Anda di halaman 1dari 26

STABILISASI PRA RUJUKAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL ERA NEW


NORMAL

dr. Hesa Kusuma Admardiarto, Sp.OG

AJIBARANG, 11 JULI 2020


Curiculum Vitae
TTL : 1 Maret 1984
Status : 1 istri, 1 putra, 1 putri

Riwayat Pendidikan :
* Dokter Umum (2002-2008) : FK Unsoed
* Spesialis Obgyn Tubel ( 20011-2015) : FK Unpad.

Riwayat Bekerja : (PNS 2009)


 1 tahun di PKM Baturaden 2
 4 bulan di PKM Pekuncen
 Selesai tubel beliau aktif bekerja kembali di RSUD Ajibarang tahun 2016.

Posisi :
 Ketua KSM Obsgyn RSUD Ajibarang
 Ketua Komite Farmasi Therapy (KFT) RSUD Ajibarang.
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030
Target/Misi  ke 3 yaitu menjamin kehidupan yang
sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh
penduduk semua usia.
Target menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

AKI dan AKB tetap menjadi sasaran utama meskipun


di era pandemi covid 19 menuju new normal.
New normal merupakan upaya penyesuaian langkah atau
skenario untuk berdampingan dengan covid-19, meredakan
pembatasan secara bertahap,namun tetap berpegang pada
protokol kesehatan.

6 syarat new normal menurut WHO :

1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.


2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit
tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan
mengkarantina.
3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi ,
terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang
tinggal di tempat-tempat ramai.
4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan - dengan jarak fisik,
fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
5. Risiko kasus impor dapat dikelola.
6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal.
Prinsip Rujukan
Pahami Alur rujukan yang sesuai (Sistem rujukan berjenjang)
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal rujuk ke RS PONEK
*Poliklinik
*IGD

Persiapan rujukan yang tepat serta


stabilisasi pasien yang paling utama
Perlu dipahami kembali terkait EWS
(Early Warning system)

Skrining Awal
EWS menurut POGI terkait covid -19 MEWS secara keseluruhan
era new normal tetep diterapkan Pemantauan keadaan pasien harus
dipertimbangkan
Persiapan Rujukan yang diperhatikan
1. Stabilisasi pasien sebelum dirujuk, agar
transpotabel
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan, obat-
obatan, dan alat – alat emergensi
3. Tim penolong yang terampil dan pembagian
tugas yang jelas
Tim penolong
4. SOP penanganan kasus kegawatdaruratan terdiri atas 3
dipatuhi dan dilaksanakan. orang

5. Pastikan kesiapan faskes rujukan sudah


dihubungi
6. Sistem pembiayaan tidak boleh menghambat
pertolongan kegawatdaruratan
7. Pemantauan pasien selama perjalanan dengan
menggunakan panduan lembar pemantauan Transfer ibu segera
transfer pasien MEWS. setelah pertolongan
dasar
8. Transportasi yang memadai untuk membawa
ibu ke RS
Prinsip penggunaan APD Petugas
Pemeriksaan kehamilan pasien skrining awal
dinyatakan aman menggunakan APD level I.
Pasien bersalin jika skrining aman APD level II
Pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) : terkonfirmasi
positif covid tanpa ada gejala/ Orang terpapar dengan
orang terkonfirmasi positif : APD level III
Pasien ODP : menggunakan APD level II
Pasien PDP : menggunakan APD level III
Jenis APD : Gambar
APD LEVEL I

MASKER BEDAH

BAJU KERJA
SEPATU KERJA TERTUTUP

APD LEVEL II
MASKER BEDAH
BAJU KERJA
SEPATU KERJA TERTUTUP
APRON
FACESHIELD
SARUNG TANGAN
KACAMATA
APD LEVEL III NO APD LEVEL III
MASKER BEDAH 8 PENUTUP KEPALA
GOOGLE 9 FACESHIELD
SEPATU TERTUTUP
COVER ALL
MASKER N95
SARUNG TANGAN
COVER SHOES
Keadaan gawat darurat obstetri

Tidak
TERDUGA

Contoh kasus yang sering


terjadi adalah Perdarahan,
PE

Respon tim medis yang cepat dan Tim terdiri atas Dokter, Perawat, dan
tepat Bidan
Kerjasama Tim dengan prinsip pembagian tugas
pada PPK I harus berjalan.
 Menggunakan KODE untuk
mobilisasi tim emergensi
 Komunikasi internal tim
memakai prinsip warna sesuai
dengan pembagian tugas yang
Tim merah Tim hijau
telah disepakati.
 Tim merah pengambil
keputusan/leader, kuning
pelaksana tindakan/observasi, tim
hijau membantu keperluan
perlengkapan sarpras dan Tim kuning
komunikasi serta konsultasi.
Pembagian Tugas
Tim Emergensi
Tatalaksana umum stabilisasi ada pasien:
1. Panggil bantuan tim emergensi
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada
penegakan diagnosis
3. Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai dengan
algoritma
4. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi yang
sedang terjadi serta upaya yang sedang dilakukan oleh tim
Tatalaksana khusus
Resusitasi Jantung Paru (RJP) :
30x kompresi
2x bantuan nafas,
kecepatan 100-120x/mnt
Kedalaman 5-6 cm
Metode RJP pada ibu hamil :
DRCAB Menilai pernapasan Chest trust

1. D :Danger/Aman diri dan pasien


2. R :Cek respon
3. call for Hellp : Panggil bantuan
4. C : Circulation Cek nadi dan
Nafas
5. A : Airway/Bebaskan jalan napas
Menilai nadi
6. B : Breathing/beri bantuan nafas
Memberi bantuan napas
4. Pada Ibu usia kehamilan
>20 minggu :
Miringkan ibu ke sisi kiri
15-30O, bila tidak
mungkin dorong uterus
ke sisi kiri.
(Cardiff Wedge)
Jika terjadi Syok
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
3. Perdarahan pascasalin
4. Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
5. Kejadian trauma
6. Gagal jantung
Tatalaksana Syok
Umum :
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak
1 liter dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin
yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau
kondisi ibu dan tanda vital).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lebih lengkap secara simultan, kemudian beri
tatalaksana yang tepat sesuai penyebab, cari sumber
perdarahan, observasi ttv, ppv.
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
Khusus (berdasarkan penyebab syok)
1. Hemoragik :
Atasi sumber perdarahan

Transfusi bila Hb < 7g/dl atau bila klinis menunjukkan anemia berat

2. Septik :
Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur mikroba
3. Anafilaktik :
 Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
 Resusitasi cairan yang agresif
 Epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) 0,2-0,5 ml IM atau subkutan.
 Antihistamin (difenhidramin 25-50 mg IM atau IV), penghambat reseptor H2 (ranitidin 1
mg/kgBB IV) dan kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari, diberikan tiap 6
jam
Tatalaksana khusus :
1. Lakukan pemijatan uterus. 5. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g

2. Pastikan plasenta lahir lengkap.


asam traneksamat IV (bolus selama 1
menit, dapat diulang setelah 30 menit).
3. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml
6. Lakukan pasang kondom kateter atau
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. kompresi bimanual internal/kompresi
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 bimanual eksternal selama 5 menit.
ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan membaik, pertahankan pemberian uterotonika
berhenti. Oksitosin 20-40mU dalam 1000 ml larutan
4. Bila tidak tersedia oksitosin atau bila kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam pasca
perdarahan tidak berhenti, berikan persalinan.
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat Lakukan rujukan!!!
diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15
menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat)
setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN
BERIKAN LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
PREEKLAMSIA
HT (HIPERTENSI) :


TEKANAN DARAH ≥
140/90.
TEKANAN SISTOLIK NAIK
HT
P
E
30, DIATOLIK NAIK 15.
 DELTA HIPERTENSI 
KENAIKAN MAP PADA PRO
TRIMESTER III T +/-
 HIPERTENSI White Coats,
adalah DIPERIKSA (Dr/Per/
Bidan) ≥ 140/90, monitor 24 James D, et.al., 2017.. High-Risk
High-Risk
jam < 140/90 Pregnancy,
Pregnancy, management
management option,
option, 55th ed.
th
ed.
21 9/28/21
PREEKLAMSIA BERAT
(Gabbe, et.al, 2017; Cunningham, et.al 2018; Lim KH, 2018)

Ditandai (salah satu): HIPERTENSI (baru) tanpa


proteinuria, didiagnosis PE, jika
 Tek sistolik >/= 160 mmHg, atau didapatkan salah satu :
tekanan diastolik >/= 110 mmHg.
 Kegagalan fungsi hati,  Trombositopenia,
 Insufisiensi ginjal progresif,  Serum kreatinin > 1,1 mg/dl, atau
 Gangguan serebral atau pandangan 2 kali lipat Normal,
(baru muncul),  SGOT dan SGPT 2 kali Normal,
 Edema pulmonum,  Edema pulmonum,
 trombositopenia  Gangguan serebral dan
pandangan.

22 9/28/21
Terapi yang diberikan :
1) Dosis Awal:
10 cc MgSO4 40% (4 gram MgSO4) dilarutkan kedalam 10
cc aquabidest
(Bolus IV sekitar 5-10 menit)

2) Dosis Pemeliharaan:
8 gr MgSO4 40% drip RL atau D5% tetesan 20 tts/mnt (1
gr/jam diberikan selama 24 jam).

Syarat Pemberian MgSO4


1. Tersedia antidotum (Ca glukonas10% iv dlm 3-5 mnt)
2. Refleks patela kuat
3. Respirasi > 16x/m
4. Produksi urin > 30 cc/jam
Pada saat transfer pasien harus melakukan pemantauan menggunakan
Proses Rujukan ke RS PONEK
panduan lembar pemantauan saat merujuk, sehingga pasien dapat terpantau
dgn baik.
Prinsip
Kenali kasus kegawatan
Ketepatan penentuan diagnosa pasien
Penganganan awal yang tepat
Stabilisasi pasien dan pemantauan intensif serta
evaluasi, sehingga sampai ditempat rujukan kondisi
baik.

“ibu selamat bayi sehat keluarga


bahagia”
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai