Anda di halaman 1dari 5

Typhoid dikenal juga dengan nama lain yaitu Typus

Minuman dan makanan Abdominalis, Typhoid fever atau Enteric feveradalah


Demam Typhoid merupakan yang terkontaminasi penyakit infeksi perut yang disebabkan olehS almonella
penyakit yang ditularkan typhi. Gejalanya ditandai dengan demam suhu badan meningkat
melalui makanan dan mulai sore hari dan menurun mulai pagi hari, sakit kepala,
minuman yang tercemar permukaan lidah kotor dan tebal disertai gangguan
oleh Bakteri Salmonella Bakteri Salmonella pecernaan berupa diare atau buang air besar sulit
thypi & Salmonella typi. thypi & Salmonella (Herawati & Ghani 2009).
paratypi
(Nadyah 2014).
Mulut
Tanda dan gejala : Pada minggu pertama
Saluran pencernaan
gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi
Typhoid
akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
Peningkatan asam lambung Usus muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
Proses infeksi Limfoid plaque penyeri di pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
Perasaan tidak enak pada
perut, mual, muntah Merangsang peningkatan ileum terminalis tubuh meningkat. Sifat demam adalah
(anorexia) peristaltic usus Perdarahan dan meningkat perlahan-lahan dan terutama
perforasi intestinal pada sore hingga malam hari
Diare ( Widodo Djoko, 2009 ).
Kuman masuk aliran
Risiko limfe mesentrial
Defisit Nutrisi Komplikasi :
Menuju hati dan limfa
1. Perforasi usus
Kuman berkembang biak 2. Perdarahan usus
Hipovolemia 3. Peritonitis
Jaringan tubuh (limfa) Hipertrofi
(hepatosplenomegali) 4. Bronkopneumonia
(Kapita Selekta, 2010).
Peradangan Penekanan pada saraf di hati
Kurang intake cairan
Pelepasan zat pyrogen Nyeri ulu hati Nyeri Akut

Pusat termogulasi tubuh


Pencegahan :
Hipertermia 1. Vaksinasi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah
makanan dan minuman, serta setelah buang air
kecil atau besar, maupun usai membersihkan
kotoran.
3. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang
terjamin kebersihannya

Pemeriksaan diagnostic : (Inawati 2009).

1. Uji Serologis Widal


2. Darah tepi
3. Uji biakan darah
(Ngastiyah 2005).
DX 1 : Risiko Defisit nutrisi DX 2 : Diare DX 3 : Hipovolemia

Manajemen Nutrisi (I.03119) MANAJEMEN DIARE (I.03101) MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)

Observasi
Observasi Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis
- identifikasi status nutrisi - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Inflamasi gastrointestinal, iritasi
- identifikasi alergi dan intoleransi makanan (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
gastrointestinal)
- identifikasi makanan yang disukai teraba lemah, tekanan darah menurun,
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- identifikasi kebutuhan kalori dan jenis tekanan nadi menyempit,turgor kulit
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia
nutrient menurun, membrane mukosa kering,
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit
- monitor asupan makanan volume urine menurun, hematocrit
didaerah perineal
- monitor berat badan meningkat, haus dan lemah)
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Terapeutik
- lakukan oral hygiene sebelum makan, jika Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
perlu - Hitung kebutuhan cairan
- Pasang jalur intravena
- fasilitasi menentukan pedoman diet - Berikan posisi modified trendelenburg
- Berikan cairan intravena
- sajikan makanan yang menarik dan suhu - Berikan asupan cairan oral
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
yang sesuai
darah lengkap dan elektrolit
- berikan makanan tinggi serat untuk Edukasi
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika
mencegah konstipasi - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
perlu
- berikan makanan tinggi kalori dan tinggi oral
protein - Anjurkan menghindari perubahan posisi
Edukasi
mendadak
- Anjurkan makanan porsi kecil dan
Edukasi
sering secara bertahap
- anjurkan posisi duduk, jika mampu Kolaborasi
- Anjurkan menghindari makanan,
- ajarkan diet yang diprogramkan - Kolaborasi pemberian cairan IV
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
issotonis
lactose
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum hipotonis
makan - Kolaborasi pemberian cairan koloid
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk - Kolaborasi pemberian produk darah
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
- Kolaborasi pemberian obat
yang dibutuhkan, jika perlu
antispasmodic/ spasmolitik
- Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses.
DX 4 : Hipertermia DX 5 : Nyeri akut

MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)


Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifkasi penyebab hipertermi (mis. Dehidrasi Observasi
terpapar lingkungan panas penggunaan incubator) - identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Monitor suhu tubuh frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Monitor kadar elektrolit - identifikasi skala nyeri
- Monitor haluaran urine - identifikasi respons nyeri non verbal
- identifikasi faktor yang memperberak dan
Terapeutik memperingan nyeri
- Sediakan lingkungan yang dingin - monitor keberhasilan terapi komplementer
- Longgarkan atau lepaskan pakaian yang sudah diberikan
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh - monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika Terapeutik
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) - berikan teknik non farmakologis untuk
- Lakukan pendinginan eksternal mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Edukasi nyeri
- Anjurkan tirah baring - fasilitasi istirahat dan tidur

Kolaborasi Edukasi
- Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu - jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA

Inawati. (2009). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi Khusus. Hal 31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit demam tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa 2013. Jurnal Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan widal. Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Anda mungkin juga menyukai