dan departemen kesehatan republik
indonesia, jakarta, 2004.