Anda di halaman 1dari 27

Curriculum Vittae

• Nama : dr. Dhika Prabu Armadhanu, SpOG (K)., M.Kes


• Tmp/tgl lhr : Jakarta, 07 Nov 1981
• Email : dhika_prabu@yahoo.co.id

• Pendidikan : Pendidikan Dokter UNPAD 1999 – 2006


• M.Kes Farmakologi UNPAD 2007
• Sp.OG FKUI 2008 - 2012
• Pendidikan Konsultan Obginsos UNPAD 2016 - 2108

• Riw. Organisasi : Ketua POGI Banten 2022 - 2025


• Wasekjen PP Predigti 2021 – 2023
• Ketua Predigti Banten 2021 - 2023
• Sekretaris Bid. Gizi, KB, dan KIA PB IDI 2018 – 2022
• Anggota Pokja PAKI PP POGI 2018 – 2022 2022 – 2025

• Riw. Pekerjaan : Dosen Luar Biasa Fakultas Kedokteran Univ. Indonesia


• Dokter Kebidanan RSU Kabupaten Tangerang
• Fasilitator Nasional Matneo Kemenkes RI
Penanganan Kasus Gawat Darurat
Kebidanan di Pra Fasyankes

dr. Dhika Prabu Armadhanu, SpOG (K)., MKes

*Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Banten


**Kelompok Kerja Penurunan Angka Kematian Ibu PP Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (Pokja PAKI PP POGI)
***Bid. Gizi, KB, dan KIA Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
****KSM Kebidanan dan Peny. Kandungan (OBGYN) RSU Kabupaten Tangerang
“Pregnancy is a dangerous situation.” (American
Congress of Obstetricians and Gynecologists)
Kerjasama Tim dalam Penanganan Kasus Gawat Darurat

Keadaan gawat darurat obstetri

Tidak
TERDUGA

Respon tim medis yang cepat Tim terdiri atas Dokter, Perawat, dan
dan tepat Bidan
Strategi Persiapan Tim
Tempatkan
1. Memastikan ketersediaan peralatan pada troli
dan pisahkan alat
perlengkapan, obat-obatan, dan 1 steril dengan tidak
alat – alat emergensi steril

2. Tim penolong yang terampil dan


pembagian tugas yang jelas Tim penolong
terdiri atas 3
3. SOP penanganan kasus 2, 3 orang
kegawatdaruratan
4. Sistem pembiayaan tidak boleh
menghambat pertolongan
kegawatdaruratan
5. Transportasi yang memadai Transfer ibu segera
5 setelah
untuk membawa ibu ke RS pertolongan dasar
Pengaturan Tim Emergensi

Dokter Komunikasi Tim Bidan Komunikasi Tim Perawat


A. Henti Nafas dan Jantung
Tatalaksana umum
1. Panggil bantuan tim respon awal emergensi
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada
penegakan diagnosis
3. Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai
dengan algoritme
4. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi
yang sedang terjadi serta upaya yang sedang dilakukan
oleh tim
Tatalaksana khusus
Resusitasi Jantung Paru
(RJP) :
30x kompresi
2x bantuan nafas

Menilai pernapasan Chest trust


Metode RJP pada ibu hamil :

1. Cek kesadaran ibu


2. Panggil bantuan
3. Bebaskan jalan napas
(head tilt – chin lift)
Menilai nadi

Memberi bantuan napas


4. Cek nadi  Ada/Tidak

5. Bila nadi tidak teraba  RJP

6. Tekan/kompresi dada di

pertengahan sternum
7. Kompresi sebanyak 30 : 2

8. Pasang kanul IV No. 16 atau

18
9. Pada Ibu usia kehamilan >20

minggu :
Miringkan ibu ke sisi kiri 15-
30O, bila tidak mungkin dorong
uterus ke sisi kiri

(Cardiff Wedge)
B. Syok
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat
persalinan
3. Perdarahan pascasalin
4. Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
5. Kejadian trauma
6. Gagal jantung
Tatalaksana Syok
Umum :
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran
terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah
urin yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau
kondisi ibu dan tanda vital).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan,
kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.

11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan


kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit),
pantau keseimbangan cairan
Khusus (berdasarkan penyebab syok)
1. Hemoragik :
• Atasi sumber perdarahan
• Transfusi bila Hb < 7g/dl atau bila klinis menunjukkan
anemia berat
2. Septik :
• Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur
mikroba
• Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan
lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, DITAMBAH
 Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam,
DITAMBAH
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
3. Anafilaktik :
• Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
• Resusitasi cairan yang agresif
• Epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) 0,2-0,5 ml IM
atau subkutan.
• Antihistamin (difenhidramin 25-50 mg IM atau IV),
penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB IV) dan
kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari,
diberikan tiap 6 jam
Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia,
dan Eklampsia

 Adalah tekanan darah sekurang-  Hipertensi kronik


kurangnya 140 mmHg sistolik  Hipertensi gestasional
atau 90 mmHg diastolik pada  Preeklampsia Berat
dua kali pemeriksaan berjarak 4-  Superimposed Preeklampsia
6 jam pada wanita yang
 Eklampsia
sebelumnya normotensi.
 Periksa kadar urin dengan tes
celup urin atau protein urin 24
jam
Preeklampsia dan Eklampsia

• Tekanan darah ≥140/90


mmHg, usia kehamilan > 20
minggu, tes celup urin 
proteinuria 1+ atau protein
kuantitatif menunjukkan
hasil >300 mg/24 jam

• Tekanan darah >160/110


mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu tanpa melihat
proteinuria

KEJANG = EKLAMPSIA
(Pastikan tidak ada riwayat
epilepsi atau perdarahan
intrakranial)
Tatalaksana Preeklampsia dan Eklampsia
1. Umum : Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
perkembangan janin  RUJUK !!
2. Khusus :
• Perhatikan A = Airway B = Breathing C = Circulation

• Berikan Antihipertensi

• Berikan MgSO4 dosis awal  segera RUJUK !!


• Bila kejang berulang  MgSO4 2gr (15-120 menit)

• Bila kejang berulang  pertimbangkan diazepam 10mg IV


B. Perdarahan Pasca Salin (HPP/Hemorhagia Postpartum)

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah


persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.

Diagnosis
• Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir
atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu
Penyebab
Perdarahan
Pasca Salin
Penanganan
Perdarahan
Pasca Salin
Tatalaksana khusus : 5. Bila tidak tersedia oksitosin atau bila
perdarahan tidak berhenti, berikan
1. Lakukan pemijatan uterus.
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat),
2. Pastikan plasenta lahir lengkap.
dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM
3. Berikan 20-40 unit oksitosin setelah 15 menit, dan pemberian 0,2
dalam 1000 ml larutan NaCl mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila
0,9%/Ringer Laktat dengan diperlukan. JANGAN BERIKAN LEBIH
kecepatan 60 tetes/menit dan DARI 5 DOSIS (1 mg) . Bila perdarahan

10 unit IM. Lanjutkan infus masih tidak berhasil diatasi, diberikan


misoprostol per rektal 800 – 1000 µg.
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
6. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
asam traneksamat IV (bolus selama 1
dengan kecepatan 40 tetes/menit menit, dapat diulang setelah 30 menit).
hingga perdarahan berhenti. 7. Lakukan pasang kondom kateter atau
kompresi bimanual
internal/kompresi bimanual eksternal
selama 5 menit.
• Lakukan rujukan!!! bila perdarahan tidak berhenti.

• Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik,


pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 - 20mU
dalam 500 ml larutan kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam
pasca persalinan.
Persiapan Rujukan
1. Stabilisasi pasien

2. Persiapan sarana merujuk, termasuk sistem dan cara


rujukan
3. Perencanaan rujukan termasuk :
• Informasi kepada keluarga alasan merujuk pasien dan resikonya bila
tidak dirujuk
• Penyiapan peralatan untuk mempertahankan stabilisasi pasien
• Memastikan kesiapan faskes yang dirujuk
• Menyiapkan keterangan obat dan tindakan yang telah dilakukan pada
faskes pertama

4. Rujukan Balik
Referensi
• JNPK-KR, 2007, Pedoman Pelatihan PONED
• WHO-Kemenkes 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu
• ACOG. Hemorrhagic syok. Educational Bulletin #235,
1997.
• Choi PT-L et al. Crystalloid vs. colloids in fluid
resuscitation: A systematic review. Critical Care Medicine.
1999;27:200-10.
• Scheirhout and Roberts.Fluid resuscitation with colloid or
crystalloid in critically ill patients: A systematic review of
randomized trials. BMJ. 1998;316:961-4.
• BPJS untuk sistem rujukan

Anda mungkin juga menyukai